Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 33655 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elsa Dara Maylani
"Penelitian mengenai kemampuan Eichhornia crassipes (Mart.) Solms menyerap logam Fe dalam 3 variasi ukuran telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan eceng gondok dalam penyerapan logam Fe, mengetahui nilai faktor biokonsentrasi, dan tranlokasi serta efektivitas eceng gondok dalam mengurangi kadar logam Fe pada perairan berdasarkan variasi ukuran kecil, sedang, dan besar. Penelitian dilakukan agar dapat diimplementasikan pada perairan Situ Agathis Universitas Indonesia yang sudah tercemar oleh logam berat Fe. Penelitian dilakukan selama 14 hari dengan menggunakan 5 individu eceng gondok pada setiap perlakuan. Perlakuan penelitian dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol, kelompok yang diberikan logam FeCl3 5 ppm dan kelompok yang diberikan logam FeCl3 10 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eceng gondok dapat menyerap logam Fe dan dapat mentranslokasikannya dari bagian akar, ke bagian tangkai, dan daun. Eceng gondok berukuran kecil dan sedang paling efektif dalam menyerap logam Fe dengan efektivitas penurunan sebesar 99,98 %. Penyerapan logam Fe tertinggi terjadi pada eceng gondok ukuran kecil dengan perlakuan logam FeCl3 5 ppm yakni berjumlah 20.206,3 ppm

Research on the ability of Eichhornia crassipes (Mart.) Solms to absorb Fe metal in 3 size variations has been carried out. The aim of this study was to determine the ability of water hyacinth to absorb Fe, determine the value of bioconcentration and translocation factors as well as the effectiveness of water hyacinth in reducing Fe metal content in waters based on small, medium and large size variations. The research was conducted so that it could be implemented in the waters of Situ Agathis University of Indonesia which had been contaminated by heavy metal Fe. The study was conducted for 14 days using 5 individual water hyacinths in each treatment. The research treatments were divided into three treatment groups, namely the control group, the group given 5 ppm FeCl3 metal and the group given 10 ppm FeCl3 metal. The results showed that water hyacinth can absorb Fe metal and can translocate it from the roots, to the stalks and leaves. Small and medium water hyacinths were the most effective in absorbing Fe metal with a reduction effectiveness of 99.98%. The highest absorption of Fe metal occurred in small water hyacinths treated with 5 ppm FeCl3 metal, amounting to 20,206.3 ppm"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Hastuti
"ABSTRAK
Eceng gondok (!Eichhornia crassipes (Mart.) Solms:) merupakan salah satu gulmasir yang banyak dijum- pai di perairan indonesia. Tumbuhan ini mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat, oleh karenanya mempunyai kemampuan menyerap unsur hara, senyawa organik, dan unsur kimia lain dari air limbah dalam jumlah besar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan eceng gondok sebagai penyerap unsur N, P, dan CD bahan organik dengan mengadakan pengukuran BOD dari efluen kolam sedimentasil di Instalasi Kolam Oksidasi Pulo Gebang, serta mengetahui pengaruh pencemaran efluen kolam sedimentasi terhadap pertumbuhan eceng gondok. Dari hasil yang diperoleh, ternyata karena tingginya kandungan bahan organik, N total, 'dan P total, maka air limbah yang langsung ditanami eceng-gondok^menyebabkan tumbuhan hanya dapat hidup selama 3-6 hari, tetapi tumbuhan
ini dapat hidup dalam efluen kolam sedimentasi yang telah diendapkan selama 7 hari. Eceng gondok yang ditanam dalam bak berisi efluen kolam sedimentasi selama 15 hari inampu menurunkan kadar N total dan BOD, tetapi tidak mampu tc^rh^-,dap kadar P. Dari hasil penanaman eceng gondok dalam '",ak berisi efluen kolam sedimentasi yang kemudian.diaerasi, d-i-peroleh;- bahwa semakin lama waktu perlakuan aerasi, pertumbuhan makin baik, terlihat dari kenaikan berat basah maupun jumlah daun yang mak-in meningkat walaupun masih jauh di bawah kondisi normal (Hoagland 25 %). Sedangkan dalam. efluen kolam sedimentasi yang diencerkan dengan air sungai kemudian diaerasi, dipproleh kenaikan. berat basah dan,jumlah daun yang lebih tihggi daripada dengan perlakuan aerasi saia. Dari hasil penelitian.ini dapat diambil kesimpulan bahwa e-ceng gondok sangat efektip terhadap penurunan kadar N dan BOD dari efluen kolam sedimentasi, sementara eceng gondok tidak efektip terhadap penurunan kadar P. Makin tinggi kadar unsur-unsur hara terkandung dalam-efluen kolam. Sedimentasi yang menyebabkan makin rendahnya kadar oksigen terlarut, tidak memberikan tambahan herat basah dan jumlah daun, tetapi menekan pertumbuhan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Nurhidayah
"Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman yang mengandung hemiselulosa tinggi, namun pemanfaatannya belum optimal. Tujuan penelitian adalah pemanfaatan eceng gondok sebagai sumber substrat dalam biokonversi xilosa menjadi xilitol menggunakan khamir Debaryomyces hansenii. Penelitian dilakukan dua tahap yaitu pencarian kondisi optimum autohidrolisis dan biokonversi hidrolisat yang dihasilkan menjadi xilitol selama 3 hari dengan penggojokan 200 rpm pada suhu kamar. Kondisi optimum perolehan xilosa diperoleh melalui metode autohidrolisis selama 75 menit dengan rasio eceng gondok dan air 1:15 serta pasca hidrolisis selama 45 menit menggunakan asam sulfat 4%. Hasil hidrolisat yang didapatkan adalah 25,55 g/L xilosa. Biokonversi dengan konsentrasi xilosa 10% menghasilkan yield value xilitol sebesar 21,67%. Penambahan kosubstrat glukosa 1% dan gliserol 3% meningkatkan yield value xilitol masing-masing sebesar 25,95% dan 31,61%.

Water hyacinth (Eichhornia crassipes) is a plant containing high hemicellulose, but its utilization was not optimal. The research purpose is the utilization of water hyacinth as substrate source in the bioconversion of xylose into xylitol using Debaryomyces hansenii yeast. The research was conducted into two stages. Firstly, searching an optimum autohydrolysis conditions. Secondly, bioconversion of the resulting hydrolyzate into xylitol which carried out for 3 days with shaking 200 rpm at room temperature. The optimum conditions for the acquisition of xylose obtained through autohydrolysis methods for 75 minutes with 1:15 water hyacinth and water ratio and posthydrolysis for 45 min using 4% sulfuric acid. Results obtained from hydrolyzate was 25.55 g / L xylose. Bioconversion of 10 % xylose produce 21.67% xylitol yield. Cosubstrates addition of 1% glucose and 3 % glycerol increase xylitol yield respectively 25.95% and 31.61%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Elizabeth
"Telah dilakukan penelitian mengenai Kemampuan Tanaman Eceng Gondok Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. sebagai Biofilter di Perairan Situ Agathis, Universitas Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jumlah individu eceng gondok yang efektif per satuan luas sebagai biofilter pada perairan di Situ Agathis, mengetahui efektivitas eceng gondok dalam menurunkan nilai TDS dan TSS air Situ Agathis, dan mengetahui perkiraan jumlah eceng gondok yang diperlukan sebagai biofilter di keseluruhan Situ Agathis. Penelitian dilakukan selama 30 hari pada bulan Juni 2020. Penelitian dilakukan dengan menanam tiga kelompok eceng gondok berdasarkan jumlah individu, yaitu 5 individu, 10 individu, dan 15 individu pada Situ Agathis dengan bantuan keramba apung. Indikator yang diamati adalah perbandingan TDS dan TSS air Situ Agathis sebelum dan setelah peletakkan eceng gondok. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok dengan 10 individu lebih efektif dalam menurunkan nilai TDS dan TSS di Situ Agathis. Berdasarkan perhitungan menggunakan model penghitungan kebutuhan eceng gondok, jumlah eceng gondok yang dibutuhkan sebagai biofilter Situ Agathis adalah sebanyak ±174.281 individu.

The study on capability of water hyacinth Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. as biofilter in Agathis Lake, Universitas Indonesia has been carried out for 30 days. The aims of this study were to know the amount of water hyacinth that can be use as biofilter on Agathis Lake per unit area, to know the efectivity of water hyacinth to decrease the amount of TDS and TSS in Agathis Lake, and to estimate the amount of water hyacinth that can be use as biofilter in Agathis Lake. The study was conducted by placing three variations number of water hyacinth (5, 10, and 15 individual plants) on Agathis Lake. The observation was carried out by comparing the total dissolved solids (TDS) and total suspended solids (TSS) of Agathis Lake water before and after treatment. The observations showed that the population of 10 water hyacinth makes water clearer and Agathis Lake needs ±174.281 water hyacinth as its biofilter."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Usman Sumo Friend
"ABSTRAK
Komposisi utama tumbuhan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) (Solms) kering adalah. molekul selulosa. sedang komponen lain terdiri dari lignin, lemak, protein, abu dan lain-lain. Kadar selulosa di dalam tumbuhan ini agak tinggi, boleh karenanya mempunyai potensi untuk- digunakan sebagai bahan baku pulp. Tumbuhan eceng gondok yang diambil dari daerah Krawang, waduk Curug dan danau Rawa Pening, dicuci dengan air untuk menghilangkan kotoran—kotoran dan lumpur, kemudian dipotong-potong menjadi 2-4 cm dan selanjutnya dimasukkan kedalam oven pada suhu 1O5 ± 3 derajat C dalam waktu 2 jam Pulp yang diperoXeh ditentukan sifat-sifatnya yaitu : derajat putih, bilangan permanganat, kadar abu dan panjang serat. Rendemen dan sifat-sifat pulp eceng gondok berbeda-beda tergantung pada asal tumbuhan, tinggi eceng gondok, bagian tumbuhan yang dimasak dan cara pemasakan. Ren demen pulp yang paling tinggi dari hasil percobaan adalah 52,8 % dengan sifat sebagai berikut : derajat putih 20,8 GE, bilangan permanganat X2,27, kadar abu 8,78 % dan panjang serat rata-rata X,99 mm. Hasil ini diperoleh dari pemasakan . tangkai eceng gondok dari Curug, yang mempunyai tinggi X0X,5 i 5 cm dengan kadar NaOH X5 % per berat bahan baku kering."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1978
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Niluh Ekaputri Laksmi Sutarini
"Glukosa banyak dimanfaatkan dalam bidang teknologi atau formulasi farmasetika baik sebagai pengatur tonisitas dalam larutan sebagai zat pemanis sebagai pengencer dan pengikat pada pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dan kempa langsung, terutama dalam tablet kunyah sebagai agen terapeutik dan merupakan sumber karbohidrat dalam rejimen nutrisi parenteral. Eceng gondok dapat menjadi salah satu sumber potensial karena selulosa yang terkandung di dalamnya cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk preparasi glukosa dengan cara hidrolisis secara enzimatis oleh selulase. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur kapang dengan aktivitas selulase tinggi untuk menghidrolisis α-selulosa eceng gondok guna memperoleh glukosa. Penelitian diawali dengan preparasi α-selulosa dari serbuk tanaman eceng gondok, skrining beberapa galur kapang uji berdasarkan pembentukan zona bening pada medium agar CMC dan dengan metode gula reduksi-DNS, dilanjutkan dengan optimasi kondisi hidrolisis enzimatis. Identifikasi glukosa yang dihasilkan dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Fourier Transform Infrared (FTIR) dan uji pereaksi Fehling. Hasil penelitian menunjukkan galur kapang yang memiliki aktivitas enzim selulase paling tinggi adalah Chaetomium globosum. Kondisi optimum hidrolisis enzimatis dicapai pada suhu 50°C, dalam dapar asetat pH 5, dengan penambahan konsentrasi enzim 2%, selama 48 jam dengan kecepatan pengadukan 160 rpm. Hasil identifikasi dengan FTIR menunjukkan bahwa spektrum serbuk glukosa yang dihasilkan memiliki kemiripan dengan spektrum glukosa standar terutama pada daerah sidik jari. Identifikasi dengan uji pereaksi Fehling memberikan hasil positif baik untuk glukosa standar maupun larutan uji hasil hidrolisis.

Glucose is widely used in the field of technology or pharmaceutical formulations for some purposes, such as a tonicity agent in solution a sweetening agent used as a wet granulation diluent and binder as a direct-compression tablet diluent and binder, primarily in chewable tablets used therapeutically and is the preferred source of carbohydrate in parenteral nutrition regimens. Water hyacinth potentially is used in glucose preparation through enzymatic hydrolysis of cellulase because the cellulose contained in it is high enough. This study aims to obtain the mold strain with high cellulase activity which hydrolyzes α-cellulose from water hyacinth to obtain glucose. This study is composed of several steps, including the preparation of α-cellulose from water hyacinth powder, screening test mold strains based on the formation of clear zones in CMC agar medium and with DNS-reducing sugar method, followed by optimization of enzymatic hydrolysis conditions. The identification of glucose produced was carried out by Fourier Transform Infrared Spectrophotometer (FTIR) and Fehlings test methods. The results showed the mold strain that has the highest cellulase enzyme activity is Chaetomium globosum. The optimum condition of enzymatic hydrolysis was reached at 50°C, in acetate buffer pH 5, with the addition of 2% enzyme concentration, for 48 hours, with a stirring speed of 160 rpm. The results of identification with FTIR showed that the spectrum of glucose produced has similarities to the spectrum of glucose standard, especially in the fingerprint region. The identification by the Fehlings test showed positive results for both glucose standard and solution test from hydrolysis results."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Haryani Kusuma
"ABSTRAK
Tesis ini membahas pemanfaatan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) dalam pengolahan limbah cair sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik limbah cair yang dihasilkan sekolah dan efektivitas pengolahannya dengan bantuan tanaman. Parameter yang digunakan untuk menentukan efektivitas pengolahan limbah adalah BOD, TSS, pH, serta minyak dan lemak berdasarkan KepMen LH No. 112 tahun 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum dilakukan pengolahan limbah cair oleh sekolah. Limbah cair yang dihasilkan oleh sekolah sebelum pengolahan melebihi baku mutu untuk parameter BOD5 dan TSS. Limbah cair yang dihasilkan oleh sekolah setelah pengolahan secara biologi menggunakan tanaman eceng gondok kualitasnya mengalami penurunan dan tidak melebihi baku mutu. Fitoremediasi efektif meningkatkan kualitas limbah cair sekolah hingga berada di bawah baku mutu dengan penurunan TSS hingga 96%, kenaikan pH hingga 14 %, dan penurunan BOD5 hingga 91%. Perlakuan paling efektif dalam pengolahan limbah cair dengan eceng gondok adalah dengan 6 daun selama 12 hari.

ABSTRACT
The focus of this thesis is to discusses the use of water hyacinth plants (Eichhornia crassipes(Mart.) Solms.) in wastewater treatment produced by a school. The aim of the study is to analyze the characteristics of the wastewater produced by the school and the effectiveness of phytoremediation process. The parameters used to determine the effectiveness of wastewater treatment is BOD, TSS, pH, and oil and grease based KepMen No. LH. 112 of 2003. The results showed that the treatment has not been done by school. Liquid waste generated by the school prior to processing exceeds the quality standards for parameters BOD5 and TSS. Liquid waste generated by the school after the biological treatment using water hyacinth plant quality declined and did not exceed the standard. Phytoremediation effectively improve the quality of wastewater from school below the standards by up to 96% removal of TSS, pH increase up to 14%, and 91% removal of BOD5. The most effective treatment in this research is the tratment of water hyacinth with 6 leaves for 12 days."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Atikah Anwar
"Situ Agathis merupakan situ yang berada di Universitas Indonesia, Depok. Situ Agathis memiliki tingkat eutrofikasi yang tinggi disebabkan adanya material terlarut seperti nitrogen, fosfor, dan logam berat yang terbawa dari aliran air sistem daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung Cisadane. Eceng gondok merupakan tanaman air yang memiliki kemampuan dalam menyerap logam berat dari perairan dan digunakan dalam teknik fitoremediasi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui parameter pertumbuhan eceng gondok setelah diletakkan selama 14 hari di Situ Agathis. Penelitian ini menggunakan eceng gondok ukuran besar, sedang, dan kecil masing-masing sebanyak 5 individu. Penelitian dilakukan di Situ Agathis, Universitas Indonesia selama 14 hari. Setelah 14 hari, parameter pertumbuhan eceng gondok dari ketiga ukuran diamati dan dianalisis. Hasil menunjukkan bahwa eceng gondok ukuran besar dan sedang mengalami pertumbuhan terlihat dari hasil laju pertumbuhan relatif sebesar 4,18% dan 2,64%. Pertumbuhan tergambarkan melalui pertambahan berat basah, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun. Pertambahan rata-rata jumlah daun pada eceng gondok ukuran besar dan sedang merupakan pertambahan tertinggi dibandingkan parameter lainnya, yaitu pertambahan rata-rata sebesar 29,6 dan 18,4. Sementara, eceng gondok ukuran kecil memiliki hasil laju pertumbuhan relatif negatif yaitu -4,88% karena eceng gondok tidak mengalami pertambahan berat basah, jumlah daun, lebar daun, dan panjang akar.

Agathis lake is located at the University of Indonesia, Depok. Agathis Lake has a high level of eutrophication caused by presence of dissolved materials such as nitrogen, phosporous, and heavy metals which carried from the Ciliwung Cisadane watershed system. Water hyacinth is aquatic plant that has the ability to absorb heavy metals from water and is used in phytoremediation techniques. The purpose of this study was to determine the growth parameters of water hyacinth after 14 days planting in Agathis Lake. This study used 5 individuals of large, medium, and small water hyacinth. The research was conducted at Agathis Lake, Universitas Indonesia for 14 days. After 14 days, the growth parameters of water hyacinth of all three size were observed and analyzed. The results show that water hyacinth experienced growth as seen from the results of the relative growth rate, namely 4.18% and 2.64%. Growth is represented by the increase in the average of wet weight, number of leaves, leaf length, and leaf width in large and medium water hyacinth. The increase in the average number of leaves in large and medium water hyacinths was the highest increase compared to other parameters, namely the average increase of 29.6 and 18.4. Meanwhile, small water hyacinth had a relatively negative growth rate, namely -4.88%, because water hyacinth did not increase in wet weight, leaf number, leaf width, and root length."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Sudjarwo
"[ABSTRAK
Penelitian telah dilakukan mengenai karakteristik Eichhornia crassipes
(Mart.) Solms dan Pistia stratiotes L. pada air limbah domestik serta uji toksisitas
hasil fitoremediasinya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aspek anatomi,
fisiologi dan ekologi E. crassipes dan P. stratiotes serta toksisitas hasil
fitoremediasinya terhadap Dahnia magna L. dan Cyprinus carpio L. Bahan
ditempatkan di outlet kolam anaerob, fakultatif dan maturasi di Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bojongsoang Bandung selama 14 hari dan
sebagai fitoremediator selama 10 hari dengan metode statik. Hasil fitoremediasi
diuji toksisitas akut dan sub akut terhadap D. magna selama 2 hari dan C. carpio
selama 4 hari. Hasil penelitian menunjukkan E. crassipes dan P. stratiotes
sebagian besar menurun pada diameter akar 1,18-2,50 mm, stele 0,37-1,82 mm,
korteks 0,30-0,65 mm, panjang akar 0,05-5,21 cm dan kadar klorofil 0,19-1250,33
mg/L, serta meningkat pada berat basah 93,39-99,49 g, panjang stolon
11,33-15,97 cm, panjang petiola 2,05-3,21 cm dan luas daun 1,12-8,56 cm2;
kelimpahan bakteri nitrifikasi pengoksidasi amonia (AOB) dan bakteri
pengoksidasi nitrat (NOB) meningkat pada rhizosfer E. crassipes. Efisiensi
tertinggi E. crassipes 86,14% fosfat dan 98,41% nitrat dengan retensi terendah
0,3-0,4 hari, serta tertinggi P. stratiotes 96,34% TSS, 97,20% kekeruhan dan
96,70% BOD. Kadar nitrat di akar lebih tinggi dibanding pada daun. Hasil
fitoremediasi menunjukkan toksik rendah, meningkatkan rata-rata telur
12,1-14,7, frekuensi bertelur 0,7 dan awal hari bertelur 3,5-3,6 hari, serta
peningkatan laju konsumsi oksigen 150,8-239,1 mg/g bb/jam C. carpio pada hasil
fitoremediasi E. crassipes. Hasil-hasil tertinggi sebagian besar diperoleh pada air
limbah domestik dari kolam anaerob dan fakultatif. Eichhornia crassipes dan
Pistia stratiotes adaptif pada air limbah domestik, berpotensi tinggi dalam
menurunkan polutan air limbah domestik dengan hasil fitoremediasinya toksik
rendah.;

ABSTRACT
Research has been done on the characteristics of Eichhornia crassipes
(Mart.) Solms and Pistia stratiotes L. in domestic wastewater and
phytoremediation results toxicity test. The study aims to determine anatomy,
physiology and ecology aspect, and the toxicity test of phytoremediation results
against Daphnia magna L. and Cyprinus carpio L. Materials placed on the outlet
in anaerobic, facultative and maturation ponds on Wastewater Treatment Plant
(WWTP) Bojongsoang Bandung for 14 days, and as phytoremediator for 10 days
using static methods. Acute toxicity tests and sub acute phytoremediation results
for D. magna reproduction for 2 days and the rate of oxygen consumption C.
carpio for 4 days. The results showed in E. crassipes and P. stratiotes most of the
decrease in root diameter 1.18-2.50 mm, stele 0.37-1.82 mm, cortex
0.30-0.65 mm, root length 0.05-5.21 cm and chlorophyll content 0.19-1250.33
mg/L, and the increase in wet weight 93.39-99.49 g, stolon length 11.33-15.97
cm, petiole length 2.05-3.21 cm and leaf area 1.12-8.56 cm2; abundance of
nitrifying ammonia oxidizing bacteria (AOB) and nitrate oxidizing bacteria
(NOB) is increased in the rhizosphere of E. crassipes. The highest efficiency of
E. crassipes 86.14% phosphate and 98.41% nitrate, and P. stratiotes 96.34% TSS,
97.20% turbidity and 96.70% BOD, and the lowest retention of 0.3-0.4 days.
Nitrate levels in roots was higher than in the leaves. Domestic wastewater toxicity
test phytoremediation results to D. magna and C. carpio showed low toxic. Subacute
toxicity tests on D. magna reproduction showed increase the average egg
2.1-14.7, the frequency spawn about 0.7 and earlier in the day spawn 3.5-3.6 days,
and increase in the rate of oxygen consumption 150.8-239.1 mg/g w/h C. carpio
on E. crassipes phytoremediation results. The results mostly takes place in the
wastewater from the anaerob and facultative ponds. Eichhornia crassipes and
Pistia stratiotes adaptive in domestic wastewater, high potential in reducing, Research has been done on the characteristics of Eichhornia crassipes
(Mart.) Solms and Pistia stratiotes L. in domestic wastewater and
phytoremediation results toxicity test. The study aims to determine anatomy,
physiology and ecology aspect, and the toxicity test of phytoremediation results
against Daphnia magna L. and Cyprinus carpio L. Materials placed on the outlet
in anaerobic, facultative and maturation ponds on Wastewater Treatment Plant
(WWTP) Bojongsoang Bandung for 14 days, and as phytoremediator for 10 days
using static methods. Acute toxicity tests and sub acute phytoremediation results
for D. magna reproduction for 2 days and the rate of oxygen consumption C.
carpio for 4 days. The results showed in E. crassipes and P. stratiotes most of the
decrease in root diameter 1.18-2.50 mm, stele 0.37-1.82 mm, cortex
0.30-0.65 mm, root length 0.05-5.21 cm and chlorophyll content 0.19-1250.33
mg/L, and the increase in wet weight 93.39-99.49 g, stolon length 11.33-15.97
cm, petiole length 2.05-3.21 cm and leaf area 1.12-8.56 cm2; abundance of
nitrifying ammonia oxidizing bacteria (AOB) and nitrate oxidizing bacteria
(NOB) is increased in the rhizosphere of E. crassipes. The highest efficiency of
E. crassipes 86.14% phosphate and 98.41% nitrate, and P. stratiotes 96.34% TSS,
97.20% turbidity and 96.70% BOD, and the lowest retention of 0.3-0.4 days.
Nitrate levels in roots was higher than in the leaves. Domestic wastewater toxicity
test phytoremediation results to D. magna and C. carpio showed low toxic. Subacute
toxicity tests on D. magna reproduction showed increase the average egg
2.1-14.7, the frequency spawn about 0.7 and earlier in the day spawn 3.5-3.6 days,
and increase in the rate of oxygen consumption 150.8-239.1 mg/g w/h C. carpio
on E. crassipes phytoremediation results. The results mostly takes place in the
wastewater from the anaerob and facultative ponds. Eichhornia crassipes and
Pistia stratiotes adaptive in domestic wastewater, high potential in reducing]"
2014
D1988
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syabita Tofani Haryadi
"Perifiton adalah organisme akuatik yang hidup menempel pada substrat serta sensitif pada perubahan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur komunitas perifiton serta parameter fisika-kimia perairan yang memengaruhi komposisi perifiton. Penelitian dilakukan di Situ Pengarengan, Depok, Jawa Barat dan Laboratorium Ekologi FMIPA UI pada bulan Februari–Mei 2024. Parameter fisika-kimia yang diukur terdiri dari kecerahan, suhu, turbiditas, kecepatan arus, oksigen terlarut (DO), nitrat, fosfat, dan derajat keasaman (pH). Sampel perifiton dicuplik dengan menyikat permukaan tangkai eceng gondok Eichhornia crassipes. Hasil penelitian ditemukan 20 marga perifiton dengan kepadatan perifiton tertinggi berasal dari kelas Cyanophyceae sebesar 25729 plankter/ mm2 dan terendah dari kelas Tubulinea sebesar 45 plankter/mm2. Indeks keanekaragaman perifiton tergolong rendah (H’<1). Indeks kemerataan dan indeks dominansi perifiton menunjukkan penyebaran individu antar marga tidak merata dan terdapat sekelompok marga tertentu yang mendominasi di Situ Pengarengan. Marga yang mendominasi adalah Oscillatoria. Hasil Principal Component Analysis (PCA) menunjukkan parameter oksigen terlarut (DO), kecerahan, kecepatan arus, derajat keasaman (pH) dan suhu memiliki pengaruh yang kuat.

Periphyton are aquatic organisms that live attached to substrates and are sensitive to environmental changes. This research aims to analyze the structure of the periphyton community as well as the physico-chemical parameters of waters that influence periphyton composition. The research was conducted at Situ Pengarengan, Depok, West Java and the FMIPA UI Ecology Laboratory in February–May 2024. The physico-chemical parameters measured consisted of brightness, temperature, turbidity, current velocity, dissolved oxygen (DO), nitrate, phosphate, and degree of acidity (pH). Periphyton samples were sampled by brushing the surface of the water hyacinth stalk Eichhornia crassipes. The results of the research found that 20 periphyton genera with the highest periphyton density came from the Cyanophyceae class of 25729 plankters/mm2 and the lowest from the Tubulinea class at 45 plankters/mm2. The periphyton diversity index is low (H'<1). The evenness index and periphyton dominance index show that the distribution of individuals between clans is uneven and there is a certain group of clans that dominate in Situ Pengarengan. The dominant clan is Oscillatoria. The results of Principal Component Analysis (PCA) show that the parameters of dissolved oxygen (DO), brightness, current velocity, degree of acidity (pH) and temperature have a strong influence."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>