Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 209817 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Fauzan Kamil
"Penelitian ini membahas kesenjangan digital kedua, yakni perbedaan penggunaaan internet. Studi-studi sebelumnya menjelaskan sosio-ekonomi, modal budaya, dan gender merupakan faktor-faktor yang memengaruhi kesenjangan digital kedua. Untuk memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini menambahkan dimensi pekerjaan orang tua dalam variabel SSE dan modal budaya untuk melihat perbedaan tujuan penggunaan internet sedangkan gender menjadi variabel kontrol untuk melihat variasi perbedaan diantara laki-laki dan perempuan dalam menggunakan internet untuk tujuan akademis. Penelitian ini menggunakan teknik survei pada 193 siswa di SMA M serta tambahan data melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara perbedaan SSE dalam menjelaskan tingkat penggunaan internet siswa untuk tujuan akademis, sedangkan pada variabel modal budaya terdapat pengaruh yang signifikan dalam menjelaskan tingkat penggunaan internet siswa untuk tujuan akademis. Lalu ditemukan, bahwa gender tidak memengaruhi hubungan tingkat SSE dan tingkat penggunaan internet untuk tujuan akademis. Sedangkan gender memengaruhi hubungan tingkat modal budaya dan tingkat penggunaan internet untuk tujuan akademis.

This study discuss the second digital divide on differences internet use. Previous studies explain that socio-economic, cultural capital, and gender as factors that influence the second digital. This study tries to enrich previous study by add the dimensions of parental occupation as SSE to see differences in internet use as a control variable to see variations in differences between male and femase in using the internet. This study uses a survey technique on 193 students in SMA M and additional data through in-depth interviews and observations. The results of this study indicate that there is no significant effect between SES differences in explaining the level of students' internet use for academic purposes, while the cultural capital variable has a significant effect in explaining the level of students' internet use for academic purposes. Then it was found that gender did not affect the relationship between the level of SES and the level of internet use for academic purposes. Meanwhile, gender affects the relationship between the level of cultural capital and the level of internet use for academic purposes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leander, Derlin Juanita
"Latar Belakang: Internet menjadi salah satu media pembelajaran sekaligus menjadi teknologi yang dapat disalahgunakan. Salah satu faktor risiko yang sering dikaitkan dengan penggunaan internet yang bermasalah adalah masalah perilaku.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya asosiasi antara masalah perilaku dengan penggunaan internet yang bermasalah.
Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan studi potong lintang yang mengikutsertakan 300 siswa-siswi SMP di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok. Data dikumpulkan dengan menggunakan Young's Diagnostic Questionnaire for Internet Addiction dan kuesioner Kekuatan dan Kesulitan pada Anakself-rated.
Hasil: Berdasarkan uji analisis Chi Square pada data yang dikumpulkan, didapatkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara masalah perilaku dan penggunaan internet bermasalah dengan p=0,190 IK95 0,872-2,449.
Diskusi: Masalah perilaku bukan merupakan faktor dominan yang menyebabkan terjadinya penggunaan internet bermasalah. Individu dengan masalah perilaku, namun memiliki faktor protektif seperti pembatasan akses internet oleh orang tua, relasi yang baik, dan self-regulation yang baik dapat mencegah munculnya perilaku penggunaan internet yang bermasalah. Tidak ada hubungan bermakna antara masalah perilaku dan penggunaan internet yang bermasalah menunjukkan bahwa hubungan masalah perilaku dengan penggunaan internet bermasalah dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Selain itu, faktor protektif juga mencegah terjadinya penggunaan internet yang bermasalah pada anak remaja yang diduga memiliki masalah perilaku.

Introduction Internet becomes one of the learning media and at once becomes a technology which can be misused. One of the risk factors often associated with problematic internet use is conduct problems.
Objective This research is done to find out association between conduct problems and problematic internet use.
Methods This research was carried out with cross sectional study which includes 300 junior high school students in Pancoran Mas Sub districts Depok city. Data was collected using Young rsquo s Diagnostic Questionnaire for Internet Addiction and also Strength and Diffculties Questionnaire self rated.
Results Based on Chi Square analysis test, result showed there is no significant relation between conduct problems and problematic internet use with p 0,190 CI95 0,872 2,449 . Discussion Conduct problems is not dominant factor to cause problematic internet use. Person who has conduct problems, but has protective factor as well as parents rsquo internet limitation, good relationships, and good self regulation will prevent the emerge of problematic internet use. There is no significant relation between conduct problems and problematic internet use showed that relation between conduct problems and problematic internet use is influenced by other factors, such as biological factor, psychological factor, and environment. Furthermore, protective factor also prevent problematic internet use in adolescents who are suspected to have conduct problems."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Adilah Rahimullah
"TikTok telah mengalami peningkatan pengguna selama pandemi, dengan total sebesar 1,2 miliar pengguna aktif pada tahun 2021. Dengan peningkatan pengguna, TikTok juga perlu mempertahankan penggunanya dengan terus berinovasi. Salah satu upaya yang dilakukan TikTok adalah dengan menjawab kebutuhan edukasi melalui media sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang memengaruhi keberlanjutan pengguna dalam menggunakan aplikasi TikTok untuk memperoleh konten edukatif. Penelitian ini memodifikasi Expectation-Confirmation Model dengan menambahkan variabel system quality dan information quality dari Information System Success Model, serta menganalisis faktor enjoyment dan interactivity yang berkaitan erat dengan pengalaman menggunakan media sosial. Data dari penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner secara daring dengan total 629 responden. Kemudian data responden diolah dengan CB-SEM dengan menggunakan AMOS 26. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor confirmation memengaruhi perceived usefulness dan satisfaction; faktor information quality, system quality, dan enjoyment memengaruhi satisfaction faktor interactivity memengaruhi perceived usefulness; faktor perceived usefulness tidak memengaruhi satisfaction, serta faktor perceived usefulness dan faktor satisfaction memengaruhi continuance intention penggunaan aplikasi TikTok untuk edukasi. Penelitian ini menyarankan agar TikTok mengembangkan fungsionalitas serta fitur yang lebih sesuai dengan kebutuhan pengguna seperti fitur subtitle, speed adjustment, playlist, perpanjangan durasi konten, serta evaluasi algoritma yang lebih sesuai dengan preferensi konten edukatif pengguna. Selain itu, penelitian ini juga menyarankan aplikasi TikTok untuk melakukan sosialisasi terkait fitur-fitur yang ada di TikTok agar dapat lebih berguna bagi proses pembelajaran pengguna.

TikTok has seen an increase in users during the pandemic, with a total of 1,2 billion active users in 2021. With the increase of users, TikTok also needs to maintain their user’s retention. One of the efforts made by TikTok is to answer educational needs through social media. The purpose of this study is to identify and analyze the factors affecting the continuance intention of TikTok users in obtaining educational content. This study modifies the Expectation- Confirmation Model (ECM) by adding system quality and information quality variables from the Information System Success Model, as well as analyzing the enjoyment and interactivity factor which is closely related to the experience of using social media. Data from this study were collected through online questionnaires with a total of 629 respondents. Then the respondent's data was processed by CB-SEM using AMOS 26. The results of this study indicate that the confirmation affects perceived usefulness and satisfaction; information quality, system quality, and enjoyment affect satisfaction; interactivity affects perceived usefulness; the perceived usefulness doesn’t affect satisfaction, and the perceived usefulness and satisfaction influence the continuance intention of using TikTok for educational purposes. This research can also be useful in improving social media, especially TikTok for education. This study suggests TikTok to develop functionality and features that are more aligned with user needs such as subtitle features, speed adjustments, playlists, content duration extensions, and algorithm evaluations that are more aligned with user preferences for educational content. In addition, this study also recommends TikTok to do socialization regarding the features available on TikTok so that it can be more useful for the user's learning process."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Meldawati
"ABSTRAK
Motivasi untuk menyelesaikan pendidikan adalah suatu dorongan yang timbul
untuk menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA, yang berasal dari dalam
diri sendiri atau dari luar. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran motivasi
untuk menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA. Desain penelitian yaitu
deskriptif sederhana. Sampel penelitian berjumlah 40 responden remaja, berusia
11-20 tahun, bersekolah, dan tinggal di Rumah Singgah Vincentius, sampel
dipilih secara total sampling. Analisis hasil penelitian menggunakan analisis
univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan
gambaran motivasi untuk menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMA pada
remaja di Rumah Singgah Vincentius adalah rendah serta tidak ada hubungan
yang bermakna antara karakteristik dengan tingkat motivasi. Kurangnya motivasi
ini memerlukan bantuan dari berbagai pihak, seperti dari pihak pemerintah dan
keperawatan.

ABSTRACT
Motivation to finish study is an inducement that rises to finish study until senior
high school, sourcing from inside their self or outside. The purpose of this study is
to know the motivation to finish study until senior high school. This research is
descriptive. Samples are 40 teenagers using random sampling, age 11-20 years
old, study at school, and live in Rumah Singgah Vincentius. Data analyzed using
univariat and bivariat by Chi-Square. The results showed that description of
motivation to finish study until senior high school on teenagers who live in
Rumah Singgah Vincentius is low motivation and there is no significant relation
between characteristic and level of motivation. The decreased of the motivation
need support from another institution, like a goverment and nursing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43700
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tikky Suwantikno Sutjiaputra
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terpuruknya kondisi pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan kreativitas. Padahal kreativitas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia saat ini dan masa yang akan datang. Melalui kajian teoritis diperoleh pemahaman bahwa guru dengan perannya sebagai pemimpin mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan kreativitas siswa. Gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating Delegating) dan kreativitas guru di dalam kelas diperkirakan merupakan dua faktor di antara faktor Lainnya yang mempengaruhi kreativitas siswa. Oleh karena 'itu penelitian ini bermaksud menjawab permasalahan bagaimanakah pengaruh dan pola hubungan variabel gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating Delegating) dan kreativitas guru terhadap kreativitas siswa.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sejumlah 133 siswa kelas 5 SD pada sekolah BPK PENABUR Tasikmalaya, Serang, Jatibarang dan Indramayu dimana sekolah-sekolah tersebut masih menggunakan sistem guru kelas, dengan rincian 57 siswa dari dua kelas di Tasikmalaya, 37 siswa dari dua kelas di Serang, 23 siswa dari satu kelas di Jatibarang dan 16 siswa dari satu kelas di Indramayu. Untuk mengukur gaya kepemimpinan guru (Telling, Selling, Particgnczting, Delegating) dan kreativitas guru di dalam kelas digunakan instrumen yang disusun sendiri oleh penulis, yang sebelum digunakan telah dilakukan uji coba terlebih dahulu terdapat 38 siswa kelas 5 SD BPK PENABUR Bogor.
Alat ukur gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating) dan kreativitas guru di dalam kelas tersebut merupakan alat ukur sekunder berupa skala penilaian subyektif dari siswa (persepsi siswa). Sedangkan untuk mengukur kreativitas siswa digunakan Tes Kreativitas Figural dari Torrance yang telah diadaptasi dan dibakukan untuk murid-murid di Indonesia oleh Utami Munandar.
Dari hasil analisis dengan menggunakan Pearson Product Moment diperoleh informasi bahwa korelasi antara setiap dimensi gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating) dengan kreativitas siswa tidak ada yang sesuai dengan pemahaman teoritis bahwa gaya kepemimpinan Telling dan Delegating berhubungan secara signifikan dan negatif sedangkan gaya kepemimpinan Selling dan Participating berhubungan secara signifikan dan positif Namun dari hasil analisis tersebut ditemukan korelasi yang signifikan antara setiap gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating) dengan kreativitas guru di dalam kelas yang sesuai dengan kajian teoritis, dimana gaya kepemimpinan Telling berkorelasi negatif dan signifikan dengan kreativitas guru, r = - 0,233 (p=0,0l2), sedangkan gaya kepemimpinan Selling dan Participating berkorelasi positif dan signifikan dengan kreativitas guru, korelasi gaya kepemimpinan Selling dengan kreativitas guru sebesar r = 0,652 (p=0,000) dan korelasi antara gaya kepemimpinan Participating dengan kreativitas guru sebesar r = 0,226 (p=0,006).
Disamping itu diperoleh informasi bahwa pengaruh setiap dimensi gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating, Delegating), dan kreativitas guru terhadap kreativitas siswa sangatlah kecil, karena berdasarkan analisis regresi hanya diperoleh skor R square sebesar 0.093 yang artinya variabel-variabel prediktor tersebut hanya memberikan sumbangan pengaruh sebesar 9,3 %, sedangkan yang 90,7 % merupakan sumbangan pengaruh dari variabel lain.
Penelitian ini juga memberikan temuan, bahwa kreativitas siswa SD di kota Jatibarang (M= 21,6957) dan Indramayu (M= 21,5625) lebih rendah dibandingkan kreativitas siswa SD di kota Tasikmalaya (M= 26,842l) dan.n Serang (M=25,9730). Perbedaan kreativitas antar sekolah dinilai sangat signifikan melalui analisis statistik ANOVA karena diperoleh skor F= 12,404 (p=0,000). Perbedaan tersebut diduga disebabkan karena adanya perbedaan kondisi psikologis pribadi siswa, lingkungan sekolah, masyarakat dan budaya di setiap sekolah Temuan lainnya adalah bahwa terjadi perbedaan persepsi siswa di setiap sekolah (kota) terhadap gaya kepemimpinan Telling (F=4,216, p=0,007), Participating (F=3,966, p=0,0l0) dan Delegating (F=3,465, p=0,0l8). Sedangkan terhadap gaya kepemimpinan Selling tidak terdapat perbedaan yang signifikan (F=l,967, p=0,122). Perbedaan persepsi siswa di setiap sekolah (kita) juga tidak terjadi terhadap kreativitas guru (F=0,32l, p=0,810).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, kesimpulan dan diskusi dapat diajukan saran-saran yang berkaitan dengan :
1. Sampel penelitian, diharapkan sampel penelitian diusahakan diwakili oleh kelompok sekolah yang Lebih banyak agar dapat diperoleh sampel yang lebih bersifat heterogen
2. Alat ukur, alat ukur dalam penelitian ini merupakan alat ukur yang disusun sendiri oleh penulis dan bam pertama kali digunakan, kiranya perlu dikembangkan lebih lanjut dengan perbaikan aspek bahasa dan penambahan item yang lebih banyak, agar diperoleh data yang lebih terperinci.
3. Variabel penelitian, mengingat variabel prediktor, yaitu gaya kepemimpinan (Telling, Selling, Participating dan Delegating) dan kreativitas guru hanya memberikan sumbangan pengaruh sebesar 9,3% terhadap variabel kriterium, yaitu kreativitas siswa, sedangkan 90,7% merupakan sumbangan pengaruh dari variabel lainnya, maka perlu
dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang kreativitas siswa dengan melibatkan variabel-variabel lain secara terpadu, baik yang bersifat inrelelctzf maupun non-inrelektiff
4. Dalam kaitan peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan kreativitas di BPK PENABUR maka pengurus BPK PENABUR membentuk dan menugasi suatu tim guna meneliti lebih lanjut masalah ini dan perlu dirancang suatu evaluasi internal atau cause root analysis di setiap sekolah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simon Sili Sabon
"Penelitian ini untuk mendapatkan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis perbandingan persepsi siswa tentang kompetensi guru antara: 1) guru SD negeri yang sudah dan belum disertifikasi, 2) guru SD swasta yang sudah dan belum disertifikasi, 3) guru SMP negeri yang sudah dan belum disertifikasi dan 4) guru SMP swasta yang sudah dan belum disertifikasi. Data yang digunakan dalam pengkajian ini adalah data primer persepsi siswa tentang kompetensi guru. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan statistik deskriptif kuantitatif dengan membandingkan proporsi setiap kelompok siswa dalam memberikan penilaian terhadap kompetensi gurunya. Hasil kajian: 1) kompetensi guru SD negeri yang sudah disertifikasi lebih baik daripada yang belum disertifikasi, 2) kompetensi guru SD swasta yang sudah disertifikasi lebih baik daripada yang belum disertifikasi, 3) kompetensi guru SMP negeri yang belum disertifikasi lebih baik daripada yang sudah disertifikasi, dan 4) kompetensi guru SMP swasta yang belum disertifikasi lebih baik daripada yang sudah disertifikasi. Kajian ini menyimpulkan persepsi siswa terhadap kompetensi gurunya sebagai berikut: 1) di SD (negeri dan swasta), kompetensi guru yang sudah disertifikasi lebih baik daripada guru yang belum disertifikasi bersertifikat, dan 2) di SMP (negeri dan swasta) kompetensi guru yang belum disertifikasi lebih baik daripada yang sudah disertifikasi."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
370 JPK 2:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lantip Diat Prasojo
"Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran dan menganalisis manajemen kurikulum program profesi guru untuk program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T) yang diselenggarakan di Universitas Negeri Yogyakarta, yang mencakup yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan kurikulum. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) dan dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan penyesuaian kurikulum Program Profesi Guru dilaksanakan setiap tahun ajaran baru yang bersumber dari hasil evaluasi tahun sebelumnya. Pengorganisasian kurikulum yang diselenggarakan merupakan kurikulum yang sudah disusun oleh Pusat, kemudian UNY mengaplikasikannya sesuai dengan Buku Pedoman PPG 2016. Pelaksanaan kurikulum mengacu pada kurikulum yang sudah ditentukan oleh Pusat yang mencakup sistem pembelajaran dan penilaian. Struktur kurikulum mencakup workshop pengembangan perangkat pembelajaran bidang studi disertai implementasi pembelajaran dalam bentuk peer teaching yang dilanjutkan dengan praktik pengalaman lapangan. Pengawasan kurikulum dan pembelajaran dilakukan dengan memantau hasil pencapaian kinerja yang dilakukan pada setiap tahapan pembelajaran. Penelitian ini menyimpulkan bahwa manajemen kurikulum yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta untuk program SM-3T telah sesuai dengan aturan yang diberlakukan oleh pemerintah pusat dan memiliki dampak yang baik bagi peserta."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
370 JPK 2:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pradika Adi Wijayanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1) masyarakat Kabupaten Karimun berdasarkan pekerjaan; 2) persepsi masyarakat terhadap pendidikan; dan 3) peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dalam mengurangi buta aksara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap warga belajar, tokoh masyarakat, dan Pegawai Dinas Pendidikan serta Diskusi Kelompok Terpimpin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Pekerjaan masyarakat Kabupaten Karimun adalah buruh, nelayan, penyelam, pedagang, menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan menggunakan paspor wisatawan yang tidak mensyaratkan pendidikan, dan sebagai Pegawai Negeri Sipil, 2) Masyarakat mempunyai kesadaran yang rendah terhadap pentingnya pendidikan, mengingat tanpa bersekolah pun mereka dapat memperoleh penghasilan yang besar, dan 3) Peran PKBM di Karimun sangat penting dalam mengurangi buta aksara ditandai dengan banyaknya peserta dewasa yang mengikuti Program Keaksaraan Paket A, B, dan C, serta Keaksaraan Usaha Mandiri dan Keaksaraan. Selain itu, anak-anak juga mengikuti Kelompok Bermain dan Pendidikan Anak Usia Dini. Penelitian ini menyimpulkan Peran PKBM sangat penting dalam mengurangi buta aksara di Kabupaten Karimun, karena waktu belajar di PKBM lebih fleksibel dibandingkan dengan sekolah formal. Hambatan pelaksanaan PKBM di Karimun, antara lain jam kerja warga belajar, jauh dan sulitnya jarak tempuh, keterbatasan jumlah tutor dan besar honor tutor."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
370 JPK 2:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fenti Erlianti
"ABSTRAK
Penggunaan internet bermasalah ialah ketidakmampuan individu untuk mengontrol dirinya dalam menggunakan internet sehingga hal ini menimbulkan kesulitan dan gangguan fungsional pada dirinya. Hal ini dianggap memiliki hubungan dengan perilaku hiperaktivitas yaitu gangguan perhatian, hiperaktif, dan impulsif yang menyebabkan penurunan besar pada aktivitas hidupnya. Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah siswa-siswi SMP Pancoran Mas Kota Depok Provinsi Jawa Barat pada tahun 2017 untuk meneliti hubungan hiperaktivitas terhadap penggunaan internet bermasalah. Adapun desain studi yang digunakan ialah cross sectional pada 300 subjek yang diwawancarai dengan Strength and Difficulties Questionnaire SDQ dan Young 39;s Internet Addiction Scale. Setelah itu analisis data dilakukan dengan uji chisquare. Dari total subjek, terdapat 10,7 sunbjek yang mengalami hiperaktivitas dan 27 subjek yang mengalami penggunaan internet bermasalah. Ditemukan tidak adanya hubungan antara hiperaktivitas dengan penggunaan internet bermasalah P=0,490 . Tidak adanya hubungan antara hiperaktivitas terhadap penggunaan internet bermasalah disebabkan oleh banyak faktor. Meskipun di beberapa penelitian menyebutkan keduanya saling berhubungan secara signifikan, namun di Indonesia sendiri belum pernah ada penelitiannya dan di penelitian ini didapatkan bahwa keduanya tidak berhubungan secara signifikan.

ABSTRACT
Problematic internet use is the inability of the individual to control himself in using the internet so this causes trouble and functional disturbance in him. It is considered to have a relationship with attention problem, hyperactive, and impulsivity which causes impairment in life function. In this research, the subjects were taken on students of SMP Pancoran Mas Depok West Java Province in 2017. The study design used was cross sectional in 300 subjects interviewed with Strength and Difficulties Questionnaire SDQ and Young 39 s Internet Addiction Scale . After that the data analysis is done by chisquare test. Of the total subject, there were 10.7 experienced hyperactivity and 27 experienced problematic internet use. There is no relation between hyperactivity with problematic internet use P 0,490 . The absence of a link between the of hyperactivity in problematic internet use is caused by many factors. Although in some studies mentioned the two are interconnected significantly. There is no previous research studying this topic. In this study, it is found that there is no sighnificant relation between the two variables."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Frieda Maryam Mangunsong
Jakarta: UI-Press, 2010
PGB 0498
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>