Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jati Wicaksono
"Sejumlah literatur menunjukan bahwa kepemilikan kredit mikro memiliki dampak positif bagi kesejahteraan keluarga. Dalam demografi, perubahan kesejahteraan terutama pendapatan rumah tangga memiliki pengaruhnya terhadap keputusan terkait dengan fertilitas. Namun apakah hubungan antara tingkat fertilitas dengan kepemilikan kredit mikro pada perempuan lebih disebabkan karena adanya penurunan permintaan rumah tangga terhadap anak atau adanya perubahan pada pola preferensi individu, tidaklah terlalu jelas. Studi ini bermaksud untuk mengkaji permasalahan tersebut. Dengan menggunakan model regresi 2SLS (Intrument Variable) pada data panel IFLS tahun 2007-2014 dengan responden 1.212 perempuan kawin, terlihat bahwa responden dengan kepemilikan kredit cenderung memiliki tingkat fertilitas yang lebih rendah -0,0143 poin, dibandingkan mereka yang tidak memiliki pinjaman mikro. Temuan ini secara tidak langsung dapat mendukung hipotesis bahwa kepemilikan kredit mikro dapat diasosiasikan dengan penurunan pada tingkat fertilitas perempuan.

A number of literatures show that micro credit ownership has a positive impact on family welfare. In demographics, changes in welfare, especially household income, have an effect on decisions related to fertility. However, whether the relationship between fertility rates and microcredit ownership among women is due more to a decrease in household demand for children or a change in individual preference patterns isn’t very vivid. This study intends to examine these problems. By using the 2SLS (Intrument Variable) regression model on the IFLS panel data for 2007-2014 with 1,212 married women respondents, it seen that respondents with credit ownership tend to have a lower fertility rate of -0,0143 point, compared to those who do not have micro loans. This finding clearly supports the hypothesis that owning a microcredit can be associated with a decrease in the fertility rate of women."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isniati Hidayah
"ABSTRAK
PNPM Mandiri Perdesaan ditujukkan untuk menanggulangi kemiskinan melalui kemandirian dan melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat. Pinjaman bergulir merupakan salah satu kegiatan yang dinaungi oleh PNPM Mandiri Perdesaan untuk mendorong kegiatan ekonomi produktif dari masyarakat miskin.
Pada akhir Desember 2015 PNPM Mandiri Perdesaan secara resmi berakhir. Tesis ini meneliti dampak pinjaman bergulir PNPM Mandiri Perdesaan terhadap
pendapatan usaha dan pengeluaran rumah tangga. Lingkup penelitian adalah di Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi. Data sampel 168 individu diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap 84 peserta pinjaman bergulir (treatment) dan 84 non-peserta (kontrol). Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan instrumental variabel. Ditemukan bahwa partisipasi pinjaman bergulir memiliki hubungan yang positif dan tidak signifikan baik terhadap pendapatan usaha maupun terhadap pengeluaran rumah tangga. Modal awal, tabungan, jumlah anggota keluarga, status usaha, dan pendidikan tidak tamat SD memberikan pengaruh signifikan pada pinjaman bergulir terhadap pendapatan usaha. Modal awal, tabungan, usia, jumlah anggota keluarga, rasio ketergantungan, gender kepala keluarga, dan pendidikan tidak tamat SD memberikan pengaruh signifikan pada pinjaman bergulir terhadap pengeluaran rumah tangga

ABSTRACT
PNPM Rural aim for alleviating poverty through self-reliance and community participation. Revolving loan fund is one of the activity under PNPM Rural to encourage poor's economic productive activity. In the end of December
2015 PNPM Rural officially ended. This Thesis research the impact of PNPM
Rural revolving loan fund income enterprise and household expenditure. The
scope of the research is in Sub District Sukakarya Bekasi. Sample data 168
individual gather through questionnaires to 84 revolving loan fund participant
(treatment) and 84 non-participant (control). Quantitative method used to estimate the impact with instrumental variable approach. The result show that revolving loan fund participation has positive and insignificant effect to income enterprise and household expenditure. Initial capital, saving, household size, business status, and do not completed primary education status has significant impact on revolving loan fund through income enterprise. Initial capital, saving, age, household size, dependency ratio, household head gender, and do not completed primary education status has significant impact on revolving loan fund through household expenditure"
2016
T46131
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krismawan Satya Aji Laksana
"Dengan adanya penetapan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), maka disposable income dari rumah tangga tertentu akan meningkat. Peningkatan disposable income akan menaikkan konsumsi rumah tangga. Kenaika tersebut belum diketahui apakah akan meningkatkan konsumsi merit goods atau justru non-merit goods. Dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2018, dan metodologi Seemingly Unrelated Regression (SUR), diperoleh informais bahwa peningkatan disposable income menurunkan presentase belanja bahan makanan, dan meningkatkan presentase belanja barang/jasa lainnya. Sedangkan belanja non-merit good cenderung memiliki persentase yang tetap. Namun dampak positif lebih banyak dibandingkan dampak negatif sehingga Pemerintah tidak perlu mengkawathirkan dampak negatif dari kenaikan PTKP

With the determination of Non-Taxable Income (NTI), the disposable income of certain households will increase. An increase in disposable income will increase household consumption. It is not yet known whether the increase will increase the consumption of merit goods or non-merit goods. Using data from the 2018 National Socioeconomic Survey (Susenas), and the Seemingly Unrelated Regression (SUR) methodology, information is obtained that an increase in disposable income reduces the percentage of spending on food, and increases the percentage of spending on other goods/services. Meanwhile, non-merit good spending tends to have a fixed proportion. However, the positive impacts outweigh the negative impacts, so the Government does not need to worry about the negative impacts of the increase in NTI."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The objective of this research is to identify and analyze the distribution and stability of family income in connection to agroecosystem. This research was carried out in three provinces; these are Central Java, Lampung and South Sulawesi. In every province the study selected 4 villages that is classified based agroecosystems, i.e. wet land and dry land villages. The study interviewed 50-60 households who were the Patanas research household sample. The study employs descriptive analysis. Result of the research showed that income from agricultural sector has a dominant contribution, generally. Nevertheless, this domination tends to shifts gradually where the proportion of non-agricultural income increases significantly. Household income distribution in the village falls into high skewed criteria, especially in wet land villages. Household income in wet land villages fluctuates more than those of in dry land villages. Contribution of agricultural income is dominant in wet land villages, but it is a seasonal income. Farmers in dry land has more non-agricultural activity than those of in wet land villages."
330 JSE 12:2 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"We investigate the extent to which household heads' earnings volatility is translated into household consumption volatility, and, in the process, identify measures of smoothing idiosyncratic earnings variation ..."
JER 15 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Nafatilona
"Pada tahun 2007, pemerintah meluncurkan suatu program yang bernama PKH. Peserta PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang memiliki wanita hamil dan atau anak-anak yang berusia 0-15 tahun di dalamnya. PKH mengharuskan mereka untuk mengakses pendidikan dan layanan kesehatan sebagai balas jasa bantuan tunai. PKH bertujuan memutus mata rantai kemiskinan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada RTSM, dan secara khusus untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM, meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil dan anak di bawah enam tahun dari RTSM serta meningkatkan partisipasi anak umur 7 sampai 15 tahun untuk kembali bersekolah. Ibu rumah tangga atau wanita dewasa yang memperoleh bantuan karena mereka yang mengurus anak pada rumah tangga bersangkutan, dan bukan kepala keluarga.
Penelitian dilakukan untuk menganalisis pelaksanaan PKH di Kelurahan Warakas, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan mengumpulkan informasi melalui wawancara mendalam kepada guru,bidan, pendamping dan salah satu peserta PKH serta adanya kelompok fokus diskusi yang dilakukan dengan peserta PKH di Kelurahan Warakas dan didampingi oleh pendamping PKH.
Hasil analisis yang didapat adalah bahwa dalam pelaksanaan PKH di Kelurahan Warakas ada beberapa permasalahan yang ditemukan seperti dalam sosialisasi, pencairan dana, dan budaya masyarakat Kelurahan Warakas yang membuat beberapa RTSM tidak lagi menjadi peserta PKH.

In 2007, the government launched a program called PKH. Participants PKH is very poor households that have pregnant women and children aged 0-15 years in it. PKH requires them to access education and health services as money transfer services rendered. PKH aims to break the chains of poverty and improve the quality of human resources (HR) on RTSM, and specifically to improve the socioeconomic conditions RTSM, improving maternal health and nutritional status of pregnant / post partum women and children under six years of RTSM and increase the participation of children aged 7 up to 15 years to return to school. Homemaker or adult women who get help because they are raising children in the household concerned, and not the head of the family.
The study was conducted to analyze the implementation of PKH in Warakas Sub District, Tanjung Priok District, North Jakarta. The analysis method is qualitative analysis by collecting information through in-depth interviews to teachers, midwives, companion and one of the participants PKH and the existence of the focus group discussions held with participants in Sub District Warakas PKH and PKH accompanied by a companion.
The analysis result obtained is that in the implementation of PKH in The Village Warakas found there are some problems such as in the socialization process, disbursement of funds, and village culture that makes some RTSM Warakas no longer be a participant PKH.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T28372
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"UKBM covered Posyandu , Poskesdes and POD/WOD. Posyandu, Poskesdes POD/WOD are organized in village/or rural area with the goal to prepare health services. warung Obat Desa (WOD) based on SK Menkes No. 983/Menkes/VIII/2004 about WOD implementation guide. The objective of the study is assessment about of the influence factors of Using and the Effort of Health community based services "UKBM" at Household in Indonesia."
BUPESIK
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini yaitu : (a) untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental (pendapatan nasional, IHK dan jumlah penduduk) terhadap konsumsi rumah tangga di Indonesia periode 1994 - 2005, (b) untuk mengetahui tingkat kepekaan (elastisitas) konsumsi rumah tangga terhadap faktor fundamental (pendekatan nasional, IHK dan jumlah penduduk) di Indonesia periode 1994-2005. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data times series yang diperoleh dari badan pusat statistk (BPS) dan laporan BI. Metode penelitian yang digunakan adalah model regresi linier berganda dengan alat analisis : analisis korelasi (R), analisis koefisien determinasi (R2), dan analisis elastisitas sedangkan pengujian yang dilakukan adalah uji F, uji t, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas dengan menggunakan perhitungan program SPSS. berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang dilakukan, dapat ditarik beberapa hasil penelitian sebagai berikut : 1. Pendapatan nasional, IHK dan jumlah penduduk mempengaruhi pengeluaran konsumsi di Indonesia periode tahun 1994 - 2005."
JEKOBIS 6:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Supriadi Hamdat
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai rumah tangga sebagai unit produksi dengan mengetengahkan kasus usaha pertenunan tradisional (gedongan) di Kabupaten Wajo. Usaha pertenunan gedongan. di Kabupaten Wajo adalah merupakan usaha rumah tangga yang dikelola secara tradisional. Kegiatan menenun ini umumnya dilakukan oleh kaum wanita, dan mereka adalah penenun secara turun-temurun. Unit usaha dikelola dalam rumah tangga sehingga hal ini sangat berperan dalam proses sosialisasi dan alih keterampilan bagi anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Dalam pengertian bahwa rumah tangga penenun'tidak hanya berfungsi sosial tetapi jugs membawakan, fungsi ekonomi. Penenun-penenun tradisional di Wajo sejak dins telah membiasakan anak-anak mereka mengenal peralatan tenun yang digunakan, untuk selanjutnya memahami kegunaan dari tiap-tiap peralatan tersebut. Kebiasaan ini pada akhirnya akan mendorong anak-anak turut berpartisipasi dalam kegiatan bertenun.
Kemampuan bertahan usaha rumah tangga tenun gedongan di Kabupaten Wajo turut ditentukan oleh organisasi sosial seperti kekerabatan dan hubungan-hubungan patron-klien.Dalam usaha ini telah terbentuk hubungan kerja antar kerabat yang memiliki arti ekonomi dan relevansi penting bagi bertahannya usaha rumah tangga tersebut.
Hubungan patron-klien yang dikenal dalam masyarakat Wajo sebagai hubungan Ponggawa-sawi, di mana posisi seorang Ponggawa dimungkinkan karena ia memiliki kekuatan .ekonomi dan bertindak sebagai pemodal bagi sejumlah sawi. Dengan demikian bagi sejumlah penenun yang kekurangan modal usaha, maka menjalin hubungan kerja dengan seorang patron merupakan salah satu alternatif pilihan."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Yani
"ABSTRAK
Pembangunan nasional yang dilaksanakan Indonesia selama PJPT I telah banyak membawa kemajuan dan perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat juga ditunjukkan dengan mening katnya pendapatan perkapita penduduk. Dalam 15-20 tahun yang lalu, pendapatan perkapita penduduk Indonesia baru mencapai US$ 210, namun pada tahun 1994 telah meningkat menjadi US 720. Pembangunan yang selama ini dilaksanakan, telah pula mengubah struktur ekonomi Indonesia yang menggeser peran sektor pertanian dalam produksi nasional. Dalam tahun 1989 peran sektor pertanian dalam produksi nasional sebesar 23,2 % telah turun menjadi 21,8 % pada tahun 1994. Sementara pada periode yang sama, peran sektor Industri meningkat dari 14,4 % menjadi 16,9 %.
Sejalan dengan terjadinya perubahan dalam struktur ekonomi, telah terjadi pula perubahan dalam struktur ketenagakerjaan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan dalam distribusi jenis pekerjaan. Perubahan distribusi pekerjaan yang cukup tajam terutama terhadap tenaga kerja kepemimpinan dan ketatalaksanaan yang mencapai 177 %. Perubahan tersebut memberikan isyarat adanya peningkatan skill (ketrampilan) masyarakat, yang juga menunjukkan nilai-nilai kerja dengan mengutamakan profesionalisme cenderung semakin dihargai. Perubahan bentuk distribusi jenis pekerjaan yang berlangsung dalam arus perubahan dari masyarakat tradisional pertanian menuju masyarakat industri modern sebagai salah satu akibat keberhasilan pembangunan ekonomi yang selama ini dilaksanakan, telah melahirkan lapisan sosial ekonomibaru yang sering disebut sebagai kelas menengah.
Fenomena munculnya lapisan kelas menengah telah mengundang perhatian banyak kalangan ahli. Salah satu fenomena yang menarik adalah bahwa perilaku sosial ekonomi kelas menengah menampilkan refleksi yang berbeda dibandingkan dengan kelas sosial ekonomi lainnya.
Adanya suatu kecenderungan bahwa kelas menengah mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial yang muncul. Terhadap isu-isu lingkungan, kelas menengah memberikan kepedulian yang tinggi terutama dalam hal perlindungan lingkungan. Misalkan kebutuhan terhadap air dan udara bersih menurut kelas menengah adalah merupakan kebutuhan umum (publik) dan merupakan kebutuhan sosial. Dalam kaitan ini, penelitian ini mencoba untuk menelaah perilaku konsumsi rumah tangga terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat, dengan mengambil kasus kelas menengah.
Penelitian mengenai Perilaku Konsumsi Rumah Tangga Dalam Memenuhi Kebutuhan Lingkungan yang bersih dan sehat (kasus kelas menengah), merupakan studi kasus yang lokasinya di Kompleks Perumahan Pondok Timur Indah I, Desa Mustika Jaya, Kecamatan Bantar Gebang, Kabupaten Bekasi.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.123 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling, dengan teknik penentuan Jumlah sampel menggunakan Teknik Estimasi Proporsi. Dari 1.123 populasi yang termasuk dalam kelompok kelas menengah adalah sebanyak 141 orang. Sedang yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah kepala rumah tangga kelas menengah.
Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat. Kedua, mencari bentuk fungsi permintaan (melalui pendekatan pengeluaran) terhadap lingkungan yang bersih dan sehat. Ketiga, mengukur besarnya elastisitas pengeluaran terhadap kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat. Dalam penelitian ini lingkungan yang bersih dan sehat menyangkut dua aspek, pertama; kebutuhan akan kesehatan, kedua; kebutuhan akan rekreasi.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara beberapa variabel independen yaitu pendapatan, pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, jenis pekerjaan, umur responder dan Crowding Index, dengan besarnya pengeluaran untuk kesehatan. Hal ini dibuktikan oleh angka koefisien korelasi (r) sebesar 0.84. Di samping itu koefisien determinasi memperlihatkan angka sebesar (r2) sebesar 0.85. mni berarti bahwa variasi besar kecilnya pengeluaran kesehatan 85 % disebabkan oleh beberapa variabel independen tersebut, sedangkan 15 % disebabkan oleh faktor lain.
Namun di antara beberapa variabel indpenden, ternyata variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan umur responden mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pengeluaran kesehatan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan koefisien korelasi Pearson yang menghasilkan masing-masing r = 0,92, 0,75 dan 0,43.
Terhadap pengeluaran untuk rekreasi, terdapat hubungan yang cukup kuat antara beberapa variabel independen yaitu pendapatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan jenis pekerjaan dan umur responden dengan besarnya pengeluaran untuk rekreasi. Hal ini diperlihatkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0.91. Sedang koefisien determinasi (r2) menunjukkan angka sebesar 0.92. ini berarti bahwa variasi besar kecilnya pengeluaran untuk rekreasi, 92 % disebabkan oleh variabel independen tersebut, sedangkan 8 % dipengaruhi oleh faktor lain.
Di antara variabel tersebut, variabel pendapatan, jumlah anggota rumah tangga dan umur responden mentpunyai hubungan yang sangat kuat dengan pengeluaran untuk rekreasi, yaitu dengan koefisien korelasi Pearson masing-masing sebesar 0,96, 0,71 dan 0,45.
Di samping itu, hasil perhitungan elastisitas pengeluaran kesehatan mendapatkan angka sebesar 1.64 (elastis). Angka ini berarti bahwa jika pengeluaran berubah sebesar 10 persen, maka menyebabkan terjadinya perubahan pengeluaran kesehatan sebesar 16.4 persen. Hal yang sama terlihat pula, angka elastisitas pengeluaran rekreasi sebesar 1.60. Hal ini berarti apabila pendapatan berubah 10 persen, maka terjadi perubahan pengeluaran rekreasi sebesar 16 persen.
Aspek lain yang ditemui dalam penelitian ini, terlihat rumah tangga kelas menengah mempunyai keinginan mengalokasikan pengeluaran untuk kesehatan ketika pendapatan sudah mecapai Rp 335.000,-. Sedang keinginan mengalokasikan pengeluaran untuk rekreasi, pada saat pendapatan mencapai Rp 275.000,-. Dapat disimpulkan bahwa rumah tangga kelas menengah cenderung lebih memperhatikan kegiatan rekreasi dibandingkan dengan upaya-upaya memperhatikan kesehatan.

ABSTRACT
The national development conducted by Indonesia as long as the first stage of development long term (PJPT T) has took change and progress society, i.e. increasing of a society welfare. For fifteen or twenty years ago, the income per capita of Indonesia has reached around US$ 210, but in 1994 has increased around US$ 720.
The development has also changed the contribution of agriculture and industries sector in GDP. The contribution of agriculture sector decline from around 23,3 % in 1989 to around 21,8 % in 1994. In the meantime the contribution of industries sector has increased from around 14,1 % to around 16,9 0.
In the line with changing in economic structure has took change in labor structure. It has been indicated by increasing distribution of type of job, i.e. leadership and management around 177 %. The chaning in distribution of type of job has resulted in a new social structure, i.e. the middle class.'
The middle class has pay more attention to environmental protection. In this context, the research tries to study on Household Consumption Behaviour Toward The Need for Healthy and Clean Environment. Case study of this research search is the middle class.
The research on Household Consumption Behavior In Fulfilling the need Toward a Clean and Healthy Environment (case study the middle class) was conducted at Pondok Timur Indah I Housing, Mustika Jaya Village, Bantar Gebang Sub-District, Bekasi District, West Java.
141 samples used in this research were taken out from 1123 population, using Simple Random Sample i.e Proportional Estimation Technique. Out of 1.123 population, 141 were of middle class. The respondent in this re-search were heads of middle class families.
The purposes of this research are: firstly to recognize the factors affecting the expenses to meet a clean and healthy environment. Secondly, to seek the form of request function (through expense approach) toward a clean and healthy environment. Thirdly, to measure the expense elasticity toward the need of a clean and healthy environment, in this research, the clean and healthy environment were connected to two aspect, i.e the need of health and recreation. Result of this re-search show a strong relationship between some independent variables i.e income, education, number of family members, type of job, age of respondent and crowding index, compared to health expense. This was proven by coefficient correlation figure of 0.84. Beside that the determination coefficient (r2} shows a rate of 0.85. This means the variation of big/small health expense was 85 percent resulted from said independent variables, while the remaining 15 percent was resulted from other factors.
In fact, among some independent variables, the income, number of family members and age of respondent variables have very strong relationship. This was shown by the result of Pearson Correlation Coefficient Calculation of those variables respectively are r= 0.92, 0.76 and 0.43.
On recreation expense, there was a relatively strong relationship between some independent variables, i.e income, education, number of family members, type of job and age of respondent with recreation expense. This was shown by correlation coefficient of 0.91. The determination coefficient (r2} showed an index of 0.92. This means that the variation of big/small recreation expense was 92 % resulted from said independent variables, while remaining 8 % was resulted from other factors.
Between the above mentioned variables, the income, number of family members and age of respondent variables have a very strong relationship with recreation expense, namely with Pearson correlation coefficient respectively are r 0.96, 0.71 and 0.45
Beside that, the result of health expense elasticity was 1.64 (elastic). This means that if expense change by 10 % the health expense will change by 16.4 %. The same case was also seen on recreation expense which have an elasticity rate of 1.60. This means that if the income change by 10 %, the recreation expense will respectively change by 16 %.
Another aspect found in this research was the middle class families willing to allocate health expense when their income reach Rp 335.000,- while willingness to allocate recreation arise at the time their income reach Rp 275.000,-. It can be concluded that the middle class families tend to pay more attention to recreation activities compared to efforts for health aspect.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>