Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 230116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Palupi Agustina Djayadi
"Pendahuluan: Laporan kasus fatality di beberapa perusahaan minyak dan gas di Indonesia selama Januari-Maret 2019 terjadi 15 kasus mortalitas pekerja diduga akibat kematian jantung mendadak, tanpa adanya kelainan hasil uji treadmill pada pemeriksaan kesehatan berkala terakhir. Salah satu metode penapisan risiko penyakit jantung koroner (PJK) adalah dengan uji treadmill. Duke Treadmill Score (DTS) merupakan metode yang baik untuk stratifikasi risiko dan menilai prognosis pada uji treadmill.
Tujuan: Diketahuinya hubungan antara faktor risiko individu dan jenis pekerjaan dengan DTS.
Metode: Penelitian cross sectional yang melibatkan 290 responden pekerja dari empat perusahan migas di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara serta perhitungan DTS berdasarkan hasil uji treadmill pekerja yang dilakukan pada September-Desember 2019.
Hasil: Didapatkan 66,9% DTS risiko ringan; 33,1% DTS risiko sedang. Variabel yang berhubungan dengan peningkatan risiko DTS adalah usia >40 tahun dengan (ORadj = 2,70; IK 95%: 1,162-6,282), dan merokok (ORadj = 2,78 IK 95% 1,637- 4,726). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis pekerjaan dengan DTS pada pekerja migas di Indonesia. Terdapat hubungan bermakna antara risiko individu merokok dan usia >40 dengan DTS pada pekerja migas di Indonesia.

Background: Reports of fatality cases in several oil and gas companies in Indonesia, January - March 2019 period occurred 15 mortality cases of workers due to sudden cardiac death, without any abnormal findings of the treadmill test result on last periodic Medical Check-up. One of the screening method for coronary heart disease is the treadmill test. The Duke Treadmill Score (DTS) is the most powerful method for stratifying risk and assessing the prognosis in the treadmill test.
Objective: To find out the association between individual riks factors and types of work with DTS among oil and gas workers in Indonesia.
Methods: A cross-sectional study design involving 290 respondent oil and gas workers from four oil and gas companies in Indonesia. Data collected by interview and calculation of DTS based on worker’s treadmill test conducted in September-December 2019.
Results: DTS among workers found 66,9% had low risk; 33,1% had moderate risk. Variables associated with increased DTS were age >40 (ORadj= 2,70; 95%CI:1,162-6,282) and smoking (ORadj= 2,78; 95%CI:1,67-4,726).
Conclusions: There was no significant association between types of work and DTS among oil and gas workers in Indonesia. There was a significant association between the risk of individual smoking and age>40 with DTS in oil and gas workers in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Rusliana
"Secara global penyakit tidak menular penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor risiko terhadap Penyakit Jantung Koroner berdasarkan hasil treadmill. Penelitian ini menggunakan cross sectional dengan sampel 173 responden. Sumber diperoleh dari MCU karyawan.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna secara statistik antara usia, hipertensi, kolesterol total, LDL, diabetes melitus, merokok, IMT, shift, dan stres dengan risiko PJK berdasarkan hasil treadmill, namun tidak terdapat hubungan antara HDL dengan risiko PJK. Setelah menggunakan regresi logistik, tujuh faktor risiko yang paling mempengaruhi PJK yaitu usia, hipertensi, kolesterol total, diabetes melitus, IMT, merokok, dan stres.
Non-communicable diseases globally the number one cause of death is ardiovascular disease each year. The aim of research to determine the relationship f risk factors for coronary heart disease based on the results of the treadmill. This tudy uses cross-sectional with sample 173 respondents. Sources obtained from CU employees.
The results showed a statistically significant relationship between ge, hypertension, total cholesterol, LDL, diabetes mellitus, smoking, BMI, shift, nd stress with the risk of CHD based on the treadmill, but there is no relationship etween HDL with CHD risk. After using logistic regression, seven risk factors that ost influence CHD are age, hypertension, total cholesterol, diabetes mellitus, BMI, smoking, and stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvony Chandra
"Latar Belakang: Perubahan sistemik pada PPOK menyebabkan terjadinya disfungsi otot yang berhubungan dengan penurunan fungsi keseimbangan. Gangguan keseimbangan menimbulkan konsekuensi terhadap kejadian jatuh. Penambahan latihan keseimbangan pada PPOK dapat meningkatkan fungsi keseimbangan, namun belum menjadi standar tatalaksana pada program rehabilitasi PPOK. Latihan ketahanan dengan menggunakan jentera dan sepeda statis menunjukkan adanya peningkatan nilai uji fungsi keseimbangan pasien PPOK, namun belum ada penelitian yang membandingkan antara kedua latihan tersebut dalam meningkatkan fungsi keseimbangan pasien PPOK.
Tujuan: Menilai efek latihan jentera dan latihan sepeda statis selama delapan minggu terhadap perbaikan fungsi keseimbangan pasien PPOK.Metode. Uji klinis teracak terhadap pasien PPOK stabil grup A,B,C dan D pada usia 55-80 tahun. Subjek dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok jentera dan kelompok sepeda statis. Kedua kelompok mendapat program rehabilitasi paru selama delapan minggu. Dilakukan evaluasi fungsi keseimbangan dengan menggunakan Berg Balance Scale BBS pada awal penelitian, 4 dan 8 minggu setelah mulai penelitian.
Hasil: Terdapat 16 subjek PPOK yang menyelesaikan penelitian. Didapatkan peningkatan yang signifikan secara statistik pada nilai BBS baik pada latihan jentera maupun pada latihan sepeda statis setelah delapan minggu latihan dengan nilai akhir BBS 51,88 dan 50,25 secara berurutan. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik antara selisih peningkatan nilai BBS latihan jentera dan latihan sepeda statis dengan nilai tengah 3,00 dan 3,50 secara berurutan.
Kesimpulan: Nilai BBS menunjukkan perbaikan bermakna secara statistik baik pada latihan jentera maupun sepeda statis. Tidak terdapat perbedaan efek yang bermakna secara statistik antara latihan pada kedua kelompok tersebut.

Background: Systemic changes in COPD result in muscle dysfunction that associated with decreased balance function. Impaired balance has consequences for falling events. The addition of balance exercises to COPD can improve balance function, but it has not yet become the standard treatment for COPD rehabilitation programs. Endurance exercises using treadmill and static cycle show an increase in balance function test of COPD patients, but no studies have compared the two exercises in order to improve the balance function of COPD patients.
Aim: To assess the effects of treadmill and static cycle exercise for eight weeks on improving balance function of COPD patients. Method. Randomized Clinical trials of stable COPD patients on A, B, C and D group at age 55 80 years. Subjects were divided into two groups, treadmill and static cycle group. Both groups received pulmonary rehabilitation program for eight weeks. Evaluation of balance function using Berg Balance Scale BBS at the beginning of the study, 4 and 8 weeks after the study.
Results: There were 16 subjects of COPD who completed the study. There was a statistically significant increase in the value of BBS in both treadmill and static cycle group after eight weeks of exercise with a final BBS score of 51.88 and 50.25 respectively. There was no statistically significant difference between the improvement value of BBS in treadmill and static cycle exercise with median values of 3.00 and 3.50 respectively.
Conclusion: The BBS score showed statistically significant improvements in treadmill and static cycles exercise. There was no statistically significant different effect of exercises in both groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Arnold Hasahatan
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsan
"Latar belakang : Coronary Artery Disease (CAD) merupakan masalah yang masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia, dengan angka prevalensi yang semakin meningkat. Uji treadmill merupakan suatu modalitas diagnostik yang tersedia secara luas di Indonesia untuk menilai kemungkinan stenosis pembuluh darah koroner dan menjadi referensi perlu tidaknya corangiografi. Keterbatasan dalam ketepatan diagnostik uji treadmill, perlu ditingkatkan performanya, yang dimana dalam penelitian ini menggunakan Duke Treadmill Score (DTS) sebagai prediktor Coronary Artery Disease yang signifikan dengan corangiografi sebagai pemeriksaan baku emas.
Tujuan : Mengetahui nilai DTS dalam mendiagnosis CAD signifikan pada pasien dengan uji treadmill positif.
Metode : Penelitian potong lintang pada pasien dengan CAD stabil berusia 18-75 tahun yang menjalani uji treadmill dengan hasil positive ischemic response dan sudah dilakukan corangiografi di Poliklinik Pelayanan Jantung Terpadu RSCM dalam kurun waktu Januari 2011 hingga Desember 2013. DTS akan ditetapkan titik potongnya (cut-off point) dengan Receiver Operator Curve (ROC) kemudian ditentukan nilai sensitivitas dan spesifisitas. Setelah ditetapkan titik potong, dibuat tabel 2x2 yang nantinya didapatkan nilai duga positif dan negatif beserta rasio kemungkinan positif dan negatif dengan rentangan nilainya menurut batas 95 % interval kepercayaan (IK).
Hasil : Terdapat 103 subyek dalam penelitian ini, dengan 37,9 % diagnosis CAD signifikan dari corangiografi. Rerata usia subyek penelitian 54,71 tahun yang dimana sebagian besar adalah wanita (53,4 %) dengan rentang usia 26-75 tahun. Faktor risiko CAD yang paling banyak ditemukan adalah hipertensi (51,5%). Didapatkan rerata DTS -3.53, yang sebagian besar termasuk dalam kelompok intermediate risk (89,3 %). Dari ROC ditentukan titik potong -8,85. Didapatkan hasil sensitivitas DTS adalah 28 % (IK 95 %: 17 % sampai 44 %), spesifisitas 95 % (IK 95 %: 87 % sampai 98 %), nilai duga positif (NDP) 79 % (IK 95 %: 52 % sampai 92 %), nilai duga negatif (NDN) 69 % (IK 95 %: 58 % sampai 77 %), dan rasio kemungkinan positif (RKP) 6,02 beserta rasio kemungkinan negatif (RKN) 0,75.
Simpulan : DTS dapat memprediksi CAD yang signifikan pada titik potong -8,85 untuk pasien uji treadmill positif dengan nilai duga positif yang cukup baik.

Background: Coronary Artery Disease (CAD) is one of the disease entity that leading cause of morbidity and mortality in worldwide. Treadmill test is part of the diagnostic modality which readily available to assess possibility of narrowing coronary artery and guiding us whether we need for the further investigation. Despite of that, treadmill test has limitation in diagnostic accuracy. Duke Treadmill Score (DTS) was also tested as a diagnostic score, and shown to predict significant CAD better than the ST-segment response alone.
Objectives : To determine the potential of DTS as a predictor significant CAD in patients who showed positive ischemic response during treadmill test, comparing with coronary angiography as a gold standard.
Methods : This is a cross-sectional study performed in adult patients with stable CAD that underwent treadmill test and coronary angiography in outward patient clinic of the Integrated Cardiac Service in Cipto Mangunkusumo Hospital between January 2011 and December 2013.
Results : A total of 103 patients in this study, thirty nine patients (37,9 %) had significant CAD in coronary angiography. Briefly, mean age was 54,71 years and 55 patients (53,4 %) were females. The most common CAD risk factor was hypertension (51,5 %). A mean of DTS score was -3.53, which mostly categorized as intermediate risk (89,3 %). Based on DTS results, cut-off point was determined by using Receiver Operator Curve (ROC) method, in which value of -8,85 considering as a cut-off point. Sensitivity and specificity value of DTS were 28 % (CI 95 %: 17 % to 44 %), and 95 % (CI 95 %: 87 % to 98 %). Positive and negative predictive value were 79 % (CI 95 %: 52 % to 92 %) and 69 % (CI 95 %: 58 % to 77 %). Positive and negative likelihood ratio were 6.02 and 0.75.
Conclusion : DTS has a good performance in predicting significant CAD at cut-off point -8,85 in patients with positive treadmill test."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanita Haldy
"Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebabkan kematian utama di Indonesia. Pada perusahaan minyak dan gas, PJK menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit diantara pekerja saat ini. Terdapat 5 kejadian evakuasi medis pada tahun 2023 di Perusahaan ini dengan diagnosis gangguan jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, analisis faktor risiko PJK pada Perusahaan ini menjadi hal yang fundamental sebagai dasar dalam menentukan program promosi kesehatan yang sesuai. Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi risiko PJK 10 tahun mendatang pada pekerja dengan metode framingham dan hubungan antara faktor risiko menggunakan desain penelitian
cross sectional dan mixed-method sequential explanatory. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat risiko PJK di Perusahaan minyak dan gas ini adalah 3,8% risiko tinggi, 18,1% sedang dan 78,1% rendah. Gambaran faktor risiko PJK, antara lain 34,4% riwayat CVD keluarga, 82,7% pria, 51,4%, berusia <40 tahun, 67,6% dislipidemia, 26,7% hipertensi, 15,2% diabetes melitus, dan 81,9% kelebihan BB, 40% perokok aktif, 27,6% waktu tidur berisiko, 49,5% tidak aktif berolahraga, 99% sedenter, 52,5% berpola makan tidak baik, 6,7% stress psikososial, 40% bekerja di area non-office, 23,8% shift. Analisis hubungan diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara usia, hipertensi, diabetes dan risiko PJK pada pekerja dan usia merupakan faktor risiko dominan PJK. Tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga, jenis kelamin, dislipidemia, BMI, alkohol, sedenter, pola makan, waktu tidur, stress psikososial, jenis pekerjaan, area kerja dan risiko PJK pada pekerja. Selain itu, berdasarkan analisis kualitatif yang dilakukan pada faktor
determinan perilaku pekerja, diketahui terdapat hubungan antara faktor determinan perilaku dan perilaku pekerja. Pada faktor pengetahuan (faktor pre-disposisi) diketahui bahwa pekerja non office kurang memahami faktor risiko PJK. Potensi penyebabnya adalah edukasi kesehatan pekerja belum merata pada seluruh area kerja. Analisis faktor pemungkin diketahui bahwa perusahaan telah memberikan dukungan penuh untuk meningkatkan kesehatan pekerja, namun masih ditemukan pekerja yang belum melakukan perbaikan perilaku kesehatan. Analisis faktor penguat memperlihatkan bahwa perusahaan telah menjalankan pengawasan dan pemantauan secara baik dan kosisten, namun pelaksaan program kesehatan setiap site belum terintegrasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan program promosi kesehatan yang komprehensif dan menyeluruh, baik dari perusahaan, pekerja, dan juga pembuat kebijakan.

Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of death in Indonesia. In oil and gas companies, CHD is one of the main causes of disease-related deaths among workers. In 2023, there were 5 medical evacuation incidents at this company with diagnoses of heart and vascular disorders. Therefore, analyzing CHD risk factors at this company is fundamental in determining appropriate health promotion programs. This study was conducted to predict the 10-year risk of CHD among workers using the Framingham method and to assess the relationship between risk factors using a cross-sectional and mixed-method sequential explanatory research design. The results showed that the CHD risk levels at this oil and gas company were 3.8% high risk, 18.1% moderate risk, and 78.1% low risk. The risk factors for CHD included 34.4% with a family history of CVD, 82.7% men, 51.4% under 40 years old, 67.6% with dyslipidemia, 26.7% with hypertension, 15.2% with diabetes mellitus, 81.9% overweight, 40% active smokers, 27.6% with risky sleep duration, 49.5% not physically active, 99% sedentary lifestyle, 52.5% with poor eating habits, 6.7% with psychosocial stress, 40% working in non-office areas, and 23.8% working shifts. There was a significant association between age, hypertension, diabetes, and CHD risk among workers, with age being the dominant risk factor for CHD. There was no association between family history, gender, dyslipidemia, BMI, alcohol consumption, sedentary lifestyle, dietary habits, sleep patterns, psychosocial stress, job type, work area, and CHD risk among workers. Additionally, qualitative analysis of behavioral determinants showed a relationship between behavioral determinants and worker behavior. Regarding worker knowledge as predisposing factors, non-office workers were found to have less understanding of CHD risk factors. The potential cause is uneven health education across all work areas. Analysis of enabling factors revealed that the company has provided full support to improve worker health, but some workers have not yet improved their health behaviors. The analysis of reinforcing factors showed that the company has implemented good and consistent health monitoring, but the implementation of health programs at each site is not yet integrated. Therefore, comprehensive and thorough improvements in health promotion programs are needed from the company, workers, and policymakers. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Mochtar
"Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi, baik pada populasi masyarakat umum maupun populasi pekerja. Pekerja migas, baik off-shore maupun on-shore, terpapar dengan berbagai hazard, yang secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor mereka. Hingga saat ini belum ditemukan adanya studi yang mempelajari tentang faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor pada pekerja migas di Timur Tengah. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor pada pekerja off-shore dan on-shore perusahaan migas 'X' di Qatar. Dengan metode potong lintang, studi ini menganalisis dan membandingkan data pekerja off-shore dan on-shore perusahaan 'X' pada dua tahun berbeda, yaitu tahun 2008 dan 2018. Data pekerja yang dianalisis meliputi jenis kelamin, usia, kadar-kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida dan gula darah sewaktu, tekanan darah sistolik dan diastolik, kebiasaan merokok, penggunaan obat tekanan darah, berat badan dan tinggi badan. Data yang ada juga digunakan untuk menghitung risiko kardiovaskular mayor pekerja dengan menggunakan Framingham Risk Score.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa pada periode 2008-2018, pekerja off-shore mengalami perburukan pada sembilan faktor risiko, yaitu tekanan darah sistolik, gula darah sewaktu, LDL, kolesterol total, trigliserida, berat badan, pengobatan tekanan darah, jumlah penderita diabetes dan sindrom metabolik. Selain itu, pekerja off-shore mengalami perburukan significant risiko kardiovaskular mayor dari skor FRS 9,2% (risiko ringan) menjadi 20,3% (risiko tinggi). Pada periode yang sama, pekerja on-shore hanya mengalami perburukan pada dua faktor risiko, yaitu LDL dan berat badan, serta mengalami perbaikan pada satu faktor risiko, yaitu HDL. Selain itu, pekerja on-shore juga mengalami perburukan risiko kardiovaskular mayor dari skor FRS 10,0% (risiko ringan) menjadi 17,0% (risiko sedang). Berdasar hasil studi ini disimpulkan bahwa dibanding pekerja on-shore, pekerja off-shore mengalami lebih banyak perburukan faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor.

Cardiovascular disease is a prevalent disease and associated with high mobidity and mortality in both general and worker population. Oil and gas workers, both off-shore and on-shore, are exposed to various hazards in the workplace, which directly or indirectly increase the workers' risk factors and risk of developing major cardiovascular events. Up to present, no study investigating risk factors and risk of major cardiovascular events in the Middle East has been found. This study was intended to analyze the risk factors and risk of major cardiovascular events in the off-shore and onshore workers of the 'X' oil and gas company in Qatar. Using a cross-sectional method, this study analyzed and compared the health data of the off-shore and on-shore workers of the 'X' company in the two different year, namely 2008 and 2018. The data analyzed included gender, age, the levels of total cholesterol, LDL, HDL, triglycerides and blood sugar, systolic and diastolic blood pressure, smoking habit, use of blood pressure medications, body weight and height. The available data was also utilized to calculate the workers' risk of developing major cardiovascular events using Framingham Risk Score.
This study found that during the period of 2008-2018, the off-shore workers suffered the worsening in the nine cardiovascular risk factors, namely systolic blood pressure, blood sugar, LDL, total cholesterol, triglycerides, body weight, blood pressure medication, numbers of diabetic and metabolic syndrome. In addition, the off-shore workers experienced a significant deterioration in the risk of developing major cardiovascular event from a FRS score of 9.2% (mild risk) to 20.3% (high risk). In the same period, on-shore workers experienced the worsening only in two risk factors, namely LDL and weight, and experienced an improvement in one risk factor, namely HDL. In addition, on-shore workers also experienced a deterioration in the risk of developing major cardiovascular events from a FRS score of 10.0% (mild risk) to 17.0% (moderate risk). Based on the study, it is concluded that compared to the onshore workers, the off-shore workers experienced more worsening of risk factors and risk of major cardiovascular events.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridha Syalli Adha
"Berat badan berlebih merupakan pintu gerbang berbagai penyakit dan angkanya terus meningkat. Penelitian ini membahas faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian berat badan berlebih pada pekerja Perusahaan minyak dan gas bumi di laut jawa tahun 2024. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan metode mixed method – sequencial explanatory design. Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 105 orang. Variabel dependen penelitian yaitu berat badan berlebih dan variabel independen terdiri atas jenis kelamin, usia, kondisi psikologis, akses informasi kesehatan, akses makanan/minuman sehat, akses makanan/minuman tidak sehat, pola makan, aktivitas fisik, waktu tidur, perilaku menetap, lokasi kerja, dan shift kerja. Hasil penelitian menyebutkan 63% pekerja mengalami kondisi berat badan berlebih dimana 17% nya obesitas. Berdasarkan hasil analisis, akses informasi kesehatan dan pola makan memiliki hubungan signifikan dengan berat badan berlebih, pola makan merupakan faktor risiko dominan penyebab berat badan berlebih dengan OR 9. Perusahaan diharapkan dapat menyusun program kesehatan untuk pekerja terutama untuk menangani kejadian berat badan berlebih. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk melihat variabel lain yang belum diteliti yang mungkin berhubungan dengan berat badan berlebih.

Overweight is a gateway to various diseases, and its prevalence continues to rise. This study examines the risk factors associated with the occurrence of overweight among oil and gas company workers in the Java Sea in 2024. The study employs a cross-sectional design with a mixed-method sequential explanatory approach. A total of 105 respondents participated in the study. The dependent variable is overweight, while the independent variables include gender, age, psychological condition, access to health information, access to healthy food/drinks, access to unhealthy food/drinks, eating patterns, physical activity, sleep duration, sedentary behavior, work location, and work shift. The results indicated that 63% of workers experienced excess weight, with 17% being obese. Analysis revealed that access to health information and eating patterns have a significant relationship with excess weight, with eating patterns being the dominant risk factor (OR 9). It is recommended that the company develop health programs for workers, particularly to address the issue of excess weight. Future research should explore other variables that may be related to excess weight."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Migunani Utami
"Latar belakang: Abnormalitas pemulihan laju jantung (PLJ) setelah uji treadmill yang dapat terjadi di antara penerbang merupakan prediktor penyakit jantung koroner. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi beberapa faktor risiko terhadap PLJ setelah uji treadmill pada penerbang sipil di Indonesia.
Metode: Penelitian potong lintang dengan purposive sampling di antara penerbang sipil berusia 35-65 tahun yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan, Jakarta tanggal 5-21 Mei 2014. Data demografi dan pekerjaan diperoleh dari kuesioner yang diisi langsung oleh subyek. Hasil pemeriksaan fisik, uji treadmill dan laboratorium diambil dari rekam medik. Definisi PLJ adalah perbedaan denyut per menit (dpm) antara laju jantung maksimal selama uji treadmill dengan laju jantung pada menit ke-2 periode pemulihan. Analisis dilakukan dengan regresi linier.
Hasil: Selama periode penelitian terdapat 207 penerbang yang menjalani uji treadmill, 180 orang di antaranya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, sedangkan yang memenuhi kriteria 158 orang. Faktor-faktor dominan yang memperlambat PLJ adalah indeks massa tubuh (IMT), usia, jam terbang dalam 24 jam terakhir, dan tekanan darah diastolik sebelum treadmill. Peningkatan 1 kg/m2 IMT, 1 tahun usia, 1 jam terbang dalam 24 jam terakhir dan 1 mmHg tekanan darah diastolik sebelum treadmill masing-masing memperlambat PLJ sebesar 1,07 dpm (β = -1,068; p = 0,000), 0,46 dpm (β = -0,464; p = 0,000), 0,44 dpm (β = -0,436; p = 0,019), dan 0,30 dpm (β = -0,296; p = 0,000).
Simpulan: Peningkatan IMT, usia, jam terbang dalam 24 jam terakhir, dan tekanan darah diastolik sebelum treadmill akan memperlambat PLJ.

Background: Abnormalities of heart rate recovery (HRR) after exercise treadmill test (ETT) that can occur among pilots is a predictor of coronary artery disease. This study aims to identify some risk factors to HRR after ETT on commercial pilots in Indonesia.
Methods: A cross-sectional study with purposive sampling among 35-65 years old commercial pilot who perform periodic medical check-up at Civil Aviation Medical Center, Jakarta on May 5th-21th 2014. Demographic and job data obtained from questionnaires completed by the subjects directly. Results of physical examination, laboratory and ETT taken from medical records. Heart rate recovery was defined as difference of beat per minute (bpm) between peak exercise heart rate and 2 minute post exercise. Data were analyzed with linear regression.
Results: During the study period there were 207 pilots underwent ETT, 180 of them were willing to participate in this study, and 158 participants met the criteria. Dominant factors that delayed HRR is body mass index (BMI), age, flight time in the last 24 hours and resting diastolic blood pressure. Increasing of 1 kg/m2 BMI, 1 year age, 1 hour flight time and 1 mmHg resting diastolic blood pressure will delayed HRR 1,07 bpm (β = -1,068; p = 0,000), 0,46 bpm (β = -0,464; p = 0,000), 0,44 bpm (β = -0,436; p = 0,019) and 0,30 bpm (β = -0,296; p = 0,000) respectively.
Conclusion: Increasing of BMI, age, flight time in the last 24 hours before ETT, and resting diastolic blood pressure will delayed HRR.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Spadini Putri
"Pendahuluan Industri hulu minyak dan gas bumi adalah industri yang esensial dimana proses aktivitas di industri ini tidak dapat berhenti. Langkah-langkah pengaturan tanpa mengurangi target produksi dan pencegahan penyebaran infeksi Covid-19 di tempat kerja sudah dilakukan, namun kasus Covid-19 pada pekerja terus bertambah.
Objektif Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Covid-19 bergejala pada pekerja industri hulu minyak dan gas bumi di Indonesia.
Metode Studi cross sectional dengan pengumpulan data sekunder dari hasil pencatatan di tempat kerja. Data dari responden yang berhasil menyelesaikan prosedur penelitian dengan mengisi kuesioner secara lengkap sejumlah 616 termasuk didalamnya adalah data demografi pekerja, area kerja, paparan Covid-19, jenis pemeriksaan dan upaya pencegahan. Uji statistik yang digunakan dalam analisis univariat dan multivariat adalah uji regresi logistik. Uji statistik yang digunakan dalam korelasi antar variabel adalah dengan menggunakan chi-square. Hasil total data responden yang didapat sebanyak 616 pekerja. 65.3 % pekerja tidak mengalami gejala dan 34.7% pekerja mengalami gejala ringan sampai berat. Didapatkan bahwa sumber penularan di tempat kerja berhubungan signifikan dengan kejadian infeksi COVID-19 yang bergejala pada pekerja KKKS (p<0,001) dengan risiko bergejala 3,4 kali lebih tinggi, sedangkan antara usia dan karakteristik infeksi bergejala (p=0,019), dimana pekerja dengan usia diatas 39 tahun memiliki 1.5 kali risiko lebih besar untuk mengalami infeksi yang bergejala dibandingkan dengan pekerja usia ≤39 tahun dan pada pekerja laki-laki didapatkan 2 kali lebih tidak beresiko untuk bergejala jika terinfeksi COVID-19 (p=0,027) dibanding perempuan.
Kesimpulan faktor- faktor yang dapat meningkatkan risiko Covid-19 bergejala pada pekerja KKKS adalah sumber penularan di tempat kerja, usia pekerja yang lebih tua dan pekerja dengan jenis kelamin perempuan. Didapatkan risiko penularan tertinggi di tempat kerja adalah pada saat melakukan pekerjaan bersama, menggunakan fasilitas umum bersama dan makan bersama.

BACKGROUND. The upstream oil and gas industry was essential to operating continuously during the covid-19 pandemic. Preventive and management guidelines had been implemented, but cases were increasing.
OBJECTIVES. To find the factors affecting symptomatic Covid-19 in Special Task Force for Upstream Oil and Gas Industry - KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) workers in Indonesia.
METHODS A cross-sectional study was done using secondary data about covid-19 infection in SKK MIGAS and KKKS environment. Six hundred sixteen respondents were included in this study. Data about demographic characteristics, working area, covid-19 status and exposure, and examination and management before were also recorded. Univariate analysis and Multivariate analysis were done using a logistic regression test. Correlation between variables was found using chi-square.RESULTS From 616 eligible respondents 65.3% were asymptomatic, and 34.7% were symptomatic infections ranging from mild to severe symptoms. Working sites possessed a higher transmission risk as workers did the activity together. We found a correlation between a working site as a source of infection with symptomatic covid-19 (p<0.001) with a risk 3.4 times higher, age and symptomatic covid-19 (p=0.019) and female workers with symptomatic covid-19 disease (p=0.027).
CONCLUSION Some factors that increased the risk of covid-19 in KKKS workers were working site transmission, older age, and female workers. Other factors found influenced symptomatic covid-19 infection were doing the activity together, public facility usage, and eating together.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>