Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168477 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Resti Sri Elwani
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan penggunaan media sosial, orientasi percakapan serta orientasi konformitas dalam komunikasi keluarga dengan harga diri remaja. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode survei online. Sampel penelitian berjumlah 185 siswa yang bersekolah di SMK Wira Utama yang terletak di Desa Nyalindung, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi. Dari tiga variabel yang diukur, hasil penelitian menunjukkan hanya orientasi percakapan dalam komunikasi keluarga yang memiliki hubungan signifikan dengan harga diri remaja dengan nilai r=0.254, ρ=0,00. Orientasi konformitas dalam komunikasi keluarga dan penggunaan media sosial tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap harga diri remaja masing-masing dengan nilai r=0,106, ρ=0,150 dan r=0.2, ρ=0,773. Orientasi percakapan memiliki hubungan positif dengan harga diri remaja karena keluarga yang yang memiliki orientasi percakapan tinggi cenderung memiliki iklim komunikasi terbuka dan sering melibatkan anak dalam pengambilan keputusan. Dampaknya adalah anak memiliki perasaan positif terhadap diri dan kemampuan mereka sendiri. Hal ini sangat baik bagi perkembangan harga diri anak. Orientasi konformitas tidak memiliki hubungan signifikan dengan harga diri responden, baik secara positif maupun negatif. Orientasi konformitas yang banyak dikaitkan membawa dampak negatif terhadap anak, dalam penelitian ini tidak terbukti Penggunaan media sosial responden juga menunjukkan tidak berhubungan secara signifikan dengan harga diri. hal ini disebabkan persepsi responden tentang pentingnya media sosial dalam kehidupan mereka dan hubungan emosional yang terbentuk dengannya tidak terlalu tinggi. Hasil penelitian menyarankan agar setiap keluarga menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dan mendorong anak untuk memiliki dan mengekspresikan pendapat mereka karena hal ini sangat baik bagi perkembangan harga diri remaja. Komunikasi yang hangat ketika menyampaikan pendapat juga sangat baik bagi orang tua agar dapat mengurangi dampak negatif dari orientasi konformitas. Dampak negatif penggunaan media sosial juga dapat dikurangi selama penggunaan media sosial tidak terlalu melibatkan emosi dan tidak terintegrasi menjadi keseharian utama remaja.

This study aims to explain the relationship between social media use, conversational orientation and conformity orientation in family communication with adolescent self-esteem. The research was conducted with a quantitative approach and using an online survey method. The research sample consisted of 185 students who attended SMK Wira Utama which is located in Nyalindung Village, Nyalindung District, Sukabumi Regency. Of the three measured variables, the results showed that only conversational orientation in family communication had a significant relationship with adolescent self-esteem with a value of r = 0.254, ρ = 0.00. Conformity orientation in family communication and social media use did not have a significant relationship with adolescent self-esteem with a value of r = 0.106, ρ = 0.150 and r = 0.2, ρ = 0.773 respectively. Conversation orientation has a positive relationship with adolescent self-esteem because families with high conversational orientation tend to have an open communication climate and often involve children in decision making. The impact is that children have positive feelings about themselves and their own abilities. This is very good for the development of children's self-esteem. Conformity orientation does not have a significant relationship with the respondent's self-esteem, either positively or negatively. The conformity orientation that is widely associated with negative impacts on children is not proven in this study. The respondents' use of social media also shows that it is not significantly related to self-esteem. This is because the respondents' perceptions of the importance of social media in their lives and the emotional relationships they form are not very high. The results suggest that each family creates a climate of open communication and encourages children to have and express their opinions because this is very good for the development of adolescent self-esteem. Warm communication when expressing opinions is also very good for parents in order to reduce the negative impact of conformity orientation. The negative impact of using social media can also be reduced as long as the use of social media does not involve too much emotion and is not integrated into the main daily lives of teenagers."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhana
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara penggunaan Facebook dengan harga diri, adiksi sosial media, dan narsisme. Penelitian ini melibatkan 852 peserta (545 perempuan, 289 laki-laki, 15 nonbiner, 3 identitas lainnya) dengan rata-rata umur 29 tahun. Peserta melengkapi survei online yang terdiri dari pertanyaan demografis dan skala pengukuran (Rosenberg Self-Esteem Scale, Bergen Social Media Addiction Scale, Dirty Dozen Dark Triad Scale, Facebook Intensity Scale). Korelasi Pearson’s digunakan untuk meniliti hubungan antara penggunaan Facebook dan 3 variabel lainnya. Hasil menampilkan bahwa meningkatnya level harga diri memiliki hubungan yang signifikan terhadap penggunaan Facebook, level adiksi sosial media yang tinggi menunjukkan korelasi yang positif terhadap penggunaan Facebook. Sebaliknya, narsisme tidak menunjukkan korelasi dengan penggunaan Facebook. Meskipun demikian, hasil dari variabel harga diri dan narsisme tidak sesuai dengan hipotesis dan adiksi sosial media menunjukkan hasil yang sesuai dengan hipotesis. Penelitian ini memiliki limitasi yang hanya meneliti penggunaan Facebook, sedangkan terdapat beberapa sosial media lain yang memiliki potensi untuk diteliti lebih lanjut. Karena itu, penelitian selanjutnya disarankan untuk mempertimbangkan penelitian sosial media lain. Limitasi lainnya adalah untuk fokus ke populasi yang lebih kecil agar penelitian dapat dilakukan dengan spesifik.

The purpose of this research study was to examine the correlation between Facebook use and self- esteem, social media addiction, and narcissism. There are 852 participants (545 female, 289 male, 15 non- binary, and 3 other-identifying) with an age range of 29 years old who completed an online survey consisting of a demographic questions and measurements scales (Rosenberg Self-Esteem Scale, Bergen Social Media Addiction Scale, Dirty Dozen Dark Triad Scale, Facebook Intensity Scale). A pearson's correlation was used to investigate thecorrelation between facebook use and the 3 variables. Results showed that increased level of self- esteem relates to statistically significant Facebook use, high levels of social media addiction is positively correlated with the use of Facebook. On the contrary, narcissism was reported having no correlation with Facebook use. However, the result of self-esteem and narcissism are not in line with the hypotheses while only social media addiction that is equivalent to the hypothesis. This research has a limitation which only examines Facebook use. Meanwhile, there are many social media platforms that can be investigated as well. Hence, future research might consider the use of other social networking platforms and narrow down the population size to make the research in more detail.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ajeng Nuurizqia Utami Prawiro
"Perkembangan teknologi semakin memudahkan masyarakat dalam mengakses media sosial. Penggunaan media sosial memiliki efek terhadap harga diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik penggunaan media sosial dengan tingkat harga diri pada kelompok pemuda. Penelitian dilakukan menggunakan desain korelasi dengan metode kuantitatif dan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 479 pemuda usia 15-24 tahun di Jakarta Timur yang menggunakan media sosial Instagram, Facebook, TikTok, dan Twitter. Pengumpulan data dilakukan secara online menggunakan Google Formulir. Hasil penelitian menunjukkan 68,3% responden memiliki harga diri tinggi. Jenis media sosial yang paling banyak digunakan adalah Instagram dengan frekuensi dan durasi kategori tinggi (>6x/hari dan >4 jam/hari). Jenis media sosial dan frekuensi penggunaan media sosial memiliki hubungan dengan harga diri, sedangkan alasan dan durasi penggunaan media sosial serta aktivitas dalam media sosial tidak memiliki hubungan dengan harga diri. Dari hasil penelitian, pemuda diharapkan menggunakan media sosial dengan bijak, orang tua diharapkan meningkatkan pengawasan terhadap pemuda, dan penelitian selanjutnya diharapkan meneliti tentang adiksi media sosial/gadget pada pemuda. 

Technological developments facilitate people to access social media. Social media use has an effect on self-esteem. This study aims to identify the relationship between characteristics of social media use and level of self-esteem in youth. The study was conducted using a correlation design with a quantitative method and a cross sectional approach. The sample in this study was 479 youth (15-24 years old) in East Jakarta who use social media Instagram, Facebook, TikTok and Twitter. Data collection was carried out online using Google Forms. The results showed that 68.3% of respondents had high self-esteem. The most used type of social media is Instagram with high category frequency and duration (>6x/day and >4 hours/day). The type of social media and frequency of social media use had a relationship with self-esteem, while the reason for social media use, activities in social media, and duration of social media use had no relationship with self-esteem. From the results of the study, youth are expected to use social media wisely, parents are expected to increase supervision of youth, and further research is expected to examine social media/gadget addiction in youth. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rike Triana
"Gangguan jiwa mulai terjadi pada usia 10-29 tahun sebanyak 10-20%. Faktor protektif untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa pada remaja adalah harga diri (self-esteem), hubungan keluarga dan dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor protektif: self-esteem, hubungan keluarga dan dukungan sosial dengan kesehatan jiwa remaja. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan teknik purposive sampling dan jumlah responden sebanyak 452 orang. Data diambil menggunakan lima kuesioner yaitu data demografi, Rossenberg Self-Esteem Scale, Index Family Relation, Child and Adolescent Sosial Support Scale, Mental Health Continuum Short Form.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas remaja SMP memiliki kesehatan jiwa tingkat sedang (moderate). Faktor protektif yang dimiliki remaja diantaranya harga diri tingkat sedang, hubungan baik dalam keluarga serta memperoleh dukungan sosial yang tinggi dari orang tua, guru, teman sekelas dan teman dekat. Remaja kurang mendapatkan dukungan sosial dari sekolah. Faktor protektif: self-esteem, hubungan keluarga dan dukungan sosial (orang tua, guru, teman sekelas, teman dekat dan sekolah) memiliki hubungan bermakna dengan kesehatan jiwa remaja. Penelitian ini diharapkan menjadi dasar dalam pengembangan program promosi kesehatan jiwa remaja dengan meningkatkan faktor protektif: harga diri, hubungan keluarga dan dukungan sosial.

Mental disorders begin to occur at the age of 10-29 years about 10-20 %. Protective factors to prevent mental disorders in adolescents were self-esteem, family relationships and social support. This study aims to determine the relationship of protective factors: self-esteem, family relationships and social support to adolescent mental health. The desain study was descriptive correlative and sample using purposive sampling technique with 452 people. Data were collected by five questionnaires: demographic data, Rossenberg Self-Esteem Scale, Family Relation Index, Child and Adolescent Social Support Scale, Mental Health Continuum Short Form.
The results showed that the majority of junior high school adolescents have moderate mental health. Protective factors of adolescents include moderate self-esteem, good relationships in the family and high social support from parents, teachers, classmates and close friends. Adolescents got less social support from school. Protective factors: self-esteem, family relationships and social support (parents, teachers, classmates, close friends and school) have a meaningful relationship with adolescent mental health. This research is expected for basic the development of youth mental health promotion program by increasing the protective factors: self esteem, family relationship and social support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Lestari Khoirunnisa
"Isolasi sosial merupakan salah satu gejala negatif skizofrenia yang cenderung menetap setelah perawatan dari Rumah Sakit Jiwa. Komunikasi merupakan alat bantu dalam menyampaikan pesan perawatan antara keluarga dengan klien. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pengalaman keluarga berkomunikasi dengan anggota keluarga yang mengalami isolasi sosial paska hospitalisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 7 partisipan dengan purposive sampling. Analisis data menggunakan metode Collaizi (1978).
Hasil penelitian yaitu terdapat 5 tema, yaitu reaksi emosional terhadap perubahan komunikasi paska hospitalisasi, strategi koping keluarga dalam berkomunikasi dengan klien paska hospitalisasi, stigma dan ekspresi emosi sebagai faktor yang memperburuk interaksi sosial, bentuk komunikasi keluarga dalam memenuhi kebutuhan psikologis, dan interaksi sebagai sistem pendukung internal dan eksternal. Penelitian ini merekomendasi perawat jiwa untuk memberikan pendidikan kesehatan dan terapi psikoedukasi keluarga terutama mengenai keterampilan komunikasi keluarg.

Social isolation is one of the negative symptoms of schizophrenia are likely to persist after treatment of the Mental Hospital. Communication is a tool in conveying messages between the family and client care. This research was aimed to describing the family experiences in communicating with family members who experience social isolation post-hospitalization. This research used descriptive phenomenology qualitative approach. The research sample consist ofs 7 participants taken by purposive sampling method. The data had been analyzed Colaizzi method (1978).
Five themes revealed were: emotional reaction of communication changes of post-treatment, families coping strategies in communicating with clients posthospitalization, stigma and expressed emotion as a factor that aggravates social interaction, types of family communication in meeting the psychological needs, and interaction as internal and external support system. It recommended that nurses provide mental health education and family psychoeducation on communication skill in family caregiver."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46727
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elissa Treziavananda
"ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses hubungan romantis di Indonesia dapat terbentuk, bersamaan dengan respon atau reaksi yang berkembang selama seseorang menggunakan Tinder.Tinder merupakan salah satu media alternatif untuk mendefinisikan inisiasi dalam komunikasi romantis/percintaan untuk menemukan pasangan. Wawancara mendalam kepada dua informan telah dilakukan untuk mengetahui bagaimana aplikasi kencan online dapat memulai komunikasi dalam hubungan romantis/percintaan, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan Teori Penetrasi Sosial. Teori ini menjadi kerangka dasar dan menentukan perkembangan dalam hubungan interpersonal; dengan pertukaran perilaku diantara dua orang yang ingin mengembangkan hubungan. Berbagai aspek perilaku telah dianalisis berdasarkan perbedaan jenis kelamin informan. Studi ini menemukan bahwa hubungan komunikasi romantis/percintaan itu dibedakan antara informan laki-laki dan perempuan; dan hal ini dipengaruhi oleh preferensi pribadi setiap individu.Kata Kunci; Tinder, Hubungan Komunikasi Romantis, Percintaan, Situs Kencan Online.

ABSTRACT
This paper aim to define the process of how romantic relationship is formed in Indonesia, along with the response or reaction that occurs throughout the process of using Tinder. Tinder is an alternative medium to define the romantic communication romance initiation on finding a partner.In depth interviews towards two informants were conducted to examine how the online dating application could initiate a romantic relationship communication, which then being analyzed with Social Penetration theory. This theory served as a base model to provide the basic framework and define the development in interpersonal relationships by the behavior interchange between two people who willing to develop a relationship. Various aspect of behaviors were analyzed based on gender differences of the informants. This study resulted in different romantic relationship romance communication outcome that has occurred between the male and female informants that is affected by each individual rsquo s personal preference. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rintis Putri Nur Anggraini
"Komunikasi merupakan komponen yang panting dari tingkah laku manusia, termasuk komunikasi antara orang tua dan anak mengenai permasalahan seksual. Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi korelatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pola komunikasi dalam keluarga dengan persepsi terhadap perilaku seksual pra nikah pada remaja dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 68 remaja di SMA Negeri 2 Nganjuk. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Sebanyak 20 remaja (52,6%) yang memiliki po|a komunikasi yang fungsional mempunyai persepsi yang positif.
Dari penelitian disimpulkan tidak ada hubungan pola komunikasi dalam keluarga dengan persepsi terhadap perilaku seksual pra nikah pada remaja (p = 0,80). Saran bagi peneliti selanjutnya adalah meneliti lebih jauh faktor Iain untuk mendapatkan gambaran yang lebih spesitik terkait dengan persepsi terhadap perilaku seksual pra nikah.

Communication is the most imponant things for human behavior, including the parent-child communication about several sexuality topics. This research is a descriptive correlative research using cross sectional design which the purpose is to investigate the relationship between pattem of family communication with adolescent’s perception about sexual behavior before married. The sample in this research is 68 adolescent from SMA Negeri 2 Nganjuk. The sampling technique used in this research is simple random sampling. Twenty (52,6%) of adolescent who has the iimctional pattem of family communication has a positive perception.
The conclusion from this research is there is not a relation between pattem of family communication with adolescent’s perception about sexual behavior before married (p=0,807). Recommendation for the next researcher is searching for the specific aspect that effect adolescent’s perception about sexual behavior before married.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5651
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Putra Pambudhi
"Sebagai salah satu platform media sosial terbesar, Facebook adalah bagian integral dari pervasive media ini. Karena jangkauan dan besarnya global, tidak mengherankan bahwa Facebook memiliki pengaruh psikologis yang besar pada orang-orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara harga diri seseorang, kepuasan tubuh, dan tingkat narsisme dalam kaitannya dengan penggunaan Facebook mereka. Dengan menggunakan convenience sampling, 852 peserta mengambil bagian dalam survei online yang mengukur variabel-variabel ini. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif yang signifikan dengan penggunaan Facebook untuk harga diri dan narsisme masing-masing tetapi tidak menemukan korelasi untuk kepuasan tubuh. Kesimpulannya, Facebook adalah alat yang kuat, tetapi bukan satu-satunya, dalam pengembangan identitas dan rasa diri seseorang. Dalam hal seberapa banyak itu dimasukkan ke dalam kesombongan mereka, itu dapat meningkatkan atau menurunkan rasa harga diri seseorang, kepuasan tubuh, dan bahkan narsisme. Penggunaan dan kepuasan Facebook akan bervariasi tergantung pada tingkat keterlibatan seseorang. Disarankan bahwa untuk mencapai hasil yang lebih konsisten, setiap orang menerapkan teknik sampel yang sama dengan meminta setiap siswa melaporkannya dan dengan memberikan instruksi yang lebih rinci dan tepat.

As one of the biggest social media platforms, Facebook is an integral part of this media pervasiveness. Due to its global extent and magnitude, it is no surprise that Facebook has a major psychological influence on people. The goal of this research was to examine the relationship between people’s self-esteem, body satisfaction, and narcissism levels in relation to their Facebook use. Using convenience sampling, 852 participants took part in an online survey that measured these variabless. Results of the research has showed significant positive correlations with Facebook use for self-esteem and narcissism respectively but did not find a correlation for body satisfaction. In conclusion, Facebook is a strong tool, but it is not the only one, in the development of a person's identity and sense of self. In terms of how much it feeds into their vanity, it can either increase or decrease a person's sense of self-esteem, body satisfaction, and even narcissism. Facebook use and satisfaction will vary depending on one's level of involvement., it is suggested that to achieve a more consistent result by everyone applying the same sample technique by having each student report it and by providing more detailed and exact instructions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Nazmussyarqia
"Remaja menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang membentuk identitas mereka dan pemahaman tentang dunia. Proses pembentukan identitas dan pencarian standar sosial disebut aktualisasi diri, yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Dengan perkembangan teknologi dan internet, remaja cenderung menggunakan media sosial untuk proses aktualisasi diri karena lebih mudah mengekspresikan diri di platform tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media sosial dengan aktualisasi diri pada remaja pertengahan (14-17 tahun) di kabupaten Bekasi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional. Teknik sampling yang digunakan yaitu non-probability sampling dengan cara purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 110 responden. Penelitian ini menggunakan 3 instrumen penelitian, yaitu instrumen data demografi, instrumen aktualisasi diri (SISA) dan instrumen penggunaan media sosial (SIPMS). Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara penggunaan media sosial denganaktualisasi diri (p-value = 0.179). Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan penelitian ini dengan mengidentifikasi karakteristik responden serta faktor yang berkaitan dengan aktualisasi diri seperti alasan pola asuh orang tua, status ekonomi dan sosial, atau kondisi kesehatan mental.

Adolescents face various challenges and opportunities that shape their identity and understanding of the world. The process of identity formation and the search for social standards is called self-actualization, which is influenced by the social environment. With the development of technology and the internet, adolescents tend to use social media for the self-actualization process because it is easier to express themselves on these platforms. This study aims to determine the relationship between social media use and self-actualization among mid-adolescents (14-17 years old) in Bekasi Regency. The type of research used in this study is quantitative with a cross-sectional research design. The sampling technique used is non-probability sampling through purposive sampling. The number of samples in this study was 110 respondents. This study uses three research instruments, namely demographic data instruments, self-actualization instruments (SISA), and social media usage instruments (SIPMS). The results of the Chi-Square test showed that there was no relationship between social media use and self-actualization (p-value = 0.179). Further research is expected to develop this study by identifying respondent characteristics and factors related to self-actualization, such as parenting styles, socioeconomic status, or mental health conditions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabila Annisa Diningsih
"Studi literatur mengenai krisis komunikasi terus berkembang. Hal tersebut tidak hanya disebabkan oleh isu-isu di masyarakat, seperti pandemi atau bencana alam. Literatur mengenai krisis komunikasi juga berkembang karena kehadiran dan perkembangan media baru, salah satunya adalah media sosial. Sepanjang satu dekade terakhir, studi ilmiah yang menganalisis praktik terbaik atau implikasi praktik penggunaan media sosial dalam manajemen krisis komunikasi terus berkembang. Makalah ini melakukan kajian literatur terhadap lima belas jurnal pene litian internasional tentang penggunaan media sosial dalam manajemen krisis komunikasi. Hasilnya, ditemukan lima tema utama tentang peran media sosial dalam manajemen krisis komunikasi, yaitu media sosial berbasis teks lebih efektif dalam manajemen krisis komunikasi dibandingkan media sosial berbasis visual, media sosial efektif jika berperan sebagai sarana penyebaran informasi yang cepat dan akurat, media sosial dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk membangun dialog interaktif dengan pemangku kepentingan sosial dapat digunakan untuk melakukan monitoring , media atau pengawasan terhadap opini publik di masa krisis komunikasi, serta penggunaan media sosial harus tetap dilengkapi oleh penggunaan media tradisional dalam manajemen krisis komunikasi.

Literature studies related to crisis communication continue to grow. The growth is not only caused by the issues within the society, such as pandemics or natural disasters, but als o caused by the presence and development of the new media, one of which is social media. Over the past decade, scientific studies analyzing best practices or practical implications on using social media as a part of communication crisis management have con tinued to evolve. This paper conducts a literature review of fifteen international research journals about the use of social media in crisis communication management. The result shows that there are five main themes regarding the topic, namely textmanagement than visualbased s ocial media is more effective in communication crisis based social media, social media is effective if it is used to disseminate information quickly and accurately, social media can be utilized as a means to build interactive dialogu e with stakeholders, social media can be used to monitor or supervise public opinion in times of communication crisis, and the use of social media must still be complemented by the use of traditional media in crisis communication management."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>