Ditemukan 154072 dokumen yang sesuai dengan query
Sabrina Amin Soetomo
"Penelitian ini menganalisis relasi kekuasaan antara media massa dengan terkonstruksinya identitas sosial melalui representasi media. Artikel jurnal mengenai media yang membentuk identitas disabilitas selama sepuluh tahun terakhir dikumpulkan dan diolah untuk menemukan kata-kata serupa yang digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana dan media apa yang membentuk identitas disabilitas. Diketahui bahwa representasi media dapat menjadi akselerator dan pencipta persepsi dan sikap publik. Dalam hal ini, representasi media tentang disabilitas bersifat negatif, mengakibatkan identitas disabilitas dikorelasikan dengan perbedaan, kecacatan, dan ketidakmampuannya. Hasil identitas ini menyebabkan individu dengan disabilitas mengalami diskriminasi dalam kehidupan sehari-harinya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Nasution, Charina Febiana
"Penggunaan situs jaringan sosial telah memiliki implikasi di area komunikasi tradisional seperti identitas, pembangunan hubungan dan bagaimana Media Sosial mempengaruhi kehidupan manusia secara general. Penelitian ini melaporkan temuan survei terhadap dewasa muda yang menggunakan situs media sosial. Peniltian ini adalah studi berkelanjutan dari beberapa artikel dan penelitian yang sudah ada sebelumnya mengenai motivasi dan efek yang ditimbulkan dari catfishing dan dikaitkan menggunakan Teori Pengurangan Ketidakpastian dan Teori Penetrasi Sosial. Penelitian ini menemukan bahwa ldquo;Catfishing rdquo; adalah suatu tindakan yang tidak baik untuk dilakukan, dibahas pula motivasi, teknik serta edukasi yang lebih dalam agar angka korban penipuan identitas atau ldquo;Catfishing rdquo; dapat menurun.
The use of social networking sites has had implications in traditional areas of communication such as identity,r elationship construction and how it affects people life in general. This study reports the finding of a survey of young adults who use social media sites. Respondents were asked to fill in a survey about the motivation and the after effects of catfishing. In addition this study examines how can be understood through the Uncertainty Reduction Theory and social penetration theory. From this research, it can be concluded that ldquo Catfishing rdquo is inappropriate act and having a depth understanding in ldquo Catfishing rdquo might be help to reduce the number of social media ldquo Catfishing rdquo "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
"This article explores Ousmane Sembene's short story La Noire de… (Black Girl) and its film
version by using the binary structure of the film, corresponds to the crude binary system that
underlies any system of oppression and exploitation, a system that divides the world into two
opposing categories: the oppressed and the oppressors.
By focusing exclusively on Diouana's situation, we can trace a similar binary relationship in
reverse. This film leads to the study of society that linked between female domestic labor and
the general political structure."
[, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia], 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
ATA 16(1-2) 2013
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Billy Sarwono
Jogyakarta: Lingkar Media, 2013
305.5 BIL s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ayunda Nurvitasari
"Sosial media tidak hanya menjadi sarana informasi efisien yang menghubungan satu dengan yang lain tetapi juga sebuah medium representasi diri. Penelitian ini merupakan upaya untuk menganalisis konstruksi identitas online di sosial media, khususunya pengguna Twitter, sebagai implikasi penggunaan sosial media. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian diri (self-assessment) untuk mengidentifikasi tujuan penggunaan dan aktivitas pengguna Twitter, diikuti dengan penjelasan lebih lanjut dan interpretasi terkait dengan permasalahan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Twitter memfasilitasi penggunanya untuk mengeksplor representasi diri online mereka secara bebas. Di samping itu, konstruksi identitas di Twitter mencakup karakteristik-karakteristik selektif representasi diri, yakni asynchronous dan reduced cues. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa konstruksi identitas adalah sebuah upaya memperoleh pengakuan dari orang lain sebab sangat terpengaruh oleh kehadiran sosial (social presence). Walaupun demikian, penting untuk mempertimbangkan representasi diri online sebagai sebuah dimensi baru dari identitas seseorang yang tidak kalah nyata dari identitas offline berdasarkan fakta bahwa keberadaan dunia online dan offline akan cenderung saling terkait dan terhubung satu sama lain.
Social media has not only become an efficient communication tool that connects people but also a medium of self-representation. This paper attempts to examine the construction of online identity on social media, specifically Twitter users, as the implication of social media use. This research uses self-assessment approach to identify Twitter users? purposes and activities while using the particular social media platform, followed by further explanation and interpretation in relation to the matter. The findings suggest that Twitter platform enables its? users explore their online self-representation more freely. In addition, the identity construction on Twitter involves both characteristics of selective self-representation, namely asynchronous and reduced cues. The result also considers online identity construction as an attempt to attain acceptance from others since it is highly influenced by social presence. However, it?s important to think of online self-representation as a new dimension of one?s identity which is as real as the offline identity based on the fact that the nature of online and offline world are likely to intertwine and overlap one another."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Muhammad Choirul Maudy Alavia
"Eksistensi kelompok diaspora Jawa-Suriname di Belanda berasal dari perjalanan sejarah yang panjang. Proses migrasi kelompok diaspora Jawa-Suriname dari Hindia-Belanda ke Suriname kemudian ke Belanda membawa mereka pada permasalahan identitas budaya. Di masa kini, media digital dapat menjadi salah satu pilihan bagi kelompok diaspora untuk mengkonstruksi identitas budaya mereka. Tulisan ini membahas peran media digital dalam konstruksi identitas budaya kelompok diaspora Jawa-Suriname di Belanda. Dalam menganalisis konstruksi identitas budaya tersebut, tulisan ini mencermati dua situs, yakni manggarmegar.nl dan javanenindiaspora.nl dengan menggunakan teori identitas budaya Hall (1996) dan konsep digital diaspora Brinkerhoff (2009). Hasil penelitian menunjukkan media digital berperan dalam konstruksi identitas budaya kelompok diaspora Jawa-Suriname melalui tiga cara, yaitu sebagai alat memfasilitasi konstruksi identitas budaya, sebagai ruang berbagi cerita, dan pembangun solidaritas internal kelompok diaspora.
The existence of Javanese-Surinamese diaspora groups in the Netherlands comes from a long history. The migration process of the Javanese-Surinamese diaspora from the Netherlands-Indies to Suriname then continued to the Netherlands brings them to the cultural identity problem. Today, digital media can be an option for diaspora to construct their cultural identity. This paper discusses the role of digital media in the construction of the cultural identity of diaspora Javanese-Surinamese in the Netherlands. In analyzing the construction of cultural identity, this paper examines two sites, namely manggarmegar.nl and javanenindiaspora.nl by using Brinkerhoff and Hall's theories. The results of this study show that digital media plays a role in the construction of the cultural identity of the Javanese-Suriname diaspora in three ways, namely as a tool that facilitates cultural construction, provides a space for sharing stories, and builds internal solidarity of the diaspora."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Atika Azura
"Artikel ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana banlieue sebagai lingkungan tempat tinggal dapat mempengaruhi kontruksi identitas dan menjadi penyebab terkonstrukisnya identitas Dounia sebagai tokoh utama dalam Film Divines (2016) karya Houda Benyamina. Film ini menceritakan kehidupan remaja perempuan keturunan Afrika sebagai imigran di Prancis yang bertempat tinggal di sebuah banlieue. Dounia yang merupakan seorang remaja perempuan keturunan imgiran memiliki ambisi untuk meninggalkan banlieue dan memiliki kehidupan di luar banlieue yang ia impikan. Banlieue yang menjadi latar tempat di film Divines ini memperlihatkan penggambaran sebuah tempat tinggal yang jauh dari pusat kota dengan kondisi kehidupan yang kurang memadai. Banlieue adalah salah satu bentuk segregrasi sosial yang diciptakan oleh pemerintah Prancis yang menyimpan berbagai permasalahan sosial di dalamnya bagi masyarakat yang menetap. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Untuk meneliti aspek naratif dan sinematografis dalam film digunakan teori kajian film dari Boggs & Petrie. Kemudian, digunakan konsep tentang identitas oleh Stuart Hall dalam tulisan ini untuk mengungkap permasalahan identitas tokoh. Hasil analisis memperlihatkan terkonstruksinya identitas Dounia dengan perubahan-perubahan antara lain, tidak mengikuti sistem pendidikan, meninggalkan nilai-nilai budaya dan ketuhanan yang melekat pada dirinya, serta melakukan tindakan kriminal. Adapun penyebab dari terkonstruksinya identitas Dounia adalah disebabkan oleh berbagai faktor seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan banyaknya tindakan kriminal yang terjadi di banlieue. Banlieue dalam film ini hadir sebagai tempat yang sulit untuk dihuni sehingga menjadi penyebab tokoh utama berkeinginan untuk melarikan diri dan terjadinya konstruksi identitas. Dounia berfantasi akan kebebasan dan kemewahan yang dapat ia temukan di luar banlieue. Identitas Dounia terkonstruksikan dari upayanya untuk mewujudkan impian utamanya yaitu untuk memulai kehidupan baru di luar banlieue.
This article is intended to reveal how living quarters can influence identity construction and become the identity of Dounia as the main character in Film Divines (2016) by Houda Benyamina. The film tells the life of teenage girls of African descent as immigrants in France who live in banlieue. Dounia who represents teenage girls has the right to get banlieue andhave a life outside the banlieue she dreamed of. The Banlieue which is the setting for the Divines movie returns the depiction of a residence far from the city center with inadequate life situations. Banlieue is one of the forms of social segregation created by the French government that stores various kinds of social services that are available to sedentary communities. The methodology used in this research is qualitative research. To study the narrative and cinematographic aspects of the film, film scoring theory is used from Boggs & Petrie. Then, the concept of identity was used by Stuart Hall in this paper to uncover the question of character identity. The results of the analysis choose the construction of a Dounia identity with changes, among others, not following the education system, taking inherent cultural and divine values to oneself, and committing criminal acts. As a cause of the construction of world identity caused by various factors such as poverty, injustice, and many crimes that occurred in banlieue. But in this film it is present as a difficult place to inhabit so that the main character wishes to break away and change identity construction. Dounia fantasizes about freedom and luxury that can be found outside the banlieue. Dounias identity is constructed from her efforts to realize dreams that are intended to start a new life outside of the banlieue."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Utaminingsih
"
ABSTRAKArtikel ini membahas tentang identitas diri yang berusaha dibentuk dan ditampilkan melalui unggahan foto perjalanan wisata terlebih lagi setelah media sosial berkembang pesat di Indonesia. Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian sebelumnya yang membahas tentang unggahan foto di media sosial. Penelitian sebelumnya membahas bagaimana makna dari foto yang diunggah baik untuk merepresentasikan diri dan juga konstruksi identitas didalam media sosial. Penelitian sebelumnya tidak menggunakan foto sebagai intrumen utama namun masih didukung hal-hal lainnya seperti unggahan status di media sosial. Oleh karena itu didalam artikel ini akan berfokus pada foto sebagai instrumen penting untuk membangaun identitas diri didalam masyarakat digital. Penulis berargumen unggahan foto berwisata memiliki makna tersendiri bagi masyarakat digital untuk itu adanya identitas yang dibangun dari unggahan foto di media sosial berkaitan dengan adanya identitas yang ingin ditunjukkan seseorang didalam media sosial. Artikel ini akan membahas mengenai makna foto perjalanan yang diunggah ke media sosial Instagram. Artikel ini menggunakan metode kualitatif, data dikumpulkan dengan wawancara mendalam pada individu dengan rentang usia 19-34 tahun yang melakukan perjalanan wisata dalam satu tahun terakhir dan mengunggah hasil foto kedalam media sosial khususnya Instagram.
ABSTRACTThis article discusses the self identity trying to be formed and displayed through uploaded photos of travel tours even more so after the rapidly growing social media in Indonesia. This article is written based on previous research that discusses photo uploads on social media. Previous research discussed how the meaning of the uploaded images both to represent themselves as well as the construction of identity in social media. Previous research did not use photos as the main instrument but still supported other things like status uploads on social media. Therefore in this article will focus on the image as an important instrument to build identity within the digital community. The authors argue that travel photo uploads have their own meaning for the digital community for that identity built from photo uploads in social media related to the identity that someone wants to show in social media. This article will discuss the meaning of travel photos uploaded to Instagram as social media. This article uses qualitative methods, data collected by in-depth interviews on individuals with age range 19-34 years who traveled in the last year and uploaded photos into social media, especially Instagram. "
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Andhika Martamelvin Suryaputra
"Penelitian ini menganalisis bagaimana merchandise olahraga Formula One berperan dalam merepresentasikan status sosial individu sebagai konsumernya di media sosial pada kalangan generasi Z. Sudah cukup banyak studi dan literatur sebelumnya yang membahas konsumsi merchandise dalam konteks olahraga, namun, fokus utama umumnya pada aspek konsumsi merchandise sebagai bentuk loyalitas dan dukungan terhadap tim atau atlet secara umum, masih terbatas studi yang membahas merchandise olahraga sebagai representasi status sosial konsumer. Penelitian ini menggunakan teori konsumerisme berdasarkan hasil pemetaan oleh Mike Featherstone (2007) yang mencakup tiga perspektif teori budaya konsumerisme yaitu, mode of consumption, mode of production, dan consuming, dreaming, pleasure, and images. Secara khusus peneliti berfokus pada perspektif teoritik mode of consumption sebagai landasan teori penelitian untuk menganalisis pemaknaan dalam penggunaan merchandise Formula One sebagai representasi status sosial pengguna/konsumer di kalangan generasi Z. Peneliti berasumsi bahwa penggunaan merchandise Formula One merupakan sarana pembeda (distinct) atau alat bagi individu untuk dapat mengekspresikan dan membangun citra dirinya sehingga dapat merepresentasikan status sosial mereka melalui preferensi dalam komoditas budaya populer. Di satu sisi, hal ini penting khususnya bagi generasi Z penggemar Formula One, yang berlatar belakang status sosial menengah ke atas, karena kepemilikan merchandise seringkali dikaitkan dengan eksklusivitas melihat harganya yang tinggi. Di sisi lain, konsumsi atas merchandise yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan terhadap komoditas tersebut secara tidak langsung mengukuhkan peran industri yang kapitalistik dalam ranah olahraga Formula One, sehingga terjadi komodifikasi olahraga ini. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menerapkan pendekatan secara kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan in-depth interview terhadap Generasi Z sebagai penggemar yang mengonsumsi merchandis formula one.
This research analyzes how Formula One sports merchandise represents the social status of individuals as consumers on social media among Generation Z. Numerous studies and previous literature have discussed the consumption of sports merchandise in general, primarily focusing on merchandise consumption as a form of loyalty and support for teams or athletes. However, there is a limited number of studies that explore sports merchandise as a representation of consumer social status. This research employs the consumerism theory as mapped out by Mike Featherstone (2007), encompassing three perspectives of consumer culture theory: mode of consumption, mode of production, and consuming, dreaming, pleasure, and images. Specifically, the researcher will focus on the theoretical perspective of the mode of consumption as the theoretical foundation to analyze the meaning behind the use of Formula One merchandise as a representation of the social status of its users/consumers among Generation Z. The researcher assumes that the use of Formula One merchandise serves as a distinct means for individuals to express and construct their self-image, thus representing their social status through preferences in popular cultural commodities. On one hand, this is particularly significant for Generation Z Formula One fans from upper-middle social backgrounds, as owning merchandise is often associated with exclusivity due to its high price. On the other hand, the continuous and sustained consumption of this merchandise indirectly reinforces the role of capitalistic industries within the realm of Formula One sports, leading to the commodification of the sport. In conducting this research, the researcher applies a qualitative approach, using data collection techniques such as observation and in-depth interviews with Generation Z fans who consume Formula One merchandise."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library