Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206867 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aini Qurani Sam
"Lebih dari 500.000 ibu yang meninggal tiap tahunnya disebabkan karena komplikasi pada kehamilan. Meskipun pada kenyataannya komplikasi obstetric menjadi kejadian yang tidak dapat diramalkan dan menyebabkan sekitar lebih dari 90% kematian ibu pada saat atau sekitar persallinan. Maka dari itu, pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengganggap semua kehamilan berisiko. Salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencegah dan menurunkan angka kejadian maternal mortality di Indonesia yakni dengan mengetahui apakah terdapat hubungan antara kepatuhan kunjungan dan kelengkapan antenatal care (ANC) dengan kejadian komplikasi obstetri sehingga selanjutnya dapat dilakukan perencanaan penanggulangan secara lebih efektif dalam hal menurunkan kematian ibu di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 dengan design penelitian potong lintang. Sampel pada penelitian ini adalah ibu berumur 15-49 tahun yang memiliki anak 5 tahun terakhir yang memenuhi kriteria inklusi dengan mengambil total sampling. Hasil permodelan akhir analisis multivariat cox regresi dimana diperoleh adanya hubungan kepatuhan dan kelengkapan ANC yang signifikan secara statistik terhadap komplikasi obstetric dengan nilai PR sebesar 1,33 (95%CI 1,22-1,46) dengan nilai p 0,0001. Maka dapat disimpulkan, ada hubungan kepatuhan kunjungan dan kelengkapan ANC terhadap komplikasi obstetric di Indonesia setelah dikontrol oleh variabel umur, paritas, riwayat komplikasi, dan pendidikan.

More than 500,000 mothers died each year due to complications in pregnancy. Even though obstetric complications become unpredictable events and caused more than 90% of maternal deaths at or around delivery. Therefore, the approach taken is to assume all pregnancies are risky. One of the strategies that can be used to prevent and reduce the incidence of maternal mortality in Indonesia is to find out whether there is a relationship between compliance and completeness antenatal care (ANC) with the incidence of obstetric complications so that further management planning can be done more effectively in terms of lowering maternal mortality in Indonesia. This study used secondary data from the Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) in 2017 with a cross-sectional design. The sample in this study were mothers aged 15-49 years who had children in the last 5 years who were eligible with the inclusion criteria by taking total sampling. The results of the final modeling of multivariate cox regression analysis showed that there was a relationship between ANC compliance and completeness with obstetric complications with a PR value of 1.33 (95% CI 1.28-1.46) with a p-value of 0.0001. So it can be concluded, there is a relationship between compliance and completeness of ANC to obstetric complications in Indonesia after being controlled by age, parity, history of complications, and education."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Monika Sani
"Angka kematian bayi akibat makrosomia meningkat 0,1% menurut Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2017. Sementara itu, komplikasi persalinan ibu meningkat dari 35% pada tahun 2012 menjadi 41% pada tahun 2017. Dengan menggunakan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, penelitian ini menyelidiki hubungan antara pemeriksaan kehamilan (antenatal care) dan variabel kejadian makrosomia dengan faktor pembaur (confounding) yakni Umur Ibu, Pekerjaan Ibu, Lokasi Tempat Tinggal Ibu, Tingkat Pendidikan Ibu, Status Sosial Ekonomi, Tempat Pemeriksaan saat kehamilan, dan Tenaga Pemeriksaan Kehamilan. Penelitian ini memakai metode penelitian kuantitatif observasional analitik melalui teknik cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen memiliki korelasi yang signifikan dengan variabel dependen, yaitu kualitas pemeriksaan kehamilan dengan standar 10T yang dilakukan pada pasien ibu hamil dengan faktor konfounding-nya status pekerjaan ibu, daerah tempat tinggal ibu, dan tempat pemeriksaan kehamilan serta variabel interaksi antara daerah tempat tinggal dengan kuantitas ANC. Hasil analisis menunjukkan ibu yang tidak mendapatkan kualitas pemeriksaan kehamilan yang sesuai standar berisiko 1,304 (95% CI 1,096-1,551) kali memiliki bayi makrosomia dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan kualitas pemeriksaan kehamilan yang sesuai standar. Pada faktor konfounding yang paling berisiko pada kejadian makrosomia adalah daerah tempat tinggal dengan POR=1,692 (95% CI 1,358- 2,109) artinya ibu yang tinggal di desa berisiko 1,692 kali memiliki bayi makrosomia dibandingkan ibu tinggal di kota.

The infant mortality rate due to macrosomia increased by 0.1% according to the 2017 Indonesian Demographic Health Survey Data. Meanwhile, maternal birth complications increased from 35% in 2012 to 41% in 2017. Using data from the Indonesian Demographic and Health Survey, this research investigate the relationship between antenatal care and macrosomia incidence variables with confounding factors, namely maternal age, maternal occupation, maternal residence location, maternal education level, socio-economic status, examination location during pregnancy, and prenatal examination personnel. This research uses quantitative observational analytical research methods using cross-sectional techniques. The results of the study show that the independent variable has a significant correlation with the dependent variable, namely the quality of pregnancy examinations with the 10T standard carried out on pregnant women with the confounding factors being the mother's employment status, the area where the mother lives, and the place of pregnancy examination as well as the interaction variable between regions. residence with ANC quantity. The results of the analysis show that mothers who do not receive quality pregnancy checks that meet standards have a 1.304 (95% CI 1.096-1.551) risk of having macrosomia babies compared to mothers who get quality pregnancy checks that meet standards. The confounding factor that is most at risk for the incidence of macrosomia is the area of residence with POR=1.692 (95% CI 1.358-2.109) meaning that mothers who live in villages are 1.692 times more likely to have macrosomia babies than mothers who live in cities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Mulya Nasrun
"Latar Belakang : Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 angka kematian neonatal (AKN) Indonesia adalah 15 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih rendah dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Development Goals (SDGs), dengan harapan pada tahun 2030 AKN tidak lebih dari 12 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal berasal dari kesehatan ibu yang buruk, perawatan yang tidak memadai selama kehamilan, manajemen komplikasi yang tidak tepat selama kehamilan dan persalinan.
Tujuan : Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan riwayat frekuensi Antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia.
Metode : Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data SDKI 2017. Variabel dependen adalah kematian neonatal. Variabel independen utama adalah antenatal care
(ANC). Variabel kovariat adalah imunisasi TT, tempat tinggal, usia ibu, pendidikan ibu, paritas, tempat persalinan, jenis kelamin bayi, kelahiran cesar dan kelahiran kembar. Analisis menggunakan regresi logistik menggunakan aplikasi SPSS-24
Hasil : Proporsi kematian neonatal adalah sebanyak 91 kasus (1,1%). Hasil analisis multivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan frekuensi antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia dengan pvalue = 0,003 (p 0,05) dan POR 3,110 dengan 95%CI (1,489-6,499).
Kesimpulan : Ada hubungan antara frekuensi antenatal care (ANC) dengan kematian neonatal di Indonesia. Bagi ibu hamil agar melakukan antenatal care (ANC) minimal 4
kali selama masa kehamilan sesuai anjuran pemerintah dan WHO dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan dasar sehingga memiliki
motivasi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan janin. Sehingga dapat menurunkan angka kematian neonatal di Indonesia.

Background: Based on the results of the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) in 2017 the Indonesian neonatal mortality rate (NMR) is 15 per 1,000 live births. This figure is still low compared to the Sustainable Development Goals (SDGs) target, with the hope that in the year 2030 NMR will not exceed 12 per 1,000 live births. Neonatal mortality comes from poor maternal health, inadequate care during pregnancy,
management of improper complications during pregnancy and childbirth.
Objective: This study aimed to look at the history of antenatal care (ANC) relationships with neonatal deaths in Indonesia.
Method: The data used in this study is the 2017 IDHS data. The dependent variable is neonatal mortality. The main independent variable is antenatal care (ANC). Covariate variables are TT immunization, place of residence, mothers age, mothers education, parity, place of delivery, sex of the baby, cesarean delivery and twin births. Analysis using logistic regression using the SPSS-24 application
Results: The proportion of neonatal deaths was 91 cases (1.1%). The results of multivariate analysis showed that there was a significant relationship between the frequency antenatal care (ANC) relationship with neonatal death in Indonesia with pvalue = 0.003 (p 0.05) and POR 3.110 with 95% CI (1,489-6,499).
Conclusion: There is a relationship between the frequency of antenatal care (ANC) and neonatal death in Indonesia. For pregnant women to do antenatal care (ANC) at least 4
times during pregnancy according to the recommendations of the government and WHO to increase knowledge about basic prenatal care so that they have the motivation to
improve maternal and fetal health. So that it can reduce neonatal mortality in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Izzah Dienillah
"BBLR merupakan salah satu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat. Di Indonesia, prevalensi BBLR mengalami stagnanisasi bahkan meningkat yaitu 6,7% pada 2007 menjadi 7,3% pada 2012. Banyak faktor yang memengaruhi BBLR, salah satunya adalah pelayanan ANC. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan frekuensi dan kualitas pelayanan ANC terhadap kejadian BBLR dengan menggunakan data SDKI 2012. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan menggunakan kuesioner SDKI 2012. Study participant dalam studi ini sebanyak 13.413 Hasil analisis ditemukan prevalensi BBLR sebesar 6,9%. Karateristik BBLR lahir dengan berat badan rata-rata yaitu 2055,11 gr dan berat badan terendah lahir dengan berat 700 gr. Faktor yang secara statitstik berhubungan dengan BBLR adalah frekuensi, kualitas ANC, pekerjaan ibu pendidikan ibu, komplikasi kehamilan, paritas, dan status ekonomi. Dari hasil analisis logistic regression ditemukan ibu dengan riwayat komplikasi kehamilan serta mendapatkan frekuensi ANC yang buruk, memiliki risiko melahirkan BBLR 2,772 kali dibandingkan ibu yang tidak mengalami riwayat komplikasi kehamilan dan mendapatkan frekuensi ANC yang baik. Serta ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal dengan kualitas buruk berisiko 1,126 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan antenatal baik setelah dikontrol variabel frekuensi ANC. Namun, hasil analisis ini menunjukkan bahwa hubungan frekuensi dan kualitas ANC dengan BBLR tidak signifikan dengan mempertimbangkan p value >0,05 dan CI rentangnya melewati angka 1. Terdapat potensi bias seleksi yang besar dimana missing pada studi partisipan sebanyak 19%.

LBW is one of indicators to describe public health. In Indonesia, the prevalence of LBW increased by 6.7% in 2007 to 7.3% in 2012. Many factors affect the LBW, one of which is the ANC. This study aims to see the relationship of frequency and quality of ANC service to the occurrence of LBW by using data of SDKI 2012. This is a cross sectional study using the questionnaire SDKI 2012. Study participant in this study as many as 13,413. The results showed the prevalence of LBW by 6.9% . Characteristics of LBW was born with an average body weight of 2055.11 gr and the lowest is 700 gr. Factors that are statistically associated with LBW are frequency, ANC quality, maternal education, work, pregnancy complications, parity, and economic status. From the results of logistic regression analysis found that women with a history of complications and lack of ANC frequency, has a risk of giving birth to LBW 2,772 times to mothers who had no pregnancy complication and had good ANC. As well as mothers who received quality antenatal service with poor quality 1.126 times larger to give birth to LBW with mothers who have good quality antenatal care after controlled by ANC frequency. However, the results of this analysis show that the relationship of frequency and quality of ANC to BBLR is not significant with p value> 0,05 and CI range exceeds the number 1. There is a large selection potential bias which showed by 19% missing data from eligible population."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Diah Permatasari
"Latar Belakang: ASI eksklusif telah terbukti memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk bayi, tetapi juga untuk ibu, keluarga, dan masyarakat. Pemberian ASI eksklusif juga memberikan manfaat di bidang sosial ekonomi. Meskipun demikian, cakupan ASI eksklusif masih rendah. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, persentase bayi berusia di bawah 6 bulan di Indonesia yang mendapat ASI eksklusif baru mencapai 52%, persentase tersebut masih di bawah target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024, yaitu 60%. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, ibu yang memiliki frekuensi kunjungan antenatal care (ANC) lebih banyak cenderung lebih berpeluang untuk memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi kunjungan ANC terhadap pemberian ASI eksklusif di Indonesia berdasarkan hasil analisis data SDKI tahun 2017.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross sectional, dengan data sekunder yaitu SDKI tahun 2017. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak terakhir berusia 4-6 bulan dan tinggal bersama yang menjadi responden dalam SDKI 2017. Analisis multivariabel digunakan untuk mengetahui pengaruh frekuensi kunjungan ANC terhadap pemberian ASI eksklusif dengan beberapa variabel kovariat, yaitu usia ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, status perkawinan, jenis tempat tinggal, kesejahteraan, dan paritas.
Hasil: Ibu yang melakukan kunjungan ANC minimal 8 kali memiliki nilai odds pemberian ASI eksklusif yang lebih besar 1,60 kali dibandingkan nilai odds pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melakukan kunjungan ANC kurang dari 8 kali setelah dikontrol oleh variabel confounder.
Kesimpulan: Cakupan ASI eksklusif yang masih di bawah target menjadi salah satu tantangan kesehatan di Indonesia. Adanya pengaruh dari frekuensi kunjungan ANC terhadap pemberian ASI eksklusif dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi institusi kesehatan untuk mengemb angkan program kesehatan di Indonesia.

Background: Exclusive breastfeeding has been proven to have many benefits, not only for the baby, but also for the mother, family, and society. Exclusive breastfeeding also gives benefits in socioeconomics. However, the coverage of exclusive breastfeeding is still low. Based on the results of the Indonesian Health Demographic Survey (IDHS) in 2017, the percentage of infant under 6 months of age in Indonesia who received exclusive breastfeeding has only reached 52%, this percentage is still below the Ministry of Health's Strategic Plan target for 2020-2024, that is 60%. Based on several previous studies, mothers who had more antenatal care (ANC) visit frequency were more likely to give exclusive breastfeeding. The aim of this study is to determine the effect of ANC visits frequency on exclusive breastfeeding in Indonesia based on the results of the 2017 IDHS data analysis.
Method: This study is using cross-sectional method, with secondary data, 2017 IDHS. The sample of this study was mothers who had their last child aged 4-6 month and lived together who were respondents in 2017 IDHS. Multivariable analysis will be used to determine the effect of ANC visits frequency on exclusive breastfeeding with several covariate variables, which is mother's age, mother's education level, mother's employment status, marital status, type of residence, wealth index, and parity.
Result: Mothers who made ANC visits at least 8 times had an odds value of exclusive breastfeeding that was 1.60 times greater than the odds value of exclusive breastfeeding for mothers who had ANC visits less than 8 times after controlling for the confounder variable.
Conclusion: Exclusive breastfeeding coverage which is still below the target is one of the health challenges in Indonesia. The influence of ANC visits frequency on exclusive breastfeeding can be one of the considerations for health institutions to develop health programs in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Terry Yuliana R.P.
"Komplikasi persalinan merupakan penyebab langsung kematian ibu. Berat badan lahir rendah (BBLR) terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Kunjungan antenatal menjadi faktor penting terjadinya komplikasi persalinan dan BBLR. Penelitian kunjungan antenatal, komplikasi persalinan, dan BBLR banyak dilakukan dengan beragam metode statistik. Tujuan penelitian menghasilkan evidence based recommendation kepada pemegang program berdasarkan perbandingan hasil analisis tiga alternatif pilihan metode statistik tentang pengaruh kunjungan antenatal terhadap komplikasi persalinan dan BBLR. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Sumber data berasal dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017. Sampel penelitian sebagian wanita usia subur berusia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir dalam 5 tahun terakhir sebanyak 12.035 responden. Variabel dependen: komplikasi persalinan dan BBLR, variabel independen: kunjungan antenatal. Analisis data menggunakan regresi logistik, cox, dan poisson dengan varians robust. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi komplikasi persalinan (47,40%) dan BBLR (6,56%). Kunjungan antenatal terbukti secara statistik berpengaruh terhadap komplikasi persalinan dan BBLR di Indonesia. Wanita yang melakukan kunjungan antenatal <8 kali berisiko 1,2 kali lebih besar untuk mengalami komplikasi persalinan dan berisiko 5,48 kali lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan wanita yang melakukan kunjungan ≥8 kali, persebaran dan kualitas sesuai. Berdasarkan perbandingan dari ketiga metode statistik, pada komplikasi persalinan sebagai contoh kasus dengan prevalensi tinggi, regresi cox maupun poisson dengan varians robust merupakan alternatif pilihan metode statistik yang lebih baik dibanding regresi logistik. Ukuran asosiasi PR lebih tepat digunakan daripada OR karena tidak overestimate. Sementara pada BBLR sebagai kasus dengan prevalensi rendah, ukuran asosiasi PR maupun OR dapat digunakan keduanya karena menghasilkan nilai yang hampir sama.

Childbirth complications are a direct cause of maternal death. Low birth weight (LBW) continues to be a global public health problem. The antenatal care visits is an important factor in occurrence of birth complications and LBW. Research on the frequency of antenatal visits, birth complications, and LBW has been carried out using various statistical methods. The purpose of the study is to produce evidence-based recommendations for the program based on a comparison of the results of the analysis of three alternative statistical methods for Indonesia regarding the influence of the of antenatal visits on birth complications and LBW. This study is a quantitative study with a cross-sectional study design. The data comes from the 2017 Indonesian Demographic Health Survey (IDHS). The sample of this study included 12,035 respondents of women of childbearing aged 15-49 years who gave birth to their last child in the last 5 years. Dependent variables: birth complications and LBW, independent variables: frequency of antenatal care. Data analysis uses logistic regression, Cox, and Poisson regression with robust variance. The results showed that the prevalence of birth complications (47.40%) and LBW (6.56%). The antenatal care visits had been statistically proven to influence childbirth complications and LBW in Indonesia. Women who had <8 antenatal visits had a 1.2 times greater risk of experiencing birth complications and a 5.48 times greater risk of giving birth to an LBW baby compared to women who had ≥8 visits, appropriate of distribution and quality of antenatal care. Based on a comparison of the three statistical methods, for childbirth complications as an example of cases with high prevalence, Cox or Poisson regression with robust variance is a better alternative choice of statistical method than logistic regression. The PR measure of association is more appropriate to use than OR because it does not overestimate. Meanwhile, for LBW as a case with low prevalence, both PR and OR association measures can be used because they produce almost the same values."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aryastuti
"Komplikasi persalinan merupakan penyebab langsung kematian maternal yang sebenarnya dapat dicegah melalui perawatan kehamilan yang baik. Peningkatan cakupan pemeriksaan kehamilan yang tidak diikuti dengan menurunnya komplikasi persalinan karena para ibu hamil belum sepenuhnya mendapatkan pelayanan yang sesuai standar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara perawatan kehamilan dengan komplikasi persalinan pada ibu di Indonesia. Penelitian ini merupakan studi analitik menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian yaitu semua perempuan usia 15-49 tahun yang pernah melahirkan anak hidup maupun mati, tercakup dalam rumah tangga yang disurvei di 33 propinsi di Indonesia yang memenuhi kriteria sampel penelitian sebanyak 11.803 responden.
Variabel yang diteliti adalah komplikasi persalinan, perawatan kehamilan, umur ibu saat melahirkan, pendidikan, paritas, jarak kelahiran, penolong persalinan, tempat persalinan, riwayat komplikasi kehamilan, riwayat komplikasi persalinan sebelumnya dan kehamilan kembar. Analisis menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kejadian komplikasi persalinan di Indonesia antara kurun waktu tahun 2007-2012 sebanyak 49,2% dan prevalensi perawatan kehamilan yang buruk tidak sesuai standar sebanyak 91,2%. Ibu dengan perawatan kehamilan yang buruk berisiko 1,3 kali lebih tinggi mengalami komplikasi persalinan dibandingkan dengan ibu dengan perawatan kehamilan baik (OR: 1,3, 95% CI: 1,14-1,49).

The complication that appears during delivery is the direct cause of maternal death which could be prevented through a better antenatal care. Improved antenatal coverage was not followed by decline of delivery complication since mothers/pregnant women has not been fully obtained adequate standard services. The purpose of this study to analyze the relationship between antenatal care with childbirth complications on mothers in Indonesia. This research is an analytical study uses data of Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) at year 2012 with cross-sectional design study. The research sample was all women aged 15-49 years who had given birth the child alive or dead, is included in the households surveyed in 33 provinces in Indonesia that meet the criteria of the study sample as many 11.803 respondents.
Variables studied are childbirth complications, antenatal care, maternal age in childbirth, education, parity, preceding birth interval, birth attendence, place of delivery, a history of pregnancy complications, previous history of childbirth complications and multiple pregnancies. Analysis using multiple logistic regression. Results showed the prevalence of childbirth complications on mother's in Indonesia between the period of 2007-2012 as much as 49.2% and the prevalence of poor antenatal care (is not according to standards) as much as 91.2%. Mothers with poor antenatal care were 1,3 times higher risk for complications of childbirth compared with women with good antenatal care (OR: 1.3, 95% CI: 1.1 to 1.4).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46221
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betty Oktaviana
"Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, namun ibu mungkin menghadapi penyulit. Kematian ibu bisa menjadi hasil akhirnya bila tidak tertangani dengan baik. Hal ini dapat dicegah apabila pelayanan antenatal dilakukan secara rutin dan terpadu yang melibatkan suami, sehingga kesehatan ibu terpantau serta persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi dijalankan. Pemerintah telah mengupayakan pelayanan kesehatan ibu, namun belum dimanfaatkan optimal, berdasarkan hasil cakupan pelayanan kehamilan dan persalinan yang belum memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan partisipasi suami dengan pemanfaatan layanan kunjungan antenatal di Indonesia. Penelitian dengan pendekatan cross sectional, menggunakan data SDKI 2012. WUS yang melahirkan anak lahir hidup satu tahun sebelum survei menjadi populasi. Besar sampel 504 responden. Partisipasi suami dalam masa kehamilan diukur berdasarkan pendampingan suami saat kunjungan antenatal, diskusi tentang kehamilan, dan persiapan persalinan serta pencegahan komplikasi. Sedangkan kunjungan antenatal didasarkan atas jadual kunjungan rekomendasi WHO. Data dianalisis menggunakan uji regresi logistik. Pemanfaatan layanan kunjungan antenatal lengkap sesuai jadwal rekomendasi minimal (1-1-2) di Indonesia Tahun 2012 75,8% dan partisipasi suami tergolong tinggi sebesar 94,8%.
Hasil uji regresi logistik menunjukkan ibu dengan suami yang berpartisipasi tinggi, berpeluang 2,29 kali untuk melakukan kunjungan antenatal lengkap (95% CI 0,997-5,267) dibanding ibu dengan suami berpartisipasi rendah setelah dikontrol pendidikan ibu. Namun, secara statistik tidak ada hubungan signifikan antara partisipasi suami dengan pemanfaatan layanan kunjungan antenatal di Indonesia. Pendidikan ibu merupakan determinan pemanfaatan layanan kunjungan antenatal dan berhubungan dengan partisipasi suami dalam masa kehamilan di Indonesia. Diseminasi pengetahuan yang tepat sesuai karakteristik serta upaya untuk mengoptimalkan partisipasi suami diperlukan untuk mencapai target pemanfaatan layanan kunjungan antenatal di Indonesia.

Pregnancy and labor are natural processes, but women may face complications. Maternal death can be the result if it is not handled properly. It can be prevented if antenatal care was done continuity and integrated by involving the husband. So the mother's health is monitored, also birth preparedness and complication readiness is well planned. The government has performed maternal health services, but not utilized optimally yet, based on coverage rate of pregnancy and delivery services that still well below the target set by Ministry of Health in 2010-2014.
The purpose of this study is to identify the association between husband's participation and utilization of antenatal services in Indonesia. Research done using cross sectional approach, by analyzing Indonesian Demographic and Health Survey 2012. Women which give birth one year before survey become population. Sample size was 504 respondents. Husband's participation was measured by husband's assistance during antenatal visits, discussions about pregnancy, and birth preparedness and complication readiness. Which antenatal services was determined by WHO's recommendation schedule. Data were analyzed using logistic regression test. In Indonesia, the utilization of completed antenatal visits was 75,8% and husband's high participation was 94,8% in 2012.
The logistic regression analysis revealed that mother with highly husband participation were more likely to completed antenatal visits (OR= 2,29; 95% Cl: 0,997-5,267) than mother with low husband participation, after controlled mother's education level. Mother's education level were determinants of antenatal services utilization and had association with utilization of antenatal services in Indonesia. Proper dissemination of knowledge according to the characteristics and efforts to optimize husband's participation are needed in order to reach the target of utilization in antenatal services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Anggi Yani
"Komplikasi menyebabkan kematian pada ibu dapat dicegah dan diselamatkan melalui pemeriksaan kehamilan dengan mengakses pelayanan antenatal (ANC) minimal 4 kali kunjungan ke fasitilas kesehatan. Meskipun cakupan ANC di Indonesia baik pada kunjungan pertama (K1), namun tidak menjamin pada kunjungan berikutnya sehingga berdampak pada jumlah cakupan K4 yang lebih rendah dengan selisih 21%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap keteraturan ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC di Indonesia berdasarkan data SDKI tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017 dengan jumlah sampel 14.448 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu berpengaruh terhadap ibu yang melakukan kunjungan ANC secara tidak teratur dengan nilai OR= 1,20 pada ibu dengan pendidikan dibawah SMA. Selain itu, paritas tinggi (≥4 anak) (OR=1,91), status ekonomi sedang (OR=1,75) dan status ekonomi rendah (OR=2,36), ibu yang tidak memiliki asuransi kesehatan (OR=0,85) dan ibu yang tidak mendapatkan dukungan keluarga (OR=0,56) berisiko lebih tinggi untuk melakukan kunjungan ANC secara tidak teratur. Untuk meningkatkan kesadaran pentingnya kunjungan ANC secara teratur diharapkan pemerintah dapat mengoptimalkan program wajib belajar 12 tahun dan pembinaan kepada masyarakat akan pentingnya program tersebut serta mengoptimalkan pelaksanaan posyandu dan meningkatkan pemberdayaan kader.

Complications leading to deaths of maternal pregnancy can be prevented and treated with antenatal care by performing antenatal care (ANC) in a medical facility at least four times. Despite the satisfactory scope of ANC in Indonesia during the first visit (K1), the scopes during the next visits are not guaranteed, resulting in a lower K4 scope with a difference of 21%. This research aims to analyze the influence of pregnant maternal level of education on performing ANC visits in Indonesia based on SDKI data in the year 2017. The research design used was cross-sectional using secondary data from the Indonesia Demographic and Health Survey 2017 with a sample of 14,448. The result showed that the maternal level of education can influence the irregularity of ANC visits with value of OR=1.20 in maternal with education below high school. In addition, high parity (>= 4 children) (OR=1,91), middle economic status (OR=1,75) and low economic status (OR=2,36), maternal who did not have health insurance (OR= 0,85) and maternal who did not receive family support (0,56) had a higher risk of having less than four antenatal visits. To increase awareness of the importance of antenatal care visits, the government is expected to optimize the mandatory 12 years education program and and coaching the community on the importance of the program as well as optimizing the implementation of posyandu and increasing the empowerment of cadres."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Arintiany, autho
"Salah satu penyebab utama kematian neonatal di Indonesia adalah prematur. Selain kematian, komplikasi dari kelahiran prematur merupakan penyebab lamanya rawat inap di rumah sakit yang berdampak pada meningkatkan biaya kesehatan. Salah satu upaya untuk mencegah bayi lahir prematur dengan melakukan deteksi dini selama kehamilan melalui kunjungan antenatal care (ANC). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberlanjutan kunjungan ANC dengan kejadian kelahiran prematur di Indonesia. Data berasal dari hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menggunakan desain studi cross sectional. Sampel terdiri dari 63.279 perempuan berusia 10-54 tahun yang pernah melahirkan bayi hidup dalam periode 2018-2023. Analisis statistik menggunakan   uji chi square. Hasil penelitian ini menemukan prevalensi kelahiran prematur di Indonesia sebesar 12,4%.  Terdapat hubungan signifikan antara keberlanjutan kunjungan ANC dengan kejadian kelahiran prematur (PR: 1,52; 95% CI: 1,46-1,59). Beberapa faktor lain yang berhubungan dengan kejadian kelahiran prematur di Indonesia diantaranya faktor risiko kehamilan (PR: 1,71; 95% CI: 1,64-1,78), kehamilan kembar (PR: 2,49; 95% CI: 2,19-2,84), kelengkapan pemeriksaan ANC (PR: 1,58; 95% CI:1,49-1,66), kepatuhan minum TTD (PR: 1,28; 95% CI:1,22-1,33), dan komplikasi kehamilan (PR: 1,27; 95% CI: 1,2-1,33). Kesimpulan: keberlanjutan kunjungan ANC memiliki hubungan signifikan dengan kelahiran prematur, dimana keberlanjutan ANC yang sesuai program menurunkan risiko lahir premature, sehingga diharapkan ibu hamil dapat melakukan kunjungan ANC sesuai program yaitu minimal 6 kali selama kehamilan.

One of the main causes of neonatal death in Indonesia is prematurity.  Apart from death, complications from premature birth are a cause of long hospital stays which have an impact on increasing health costs. One effort to prevent premature births is by carrying out early detection during pregnancy through antenatal care (ANC) visits. The aim of this research is to determine the relationship between the continuity of ANC visits and the incidence of premature birth in Indonesia. Data comes from the results of the 2023 Indonesian Health Survey (IHS) using a cross-sectional study design. The sample consisted of 63,279 women aged 10-54 years who had given birth to a live baby in the 2018-2023 period. Statistical analysis uses the chi square test. The results of this study found that the prevalence of premature birth in Indonesia was 12.4%.  There is a significant relationship between continuity of ANC visits and the incidence of premature birth (PR: 1.52; 95% CI: 1.46-1.59). Several other factors associated with the incidence of premature birth in Indonesia include pregnancy risk factors (PR: 1.71; 95% CI: 1.64-1.78), multiple pregnancies (PR: 2.49; 95% CI: 2, 19-2.84), completeness of ANC examination (PR: 1.58; 95% CI: 1.49-1.66), compliance with taking TTD (PR: 1.28; 95% CI: 1.22-1, 33), and pregnancy complications (PR: 1.27; 95% CI: 1.2-1.33). Conclusion: continuity of ANC visits has a significant relationship with premature birth, where continuity of ANC according to the program reduces the risk of premature birth, so it is hoped that pregnant women can make ANC visits according to the program, namely a minimum of 6 times during pregnancy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indinesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>