Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45051 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Safina Salma Sa`Adah
"Penelitian ini dilakukan untuk menemukan gaya bahasa yang digunakan dalam prosa berupa cerpen bahasa Arab berjudul Perempuan yang mengalahkan Setan atau “ امرأة غلبت الشيطان ”. Cerita ini merupakan salah satu cerpen dalam buku kumpulan cerita Arinillah karya Taufiq Al-Hakim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Landasan teori yang peneliti gunakan adalah teori gaya bahasa dalam buku Intisari Sastra Indonesia (Mulyadi: 2017). Sumber yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku-buku, artikel, dan skripsi. Hasil analisis data yang ditemukan oleh peneliti terdapat dua belas gaya bahasa yang ada dalam cerpen. Gaya bahasa yang paling banyak ditemukan dalam cerpen ini adalah sinestesia terdapat empat kalimat,
retorik terdapat dua kalimat, hiperbola terdapat dua kalimat, sarkasme terdapat satu kalimat, sinisme terdapat satu kalimat, koreksio terdapat satu kalimat, simile terdapat satu kalimat, simbolik terdapat satu kalimat, sinekdoke
pars pro toto terdapat satu kalimat, personifikasi terdapat satu kalimat, alegori terdapat satu kalimat, dan metafora terdapat satu kalimat.

This research was conducted to find the stylistics used in prose in the form of an Arabic storiette entitled Woman who defeated Satan or " امرأة غلبت الشيطان ". This storiette is one of the storiette in the book collection of Arinillah stories by Taufiq Al-Hakim. The method used in this research is descriptive qualitative method. The theoretical basis that the researchers use is the theory of language styles in the book Intisari Sastra Indonesia (Mulyadi: 2017).
The sources used in this research are books, articles and theses. The results of the data analysis found by the
researcher were that there were twelve stylisyics in this short story. The stylistics that is most often found in these
short stories is synesthesia which has four sentences, rhetoric has two sentences, hyperbole has two sentences,
sarcasm has one sentence, cynicism has one sentence, correction has one sentence, simile has one sentence,
symbolic there is one sentence, sinekdoke pars pro toto has one sentence, personification is one sentence, allegory has one sentence, and metaphor has one sentence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safina Salma Sa`Adah
"Penelitian ini dilakukan untuk menemukan gaya bahasa yang digunakan dalam prosa berupa cerpen bahasa Arab berjudul Perempuan yang mengalahkan Setan atau “امرأة غلبت الشيطان”. Cerita ini merupakan salah satu cerpen dalam buku kumpulan cerita Arinillah karya Taufiq Al-Hakim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Landasan teori yang peneliti gunakan adalah teori gaya bahasa dalam buku Intisari Sastra Indonesia (Mulyadi: 2017). Sumber yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku-buku, artikel, dan skripsi. Hasil analisis data yang ditemukan oleh peneliti terdapat dua belas gaya bahasa yang ada dalam cerpen. Gaya bahasa yang paling banyak ditemukan dalam cerpen ini adalah sinestesia terdapat empat kalimat, retorik terdapat dua kalimat, hiperbola terdapat dua kalimat, sarkasme terdapat satu kalimat, sinisme terdapat satu kalimat, koreksio terdapat satu kalimat, simile terdapat satu kalimat, simbolik terdapat satu kalimat, sinekdoke pars pro toto terdapat satu kalimat, personifikasi terdapat satu kalimat, alegori terdapat satu kalimat, dan metafora terdapat satu kalimat.

This research was conducted to find the stylistics used in prose in the form of an Arabic storiette entitled Woman who defeated Satan or "امرأة غلبت الشيطان". This storiette is one of the storiette in the book collection of Arinillah stories by Taufiq Al-Hakim. The method used in this research is descriptive qualitative method. The theoretical basis that the researchers use is the theory of language styles in the book Intisari Sastra Indonesia (Mulyadi: 2017). The sources used in this research are books, articles and theses. The results of the data analysis found by the researcher were that there were twelve stylisyics in this short story. The stylistics that is most often found in these short stories is synesthesia which has four sentences, rhetoric has two sentences, hyperbole has two sentences, sarcasm has one sentence, cynicism has one sentence, correction has one sentence, simile has one sentence, symbolic there is one sentence, sinekdoke pars pro toto has one sentence, personification is one sentence, allegory has one sentence, and metaphor has one sentence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Albertine Minderop
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2019
808.888 ALB a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Isnaeni Nurhanifah
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas cerpen ايندلا تناكو Wa K nat al-Duny Dan Jadilah Dunia karya Taufiq al-Hakim 1898-1907 sastrawan Arab Modern Mesir. Cerpen ini menarik untuk diteliti karena mengisahkan peristiwa yang unik, yaitu kisah Iblis yang berkerjasama dengan Ular dalam menciptakan Hawa untuk menunjukkan diri bahwa Iblis lebih baik dari Adam, sekaligus agar Adam dan Hawa menghasilkan keturunan. Kisah ini memiliki kemiripan dengan kisah penciptaan Adam dalam kitab suci Islam Alquran dan kitab suci Kristen Alkitab. Unsur-unsur cerpen terjalin dengan baik sehingga menarik untuk dibaca dan berhasil menyampaikan pesan kepada pembaca. Pesan yang dapat ditemukan dari cerpen ini adalah bahwa manusia sebagai keturunan Adam dan Hawa memiliki sifat baik yang bersumber dari Tuhan dan sifat buruk yang yang bersumber dari Iblis, sehingga pada akhirnya tidak ada manusia yang sempurna karena memiliki sifat baik dan buruk. Keturunan Adam dan Hawa yang memiliki beragam sifat tersebutlah yang dimaknai sebagai tema penciptaan dunia dalam cerpen ini, yaitu bahwa dunia digambarkan sebagai eksistensi manusia di dunia yang memiliki beragam sifat dan perilaku.

ABSTRACT
This study discusses the short story ايندلا تناكو Wa K nat al Duny And Be The World by Taufiq al Hakim 1898 1907 Modern Arabian literary Egyptian. This short story is interesting to examine because it tells of a unique event, the story of Satan who collaborated with the Serpent in creating Eve to show himself that Satan is better than Adam, at the same time that Adam and Eve produce offspring. This story is similar to the story of Adam 39 s creation in the holy book of Islam Qur 39 an and the Christian scriptures the Bible. The elements of the short story well established so interesting to read and successfully convey the message to the reader. The message that can be found from this short story is that humans as the descendants of Adam and Eve have good qualities derived from God and bad traits that are sourced from Satan, so that in the end no human is perfect because it has good and bad character. The descendants of Adam and Eve who have various characteristics that is interpreted as the theme of the creation of the world in this short story, namely that the world is described as the existence of human beings in a world that has a variety of traits and behaviors."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Sukma Nugraha
"Di dalam kesusastraan Mesir, dua sastrawan periode modern, Yusuf As-Sibai dan Taufiq Al-Hakim menciptakan karya-karya kontroversial. Dalam novelnya, Nâ’ib ‘Izrâ’îl, As-Sibai menjadikan Malaikat Izrail sebagai tokoh utama dengan konflik utamanya berupa kesalahan Izrail dalam mencabut nyawa manusia sehingga menimbulkan berbagai masalah di akhirat. Adapun Al-Hakim menulis beberapa karya, seperti drama Asy-Syaithân Fî Khuthr, cerpen Asy-Syahîd, dan cerpen Imra’ah Ghalabat Asy-Syaithân yang menghadirkan setan yang berbeda dari konvensi keagamaan, misalnya setan cinta damai, setan ingin bertobat, dan setan yang merasa jengkel karena dikelabui oleh seorang perempuan.
Kontradiksi antara penggambaran setan dan malaikat dalam karya-karya tersebut dengan konvensi keagamaan sehingga menimbulkan kontroversi menjadi masalah penelitian yang diangkat dalam penelitian ini. Cara As-Sibai dan Al-Hakim yang menyingkirkan hierarki sosial dan konvensi keagamaan dalam karya-karya mereka tersebut sejalan dengan konsep carnivalesque yang digagas Mikhail Bakhtin. Carnivalesque merupakan suatu cara yang menangguhkan segala macam aturan dan hierarki sosial dalam kehidupan riil.
Carnivalesque yang ditampilkan dalam korpus menjadi strategi naratif As-Sibai dan Al-Hakim untuk menyuarakan ideologi mereka terkait wacana sosial politik Mesir masa monarki (1922-1956). Dalam konteks latar belakang setiap korpus, wacana tersebut terkait erat dengan kondisi sosial politik Mesir yang menyebabkan para sastrawan perlu memilih strategi khusus untuk menyampaikan kritik. Di antara kondisi yang dikritik adalah otoritarianisme raja dan pemerintah Mesir, diamnya para kelompok intelektual Mesir, dan masifnya kampanye nasionalisme yang disuarakan masyarakat Mesir.
Pada akhirnya, As-Sibai dan Al-Hakim menggunakan carnivalesque sebagai strategi naratif untuk menyuarakan wacana sosial politik Mesir pada era monarki. Keduanya menggunakan tokoh setan dan malaikat yang digambarkan secara kontradiktif dengan konvensi agama Islam. Hal itu menunjukkan bahwa represifnya monarki dan pemerintah Mesir pada saat itu, termasuk kepada sastrawan, dapat disiasati dengan teknik naratif bernuansa agama meskipun menghadirkan kontroversi bagi masyarakat Islamis dan pemuka agama. Selain itu, hal tersebut menunjukkan bahwa kedua pengarang memiliki pandangan keagamaan Islam yang progresif yang memandang estetika sastra adalah sesuatu yang terpisah dari pemikiran keagamaan.

In Egyptian literature, two writers of the modern period, Yusuf As-Sibai and Taufiq Al-Hakim, created controversial works. In his novel, Nâ'ib 'Izrâ'îl, As-Sibai makes the Angel of Izrail the main character, with the main conflict being Izrail's mistake in taking human life to cause various problems in the afterlife. Al-Hakim wrote several works, such as the play Ash-Shaithn Fî Khuthr, the short story Ash-Shahîd, and the short story Imra'ah Ghalabat Ash-Shaithân which presented demons that were different from religious conventions, such as the peace-loving demon, the devil wanting to repent, and the devil who felt annoyed because a woman deceived him.
The contradiction between the depiction of demons and angels in these works and religious conventions that caused controversy became a research problem raised in this study. The way As-Sibai and Al-Hakim got rid of social hierarchy and religious conventions in their works was in line with the carnivalesque concept initiated by Mikhail Bakhtin. Carnivalesque is a way of suspending all kinds of rules and social hierarchies in real life.
The carnivalesque featured in the corpus became the narrative strategy of As-Sibai and Al-Hakim to voice their ideology regarding the socio-political discourse of Egypt during the monarchy (1922-1956). In the context of the background of each corpus, the discourse is closely related to Egypt's socio-political conditions, which causes literati to choose a specific strategy to convey criticism. Among the conditions criticized were the authoritarianism of the Egyptian king and government, the silence of Egyptian intellectual groups, and the massive campaign of nationalism voiced by the Egyptian people.
Ultimately, As-Sibai and Al-Hakim used carnivalesque as a narrative strategy to voice Egypt's socio-political discourse during the monarchy era. Both use demonic and angelic figures depicted in contradiction to Islamic religious conventions. It shows that the repression of the Egyptian monarchy and government at that time, including literature, can be circumvented with religiously nuanced narrative techniques despite presenting controversy for the Islamist community and religious leaders. Moreover, it shows that both authors have a progressive Islamic religious view that views literary aesthetics as separate from religious thought.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmara Dewi
"Analisis mengenai penggunaan ungkapan bayaniah, atau dalam stilistika Indonesia sepadan dengna ungkapan retorika, dalam drama garapan Taufiq al-hakim, seorang pembaharu drama Arab abad modern bertujuan untuk memberikan gambaran adanya ungkapan bayaniah yang terdapat dalam drama al-Kahfi. Penggunaan ungkapan bayaniah itu sendiri bertujuan untuk mengetahui dan meneliti setiap gaya bahasa yang terdapat dalam drama tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wang, Suo
Kunming: Yunnan Ren Ming Chu Ban She, 2002
SIN 895.13 WAN w (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah dluwang ini merupakan sebuah fragmen, yang halaman-halaman depan maupun belakangnya telah hilang; halaman pertama naskah ini diberi nomor 99, sampai dengan 219, belum tamat. Baik teks awal yang mendahului, maupun teks lanjutan tidak diketahui keberadaannya. Naskah memuat teks dari siklus Menak Amir Hamzah. Teks berawal dengan kisah ketika Wong Agung Menak menyerang Prabu Jaminambar. Cerita Menak ini kemudian terpenggal pada h.219, pada bagian penyerbuan tentara Arab ke negara Kanjun yang diperintah oleh Raja Sadaralam, yang dianggap telah ingkar kepada janji yang telah diucapkannya kepada Amir Hamzah. Teks ini cukup unik, dan perlu diteliti lebih jauh, melihat bentuknya prosa, suatu fenomena yang amat jarang dalam sastra Jawa sebelum akhir abad ke-19. Raja Sadaralam adalah gelar Muhammad Sadar, setelah naik tahta di kerajaan Kanjun. Cerita tentang Raja Sadaralam dapat diperiksa dalam teks Serat Muhammad Sadar (MSB/L.224, FSUI/CI.91-92). Sedangkan informasi bibliografis dan referensi umum tentang Serat Menak, dapat diperiksa dalam FSUI/CI.60. Dilihat dari segi paleografi, naskah ini cukup mengundang perhatian untuk dapat dibicarakan lebih lanjut, mengingat bentuk aksaranya yang memiliki karakter tersendiri. Penyalin naskah menyalin teks dengan bentuk aksara tegak; penggunaan tanda suku miring dan memanjang; banyaknya pemakaian aksara rekan yang bercampur dengan aksara biasa; dan gaya-gaya khas yang tampil pada beberapa aksara, seperti , , , dan . Walaupun tulisan dalam naskah ini sangat khas, studi paleografi Jawa masih sangat terbatas, dan tempat maupun waktu penyalinan belum dapat dipastikan, sekalipun berkesan cukup tua dan menunjukkan beberapa ciri tulisan pasisiran. Naskah diperoleh Pigeaud dari Kiliaan Charpentier, pada bulan Juli 1927. Alih aksara naskah ini juga ada, hasil karya Padmadarsana pada bulan Februari 1930; lihat FSUI/CI.87 untuk alih aksara tersebut."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.66-NR 28
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berupa daftar pupuh yang dikerjakan oleh Pigeaud dari naskah lontar bertulisan Jawa Kuno milik pribadi Bupati Sumenep di Madura. Pigeaud hanya menyalin pada pertama dan terakhir masing-masing pupuh, dengan disertai catatan mengenai halaman, jumlah pada dan judul tembang. Dalam keterangan di h.1 disebutkan, bahwa usaha pembuatan daftar pupuh tersebut adalah dalam rangka penelitian naskah-naskah Jawa yang dilakukannya. Bupati Sumenep dalam hal ini sebagai pemilik naskah, dan ia memberi izin kepada Pigeaud untuk meneliti naskah lontarnya. Penelitian tersebut berlangsung pada bulan November 1926. Naskah ini tanpa keterangan identifikasi naskah lebih jauh. Naskah asli berisi teks Serat Menak, versi Madura atau Pasisir Wetan, yang tidak dimuat atau disinggung dalam uraian Poerbatjaraka 1940a. Teks terdiri dari 35 pupuh, sebagai berikut: 1) asmaradana; 2) dhandanggula; 3) sinom; 4) asmaradana; 5) kinanthi; 6) durma; 7) pangkur; 8) kc-ijo; 9) durma; 10) asmaradana; 11) sinom; 12) pangkur; 13) kc-ijo; 14) pangkur; 15) durma; 16) asmaradana; 17) pangkur; 18) maskumambang; 19) asmaradana; 20) pangkur; 21) durma; 22) sinom; 23) dhandanggula; 24) kinanthi; 25) asmaradana; 26) mijil; 27) durma; 28) mijil; 29) sinom; 30) pangkur; 31) asmaradana; 32) dhandanggula; 33) pangkur; 34) durma; 35) asmaradana."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.68-L 10.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi versi prosa Serat Mikraj Nabi Muhammad, menceritakan perjalanan Nabi Muhammad ketika melakukan perjalanan malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dengan mengendarai Buraq. Dalam perjalanannya ini Nabi Muhammad juga menuju surga untuk menerima perintah menunaikan ibadah shalat. Untuk keterangan lebih lanjut, lihat ringkasan Mandrasastra tentang naskah ini, dibuat tahun 1937. Naskah disalin oleh Abu Mashud, tanpa keterangan tahun atau tempat. Berdasarkan jenis kertas dan gaya penulisan, maka penyalinan diperkirakan sekitar pertengahan abad 19, mungkin di Cirebon. Menurut keterangan yang ada, naskah ini memang dinyatakan diperoleh di Cirebon."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.89-NR 304
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>