Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shaquilla Adynta Maulana
"Perkawinan beda budaya merupakan perkawinan yang cenderung menguntungkan,
karena perbedaan antara suami dan istri dapat menumbuhkan komitmen, penerimaan,
dan mutual understanding yang kemudian dapat menghasilkan kepuasan perkawinan.
Namun, wabah virus COVID-19 menghadirkan ancaman terhadap kepuasan
perkawinan. Situasi pandemik yang menakutkan dan tidak menentu mungkin
menimbulkan konflik dalam perkawinan, yang dapat diatasi jika pasangan memiliki trait
kepribadian agreeableness. Selain itu, motif berkorban mendekat juga ditemukan
berdampak positif bagi kepuasan perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
peran dari agreeableness dan motif berkorban mendekat terhadap kepuasan perkawinan
beda budaya di masa pandemik. Penelitian ini dilakukan terhadap 151 partisipan perkawinan beda budaya. Agreeableness diukur menggunakan instrumen Big Five Inventory-10 (BFI-10; Rammstedt & John, 2007), motif berkorban mendekat diukur menggunakan Motives of Sacrifice (MoS; Impett, Gable, & Peplau, 2005), dan kepuasan perkawinan diukur menggunakan Couple Satisfaction Index (CSI; Funk & Rogge, 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa agreeableness dan motif berkorban mendekat secara simultan memprediksi kepuasan perkawinan dengan hubungan linear yang positif dan signifikan, namun kontribusi motif berkorban mendekat lebih besar daripada kontribusi agreeableness

Cross-cultur marriage is a marriage that tend to be profitable, because the cultural
difference between husband and wife can foster commitment, acceptance, and mutual
understanding which in turn can result in marital satisfaction. However, the COVID-19
virus outbreak presents a threat to marital satisfaction. The current pandemic situation
that is frightening and uncertain may lead to conflict in the marriage, which can be
resolved if the couple shows agreeableness personality trait. In addition, the approach
motives of sacrifice has also shown positive impacts on marital satisfaction. This study
aims to see the role of agreeableness and approach motives of sacrifice on marital
satisfaction of cross-cultural couples during the pandemic. This study was conducted on
151 participants of cross-cultural marriage. Agreeableness was measured using the Big
Five Inventory-10 (BFI-10; Rammstedt & John, 2007), approach motives of sacrifice
was measured using Motives of Sacrifice (MoS; Impett, Gable, & Peplau, 2005), and
marital satisfaction was measured using the Couple Satisfaction Index. (CSI; Funk &
Rogge, 2007). The results showed that agreeableness and approach motives of sacrifice
simultaneously predicted marital satisfaction with a positive and significant linear
correlation, however, the contribution of approach motives of sacrifice is bigger than the
contribution of agreeableness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Nazhira
"Pasangan yang menikah antarbudaya rentan untuk mengalami konflik yang berasal dari perbedaan budaya. Konflik yang sering dan berkepanjangan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, salah satunya penurunan tingkat kepuasan pernikahan. Common dyadic coping adalah upaya pasangan untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi bersama-sama. Sebanyak 45 pasang suami dan istri (M usia pernikahan=19,44, SD=8,69) yang berasal dari suku yang berbeda dan berdomisili di Jabodetabek, Bandung, dan Pekanbaru diminta untuk menjawab item dari Dyadic Coping Inventory (DCI) dan Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). Penelitian menggunakan Actor-Partner Interdependence Model dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan APIM_SEM. Hasil penelitian membuktikan bahwa skor Common Dyadic Coping memiliki interdependensi dengan skor Common Dyadic Coping pasangannya. Common Dyadic Coping yang dilaporkan oleh individu memengaruhi kepuasan pernikahan individu secara positif (p istri<0,001, p suami=0,025) namun tidak memengaruhi kepuasan pernikahan pasangannya
Couples that marry interculturally are prone to have conflicts that stemmed from their cultural differences. Frequent and long-lasting conflict may cause various negative effects, such as decreasing marital satisfaction. Common Dyadic Coping is a joint effort to solve their problems together. Forty-five pairs of husband and wife (M marriage duration=19,44, SD=8,69) that come from different ethnic groups and currently lives in Jabodetabek, Bandung, and Pekanbaru were asked to answer a series of items from Dyadic Coping Inventory (DCI) and Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). This study uses Actor-Partner Interdependence Model and the data that was collected is analyzed using APIM_SEM. The results shows that individual’s report of Common Dyadic Coping has interdependency with their partner’s Common Dyadic Coping. One’s report of Common Dyadic Coping has a positive effect on their own marital satisfaction (p wives<0,001, p husbands=0,025), but had no effect on their partner’s marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliyya Amanda
"Individu yang melakukan perkawinan campur seringkali dianggap memiliki kepuasan perkawinan yang rendah. Hal ini didasari oleh perbedaan latar belakang budaya dan banyaknya tekanan serta tantangan yang dihadapi dalam perkawinan. Kepribadian memiliki kontribusi dalam kepuasan perkawinan, salah satu trait kepribadian yang berkontribusi adalah agreeableness. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara trait kepribadian agreeableness dengan kepuasan perkawinan pada individu yang melakukan perkawinan campur. Penelitian ini dilakukan kepada 90 partisipan yang terdiri dari 76 Warga Negara Indonesia (WNI) dan 14 Warga Negara Asing (WNA). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara trait kepribadian agreeableness dan kepuasan perkawinan.

Individuals who engage in mixed marriages are often considered to have low marital satisfaction. This is based on differences in cultural backgrounds and the many pressures and challenges faced in marriage. Personality has a contribution to marital satisfaction, one trait of personality that contributes is agreeableness. This study aims to look at the relationship between personality trait agreeableness and marital satisfaction in individuals who engage in mixed marriages. This research was conducted on 90 participants consisting of 76 Indonesian Citizens (WNI) and 14 Foreign Citizens (WNA). The results showed there was a significant relationship between agreeableness personality trait and marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teresa Indira Andani
"Setiap orang memiliki nilai-nilai yang berperan sebagai panduan dalam menjalani hidup yang mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku seseorang termasuk caranya mengevaluasi hubungan perkawinannya. Kepuasan perkawinan merupakan konstruk yang digunakan untuk mengevaluasi hubungan perkawinan yang mana semakin rendah kepuasan perkawinan seseorang maka cenderung memicu pilihan untuk bercerai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara nilai-nilai dasar pada higher order values yang dikemukakan oleh Schwartz (1992) dengan kepuasan perkawinan dengan melihat perbedaan antara generasi X dan generasi Y. Uji pearson correlation, sequential (hierarchical) multiple regression dan independent sample t-test dilakukan kepada 764 partisipan (217 generasi X dan 547 generasi Y) menggunakan kuesioner berisi 40 item PVQ (Portrait Values Questionnaire) untuk mengukur prioritas nilai dan 6 item QMI (Quality of Marriage Index) untuk mengukur kepuasan perkawinan. Hasilnya, hanya prioritas nilai pada dimensi self – transcendence yang benar-benar terbukti berkontribusi terhadap peningkatan kepuasan perkawinan seseorang. Generasi X memprioritaskan nilai-nilai yang ada pada dimensi conservation sedangkan generasi Y memprioritaskan nilai-nilai yang ada pada dimensi self-transcendence. Kepuasaan perkawinan generasi X ditemukan lebih tinggi dibandingkan generasi Y.

Every person has values that serve as a guide in living life that affects a person's perceptions, attitudes and behavior including how to evaluate they marital relationship. Marital satisfaction is a construct used to evaluate marital relationships where low marriage satisfaction tends to trigger the choice of divorce. This study aims to determine the relationship between the basic values of the higher order values proposed by Schwartz (1992) with marital satisfaction by looking at the differences between generation X and generation Y. Pearson correlation, sequential (hierarchical) multiple regression tests and independent sample t-test were performed on 764 participants (generation X totaling 217 participants and generation Y totaling 547 participants) using a questionnaire containing 40 items of PVQ (Portrait Values Questionnaire) to measure values priority and 6 QMI (Quality of Marriage Index) items to measure marital satisfaction. This research indicates only priority values on the dimension of self-transcendence that shows a significant contribution to the increasing of one’s marriage satisfaction. Generation X prioritizes the values that exist in the conservation dimension while Generation Y prioritizes the values that exist in the dimension of self-transcendence. Generation X's marriage satisfaction is found to be higher than Generation Y."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulya Diesa Maretha
"Pada masa pandemi COVID-19, berbagai perubahan dan tantangan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan dapat berdampak terhadap kesejahteraan keluarga, termasuk di dalamnya adalah kepuasan pernikahan (Prime, Wade, & Browne, 2020). Di Indonesia, terdapat peningkatan angka konsultasi mengenai permasalahan dalam hubungan keluarga yang diterima oleh Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (2020). Kontribusi kepuasan pernikahan terhadap resiliensi keluarga menjadi hal yang penting untuk diteliti karena keluarga merupakan gabungan dari subsistem dan fungsi yang saling memengaruhi satu sama lain (Korja et al., 2016). Penelitian ini melibatkan 120 ibu menikah yang memiliki anak pertama berusia toddler. Variabel resiliensi keluarga diukur dengan menggunakan Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) dan variabel kepuasan pernikahan diukur dengan ENRICH Marital Satisfaction Scale (EMS Scale). Hasil analisis menggunakan regresi linear sederhana menunjukkan adanya kontribusi positif yang signifikan dari kepuasan pernikahan terhadap resiliensi keluarga. Selain itu, hasil analisis menggunakan Pearson Correlation juga menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan resiliensi keluarga dan kepuasan pernikahan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu ibu dan keluarga memahami pentingnya peran kepuasan pernikahan pada ibu dengan anak usia toddler terhadap resiliensi keluarga

During the COVID-19 pandemic, there are several changes and challenges in different aspects of life that could impact the family’s wellbeing, including marital satisfaction (Prime, Wade, & Browne, 2020). In Indonesia, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (2020) found an increase in the amount of consultation that was related to family problem. The contribution of marital satisfaction to family resilience becomes a very important topic as a family consists of subsystems and functions that are mutually influencing (Korja et al., 2016). This study involves 120 married mothers whose first children are of toddlers-age. Family resilience is measured using Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) and marital satisfaction is measured using ENRICH Marital Satisfaction Scale (EMS Scale). Simple linear regression analysis shows a positive and significant contribution of marital satisfaction on family resilience. In addition to that, Pearson Correlation analysis also shows a positive and significant correlation between family and family resilience as well as marital satisfaction. These findings hopefully could bring awareness to mothers and their families regarding the importance of mothers’ marital satisfaction on family resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agni Aflikhiya Sari
"Pandemi COVID-19 membawa berbagai dampak masalah psikologis kepada pasangan menikah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kebosanan, religious coping, dan traits kepribadian dengan kepuasan perkawinan selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Partisipan terdiri dari 287 orang Indonesia berstatus menikah, terdiri dari 199 perempuan dan 88 laki-laki (usia 20-65 tahun). Pengukuran dilakukan dengan ENRICH Marital Satisfaction (EMS), State Boredom Measure (SBM), Iranian Religious Coping (IRCOPE), dan IPIP-BFM-25 Indonesia. Data di analisis dengan Pearson’s correlation. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif antara kebosanan dan kepuasan perkawinan, ada korelasi positif antara semua traits kepribadian (emotional stability, conscientiousness, intellect, extraversion, agreeableness) dan kepuasan perkawinan, dan tidak ada korelasi antara religious coping (benevolent reappraisal, religious practice, active religious coping, passive religious coping, negative feelings toward God) dan kepuasan perkawinan. Implikasi praktis dari hasil penelitian adalah untuk memperhatikan pentingnya mengatasi kebosanan dan mengembangkan religious coping yang tepat agar dapat meningkatkan kepuasan perkawinan di masa pandemi dan selanjutnya.

COVID-19 pandemic cause psychological problems for marital couple. This study investigated the relationship between boredom, religious coping, and personality traits with marital satisfaction during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Participants were 287 married individuals (20-65 years old), consisting 199 women and 88 men, living in Indonesia. Data were collected through online survey forms using ENRICH Marital Satisfaction (EMS), State Boredom Measure (SBM), Iran Religiousitas Coping (IRCOPE), and Personality Traits (IPIP-BFM-25 Indonesia). The results showed a negative correlation between boredom and marital satisfaction and positive correlations between personality traits (emotional stability, conscientiousness, intellect, extraversion, agreeableness) and marital satisfaction. However, there was no significant correlation between religious coping (benevolent reappraisal, religious practice, active religious coping, passive religious coping, negative feelings toward God) and marital satisfaction. The result showed the importance of overcoming boredom and develop the right religious coping to improve marital satisfaction during the COVID-19 pandemic in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita Chairunnisa
"ABSTRAK
Studi sebelumnya menemukan bahwa karakteristik perkawinan pada individu yang menikah terbukti berkorelasi dengan kepuasan perkawinan. Terdapat karakteristik perkawinan yang lebih dianggap penting oleh individu terhadap kepuasan perkawinannya. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara karakteristik perkawinan dengan kepuasan perkawinan pada pernikahan berdasarkan agama (ta aruf). Partisipan pada penelitian merupakan 200 individu yang menikah melalui pernikahan berdasarkan agama (ta aruf) dengan usia perkawinan 1-5 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara daring melalui google forms. Karakteristik perkawinan diukur dengan CHARISMA dan kepuasan perkawinan diukur dengan CSI yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara karakteristik perkawinan dengan kepuasan perkawinan (r = 0,381, p<0.01, 2-tailed) pada individu yang menikah melalui ta aruf dengan usia perkawinan 1-5 tahun. Hasil penelitian ini memberikan temuan baru mengenai karakteristik perkawinan apa yang berhubungan dengan kepuasan perkawinan pada individu yang menikah, khususnya perkawinan melalui perjodohan (taaruf) di Indonesia.

ABSTRACT
Previous study has found that the marita characteristics has correlation with marital satisfaction. There is a characteristics of marriage which is considered more important by married individual on their marriage life. This research is aiming to see the correlation between characteristics and satisfaction of a marriage that has occurred based on religion (ta aruf). Respondents are 200 persons who have been married through an arranged based marriage process (ta aruf) with age of marriage between 1 to 5 years. Data collection was done by distributing questionnaire online with google forms. The characteristics is measured by CHARISMA and marital satisfaction with CSI which have been translated into Indonesian. The result is showing there is a significant positive correlation between marital characteristics and marital satisfaction (r=0,381, p<0.01, 2-tailed) on a person who is married through an arranged-based marriage, aged from 1 to 5 years old. This also bringing new point related to marital satisfaction on an individual that is doing marriage, especially on a marriage through an arranged-based marriage in Indonesia (ta aruf)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiah Ana Wibowo
"Pandemi COVID-19 menciptakan stresor fisik, mental, dan sosial yang memengaruhi kehidupan masyarakat, termasuk perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh respons terhadap stres dan religious coping terhadap kepuasan perkawinan di masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-eksperimental. Partisipan penelitian ini berjumlah 356 orang Indonesia yang sudah menikah dengan rentang usia 20-65 tahun (M=31,04, SD=8,67). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur Adult Self-Report RSQ (Responses to Stress Questionnaire) COVID-19, The Brief RCOPE, dan ENRICH Marital Satisfaction (EMS) Scale yang disebarkan secara daring. Data diolah menggunakan perhitungan regresi berganda menggunakan program IBM SPSS Statistic Version 25. Hasil penelitian menujukkan primary control engagement coping dan positive religious coping berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan perkawinan. sementara involuntary engagement dan negative religious coping berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kepuasan perkawinan. Diketahui juga bahwa jumlah partisipan yang memiliki tingkat kepuasan perkawinan yang tergolong tinggi dan rendah hampir sama banyaknya.

The COVID-19 pandemic create physically, mentally, and socially stressors that change many aspects of people’s life, including their marriage. This study examined the influence of responses to stress and religious coping on marital satisfaction during the COVID-19 pandemic in Indonesia. This research uses quantitative non-experimental method. Participants of this study were 356 married Indonesians age 20-65 years (M=31,04, SD=8,67). The Adult Self-Report RSQ (Responses to Stress Questionnaire) COVID-19 measurement tools, The Brief RCOPE, and The ENRICH Marital Satisfaction (EMS) Scale were distributed online. Data were analyzed by multiple regression using IBM SPSS Statistic Version 25. The results showed that primary control engagement coping and positive religious coping had a positive and significant influence on marital satisfaction, while involuntary engagement and negative religious coping had a negative and significant influence on marital satisfaction. In addition, the numbers of participants who had high and low marital satisfaction were almost similar."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fath Fatheya
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat pengaruh status pencari nafkah dalam keluarga tunggal atau ganda dan tipe pasangan traditional, independent, separated, dan mixed terhadap kepuasan pernikahan pasangan yang tinggal serumah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 224 individu. Pada penelitian ini, ditemukan adanya pengaruh utama yang signifikan antara tipe pasangan dan kepuasan pernikahan F 1,3 = 10,425; nilai p < 0,05; ? 2=0,117 . Sedangkan, untuk tipe pencari nafkah tidak ditemukan adanya pengaruh utama yang dignifikan terhadap kepuasan pernikahan F 3,1 = 0,231; nilai p > 0,05; ? 2=0,001 . Untuk efek interaksi atas tiga variabel yang digunakan, tidak ditemukan adanya efek interaksi yang siginifikan antara status pencari nafkah dan tipe pasangan terhadap kepuasan pernikahan F 1,3 =1,050; p > 0,05; ? 2=0,013 . Skor rata-rata pasangan pencari nafkah tunggal dan ganda tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa status pencari nafkah tidak memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan pernikahan. Dari keempat tipe pasangan, ditemukan bahwa tipe pasangan traditional memiliki skor rata-rata kepuasan pernikahan yang paling tinggi dibandingkan tipe lainnya. Di sisi lain, tipe pasangan separated ditemukan memiliki skor rata-rata kepuasan pernikahan yang paling rendah diantara tipe pasangan lainnya. Interdependensi antara suami-istri dan komunikasi penyelesaian konflik menjadi aspek yang penting dalam menentukan tingkat kepuasan pernikahan.

This study aims to see the influence of the earner status in the family single or dual and the couple types traditional, independent, separated, and mixed to marital satisfaction of married couples who live together in Indonesia. In this study, there was found a significant main effect between couple type and marital satisfaction F 1,3 10,425 p value 0.05 2 0.001 . There was no significant interaction effect between earner status and couple types to marital satisfaction F 1,3 1,050 p 0,05 2 0,013 . The average score between single and dual earners did not have a significant difference. Among the four couple types, it was found that the traditional type had the highest average score of marital satisfaction compared to other types. On the contrary, separated couple found to have the lowest average marital satisfaction score among the others. These results are in accordance with previous studies about couple types. Interdependence and communication of conflict resolution between couples becomes an important aspect in determining the level of marital satisfaction of couples in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T51364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Vernanda Anjani
"Semakin terbukanya akses komunikasi dan terhadap berbagai negara menjadi pemicu meningkatnya fenomena perkawinan campur. Perkawinan campur juga memiliki tantangan tersendiri yang dapat menguji kepuasan dalam perkawinan. Kepuasan perkawinan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya komitmen dan cinta. Pada studi ini sendiri akan diuji apakah cinta dapat memoderasi hubungan antara komitmen dan kepuasan perkawinan. Sebanyak 90 individu yang telah melakukan perkawinan campur berpartisipasi dalam studi ini. Hasil menunjukan hubungan yang signifikan antara komitmen dan kepuasan perkawinan (r(90) = 0,530, p < ,01). Selain itu, ditemukan pula bahwa interaksi antara komitmen dan cinta terbukti tidak signifikan (t= - 0,72, p > ,05) pada kepuasan perkawinan.

The increased open access to communication and to various countries are becoming the triggers for the increasing phenomenon of international marriages. International marriages also have their own challenges that can test satisfaction in a marriage. Marital satisfaction itself is influenced by several factors, including commitment and love. Commitment and marital satisfaction have proven to be the topics that attracted many researchers. A total of 90 individuals who have done international marriages participated in this study. The result shows a significant relationship between commitment and marital satisfaction (r(90) = 0,530, p <,01). In addition, it was also found that the interaction between commitment and love proved insignificant (t = -0,72, p> ,05) on marital satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>