Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203148 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Karimah
"Akumulasi logam berat pada tanah pertanian terus menjadi isu yang mengkhawatirkan. Salah satu sumber kontaminasi logam berat yang paling umum dapat berasal dari sumber irigasi pertanian yang tercemar, di antaranya logam Pb dan Cr. Kontaminasi logam berat dari sumber irigasi dikhawatirkan dapat terakumulasi di tanah dan tanaman. Kini, pengujian bioavailibiltas logam dalam tanah hingga ke tanaman pangan terus mengalami perkembangan, terlebih lagi pada pengamatan terhadap spesiasi senyawanya menggunakan metode ekstraksi bertahap. Teknik pengukuran sampling logam dilakukan secara in situ dengan metode diffusive gradients in thin films (DGT). Pada penelitian ini dilakukan pengukuran DGT dengan modifikasi pengunaan methylenebisacrylamide (MBA) sebagai crosslinker. Aplikasi DGT dilakukan untuk untuk mengetahui serapan Pb dan Cr pada tanaman Amaranthus hybridus. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh distribusi terbanyak Pb dan Cr pada tanah ada pada fraksi 3 (terikat dengan Fe-Mn) dan fraksi 4 (terikat dengan material organik) dengan kisaran 18,5-25,07% dan 62,95-73,65%. Senyawa MBA dapat digunakan sebagai crosslinker pada membran DGT dengan nilai koefisien difusi Cr 2,7 ×10−6 cm2/s dan Pb 2,15 ×10−6 cm2/s . Akumulasi Pb dan Cr pada A.hybridus terjadi pada bagian akar, batang, dan daun. Akumulasinya juga meningkat seiring dengan penambahan spike di tanah dengan dominansi di akar 0,77-3,01 mg/kg Cr dan 22,73-69,69 mg/kg Pb. Korelasi pengukuran CDGT dengan spike logam pada tanah serta akumulasinya di A.hybridus menunjukkan bahwa DGT dapat menjadi media prediksi serapan Pb dan Cr pada tanaman ini.

Accumulation of heavy metals in agricultural soils continues to be a worrying issue. One of the most common sources of heavy metal contamination can come from contaminated agricultural irrigation sources, including Pb and Cr metals. It is feared that heavy metal contamination from irrigation sources can accumulate in soil and plants. Now, testing the bioavailability of metals in the soil to food plants continues to develop, especially in observing the speciation of their compounds using the stepwise extraction method. The metal sampling measurement technique was carried out in situ using the diffusive gradients in thin films (DGT) method. In this study, the measurement of DGT was carried out with the modified use of methylenebisacrylamide (MBA) as a crosslinker. The DGT application was carried out to determine the uptake of Pb and Cr in Amaranthus hybridus plants. Based on the results of the study, the highest distribution of Pb and Cr in the soil was in fraction 3 (bound to Fe-Mn) and fraction 4 (bound to organic matter) with a range of 18.5-25.07% and 62.95-73.65 %. The MBA compound can be used as a crosslinker on DGT membranes with a diffusion coefficient of Cr 2.7 ×10−6 cm2/s and Pb 2.15 ×10−6 cm2/s . Pb and Cr accumulation in A. hybridus occurred in the roots, stems, and leaves. Its accumulation also increased with the addition of spikes in the soil with dominance in the roots of 0.77-3.01 mg/kg Cr and 22.73-69.69 mg/kg Pb. The correlation of CDGT measurements with metal spikes in the soil and its accumulation in A. hybridus showed that DGT could be a predictor of Pb and Cr uptake in this plant."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Doharman
"Spesiasi logam berat Pb dan Cr dengan metode ekstraksi bertahap dan migrasinya dari sedimen perairan teluk Jakarta menggunakan metode Diffusive Gradient in Thin Film (DGT), telah dilakukan di laboratorium Departemen Kimia UI, dengan sampel sedimen dari Cengkareng Drain, Kapuk, Jakarta Utara. Hasil penelitian logam berat dengan Ekstraksi bertahap diperoleh, logam Pb antara 43,473 ppm hingga 58,123 ppm, logam Cr 20,763 ppm hingga 30.219 ppm. Distribusi logam berat Pb dalam sedimen berupa senyawa karbonat ± 6 % , 5,5% oksida Mn, 21,779% oksida Fe, 29,624% dalam senyawa organik dan fraksi sisa 36,879%. Distribusi logam Cr 4,183% berupa senyawa karbonat, 4,325% terikat dalam oksida Mn , 23,713% terikat dalam oksida Fe, 30,827% terikat dalam senyawa organik dan 36,325% dalam fraksi residu.
Hasil penelitian migrasi logam berat Pb dari sedimen ke badan air pada kondisi oxic penggelaran 1 hari berkisar 0,0108 ppm sampai 0,1314 ppm, pada penggelaran 4 hari diperoleh 0,042 ppm hingga 0,081 ppm. Untuk kondisi anoxic penggelaran 1 hari diperoleh 2,444 ppm , 3 hari 0,320 ppm dan 5 hari 3,432 ppm. Migrasi logam berat Cr pada kondisi oxic penggelaran 1 hari diperoleh berkisar 0,1413 ppm hingga 0,3431 ppm, 4 hari berkisar 0,0012 ppm hingga 0,0084 ppm.
Untuk kondisi anoxic penggelaran 1 hari 1,5792 ppm , 3 hari 0,0545 ppm dan 5 hari 2,9629 ppm. Pengukuran dengan DGT strip gel pada kondisi anoxic, diperoleh distribusi logam berat Pb berada pada kedalaman 1-5 cm dengan kadar 0,1279 ppm hingga 3,1977 ppm dan logam berat Cr berdistribusi pada kadar 2,6649 ppm hingga 7,2668 ppm.Dari hasil ini diperoleh gambaran bahwa ketersediaan konsentrasi logam berat dalam sedimen cukup memungkinkan adanya migrasi logam ke badan air.

Heavy metal speciation of Pb and Cr by sequential extraction and migration from sediments into the waters of Jakarta Gulf using Diffusive Gradient in Thin Films (DGT) method has been conducted using sediment samples from Cengkareng Drain Kapuk- North Jakarta. The extraction of heavy metals concentration, with sequential extraction for total Pb (sum of each fractions) is between 43.473 to 58.123 ppm, whereas for total Cr (sum of total fraction) is between 20.763 ppm to 30,219 ppm. The distribution of Pb in sediments adsorped in carbonate compounds is about 6%, manganese oxides is about 5,5%, iron oxides is about 21,779%, 29,624% in organic compounds and the residual fraction is about 36,879%. The Distribution of Cr in sedimen absorped in carbonate compounds is about 4,183%, in manganese oxides is about 4,325%, in iron oxides ia about 23,713%, 30,827% bound in organic compounds and the residual fraction is about 36,325%.
The results of DGT experiments to study the migration of Pb from sediment into water column in experimental chambers show that for deployment of 1st day in oxic conditions is in the range between 0.0108 ppm to 0.1314 ppm, and 0.042 ppm to 0.081 ppm for the 4th day. Under anoxic condition the results show that the metal concentration on the DGT resin is 2.444 ppm, 0.320 ppm and 3.432 ppm, on the 1st, 3rd and 5th day incubation period respectively. The results for migration of Cr from sediment into water column in experimental chambers show that for deployment time of 1st day incubation oxic conditions is in the range between 0.3431 ppm up to 0.1413 ppm, and 0.0012 ppm to 0.0084 ppm for the 4th day.
Under anoxic conditions the result show that the metal concentration on the DGT resin is 1.5792 ppm, 0.0545 ppm and 2.9629 ppm on the 1st, 3rd, and 5th day incubation period respectively. The Measurements of metal concentration by DGT gel strip in anoxic conditions, show that the distribution of Pb at a depth of 1-5 cm in the range of 0.1279 ppm to 3.1977 ppm, whereas Cr concentration is between 2.6649 ppm levels up to 7.2668 ppm. This results show the availability of heavy metal concentrations in sediment which allow for migration of metals into water bodies.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29042
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Helmiady
"Tanah adalah sumber alami yang penting dan merupakan bagian dari lingkungan. Merkuri merupakan salah satu logam yang memiliki dampak toksisitas yang berbahaya bagi manusia. Metode untuk ekstraksi bertahap untuk merkuri pada tanah. Merkuri dipisahkan menjadi fraksi- fraksi. Urutan lima langkah ekstraksi F1 (air deionisasi), F2 (0,01 M HCl + 0,1 M CH3COOH), F3 (1 M KOH), F4 (12 M HNO3), dan F5 (aqua regia). Dari antara fraksi tersebut yang terbesar adalah: merkuri terikat sulfida (57,08 - 94,53%) dan merkuri unsur (4,79 - 6,10 %). Fraksi terkecil adalah merkuri larut asam (0,21 – 0,73%), merkuri larut air (0,45 – 0,68 %) dan senyawa organomerkuri (0,33 – 0,68%). Teknik Diffusive Gradients in Thin Films (DGT) merupakan metode yang dikembangkan untuk monitoring partikel logam berat pada media baik perairan, sedimen dan tanah. Namun, dilakukan modifikasi pada salah satu komponen difussive gelnya, yaitu Crosslinker (pengikat silang) dengan menggunakan N,N’-methylenebisacrylamide (MBA) yang dikombinasikan dengan agarosa sebagai difusif gel, serta penggunaan resin gel 3- mercaptopropyl-terfungsionalisasi silika gel (komersil). Nilai koefisien elusi adalah 0,73, sedangkan nilai koefisien difusi 1,025 x 10-6 cm2/s. Keseluruhan analisis menggunakan teknik Cold Vapor-Atomic Absorption Spectrometry. Nilai CDGT-Hg berkisar 8, 6074 – 19,8790 µg/L, sedangkan C A.tricolor 0,087 – 2,074 µg/kg.Tanah adalah sumber alami yang penting dan merupakan bagian dari lingkungan. Merkuri merupakan salah satu logam yang memiliki dampak toksisitas yang berbahaya bagi manusia. Metode untuk ekstraksi bertahap untuk merkuri pada tanah. Merkuri dipisahkan menjadi fraksi- fraksi. Urutan lima langkah ekstraksi F1 (air deionisasi), F2 (0,01 M HCl + 0,1 M CH3COOH), F3 (1 M KOH), F4 (12 M HNO3), dan F5 (aqua regia). Dari antara fraksi tersebut yang terbesar adalah: merkuri terikat sulfida (57,08 - 94,53%) dan merkuri unsur (4,79 - 6,10 %). Fraksi terkecil adalah merkuri larut asam (0,21 – 0,73%), merkuri larut air (0,45 – 0,68 %) dan senyawa organomerkuri (0,33 – 0,68%). Teknik Diffusive Gradients in Thin Films (DGT) merupakan metode yang dikembangkan untuk monitoring partikel logam berat pada media baik perairan, sedimen dan tanah. Namun, dilakukan modifikasi pada salah satu komponen difussive gelnya, yaitu Crosslinker (pengikat silang) dengan menggunakan N,N’-methylenebisacrylamide (MBA) yang dikombinasikan dengan agarosa sebagai difusif gel, serta penggunaan resin gel 3- mercaptopropyl-terfungsionalisasi silika gel (komersil). Nilai koefisien elusi adalah 0,73, sedangkan nilai koefisien difusi 1,025 x 10-6 cm2/s. Keseluruhan analisis menggunakan teknik Cold Vapor-Atomic Absorption Spectrometry. Nilai CDGT-Hg berkisar 8, 6074 – 19,8790 µg/L, sedangkan C A.tricolor 0,087 – 2,074 µg/kg

Soil is an important natural resource and is part of the environment. Mercury is a metal that has a toxic effect that is harmful to humans. Methods for the sequence extraction of mercury in soil. Mercury is separated into fractions. The five-step sequence extraction was F1 (deionized water), F2 (0.01 M HCl + 0.1 M CH3COOH), F3 (1 M KOH), F4 (12 M HNO3) and F5 (aqua regia). The largest of these fractions are: sulfide bound mercury (57.08 - 94.53%) and elemental mercury (4.79 - 6.10 %). The smallest fractions were acid-soluble mercury (0.21 – 0.73%), water soluble mercury (0.45 – 0.68%) and organomercury compounds (0.33 – 0.68%). Diffusive Gradients in Thin Films (DGT) technique is a method developed for monitoring heavy metal particles in water, sediment and soil media. However, modifications were made to one of the components of the diffussive gel, namely Crosslinker using N,N'-methylenebisacrylamide (MBA) combined with agarose as a diffusive gel, as well as the use of 3-mercaptopropyl-functionalized silica gel resin (commercial). The elution coefficient value is 0.73, while the diffusion coefficient value is 1.025 x 10-6 cm2/s. Overall analysis using Cold Vapor-Atomic Absorption Spectrometry technique. The CDGT-Hg values ​​ranged from 8.6074 – 19.8790 g/L, while the CA. tricolor was 0.087 – 2.074 g/kg."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nopja Atni Radjlin
"Pencemaran logam berat pada air sungai memberikan dampak kontaminasi pada tanah pertanian yang menggunakan sistem irigasi. Dalam menentukan logam berat dalam tanah, dapat dilakukan dengan pemisahan logam berat dari tanah dengan metode ekstraksi bertingkat, dimana untuk logam Zn dan Ni paling besar konsentrasinya pada fraksi yang terikat dengan Fe/Mn (fraksi 3). Pada penelitian ini, digunakan perangkat DGT untuk pengukuran spesi Logam berat Ni dan Zn dengan resin chelex-100 sebagai gel pengikat dan modifikasi kitosan dan poli(asam)akrilat sebagai pembanding. Didapatkan bahwa kitosan-PAA memiliki kemampuan yang hampir sama Chelex-100 dalam pengikatan logam Zn dan Ni. Semakin besar kosentrasi logam yang di spike, semakin besar pula logam tersebut terjerap di tanaman dan DGT. Korelasi antara bioavailabilitas logam berat di tanaman dan DGT dilihat dari nilai R, dimana korelasi logam Zn lebih besar dari pada Ni, baik untuk binding gel Chelex-100 maupun Kitosan-PAA. R logam Zn 0.86 dan 0.87 dan Ni sebesar 0.65 dan 0.64 berturut-turut untuk Chelex-100 dan Kitosan-PAA.

Heavy metal pollution in river water has a contaminating impact on agricultural land that uses irrigation systems. In determining heavy metals in the soil, it can be done by separating heavy metals from the soil with a sequential extraction method, where Zn and Ni metals have the greatest concentration in the fraction bound to Fe / Mn (fraction 3). In this study, DGT was used for the measurement of heavy metal species Ni and Zn with chelex-100 resin as a binding gel and modified chitosan and poly (acid) acrylic as a comparison. It was found that chitosan-PAA has almost the same ability as Chelex-100 in binding Zn and Ni metals. The greater the metal concentration in the spike, the greater the metal is absorbed in plants and DGT. The correlation between the bioavailability of heavy metals in plants and DGT was seen from the R value, where the correlation of Zn metal was greater than that of Ni, both for Chelex-100 and Chitosan-PAA binding gel. R metal Zn 0.86 and 0.87 and Ni of 0.65 and 0.64 for Chelex-100 and Chitosan-PAA, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Ernowo
"Pada studi ini, logam berat tembaga (Cu) dan seng (Zn) pada tanah diukur menggunakan ekstraksi bertahap dan metode diffusive gradient in thin films (DGT), selain itu penyerapan logam tersebut pada tanaman kangkung darat diinvestigasi. Spesiasi Cu dan Zn pada tanah asli (non spike) dan tanah spike 200, 400, 600, dan 800 mg kg-1 tanah dievaluasi dengan ekstraksi bertahap yang didasari prosedur Tessier (1979), diperoleh distribusi logam pada fraksi yang berbeda-beda. Cu dan Zn pada tanah asli ditemukan terutama pada fraksi Mn oksida, Fe oksida dan residu. Sangat sedikit ditemukan pada fraksi exchangeable yang merupakan fraksi logam paling mobile dan diasosiasikan sebagai bioavailabel. Pada tanah yang diberi spike Cu dan spike Zn juga ditemukan terutama pada fraksi Mn oksida dan Fe Oksida, terlihat peningkatan cukup signifikan pada fraksi karbonat, dan khusus untuk tanah yang diberi spike Zn terlihat peningkatan cukup signifikan terhadap fraksi exchangeable.
Metode DGT digunakan untuk menentukan konsentrasi efektif (CE) dari Cu dan Zn pada tanah. Hubungan antara CE dari Cu dan Zn oleh DGT dan serapan Cu dan Zn pada kangkung darat yang ditumbuhkan dalam rumah kaca dievaluasi. Hubungan CE dari Zn terhadap serapan Zn pada kangkung darat berkorelasi secara signifikan pada pemberian konsentrasi spike Zn2+ 0 (kontrol) 200, 400, 600, dan 800 mg kg-1 tanah (R2 = 0,97) dan memberikan hubungan linear yang positif. Namun, pada variasi konsentrasi spike Cu2+ yang sama, CE dari Cu tidak berkorelasi terhadap serapan Cu pada kangkung darat (R2 = 0,43) dan memberikan hubungan linear yang negatif. Hal ini kemungkinan disebabkan konsentrasi spike Cu yang digunakan terlalu tinggi atau berada pada level toksik.

In this study, heavy metals copper (Cu) and zinc (Zn) in soil were measured using the method of sequential extraction and diffusive gradient in thin films (DGT), in addition to the absorption of these metals in Ipomea reptans Poir. were investigated. Speciation of Cu and Zn in native soil (non-spike) and spiked-soil 200, 400, 600, and 800 mg kg-1 soil were evaluated by the sequential extraction procedure based on Tessier (1979), obtained the metal distribution in different fractions. Cu and Zn in the native soil is found mainly in the fraction of Mn oxides, Fe oxides and residues. Very little was found in exchangeable fraction which is the most mobile metal fraction and associated bioavailable. In spiked-soil, Cu and Zn were also found mainly in the fraction of Mn oxides and Fe oxides, seen a significant increase in the fraction of carbonate, and specifically for a given soil Zn spike seen a significant increase in the exchangeable fraction.
DGT method used to determine the effective concentration (CE) of Cu and Zn in soil. The relationship between Cu and Zn from the CE by the DGT and the uptake of Cu and Zn in Ipomea reptans Poir. grown in a greenhouse were evaluated. The relationship CE of Zn with Zn abosrption by Ipomea reptans Poir. were significantly correlated to the spike concentration giving Zn2+ 0 (control) 200, 400, 600, and 800 mg kg-1 soil (R2 = 0.97) and provide a positive linear relationship. However, with the spike Cu2+ at the same variation of concentration, CE of Cu did not correlate to the absorption of Cu in Ipomea reptans Poir. (R2 = 0.43) and give a negative linear relationship. This is probably due to Cu spike concentration used is too high or are at toxic levels.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43361
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Meilina
"Indonesia merupakan negara yang padat penduduknya. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan banyaknya kawasan industri rumah tanggga maupun industri di kota-kota besar yang dapat menghasilkan berbagai macam limbah logam berat. Penelitian ini mempelajari proses pembuatan komponen DGT serta aplikasinya pada pengukuran sampel larutan Cd2+. Komponen DGT berasal dari reaksi polimerisasi akrilamida yang menghasilkan diffusive gel serta resin chelex yang diimpreg ke dalam larutan gel menghasilkan resin gel. Selain itu dilakukan juga variasi resin gel dengan menggunakan zeolit yang menghasilkan zeolit gel. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan AAS. Waktu optimum yang diperlukan oleh resin gel dan zeolit gel untuk menyerap logam yaitu 24 jam sehingga didapatkan CDGT 1,36 µg/ml dan CDGT oleh zeolit gel sebesar 0,825 µg/ml. Pada variasi konsentrasi, CDGT maksimum resin gel yang diperoleh sebesar 59,950 µg/ml dan 1,315 µg/ml pada zeolit gel. Sedangkan pH optimum yang diperoleh pada penelitian ini baik chelex maupun zeolit pada pH 7 dengan nilai CDGT 1,428 µg/ml untuk resin gel dan 0,881 µg/ml untuk zeolit gel. Adanya agen pengompleks EDTA mempengaruhi jumlah ion Cd2+ yang dapat diserap dan dapat dilihat dari kecilnya nilai CDGT yaitu 0,0182 µg/ml untuk resin gel dan 0,0148 µg/ml untuk zeolit gel. Dilakukan juga uji homogenitas resin dan zeolit gel yang dilakukan dengan 3 kali pengukuran sehingga diperoleh nilai standar deviasi dan %RSD resin gel sebesar 0,0066 dan 0,345 % serta nilai standar deviasi dan %RSD zeolit gel sebesar 0,0083 dan 0,774 % yang menunjukkan material tersebut relatif cukup homogen untuk digunakan pada DGT.

Indonesia is a populous country. With a high population density causes many home industries and industries in large cities could produce various kinds of heavy metals waste. This research studies the process of making DGT components and its application to the measurement of sample solutions of Cd2+. DGT components derived from acrylamide polymerization reactions that produce diffusive gel and chelex resins impregnated into the gel solution to produce the resin gel. Beside that, there are also variations in the resin gel by using zeolite that produces zeolite gel. Measurement in this study used the AAS. The optimum time required by the resin gel and zeolite gel to absorb the metal that is 24 hours so that got CDGT 1.36 µg /ml for resin gel and CDGT 0.825 µg/ml by zeolite gel. On the variation of concentration, the maximum CDGT resin gel obtained at 59.950 µg/ml and 1.315 µg/ml in the zeolite gel. While the optimum pH obtained in this study both Chelex and zeolite at pH 7 with CDGT value 1.428 µg/ml for the resin gel and 0.881 µg/ml for zeolite gel. The presence of EDTA complexing agent affect the number of Cd2 + that can be absorbed and can be seen by the small value of CDGT, ie 0.0182 µg/ml for resin gel and 0.0148 µg/ml for zeolite gel. Homogeneity tests were also carried out for the resin and zeolite gel for triplicate measurement with value of standard deviation and % RSD resin gel at 0.0066 and 0.345% and the standard deviation and% RSD zeolite gel at 0.0083 and 0.774% showing relative good homogen of the materials using for DGT. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S739
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syarfina Andini
"Pada penelitian ini dilakukan kajian pengembangan teknik deteksi ortofosfat dalam sistem akuatik yang dapat menyebabkan fenomena eutrofikasi. Sistem deteksi ortofosfat yang dipakai pada penelitian ini menggunakan sistem Diffusive Gradients in Thin Films DGT dengan lapisan pengikat berbasis biokomposit Fe-Loaded-Kitosan-Bentonit Fe-CSBent. Spesi fosfat berdifusi melalui lapisan difusi gel poliakrilamida kemudian diikat oleh agen pengikat biokomposit Fe-CSBent dalam lapisan pengikat gel poliakrilamida. Pengikatan fosfat oleh biokomposit Fe-CSBent melalui tiga mekanisme, yaitu interaksi elektrostatik, pembentukkan kompleks Lewis, dan pergantian ion ion-exchange. Pada penelitian ini diuji kemampuan DGT berbasis biokomposit Fe-CSBent dalam mengikat fosfat dengan variasi waktu, konsentrasi analit, pH, pengaruh sodium tripolyphosphate STPP sebagau anion pengganggu, dan aplikasi pada sistem akuatik. Massa fosfat yang terikat diketahui setelah dielusi dengan asam dan diukur kadar fosfatnya dengan metode fosfomolibdenum biru menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Berdasarkan hasil percobaan, perangkat DGT berbasis biokomposit Fe-CSBent lebih efisien mengikat ortofosfat dengan konsentrasi fosfat yang terikat sebesar 2,2970 ? g/mL, dibandingkan dengan perangkat DGT berbasis biokomposit CSBent mengikat fosfat dengan konsentrasi sebesar 1,7333 ? g/mL. Berdasarkan penelitian ini juga diketahui bahwa keberadaan STPP mempengaruhi jumlah konsentrasi ortofosfat yang terikat pada gel pengikat berbasis biokomposit Fe-CSBent. Perangkat DGT berbasis biokomposit Fe-CSBent yang dibuat selektif dalam memprediksi jumlah fosfat yang bioavailabel, namun keberadaan spesi fosfat lain selain fosfat bebas yang diketahui berdasarkan percobaan gangguan sodium tripolyphosphate STPP dan secara ex situ dapat mempengaruhi pengikatan ortofosfat oleh DGT.

In this work, a study of orthophosphate detection techniques in the aquatic system that causes eutrophication has been conducted. The orthophosphate adsorption technique used in this study was Diffusive Gradients in Thin Films DGT with Fe Loaded Chitosan Bentonite Fe CSBent biocomposite as binding agent. The phosphate diffuses through the polyacrylamide gel as diffusion layer and then bonded by a Fe CSBent biocomposite as binding agent in the polyacrylamide gel as binding layer. The mechanism of phosphate binding by Fe CSBent was governed by ion exchange, electrostatic attraction, and inner sphere complexation. In this experiment, we tested the Fe CSBent biocomposite based DGT capability in phosphate binding with influenced parameters such as agitation time, pH of the solution, initial phosphate concentration, presence of co existent anions i.e. sodium tripolyphosphate STPP, and application in aquatic systems. The phosphate mass can be calculated after eluting with acid and then measured by blue phosphomolybdenum method using UV Vis spectrophotometry. Based on the experiment, Fe CSBent biocomposite based DGT more efficiently binds orthophosphates with concentration is 2,2970 g mL, compared with a CSBent biocomposite based DGT with concentration is 1,7333 g mL. Based on this experiment, it was also known that the presence of STPP influences the amount of orthophosphate concentration binds to Fe CSBent biocomposite in binding gel. DGT Fe CSBent device which was made is selective in predicting bioavailable phosphate, but the presence of other phosphate species such as polyphosphate may influence orthophosphate binding by DGT.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helen Pratiwi
"Logam berat yang mencemari badan tanah seperti Pb dan Cd tidak sedikit dihasilkan dari kegiatan manusia. Penelitian ini mencoba melakukan pengukuran bioavailabilitas logam berat Pb dan Cd dalam tanah terhadap sawi hijau (Brassica juncea L.) dengan teknik Diffusive Gradient In Thin Film (DGT), dimana ketersediaan Pb dan Cd dalam tanah juga dilihat dari fraksi-fraksi ekstraksi bertahap. DGT dapat mengukur keberadaan logam spesi labil. Spesi labil dapat mewakili jumlah logam yang mungkin terserap biota. DGT yang terdiri dari diffusive layer dan binding layer diuji kemampuannya dalam menyerap spesi logam labil Timbal (II). Pb terekstrak lebih banyak pada fraksi 3 (terikat dengan Mn-Oksida) dan 4 (terikat dengan Fe-Oksida), sedangkan untuk logam Cd terekstrak banyak pada fraksi 1 (fraksi tertukarkan) dan fraksi 2 ( terikat dengan karbonat).
Hasil destruksi tanaman sawi yang ditanam pada media tanah spike logam Pb maupun Cd memberikan peningkatan kadar Pb dan Cd seiring bertambahnya konsentrasi Pb dan Cd yang diberikan ke tanah, namun terdapat penurunan penyerapan logam oleh sawi saat konsentrasi logam Pb > 1000 mg/kg dan saat konsentrasi logam Cd > 100 mg/kg. Sedangkan untuk hasil penggelaran DGT terjadi peningkatan konsentrasi DGT (CDGT) seiring bertambahnya konsentrasi logam pada tanah, juga untuk konsentrasi efektif logam yang terdapat pada tanah (CE) mengalami peningkatan seiring bertambahnya konsentrasi logam pada tanah. CE juga mempengaruhi berat kering sawi, konsentrasi logam yang diserap sawi, dan CDGT.

Heavy metals that pollute the soil body such as Pb and Cd is not few resulting from human activities. This research tries to perform measurements of the heavy metals bioavailability (Pb and Cd) in soil to Brassica juncea L. with Diffusive Gradient in Thin Film (DGT) Technique, where the availability of Pb and Cd in soil also seen from the faction of sequential extraction. DGT can measure the presence of labile metal species. Labile species may represent the amount of metal which may be absorbed by biota. DGT that consisting of a binding layer and diffusive layer are tested for their capacity to absorb labile metal species in Plumbum (II). Pb was extracted more on the 3rd fraction (bound to Mn-Oxide) and 4th (bound to Fe-Oxides), while for Cd was extracted more on 1st fraction (exchangeable faction) and 2nd faction (bound to carbonate).
The destruction results of green mustard that planted on soil Pb and Cd contaminaton media provides increased levels of Pb and Cd along with the increased of Pb and Cd concentration which was given to soil, but there is a decrease in metal uptake by green mustard while [Pb] > 1000 mg/kg and [Cd] > 100 mg/kg. For the results of DGT deployment, there is an increase of DGT concentration (CDGT) along with the increased metal concentration in soil, also for the effective metal concentration in soil (CE). CE also affects the weight of dry green mustard, metal concentrations of green mustard, and absorbed CDGT.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43706
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eckertova, Ludmila
New York: Plenum Press, 1986
530.41 ECK p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Academic Press, 1982
620.1 PRE
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>