Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196838 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Nuha Hafizh
"Latar belakang: Hingga saat ini, pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian balita di dunia. Banyak faktor yang bisa berpengaruh terhadap peningkatan kejadian pneumonia pada balita, baik aspek individu dari anak itu sendiri, perilaku orang tua, dan lingkungan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya pneumonia adalah vaksinasi Pneumococcal Conjugate Vaccine atau PCV
Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan, sosiodemografi, sikap, dan perilaku orangtua mengenai pneumonia, serta sikap orangtua terhadap vaksinasi dengan penerimaan orangtua terhadap Pneumococcal Conjugate Vaccine pada anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia
Metode: Penelitian dilakukan di poliklinik departemen anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dan TPA Makara UI pada November 2020. pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus sampel tunggal. Kriteria inklusi adalah orangtua yang memiliki anak berusia di bawah 5 tahun serta mengisi kuesioner dengan lengkap. Data dianalisis berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap pneumonia, serta sikap terhadap vaksinasi. Uji yang digunakan adalah metode uji Chi-square untuk mengetahui hubungan dari faktor tersebut dengan penerimaan terhadap vaksinasi pneumonia.
Hasil: Sebanyak 97 (84,1%) dari 107 responden dalam penelitian ini menerima pemberian pneumococcal conjugate vaccine.Sikap orangtua terhadap vaksinasi memiliki hubungan yang signifikan dengan penerimaan orangtua terhadap vaksinasi pneumonia (p=0,000). sementara untuk usia orangtua (p=0,172), pendidikan orangtua (1,000), pekerjaan orangtua (p=0,119), penghasilan orangtua (p=0,617), serta pengetahuan (p=0,253), sikap (p=0,597) dan perilaku (p=1,000) terhadap penyakit pneumonia tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan penerimaan orangtua terhadap vaksinasi pneumonia
Simpulan: Sikap orangtua terhadap vaksinasi dapat mempengaruhi penerimaan orang tua terhadap vaksinasi pneumonia

Background: Until now, pneumonia is one of the main causes of children under five mortality in the world, even in Indonesia. Many factors can influence the increase in the incidence of pneumonia in children under five, both in individual aspects of the child, the behavior of parents, and the environment. One way that can be used to prevent pneumonia is the Pneumococcal Conjugate Vaccine or PCV vaccination
Aim: To evaluate the relationship between knowledge, sociodemography, attitudes and behavior of parents regarding pneumonia, as well as parental attitudes towards vaccination and parental acceptance of Pneumococcal Conjugate Vaccine in children under 5 years of age in Indonesia.
Methods: The research was conducted at the Pediatric Department Polyclinic dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, and Makara UI Children Day Care in November 2020. Sampling was carried out by consecutive sampling. The sample size calculation useds a single sample formula. The inclusion criteria were parents who had children under 5 years old and filled out a complete questionnaire. Data were analyzed based on age, education, occupation, income, knowledge, attitudes, and behavior towards pneumonia, as well as attitudes towards vaccination. The study used the Chi-square test method to determine the relationship between these factors and the acceptance of pneumonia vaccination.
Results: A total of 97 (84.1%) of the 107 respondents in this study accept pneumococcal conjugate vaccine. attitude towards vaccination had a significant correlation with parental acceptance of pneumonia vaccination (p = 0.000050). while for the parents age (p = 0.172), parental education (1,000), parent's job (p = 0.119), parental income (p = 0.625), as well as knowledge (p = 0.253), attitudes (p = 0.597) and behavior (p = 1,000) toward pneumonia did not have a significant correlation with parental acceptance of pneumonia vaccination
Conclusion : Parents attitudes towards vaccination showed signifigantly correlation to acceptance of pneumonia vaccination
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rayyan Faher Shahab
"Pendahuluan: Rotavirus merupakan virus dengan tingkat penularan tinggi pada anak di bawah usia 5 tahun yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Penelitian ini merupakan penelitian pertama di Indonesia yang bertujuan mengevaluasi penerimaan orangtua terhadap vaksinasi rotavirus bagi anak berusia di bawah 5 tahun.
Metode: Sampel penelitian merupakan orangtua yang dipilih secara consecutive sampling. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus sampel tunggal. Kriteria inklusi adalah orangtua yang memiliki anak berusia di bawah 5 tahun serta mengisi kuesioner dengan lengkap. Kriteria eksklusi adalah orangtua yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap atau mengundurkan diri dari penelitian. Data ditabulasi berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap rotavirus, serta sikap terhadap vaksinasi. Uji yang digunakan adalah metode uji Chi-square untuk mengetahui hubungan dari faktor tersebut dengan penerimaan terhadap vaksinasi rotavirus.
Hasil: Dari 108 responden, 13 (12%) menolak pemberian vaksinasi rotavirus bagi anak mereka. Didapatkan hubungan yang signifikan antara sikap orangtua terhadap vaksinasi dengan penerimaan orangtua terhadap vaksinasi rotavirus (p = 0,000). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia (p = 0,375), pendidikan (p = 0,636), pekerjaan (p = 0,500), penghasilan (p = 0,290), pengetahuan (p = 1,000), sikap (p = 0,689), dan perilaku terhadap rotavirus (p = 0,592) dengan penerimaan vaksinasi rotavirus.
Kesimpulan: Sikap orangtua yang positif terhadap vaksinasi berhubungan secara signifikan dengan penerimaan vaksinasi rotavirus.

Introduction: Rotavirus is a highly spread virus in children under 5 years old that could be prevented by vaccination. This study was the first performed in Indonesia to evaluates the parents’ acceptance towards rotavirus vaccination.
Methods: The samples of this study are parents who were chosen by consecutive sampling. The inclusion criterias are the parents who have children under 5 years old and have completed the questionnaire. The exclusion criterias are parents who did not fill all the questions or those who resigned from the study. Data are tabulated based on age, education, occupation, income, knowledge, attitude, and behavior towards rotavirus, and attitude towards vaccination. Method used in this study to analyze the data is Chi-square test to find correlation between those factors with rotavirus vaccination acceptance.
Results: Of the 108 respondents, 13(12%) rejected the acceptance towards rotavirus vaccination. There was a significant correlation between parental attitude towards vaccination with rotavirus vaccination acceptance (p = 0,000). There were no significant correlation between parental age (p = 0,375), education (p = 0,636), occupation (p = 0,500), income (p = 0,290), knowledge (p = 1,000), attitude (p = 0,689), and behavior (p = 0,592) toward rotavirus with rotavirus vaccination acceptance.
Conclusion: Parental positive attitude toward vaccination showed significant correlation with rotavirus vaccination acceptance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicolas
"Pendahuluan
Varicella merupakan penyakit dengan tingkat penularan tinggi yang dapat dicegah
dengan vaksinasi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi penerimaan orangtua
terhadap vaksinasi varicella bagi anak berusia di bawah 12 tahun, yang belum
pernah diteliti di Indonesia sebelumnya.
Metode Sampel penelitian merupakan orangtua yang dipilih secara consecutive sampling.
Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus sampel tunggal. Kriteria inklusi
adalah orangtua yang memiliki anak berusia di bawah 12 tahun. Kriteria eksklusi
adalah orangtua yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap atau mengundurkan
diri dari penelitian. Data ditabulasi berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap varicella, serta sikap
terhadap vaksinasi. Uji yang digunakan adalah metode uji Chi-square untuk
mengetahui hubungan dari faktor tersebut dengan penerimaan terhadap vaksinasi
varicella.
Hasil
Dari 113 responden, 12 (10,6%) menolak pemberian vaksinasi varicella bagi anak
mereka. Terdapat 47% responden yang memiliki pengetahuan kurang, 22,1%
memiliki sikap kurang, dan 4,4% memiliki perilaku kurang terhadap varicella.
Terdapat pula 5,3% responden yang memiliki sikap kurang terhadap vaksinasi.
Didapatkan hubungan yang signifikan antara sikap orangtua terhadap vaksinasi
dengan penerimaan orangtua terhadap vaksinasi varicella (p = 0,000). Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara usia (p = 0,108), pendidikan (p = 0,627),
pekerjaan (p = 0,138), penghasilan (p = 0,479), pengetahuan (p = 0,820), sikap (p
= 0,460), dan perilaku terhadap varicella (p = 0,087) dengan penerimaan vaksinasi
varicella.
Kesimpulan
Sikap orangtua terhadap vaksinasi memiliki hubungan yang signifikan dengan
penerimaan vaksinasi varicella.

Introduction
Varicella is a highly contagious disease that could be prevented by vaccination.
This study aims to evaluate the parents’ acceptance of vaccination for their children
under 12 years old in Indonesia, which there’s no similar study performed before.
Methods
The samples of this study were parents who were chosen by consecutive sampling.
The inclusion criterias were the parents who have children under 12 years. The
exclusion criterias are parents who did not fill all the questions or those who
resigned from the study. Data were tabulated based on age, education, occupation,
income, knowledge, attitude, and behavior towards varicella, and attitude towards
vaccination. Method used in this study to analyze the data was Chi-square test to
find correlation between those factors with varicella vaccination acceptance.
Results
Of the 113 respondents, 12 (10,6%) rejected varicella vaccination for their children.
There were 47% respondents with bad knowledge, 22,1% with bad attitude, and
4,4% with bad behavior toward varicella. There were also 5,3% respondents with
bad attitude toward vaccination. There was a significant correlation between
parental attitude toward vaccination with varicella vaccination acceptance (p =
0,000). There was no significant correlation between parental age (p = 0,108),
education (p = 0,627), occupation (p = 0,138), income (p = 0,479), knowledge (p =
0,820), attitude (p = 0,460), and behavior (p = 0,087) toward varicella with varicella
vaccination acceptance.
Conclusion Parental attitude toward vaccination have a significant correlation with varicella
vaccination acceptance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Rudianto
"ABSTRAK
Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi dengue, salah satunya adalah vaksinasi. Vaksin CYD-TDV Chimeric yellow fever virus-Dengue virus-Tetravalent Dengue Vaccine merupakan vaksin dengue pertama yang diterima oleh WHO dan telah diterima juga untuk didistribusikan ke berbagai negara, salah satunya adalah Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat berbagai faktor yang mungkin berpengaruh terhadap penerimaan orang tua terhadap pemberian vaksin dengue pada anak, seperti faktor sosiodemografis, serta pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua. Penelitian ini juga menunjukkan preferensi orang tua mengenai vaksin dengue. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross-sectional dengan data primer yang didapatkan dari pengisian kuisioner oleh subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan: 98,50 responden menerima pemberian vaksin dengue kepada anak mereka. Sementara itu, tidak ditemukan faktor yang memiliki hubungan signifikan terhadap penerimaan orang tua terhadap pemberian vaksin dengue pada anak p >0,05. Sebagian besar subjek penelitian 35,96 berpendapat bahwa perlindungan pasti sebagai hal terpenting dari vaksin dengue. Sementara itu, 56,93 responden yang menilai biaya sama dengan atau kurang dari Rp 50.000,00 merupakan harga yang terjangkau. Berdasarkan penelitian ini, penerimaan orangtua terhadap vaksin relatif baik.

ABSTRACT
There are ways to prevent dengue infections, one of which is by receiving vaccination. CYD TDV Chimeric yellow fever virus Dengue virus Tetravalent Dengue Vaccine was the first vaccine to be accepted by the World Health Organization to be distributed worldwide, including Indonesia. This study aimed to explore factors which might contribute to parents 39 acceptance of their children being subject of dengue vaccinations. This study also shows parents 39 preference of the most important characteristics of dengue vaccines. The study design applied was cross sectional study with primary data collected from questionnaire filled by study subjects. This study shows 98.5 respondents accept dengue vaccination for their children. Meanwhile, this study found no factor which has significant relation to parents 39 dengue vaccine acceptance p 0.05. The most popular preference for the most important vaccine characteristic was 100 protection 35.96 . Meanwhile, 56.93 of all respondents categorized vaccination costs of IDR 50,000.00 and below as affordable. According to the result of the research, parents 39 vaccine acceptance in Jakarta could be considered relatively good."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Putri Utami
"Vaksin konjugat pneumokokus 13-valen berperan penting dalam upaya mengurangi penyakit invasif pneumokokus pada anak terinfeksi HIV. Tujuan studi retrospektif ini untuk mengevaluasi respon imun humoral pada anak terinfeksi HIV pra dan pasca vaksinasi PCV13 di Jakarta, Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel serum bahan biologis tersimpan (BBT) dari 66 anak sebelum, 12 dan 18 bulan setelah vaksinasi. ELISA dan uji bakterisidal serum digunakan untuk mengukur konsentrasi antibodi dan antibodi fungsional pasca vaksinasi, secara berurutan. IgG total 13 serotipe S. pneumoniae 12 bulan pasca vaksinasi PCV13 menunjukkan peningkatan konsentrasi yang signifikan dibandingkan dengan pra vaksinasi (p=0.01). Konsentrasi IgG spesifik serotipe 4, 14 dan 23F pasca vaksin 18 bulan terjadi penurunan siginifikan dibandingkan pra vaksinasi (p<0.05) sedangkan IgG spesifik serotipe 6B terjadi peningkatan konsentrasi antibodi (p=0.03). Tidak terjadi perubahan konsentrasi IgG spesifik serotipe 3 yang efektif setelah vaksinasi. Konsentrasi IgG serotipe 19F tidak ada perbedaan signifikan (p>0.05) setelah vaksinasi. Tidak ada korelasi signifikan antara jumlah sel T CD4 dengan konsentrasi IgG total 13 serotipe S. pneumoniae. Rerata konsentrasi IC50 serum bactericidal assay adalah 275,2 U/mL. Kesimpulannya, satu dosis PCV13 untuk anak terinfeksi HIV mampu menghasilkan tingkat antibodi yang kuat dan fungsional terhadap S. pneumoniae.

The 13-valent pneumococcal conjugate vaccine plays an important role in efforts to reduce pneumococcal invasive disease in HIV-infected children. The aim of this retrospective study was to evaluate the humoral immune response in HIV-infected children before and after PCV13 vaccination in Jakarta, Indonesia. This study used serum samples of biologically stored material from 66 children before, 12 and 18 months after vaccination. ELISA and serum bactericidal assays were used to measure post-vaccination antibody and functional antibody concentrations, respectively. IgG total of 13 serotypes of S. pneumoniae 12 months after PCV13 vaccination showed a significant increase in concentration compared to pre- vaccination (p=0.01). The concentration of specific IgG serotypes 4, 14 and 23F after the vaccine 18 months decreased significantly compared to pre-vaccination (p<0.05) while the concentration of specific IgG for serotype 6B increased (p=0.03). There was no change in effective serotype 3 specific IgG concentration after vaccination. There was no significant difference (p>0.05) in serotype 19F IgG concentrations after vaccination. There was no significant correlation between the number of CD4 T cells and the total IgG concentration of 13 serotypes of S. pneumoniae. The mean concentration of IC50 serum bactericidal assay was 275.2 U/mL. In conclusion, a single dose of PCV13 for HIV-infected children appears to produce strong and functional antibody levels against S. pneumoniae."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Athiyya Wibowo
"ABSTRACT
Immunization has been proven to control and eliminate life-threatening infectious diseases. However, based on the data from Ministry of Health Central Data and Information Center, there is an decrease in DPT vaccine rates from 95% in 2014 to 93.1% in 2015, which is said to be linked to groups of parents that chose to not undergo DPT vaccine. A cross sectional survey of randomized sample of 250 mothers with children in the age of 2 - 5 years old were given questionnaires at early child education programs and pre-schools in North and South Jakarta. One-hundred and seventy nine participants had good knowledge of immunization regardless of their level of education, this showed an insignificant result. This proved to be the same in the relationship of level of education with knowledge on DPT vaccine. As for knowledge on immunization and practice to do immunization was significant. However, this was different in relationship of knowledge on DPT vaccine with practice to do DPT vaccine. The relationship of attitude on practice to do DPT vaccine was also insignificant. While the relationship of factors such as residence and number of children to practice to do DPT vaccine was also insignificant. Parental knowledge is an important factor in parents' decision to immunize their child, but this is not reflected in the parental knowledge relating to DPT vaccine against the practice of parents in choosing DPT vaccine.

ABSTRACT
Imunisasi telah dibuktikan untuk terbuksi bisa mengendalikan dan menghapuskan penyakit menular. Namun, berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, ada penurunan tingkat vaksin DPT dari 95% di tahun 2014 menjadi 93.1% di tahun 2015, yang dikatakan terkait dengan kelompok orang tua yang memilih untuk tidak menjalani imunisasi DPT. Survei cross sectional terhadap sampel random dari 250 ibu dengan anak-anak di usia 2 - 5 tahun diberi kuesioner pada Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK di Utara dan Selatan Jakarta. Seratus tujuh puluh sembilan peserta memiliki pengetahuan tentang imunisasi baik terlepas dari tingkat pendidikan mereka, hal ini menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini terbukti sama dalam hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang pengetahuan vaksin DPT. Adapun pengetahuan tentang immunisasi dan praktik untuk melakukan immunisasi sangat signifikan. Namun, hal ini berbeda dalam hubungan pengetahuan tentang edukasi vaksin DPT dengan praktik melakukan pengetahuan vaksin DPT. Hubungan sikap dalam praktik melakukan vaksin DPT juga tidak signifikan. Sedangkan hubungan faktor-faktor seperti tempat tinggal dan jumlah anak yang melakukan praktik vaksin DPT juga tidak signifikan.Pengetahuan orang tua merupakan faktor penting dalam keputusan orang tua untuk memberikan imunisasi kepada anak mereka, namun hal ini tidak tercermin dalam hubungan pengetahuan orang tua tentang vaksin DPT terhadap praktik orang tua untuk memilih melakukan vkaksin DPT"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
"Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, berkisar dari infeksi mukosa saluran pernapasan ringan hingga pneumonia. Menurut WHO, pneumonia merupakan penyebab kematian akibat infeksi tunggal terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Oleh karena itu, pencegahan pneumonia merupakan hal yang penting. Imunisasi merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah pneumonia, sehingga WHO merekomendasikan imunisasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) untuk dimasukkan ke dalam Program Imunisasi Nasional. Edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi PCV pada anak-anak di Indonesia merupakan hal yang penting dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas, salah satunya farmasis, dalam rangka mencegah dan menurunkan angka mortalitas akibat pneumonia di Indonesia. Edukasi pada masyarakat dapat dilakukan salah satunya dengan melalui media leaflet. Berdasarkan hal tersebut, dibuat leaflet mengenai PCV untuk mengedukasi masyarakat di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur. Penulisan tugas khusus ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat di Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur mengenai PCV melalui media leaflet, serta menjabarkan materi edukasi yang tertera pada leaflet PCV. Penulisan ini dilakukan dengan melakukan studi literatur, pengumpulan materi, melakukan diskusi mengenai materi, serta pembuatan leaflet. Berdasarkan hal tersebut, materi edukasi yang tertera pada leaflet PCV yang dibuat oleh Puskesmas Kecamatan Makasar Jakarta Timur terdiri dari definisi mengenai pneumonia, prevalensi dan gejala pneumonia pada balita, kegiatan imunisasi PCV, serta kandungan, karakteristik, wujud, isi, efek samping, dan penyimpanan vaksin PCV.

Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) is a pathogenic bacteria that can cause various diseases, from mild respiratory tract mucosal infections to pneumonia. According to the WHO, pneumonia is the single largest cause of death due to infection in children worldwide. Therefore, preventing pneumonia is important. Immunization is the most effective way to prevent pneumonia, so WHO recommends Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) immunization to be included in the National Immunization Program. Educating people regarding the importance of PCV immunization for children in Indonesia is an important thing for health workers at public health centers, one of whom is a pharmacist, in order to prevent and reduce the mortality rate due to pneumonia in Indonesia. One way to educate the public is through leaflets. Based on this, a leaflet regarding PCV was created to educate people at Makasar District Health Center, East Jakarta. The aim of this writing is to educate people at Makasar District Health Center, East Jakarta, about PCV through leaflet media, as well as explain the educational material listed on the PCV leaflet. This writing was carried out by conducting literature studies, collecting material, holding discussions about the material, and making leaflets. Based on this, the educational material listed on the PCV leaflet made by the Makasar District Health Center, East Jakarta, consists of definitions regarding pneumonia, prevalence and symptoms of pneumonia in toddlers, PCV immunization activities, as well as the content, characteristics, form, side effects, and storage of the PCV vaccine."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Santi Puspitasari
"Kekurangan gizi yang terjadi pada masa dalam kandungan hingga usia 2 tahun dapat mengakibatkan terganggunya perkembangan otak, mental dan kemampuan motorik bahkan dapat mengakibatkan cacat permanen kanena 80% tumbuh kembang otak tetjadi pada masa ini. Detisit otak akan sulit terkejar karena masa cepat tumbuh hanya berlangsung sampai usia 18 bulan.
Penclitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dan memprediksi faktor yang paling berperan terhadap status gizi anak baduta di Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder “NSS IIKI” putaran 20 dan 22, menggunakan rancangan repezted cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah anak balita (0-23 bulan) di wilayah pcdesaan Jawa Barat. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada putaran kc 20 adalah 2232 orang dan putaran 22 adalah 2093 orang. Analisis data meliputi analisis univariabel, bivariabel (regresi Iogistik multinomial sederhana) dan multivariabel (regresi logistik multinomial ganda).
Hasil penelitian menunjukkan terdapat masalah kesehatan masyarakat di Jawa Barat, baik pada musim kemarau maupun musim hujau. Hasil analisis bivariabel pada musim kemarau didapatkan hubungan yang bermakna antara variabcl pcndidikan ibu, status ketja ayah. pengeluaran perkapita dan penyakit infeksi dengan status gizi anak baduta. Sedangkan di musim hujan didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan ibu dan penyakit infeksi. Dari analisis multivariabcl pada musim kemarau didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikam ibu, status kgrja ayah, pengeluaran perkapita dan penyakit infeksi dengan status gizi baduta. Sedangkan pada musim hujan, didapatkan hubungan yang bcrmakna pada variabel pcndidikan ibu dan penyakit infeksi dengan status gizi. Faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap status gizi anak baduta di musim kemarau adalah adalah status pengeluaran perkapita. Faktor yang paling dominan di musim hujan adalah pendidikan ibu.
Disarankan kepada penanggung jawab program untuk memberikan prioritas penanggulangan masalah gizi pada anak balita. Untuk mengatasi masalah pcrekonomian kelunrga perlu diupayakan suatu cara untuk menambah pcnghasilan keluarga. Perlu diberikan penyuluhan kepada ibu tentang penyakit-penyakit yang dapat diderita oleh anak.

Malnutrition of children under two years old may have a major effect on brain development and can result in permanent mental retardation and motoric ability, because 80% of brain development occurs in this period. Reduced brain growth is irreversible because brain development taking place until 18 months old.
The objectives of this research were to study affecting factors and to predict the rolling factors on nutritional status of under two years children in West Java Province. The ‘NSS HKI” secondary data used in this research were round of 20th and 22nd by repeated cross sectional design. The population of this research was children under two years old in West Java mral area. Based on inclusion and exclusion criteria, it was definite 2232 samples of the 20"‘ round and 2093 samples of the 22“d round. Data were examined by univariate, bivariate and multivariate (multinomial logistic regression) analysis.
The results showed that there was community health problem in West Java both on wet and dry seasons. Bivariate analysis on dry season demonstrated significant correlation among length of schooling for mother, father’s occupation, expenditure per capita and infection diseases with nutritional status of under two years old children. While in wet season, there was significant correlation among length of schooling for mother and infection diseases with nutritional status of under two years children. Expenditure per capita was found as a dominant factor in dry season. Length of schooling for mother was found as a dominant factor in wet season.
It was suggested that program coordinator commit highly priority on resolving malnutrition problem of under two years old children. Improvement of economical status based on local resources must be the important program of the government. Recognizing of the crucial diseases for the children has to be educated to the parents, especially mother.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkarnaen, Cindy Krisga
"COVID-19 menjadi pandemi global termasuk di Indonesia.Vaksinasi sebagai langkah pengendalian COVID-19 untuk menurunkan kasus infeksi dan jumlah kematian. Kepulauan Riau memiliki 3 kota dengan zona merah di bulan Agustus 2021. Kota Batam menjadi kota dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi, jumlah kematian tertinggi, dan cakupan vaksinasi di urutan kedua terbawah di Kepulauan Riau. Berdasarkan data 14 agustus 2021 – 3 September 2021 orang yang meninggal akibat COVID-19 di Batam 82% diantaranya belum divaksinasi. Kecamatan Batam Kota menjadi jumlah kasus COVID-19 tertinggi dan jumlah kematian tertinggi di Batam. Menurut sebaran kasus di kelurahan yang ada di Kota Batam, Kelurahan Belian menjadi satu-satunya kelurahan yang berada di zona merah dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi di Batam (30 Agustus 2021). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungann dengan penerimaan vaksinasi COVID-19 pada masyarakat di Kelurahan Belian Tahun 2021. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Jumlah responden sebesar 205 orang yang diambil dengan metode quota sampling. Variabel dependen berupa penerimaan vaksinasi, sedangkan variabel independen berupa usia, jenis kelamin, pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan dan isyarat bertindak. Data kuesioner diisi sendiri oleh responden yang selanjutnya dilakukan uji statistik dengan uji chi-square. Hasil analisis univariat diperoleh responden yang menerima vaksinasi COVID-19 di Kelurahan Belian sebesar 62,9%. Sebanyak 68,8% responden berada diusia >30 tahun, 55,1% responden berjenis kelamin laki-laki, 89,3% responden berpendidikan tinggi, 70,7% responden bekerja, 55,6% responden memiliki pengetahuan yang kurang baik, 54,1% responden memiliki persepsi rentan terhadap COVID-19 yang cukup baik, 52,7% responden memiliki persepsi parah terhadap COVID-19 yang cukup baik, 58,5% responden memiliki persepsi manfaat terhadap vaksinasi COVID-19 yang cukup baik, 53,7% responden memiliki persepsi hambatan yang rendah terhadap vaksinasi COVID-19 dan 52,7% responden yang memiliki isyarat bertindak terhadap vaksinasi COVID-19 yang cukup baik. Hasil analisis bivariat, terdapat hubungan antara variabel pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan dan isyarat bertindak (p-value=0,0005) dengan penerimaan vaksinasi. Hasil penelitian menyarankan untuk meningkatkan kerjasama dengan pihak puskesmas dan satgas COVID-19 dalam penyebaran edukasi dan meluruskan misinformasi melalui media sosial, meningkatkan testing dan tracing sebagai antisipasi kegiatan akhir tahun dan peningkatan pengawasan protokol kesehatan agar dapat memaksimalkan program vaksinasi.

COVID-19 has become a global pandemic, including in Indonesia. Vaccination is intensified as a COVID-19 control measure to reduce infection cases and the number of deaths. The Riau Islands has 3 cities with red zones status in August 2021. The city of Batam is the city with the highest number of COVID-19 cases, the highest number of deaths, and the second-lowest vaccination coverage in the Riau Islands. Based on the data from August 14, 2021, to September 3, 2021, 82% of people who died from COVID-19 related cases have not been vaccinated. Kota Batam District is the sub-district with the highest number of COVID-19 cases and the highest number of deaths in Batam. More specifically, according to the distribution of COVID-19 cases in urban villages in Kota Batam, Belian Village is the only urban village with red zone status and also the village with the highest number of COVID-19 cases in Batam (August 2021). This study aims to determine the factors associated with the acceptance of COVID-19 vaccination in the Belian Village community in 2021. The method that is used in this study is a quantitative method with a cross-sectional design. The number of respondents in this study is 205 people who were taken by non-random sampling method, namely quota sampling. The dependent variable is vaccination acceptance, while the independent variables are age, gender, education, employment status, knowledge, perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, and cues to action. The questionnaire was filled in by the respondents themselves, which was tested with statistical tests using the chi-square testing method. The results of the univariate analysis showed that more respondents receive the COVID-19 vaccination in Belian Village (62.9%). 68.8% of respondents were >30 years old, 55.1% of respondents were male, 89.3% of respondents have higher education, 70.7% of respondents have jobs, 55.6% of respondents have poor knowledge, 54.1% of respondents have a fair perceived susceptibility to COVID-19"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Igor Ian Wiguna
"Pendahuluan: Alergi merupakan suatu kondisi yang sangat sering ditemukan pada anak-anak dan dapat mempengaruhi kondisi fisik serta sosial dari mereka yang terkena. Ada banyak faktor yang diduga dapat memengaruhi reaksi alergi pada anak-anak seperti, status merokok orang tua, konsumsi air susu ibu, metode melahirkan, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara berbagai faktor dari alergi dengan kejadian reaksi alergi pada anak dibawah lima tahun di Jakarta.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan subjek terdiri atas ayah dan atau ibu beserta dengan anaknya. Sebanyak 120 subjek ikut dalam penelitian ini. Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara acak di berbagai puskesmas di Jakarta. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat berdasarkan UK’s diagnostic criteria of atopic dermatitis dan pedoman dari Kaiser Foundation Health Plan of Washington untuk menilai reaksi alergi pada anak. Pengisian kuesioner dilakukan oleh ibu atau ayah. Analisa data akan dilakukan dengan uji deskriptif chi-square dan regresi logistik multivariat menggunakan IBM SPSS versi 24.
Hasil: Hubungan yang signifikan terhadap alergi menurut uji chi-square ditemukan pada beberapa faktor seperti, konsumsi ASI dan status merokok ayah (p < 0,05). Hasil dari uji regresi logistik multivariat menunjukan bahwa faktor yang paling berperan dalam mengakibatkan reaksi alergi adalah durasi dari konsumsi ASI dan metode melahirkan (p<0,05).
Kesimpulan: Faktor risiko yang berperan mengakibatkan reaksi alergi pada anak di bawah lima tahun adalah durasi konsumsi ASI, metode kelahiran, status merokok ayah dan konsumsi ASI. Faktor yang paling berperan mengakibatkan reaksi alergi pada anak di bawah lima tahun adalah durasi konsumsi ASI dan metode kelahiran.

Introduction: Allergy is a condition that is very often found in children and could affect their physical and social condition. There are a lot of factors suspected to affect allergic reactions in children such as, parental smoking status, breastmilk consumption, mode of delivery, and etc. This research aims to see the association between several factors of allergy and the occurrence of allergic reaction in children-under five years old in Jakarta.
Methods: This research used cross-sectional design with the subject consist of father and or mother as well as their children. A group of 120 subjects participated in this research. The selection of the research subjects was done randomly in several health centers in Jakarta. This research used questionnaire that is structured based on UK’s diagnostic criteria of atopic dermatitis and principles from Kaiser Foundation Health Plan of Washington to assess allergic reactions in children. The filling of the questionnaire was done by father or mother. The data analysis was done using descriptive analysis chi-square and multivariate logistic regression using IBM SPSS version 24.
Results: Significance association towards allergy based on chi-square test was found in several factors such as, breastmilk consumption and father smoking status (p<0,05). The result of multivariate logistic regression test shows that the factor that affect the most in causing allergic reactions are duration of breastmilk consumption and mode of delivery.
Conclusion: The main factors that causes allergic reactions in children under-five years old from this research are duration of breastfeeding and mode of delivery. However, other than duration of breastfeeding and mode of delivery, father’s smoking status and breastfeeding were also found as risk factors of allergic reactions.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>