Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19379 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faiqoh Zaqladi
"Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi penduduk di negara maju maupun berkembang. Penyebab tertinggi anemia adalah kekurangan zat besi. Anemia Defisiensi Besi (ADB) dapat menyebabkan gangguan perkembangan perilaku, kognitif, dan keterampilan psikomotori anak. Daun kelor dapat menjadi alternatif potensial dalam memenuhi kebutuhan zat besi karena memiliki kandungan zat besi 9 kali lebih banyak daripada bayam. Suplementasi bubuk daun kelor terbukti dapat menurunkan prevalensi anemia sedang dan berat berturut-turut sebesar 68,2% dan 77,9% pada anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Pemanfaatan daun kelor sebagai tanaman obat yang memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan umumnya masih secara tradisional. Rasa pahit pada kelor menyebabkan anak-anak tidak menyukai daun kelor. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan formula sediaan sirup ekstrak daun kelor yang memiliki stabilitas fisik dan kimia yang baik. Ekstrak daun kelor diperoleh dengan Microwave Assisted Extraction (MAE). Formula sirup dibuat dengan 3 konsentrasi propilen glikol sebagai kosolven dan pengawet. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa formula 1 memiliki stabilitas fisik yang baik, dan stabilitas kimia yang paling baik dengan kandungan zat besi yang paling tinggi yaitu 2,83 mg / 30 gram ekstrak / 100 ml sediaan. Kadar zat besi yang disarankan untuk anak adalah 8-10 mg/hari sehingga ekstrak yang dibutuhkan yaitu 84,80-106,00 gram ekstrak / hari dan dosis sediaan sirup yang dibutuhkan yaitu 283-353 ml/hari.

Anemia is one of the health problems that affect people in both developed and developing countries. The highest cause of anemia is iron deficiency. Iron Deficiency Anemia (IDA) can cause impaired development in behaviour, cognition, and psychomotor skills of children. Moringa leaves can be a potential alternative in meeting iron needs because they contain 9 times more iron content than spinach. Moringa oleifera Lam. leaf powder supplementation can reduce the prevalence of moderate and severe anemia in the by 68.2% and 77.9% in children below two years. The use of Moringa oleifera Lam. leaves as a medicinal plant with health benefits is still generally traditional. The bitter taste of Moringa oleifera Lam. leaves causes children to dislike Moringa oleifera Lam leaves. The purpose of this work was to obtain syrup formula for antianemia using Moringa leave’s extract that has physical and chemical stability. Moringa leave’s extract was obtained with Microwave-Assisted Extraction (MAE). Syrup formula was made in 3 concentration of propylene glycol as a cosolvent and preservatives. Result of this study showed that formula 1 has good physical stability, and the best chemical stability with the highest iron content, 2.83 mg/30 gram extract/100 ml. The recommended iron level for children is 8-10 mg / day, so the required extract is 84.80-106.00 grams of extract / day and the required dosage of syrup is 283-353 ml/day"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Sari Wardana
"Stunting adalah kondisi tinggi badan anak yang terlalu pendek berdasarkan usia karena kekurangan gizi kronis dan atrofi usus. Daun kelor direkomendasikan sebagai makanan pendamping untuk menekan stunting karena mengandung protein dan zat besi yang tinggi. Namun, zat besi dalam ekstrak daun kelor dapat membentuk kompleks dengan zat anti nutrisi dan polifenol yang menyebabkan ukuran molekul lebih besar sehingga sulit diabsorpsi. Fitosom adalah teknologi untuk meningkatkan absorpsi fitokonstituen. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan fitosom yang mengandung ekstrak daun kelor untuk meningkatkan absorpsi pada saluran cerna. Tiga formula fitosom dikembangkan yaitu F1, F2, F3 dengan rasio bobot ekstrak dan fosfatidilkolin masing-masing 1:1; 1:1,5; 1:2, kemudian fitosom dikarakterisasi meliputi morfologi, distribusi ukuran partikel, potensial zeta, efisiensi penjerapan, dan FTIR. Formula tebaik digunakan pada formulsi serbuk instan. Serbuk instan dibuat dua formula, yaitu serbuk instan fitosom (SF) dan serbuk instan non fitosom (SNF), kemudian dilakukan uji absorpsi in vitro menggunakan metode kantong usus terbalik. Hasil karakterisasi menunjukkan F1 adalah formula fitosom terbaik dengan ukuran partikel 93,20 ± 4,84 nm, indeks polidispersitas 0,230 ± 0,03, potensial zeta -30,93 ± 0,67 mV, dan efisiensi penjerapan tertinggi. Spektrum IR menunjukkan terjadi pembentukan fitosom karena adanya ikatan hidrogen antara fitokonstituen dan fosfatidilkolin dengan adanya puncak baru pada bilangan gelombang 1600,71 cm-1 dan 1377,11 cm-1. Berdasarkan hasil uji absorpsi in vitro SF memiliki jumlah kumulatif zat besi terabsorpsi tertinggi yaitu 6,5 ± 0,05 μg. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa SF dapat meningkatkan absorpsi zat besi melewati usus.

Stunting is a condition height of child is too short for age due chronic malnutrition and intestinal atrophy. Moringa leaves are a complementary food to suppress stunting because high content of protein and iron. However, iron in Moringa leaf extract can be formed complexes with anti-nutritional substances and polyphenols causes larger molecular size that is difficult to absorb. Phytosomes are technology to enhance the absorption of phytoconstituents. The purpose of this study was developed phytosomes containing Moringa leaf extract to increase absorption in gastrointestinal tract. Three phytosome formulas were developed F1, F2, F3 with a weight ratio extract and phosphatidylcholine 1:1; 1:1.5; 1:2, then characterized including morphology, particle size distribution, zeta potential, entrapment efficiency, and FTIR. The best formula used in instant powder formulations. The instant powder was made into two formulas instant phytosome powder (SF) and instant non-phytosome powder (SNF), an in vitro absorption test was carried out using everted gut sac method. The characterization results showed that F1 was the best phytosome formula with a particle size 93.20 ± 4.84 nm, polydispersity index 0.230 ± 0.03, zeta potential -30.93 ± 0.67 mV, and the highest entrapment efficiency. The IR phytosome spectrum showed formation due hydrogen bonding between phytoconstituents and phosphatidylcholine with new peaks at wave numbers of 1600.71 cm-1 and 1377.11 cm-1. Based on in vitro absorption test, SF had the highest cumulative amount of absorbed iron was 6.5 ± 0.05 mg. Based on these results, it concluded that SF increase iron absorption through the intestine."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghaisani Fadiah Qisthina
"ABSTRAK
Daun kelor (Moringa oleifera Lam.) berpotensi sebagai tanaman obat. Daun kelor mengandung senyawa flavonoid yang dapat beraktivitas sebagai antiinflamasi, maka dari itu daun kelor dapat dikembangkan sebagai antiinflamasi. Obat antiinflamasi baik golongan non-setroid maupun steroid memiliki banyak efek samping apabila dipakai dalam jangka panjang. Banyak masyarakat menggunakan sedian bahan alam sebagai alternatif pengobatan inflamasi, antara lain sediaan ekstrak daun kelor. Tujuan penulisan review ini untuk mengkaji pengembangan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi. Berdasarkan beberapa penelitian saat ini, sediaan antiinflamasi yang ada berbentuk gel dan krim. Artikel yang direview diperoleh dari penelusuran literatur pada platform seperti Google Scholar, PubMed, dan NCBI, yaitu artikel ilmiah yang melaporkan hasil formulasi sediaan gel dan formulasi sediaan krim antiinflmasi, evaluasi sediaan, dan pengujian daya antiinflamasi. Dari hasil review didapatkan formulasi yang sesuai untuk dikembangkan pada pembuatan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi.

ABSTRACT
Moringa oleifera Lam. (Moringa oleifera) leaves have potential as medicinal plants. Moringa leaves contain flavonoid compounds that can act as an anti-inflammatory, therefore Moringa leaves can be developed as an anti-inflammatory. Anti-inflammatory both steroid and steroids have many side effects when used in the long run. Many people use natural dosage form as an alternative for inflammatory medication, such as Moringa leaf extract preparations. The aim of this review is to examine the development of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream. Based on some current research, existing anti-inflammatory preparations are gels and creams. The articles reviewed was obtained from literature searches on platforms such as Google Scholar, PubMed, and NCBI, namely scientific articles that report the results of formulataion of gel and cream anti-inflammatory, evaluation of preparation, and testing of anti-inflammatory activity. From the results of the review, it was found that a suitable formulation was developed for the preparation of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Kartika Ratri
"Biji tanaman Moringa oleifera atau kelor memiliki berbagai aktivitas farmakologis dan dapat dikembangkan menjadi produk topikal. Penggunaan minyak biji kelor secara langsung ke kulit berpotensi iritasi sehingga perlu diinkorporasikan ke dalam sistem pembawa, salah satunya krim nanoemulsi. Krim dapat menghidrasi kulit secara kontinyu dan sering digunakan secara luas oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik dan aktivitas antioksidan minyak biji kelor, kemudian diformulasikan menjadi krim nanoemulsi yang selanjutnya akan dievaluasi secara fisik, stabilitas, kadar asam oleat, dan aktivitas antioksidannya. Minyak biji kelor yang sudah dikarakterisasi dibuat menjadi nanoemulsi menggunakan optimasi segitiga fase pseudoterner, dengan memvariasikan sukrosa monopalmitat sebagai surfaktan, propilen glikol sebagai kosurfaktan, dan minyak biji kelor. Setelah itu dipilih satu formula nanoemulsi optimum untuk diinkorporasikan ke dalam sediaan krim. Sediaan krim dievaluasi secara fisik, dilakukan penetapan kadar asam lemak dengan kromatografi gas, diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH, dan uji stabilitas berupa uji mekanik, cycling test, dan penyimpanan selama 12 minggu. Nanoemulsi optimum memiliki komposisi 6% minyak biji kelor; 5,25% sukrosa monopalmitat; 8,75% propilen glikol; dan 80% air. Sedangkan sediaan krim optimum mengandung 10% nanoemulsi. Uji mekanik berupa sentrifugasi dan uji cycling menunjukkan krim tidak mengalami perubahan fisik sebelum dan setelah uji. Setelah dilakukan uji stabilitas dan penyimpanan selama 12 minggu, didapatkan hasil bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor tidak banyak mengalami perubahan fisik tetapi mengalami peningkatan viskositas dan distribusi ukuran partikel. Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada minggu ke-0 menyatakan bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor memiliki nilai IC50 sebesar 29.360,69 µg/mL dan minggu ke-12 memiliki nilai IC50 sebesar 49.166,1 µg/mL. Nilai ini berbeda jauh dengan standar asam askorbat yang memiliki IC50 sebesar 9,707 µg/mL. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa belum didapatkan formula optimum krim nanoemulsi minyak biji kelor.

Seeds from Moringa oleifera have various pharmacological activities and can be developed into topical products. The use of Moringa seed oil directly on the skin might cause irritation, hence needs to be incorporated into a carrier system, one of which is nanoemulsion cream. A cream can hydrate the skin and is still widely used. This study aims to obtain the characteristics and antioxidant activity of Moringa seed oil, then it is formulated into a nanoemulsion cream which will then be evaluated for stability and antioxidant activity. In this study, the characterized Moringa seed oil was optimized into nanoemulsion using pseudoternary phase diagram by varying sucrose monopalmitate as the surfactant, propylene glycol as cosurfactant, and moringa seed oil. Then, the optimum formula was selected to be incorporated into the cream preparations. Cream preparations were then evaluated physically, fatty acid content was determined by gas chromatography, antioxidant activity was tested by DPPH method, and the stability was tested by mechanical test, cycling test, and storage for 12 weeks. The optimum nanoemulsion had a composition of 6% Moringa seed oil; 5.25% sucrose monopalmitate; 8.75% propylene glycol; and 80% water. The optimum cream preparation contains 10% nanoemulsion. Mechanical tests (centrifugation) and cycling tests showed that the cream did not experience any physical changes. After testing the stability and storage for 12 weeks, the results showed that the cream did not experience physical change but increased viscosity and particle size distribution. The antioxidant activity test conducted at week 0 showed the IC50 value of the cream is 29.360.69 g/mL and at week 12 the IC50 value is 49.166.1 g/mL. Those values are quite different from the standard ascorbic acid which has an IC50 of 9.707 g/mL. The evaluation results indicate that the optimum formula for Moringa seed oil nanoemulsion cream had not been obtained."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidi Utami Puteri
"Telah diketahui bahwa daun kelor (Moringa oleifera L.) memiliki kandungan zat besi yang sangat bermanfaat bagi penderita anemia untuk sintesis sel darah merah. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan secara ilmiah efek pemberian ekstrak etanol 70% daun kelor terhadap pembentukan sel darah merah ditinjau dari bentuk sel darah merah, kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, kadar hematokrit, dan kadar Fe total pada darah tikus putih betina yang dibuat anemia dengan anilin. Sejumlah 30 ekor tikus putih betina Sprague-Dawley dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol normal, kontrol anemia, kontrol pembanding, dan tiga kelompok dosis ekstrak daun kelor. Induksi larutan Anilin 10% (0,005 ml/ g bb) diberikan pada semua kelompok perlakuan kecuali kelompok kontrol normal, secara intraperitoneal selama dua hari. Pada hari kelima dilanjutkan pemberian sediaan uji berupa larutan CMC 0,5%, Ferro Fumarat, dan ekstrak daun kelor dengan dosis 198 mg, 396 mg, dan 792 mg ekstrak daun kelor/200 g bb/hari sampai hari kesebelas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, kadar hematokrit, dan kadar Fe total darah tikus putih betina meningkat dengan bertambahnya dosis pemberian ekstrak etanol 70% daun kelor. Selain itu, pemberian dosis 792 mg/200 g bb tikus/hari dapat memperbaiki bentuk sel darah merah dan meningkatkan kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit tikus putih betina secara bermakna (p<0.05).

Moringa Moringa oleifera L leaves has been observed about its high nutrientcontent including the iron content that needed for the synthesis of red blood cells erythrocyte The purpose of this study is to prove scientifically the effect of 70% ethanolic extract of moringa leaves to erythrocyte rsquo s morphology hematologyexamination hemoglobin erythrocyte hematocrit and total Iron content in bloodof rats on aniline induced white female rats A total of 30 female white rats ofSprague Dawley rats were divided into 6 groups normal control anemia control comparison control and three groups of moringa leaves extract All groups except the normal control induced by aniline at dose 0 005 ml g bw throughintraperitonial injection On fifth day normal and anemia control were givenCMC 0 5 comparison control was given ferro fumaras and three other groupswere given moringa leaves extract at doses 198 mg 396 mg and 792 mg 200 gbw day until the eleventh day.
The results showed that as the dose of moringaleaves increasing the level of hemoglobin erythrocyte hematocrit and total ironcontent in blood of rats also increased Moreover moringa leaves extract at dose792 mg 200 g bw day can improve erythrocyte rsquo s morphology and increase thelevel of hemoglobin and erythrocyte of rats significantly p 0 05.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ovi Bahriyani Pamungkasih
"Daun Moringa oleifera Lam. memiliki berbagai manfaat dan efek terapeutik seperti anti-inflamasi, antikanker, antitumor, antimikroba, antioksidan dan antidiabetes. Manajemen Diabetes Mellitus (DM) sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi. Terapi antidiabetes oral sering menimbulkan efek samping yang cukup serius. Pemberian daun kelor pada hewan menunjukkan efek antidiabetes yang kuat, tetapi efektivitas konsumsi sediaan daun kelor pada manusia menunjukan hasil yang berbeda-beda. Review ini bertujuan untuk meninjau efek konsumsi berbagai bentuk sediaan daun kelor terhadap kadar glukosa darah pada pasien DM dan kemungkinan pengembangan formulasi bentuk sediaan sebagai antidiabetes. Pencarian literatur dilakukan terkait topik selama 10 tahun terakhir, dan beberapa artikel lebih dari 10 tahun yang dapat mendukung teorinya. Hasil review menunjukkan bahwa senyawa bioaktif metabolit sekunder (kuersetin, terpenoid, dan asam klorogenat) dalam daun kelor yang berperan sebagai antidiabetes, perubahan signifikansi pada kadar glukosa darah dari intervensi daun kelor yang paling baik sebesar 28,6% dengan dosis 2 tablet per hari, dan strategi pengembangan formulasi yaitu sediaan kapsul dari ekstrak etanol daun kelor yang dapat meningkatkan efektivitas aktivitas oral antidiabetes.

Moringa oleifera Lam. leaves has various benefits and therapeutic effects such as anti-inflammatory, anticancer, antitumor, antimicrobial, antioxidants and antidiabetic agents. Diabetes Mellitus (DM) management is very important to prevent complications. Oral antidiabetic therapy often causes quite serious side effects. Giving Moringa leaf to experimental animals showed a strong antidiabetic effect, but effectiveness of consuming Moringa leaf preparations in humans showeds different results. This review aims to review the effects of consuming various Moringa leaf dosage forms on blood glucose levels in humans and the possibility of developing an antidiabetic dosage form. A literature search was carried out related to research on the effectiveness of consumption of various dosage forms of Moringa leaves in DM patients during the last ten years, and several articles over ten years that can support the theory. The result of the review showed that the secondary metabolites (quercetin, terpenoids, and chlorogenic acid) in Moringa leaves that act as antidiabetic, indicate a significant change in blood glucose levels and the best Moringa leaf intervention was 28.6% at a dose of 30 tablets every 15 days for 90 days. Formulation development strategy was capsuled preparation of ethanol extract of Moringa leaves that was increasing the effectiveness of the oral antidiabetic activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Atqiya Qutrunnada
"Minyak biji kelor memiliki potensi antioksidan yang baik, namun secara topikal dapat menyebabkan iritasi dan rasa tidak nyaman pada kulit. Minyak biji kelor dirancang menggunakan sistem penghantaran Solid Lipid Nanoparticle (SLN). Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan menguji aktivitas antioksidan minyak biji kelor dalam bentuk topikal dengan sistem penghantaran SLN pada sediaan lotion. Minyak biji kelor dilakukan karakterisasi, lalu dijadikan zat aktif pada pembuatan SLN. Formula SLN dikarakterisasi dan dipilih satu formula untuk diinkorporasikan ke dalam sediaan lotion. Lotion dievaluasi serta diuji aktivitas antioksidan metode DPPH dengan spektrofotometer UV-Vis. Formula SLN minyak biji kelor dengan konsentrasi gliseril monostearat 2,5% menunjukkan karakterisasi dengan ukuran globul (Dv90) 141 nm, indeks polidispersitas 0,174, zeta potensial -35,4 mV dan efisiensi penjerapan sebesar 22,6887%. Formula lotion yang mengandung SLN sebanyak 10% memiliki ukuran globul 322 nm, indeks polidispersitas 0,350, dan zeta potensial sebesar -35,9 mV. Hasil uji aktivitas antioksidan pada minyak biji kelor menunjukkan nilai IC50 sebesar 147,027 µg/mL dan nilai IC50 sediaan lotion pada minggu ke-0 dan ke-12 menunjukkan penurunan aktivitas yaitu dari 11.993,868 µg/mL menjadi 37.661,615µg/mL. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sediaan lotion yang mengandung 10% SLN minyak biji kelor tidak memiliki aktivitas antioksidan.

Moringa seed oil has good antioxidant potential, but topically it can cause irritation and discomfort in the skin. Moringa seed oil is designed using a Solid Lipid Nanoparticle (SLN) delivery system that can form a film layer on the skin and can increase stability. This study aims to formulate and test antioxidant activity of Moringa seed oil in topical form with the SLN delivery system. Moringa seed oil was characterized, then used as an active substance in the preparation of SLN. The SLN formula was characterized and one formula was selected to be incorporated into the lotion preparation. Lotion preparations were evaluated and tested for antioxidant activity by the DPPH method with a UV-Vis spectrophotometer. The SLN formula of Moringa seed oil with a glyceryl monostearate concentration of 2.5% showed characterization with a globul size (Dv90) of 141 nm, a polydispersity index of 0.174, a potential zeta of -35.4 mV and entrapment efficiency of 22.6887%. The lotion formula containing 10% SLN had a globul size of 322 nm, a polydispersity index of 0.350, and a potential zeta of -35.9 mV. Lotion preparations showed good physical stability for 12 weeks at various temperatures, but were unstable at testing for viscosity, globul size, and potential zeta. The antioxidant activity of Moringa seed oil showed an IC50 value of 147.027 μg/mL and the IC50 value of Moringa seed oil SLN lotion preparations at the 0th and 12th weeks showed a decreased activity, namely from 11.993.868 μg/mL to 37.661.615μg/mL. It can be concluded that lotion preparations containing 10% SLN of Moringa seed oil does not have antioxidant activity.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saintica Luthfia Utama
"Minyak biji kelor mengandung berbagai senyawa antioksidan dapat menangkal radikal bebas, namun aplikasinya secara topikal menyebabkan terjadinya iritasi kulit dan ketidaknyamanan akibat efek berminyak. Minyak biji kelor bersifat hidrofobik sehingga diformulasikan dalam sistem pembawa nanoemulsi. Serum mengandung agen farmasetik dalam jumlah tinggi dan efek hidrasi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi dan mengetahui sifat antioksidan dari minyak biji kelor kemudian memformulasikanya menjadi serum nanoemulsi, melakukan uji stabilitas dan aktivitas antioksidan dari sediaan. Komponen kimia minyak dianalisis dengan kromatografi gas. Aktivitas antioksidan minyak dan sediaan diukur dengan metode peredaman DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Area optimum nanoemulsi pada diagram fase pseudo-ternary diperoleh berdasarkan hasil optimasi formula yang disusun terdiri campuran minyak dan smix mulai 1:9 hingga 9:1 dan dianalisis menggunakan software chemix 7.0. Formula optimum dimasukkan ke dalam formula serum dalam konsentrasi 10%, 20% dan 30%, formula terbaik dipilih berdasarkan hasil pengamatan stabilitas selama 1 minggu untuk selanjutnya diuji stabilitas selama 12 minggu dan uji aktivitas antioksidan. Minyak memiliki kandungan total asam lemak 65% b/b dengan kandungan asam oleat yang dominan hingga 72,341%. Minyak memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan IC50 147,0277 µg/mL. Formula nanoemulsi memiliki ukuran partikel Dv90 241 nm, PDI 0,474 dan zeta potensial -35,4 mV, nilai efisiensi penjerapan 58,59%. Uji stabilitas dilakukan terhadap sediaan serum dengan 10% kandungan nanoemulsi. Serum nanoemulsi stabil pada pengujian cycling test, uji mekanik dan penyimpanan pada berbagai suhu, namun terjadi peningkatan viskositas dan ukuran partikel. Aktivitas antioksidan serum sangat lemah dengan nilai IC50 14601,76 µg/mL dan mengalami penurunan menjadi 61642 µg/mL setelah penyimpanan selama 12 minggu.

Moringa seed oil contains various antioxidant compounds that can counteract free radicals, but its topical application causes skin irritation and discomfort due to the oily effect. Moringa seed oil is hydrophobic so it is formulated in a nanoemulsion carrier system. The serum contains a high amount of pharmaceutical agents and a good hydrating effect. The objective of this study was to characterize and determine the antioxidant properties of Moringa seed oil and then formulate it into a nanoemulsion serum, and test its stability and antioxidant activity. The chemical components of the oil were analyzed by gas chromatography. The antioxidant activity of was measured by the DPPH reduction method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). The optimum area of ​​nanoemulsion on the pseudo-ternary phase diagram was obtained based on the results of the optimization of the formula which was composed of a mixture of oil and smix from 1:9 to 9:1 and analyzed using chemix 7.0 software. The optimum formula was put into the serum formula in concentrations of 10%, 20%, and 30%, the best formula was selected based on the observation of stability for 1 week to be further tested for stability for 12 weeks and antioxidant activity test. The oil has a total fatty acid content of 65% w/w with a dominant oleic acid content of up to 72.341%. The oil has moderate antioxidant activity with an IC50 of 147.0277 g/mL. The nanoemulsion formula had a particle size of 241 nm, PDI 0.474, and zeta potential -35.4 mV, the adsorption efficiency value is 58.59%. A stability test was carried out on serum formula with 10% nanoemulsion content. Serum nanoemulsion was stable in the cycling test, mechanical test, and storage at various temperatures, but there was an increase in viscosity and particle size. Serum antioxidant activity was very weak with an IC50 value of 14601.76 g/mL and decreased to 61642 g/mL after 12 weeks of storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Caesar Raja Mandala
"Pengemasan makanan penting dari produk makanan untuk melindungi kualitas makanan dan keamanan dari produk makanan. Material pembungkus makanan dengan ketahanan tarik, ketahanan panas, biodegradable, dan memiliki sifat antibakteri diperlukan untuk keamanan makanan dan memperpanjang waktu penyimpanan, terutama dari kontaminasi makanan akibat bakteri patogen makanan. Kini, plastik berbahan dasar minyak bumi digunakan dalam industri pengemasan makanan. Plastik ini sulit didegradasi sehingga menyebabkan masalah lingkungan yang serius. Oleh karena itu, plastik biodegradable dengan penambahan senyawa antibakteri dibutuhkan. PVA/pati crosslink sering digunakan sebagai material pengemasan makanan karena harganya murah, biodegradable, dan memiliki sifat mekanik yang baik. Daun kelor mudah dicari, harganya murah, dan memiliki sifat antibakteri yang baik. Inilah yang menyebabkan daun kelor sebagai kandidat yang baik sebagai senyawa antibakteri pada bioplastik. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibuat bioplastik Poli(vinil alkohol) (PVA)/pati ter-crosslink dengan penambahan senyawa antibakteri dari ekstrak daun kelor. Bioplastik PVA/pati crosslink dibuat dengan terlebih dahulu daun kelor yang telah dicuci bersih dimaserasi, dikeringkan dan digerus hingga berukuran kecil dengan pelarut metanol, setelah itu ekstrak kemudian dipisahkan dengan pelarut etil asetat. Setelah dipisahkan, fasa organik dan fasa air dari ekstrak daun kelor diambil, lalu masing-masing diencerkan dengan air dengan konsentrasi 1:20 dan 2:20 (v/v), kemudian dibuat menjadi bioplastik dengan reaksi crosslink antara PVA dengan pati. Senyawa bioplastik yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan instrumen FTIR, TGA, SEM, dan uji antibakteri terhadap bakteri Staphlyococcus aureus dan Escherichia coli. Bioplastik dengan ketahanan panas terbaik ialah bioplastik PVA/pati dengan ekstrak daun kelor pada fasa air dengan pengenceran 2:20, dengan ketahanan panas hingga suhu 190oC.

Food packaging is an essential part of food products to protect food quality and safety of food products. Food packaging materials with sufficient thermal stability, mechanical strength, and antibacterial properties is necessary for food safety and extending the shelf life of packaged foods, especially from food contamination by foodborne pathogens. Currently, petroleum-based plastics used to the food packaging industry. However, this kind of plastic is non-degradable and can cause a more serious environmental problem. Therefore, biodegradable plastic with the addition of antibacterial is needed. PVA/starch crosslinked bioplastic is commonly used as a food packaging material because its cheap, biodegradable and have excellent mechanical properties. Kelor (Moringa oleifera) leaf has an antibacterial ability due to its active compounds such as tannin and flavonoid. Kelor leaf is also cheap and easy to find in Indonesia, making it a right candidate for an antibacterial compound for food plastics. Hence, in this research, we made bioplastic PVA/starch crosslink with the addition of antibacterial compound from kelor leaf. Bioplastic PVA/starch crosslink made by maceration of kelor leaf with methanol solvent, then the product separated by extraction with a mixture of ethyl acetate concentrated and water solvent. After being separated, water and organic phase of each extract were diluted by distilled water with concentration 1:20 and 2:20 (v/v), and each concentration was made bioplastic by cross-linking poly(vinyl alcohol) and starch. Each plastic product was characterized by FTIR, SEM, and antibacterial test with S.aureus and E.coli. The best heat-resistant bioplastic was PVA/starch bioplastic with Kelor leaf extract in the water phase with a dilution of 2:20, which has heat resistance up to 190oC."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Zahra Afifah
"Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan kanker dengan insidensi tertinggi ketiga di dunia dengan angka mortalitas 880.792 jiwa (Globocan 2018). Saat ini tata laksana kanker kolorektal terbatas pada kemoterapi dan operasi dengan hasil klinis yang buruk. Adapun terapi target yang baru-baru ini dikembangkan ternyata memiliki efek samping yang cukup parah dan indikasinya terbatas. Di sisi lain, protein iNOS ditemukan meningkat pada jaringan yang mengalami inflamasi, termasuk pada kanker kolorektal. Peningkatan ekspresi iNOS dikorelasikan dengan prognosis kanker yang buruk sehingga berpotensi dijadikan sebagai target terapi dalam penanganan kanker kolorektal. Moringa oleifera merupakan tanaman obat yang diketahui khasiatnya sebagai agen antioksidan, antiinflamasi, dan antikanker. Penelitian ini ditujukan untuk menilai pengaruh ekstrak etanol daun Moringa oleifera terhadap ekspresi iNOS sel HT-29.
Metode: Ekstrak etanol daun Moringa oleifera diuji secara in vitro pengaruhnya terhadap ekspresi iNOS sel HT-29. Pengujian dilakukan secara imunositokimia dengan tiga serial konsentrasi ekstrak, yaitu 50, 100, dan 200 ppm, tanpa disertai kontrol. Ekspresi iNOS diukur dengan H-score melalui bantuan aplikasi ImageJ.
Hasil: Ekstrak etanol daun Moringa oleifera menurunkan ekspresi iNOS sel HT-29 pada konsentrasi 200 ppm dengan rerata H-score sebesar 118,67 ± 1,68.
Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol daun Moringa oleifera pada konsentrasi 200 ppm secara signifikan (p < 0,05) dapat menurunkan ekspresi iNOS sel kanker kolorektal HT-29.

Introduction: Colorectal cancer is cancer with the third-highest incidence globally with 880.792 mortality (Globocan 2018). Currently, the management of colorectal cancer is limited to chemotherapy and surgery with poor clinical outcomes. The recently developed targeted therapy has quite severe side effects and has limited indication. On the other hand, the iNOS protein was found to be increased in number in inflamed tissues, including colorectal cancer. Increased iNOS expression is correlated with a poor cancer prognosis so that it has the potential to be used as a therapeutic target in the treatment of colorectal cancer. Moringa oleifera is a medicinal plant known for its properties as an antioxidant, anti-inflammatory, and anticancer agent. This study aimed to assess the effect of Moringa oleifera leaf extract on iNOS expression in HT-29 cells.
Method: Ethanol extract from Moringa oleifera leaf tested in vitro for its effect on iNOS expression in HT-29 cells. The test was carried out through an immunocytochemical procedure with three serial concentrations of the extract, 50, 100, and 200 ppm. iNOS expression was measured by H-score using ImageJ application.
Result: Moringa oleifera leaf extract decreased the iNOS expression of HT-29 cells when given the extract with a concentration of 200 ppm with an average H-score of 118.67 ± 1.68.
Conclusion: The administration of Moringa oleifera leaf extract at a concentration of 200 ppm significantly (p < 0.05) can decrease iNOS expression in HT-29 colorectal cancer cells.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>