Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163445 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimitry Garry
"Latar Belakang: Obstruksi usus strangulata merupakan masalah kegawatdaruratan yang sering ditemui, mencakup 20% dari total pasien di unit gawat darurat. Obstruksi usus strangulata memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi luaran pascaoperasi obstruksi usus strangulata, dan sebgaian besar berhubungan dengan komplikasi respirasi, infeksi daerah operasi, dan acute kidney injury (AKI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi morbiditas dan mortalitas pascaoperasi pada pasien dengan obstruksi usus strangulata.
Metode: Studi kohort retrospektif dengan menggunakan total sampling dari registrasi Divisi Bedah Digestif dari tahun 2015-2019. Analasis bivariat digunakan dengan menggunakan studi Chi Square, Fisher, Mann Whitney, dan Spearman. Total 133 pasien tercakup di dalam analisis studi.
Hasil: Angka mortalitas obstruksi usus strangulata di RS Cipto Mangunkusumo sebesar 7,5%. Angka kejadian acute kidney injury (AKI) pascaoperasi sebesar 30,1%. Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan luaran morbiditas dan mortalitas, seperti usia pasien, onset strangulata, kondisi sepsis, dan kadar asam laktat serum.
Kesimpulan: Faktor-faktor seperti usia pasien, onset strangulata, kondisi sepsis, dan kadar asam laktat serum berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas pascaoperasi pada pasien dengan obstruksi usus strangulata. Beberapa faktor lain juga berhubungan dengan luaran mortalitas

Background: Strangulated bowel obstruction is common emergency problem, included 20% of total patients registered to emergency department. Strangulated bowel obstruction is serious medical conditioin with high morbidity and mortality. There are many factors influencing postoperative outcome of strangulated bowel obstruction, and most related to respiratory complications, surgical site infection, and acute kidney injury. The objective of this study is to find out which factors contributing to postoperative morbidity and mortality in patients with strangulated bowel obstruction.
Method: A cohort retrospective with total sampling is used from Digestive Surgery Division registry by the year 2015-2019. Bivariate analysis has been done using Chi Square, Fisher, Mann Whitney, and Spearman study. Total of 133 patients were included in the analysis
Result: Mortality rate of strangulated bowel obstruction was 7,5% in Cipto Mangunkusumo Hospital. The acute kidney injury morbidity rate was 30,1%. There are some factors related to the postoperative morbidity and mortality outcome, such as age, strangulation onset, sepsis condition, and lactate acid serum level.
Conclusion: Factors such as age, strangulation onset, sepsis condition, and lactate acid serum level are contributing to postoperative morbidity and mortality outcome in patients with strangulated bowel obstruction. Some of these factors also related to mortality outcome."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endrika Noviandrini
"Uropati obstruksi yang disebabkan karena keganasan merupakan salah satu kasus
yang seringkali ditemukan di bidang urologi. Dilema tersering dalam pemasangan
nefrostomi perkutan ialah pertimbangan terhadap kualitas hidup pasien dan
keuntungannya dalam hal meningkatkan fungsi ginjal pada pasien dengan uropati
obstruksi karena keganasan. Studi ini dibuat untuk mengevaluasi kualitas hidup
pasien yang memakai nefrostomi perkutan sebagai tatalaksana untuk obstruksi ureter
di Rumah Sakit Kanker Dharmais, sebagai rumah sakit rujukan utama kanker.
Sebanyak 33 pasien yang menjalani prosedur pemasangan nefrostomi perkutan dari
periode januari 2019-maret 2019 diikut sertakan sebagai sampel penelitian. Kualitas
hidup pasien dievaluasi menggunakan kuisioner Quality of Life-C30 (EORTC QLQC30)
pada awal sebelum pemasangan dan 1 bulan setelah pemasangan nefrotosmi
perkutan. Skor kualitas hidup awal pada pasien dengan keganasan saluran cerna
berkisar antara 87-103 poin, pada pasien dengan keganasan ginekologi berkisar antara
74-100, dan untuk pasien dengan keganasan saluran kemih berkisar antara 75-100
poin. 1 bulan setelahnya, skor untuk pasien dengan keganasan saluran kemih 87-101
poin, pada keganasan ginekologi 73-104 dan keganasan saluran kemih 70-90. Tidak
ada perbedaan bermakna antara nefrostomi perkutan bilateral maupun unilateral.
Nefrostomi perkutan dapat dipilih sebagai tatalaksana uropati obstruktif yang
disebabkan karena keganasan. Meskipun memberikan dampak pada kualitas hidup
pasien, nefrostomi perkutan memberikan keuntungan dengan memperbaiki fungsi
ginjal pasien.

Obstructive uropathy due to malignancy case has been one of common case found in
urology. The most common dilemma regarding percutaneous nephrostomy is about
patient quality of life and advantages of this procedure in improving kidney function
in patient with uropathy obstructive due to malignancy. This study was made to
evaluate patient quality of life who underwent percutaneous nephrostomy as the
treatment for ureteral obstruction in malignancy case in Dharmais Cancer Hospital
Jakarta, as the main referral cancer hospital in Indonesia. We selected 33 patient who
underwent percutaneous nephrostomy during January 2019- March 2019. Patient
quality of life then being evaluated by using Quality of Life-C30 (EORTC QLQ-C30)
questionnaire before and 1 month after nephrostomy procedure. Quality of Life
(QOL) scoring in patient with digestive cancer before nephrostomy was 87-103
points, 74-100 points for gynecology cancer. And 75-100 points for urinary tract
(bladder) cancer. In one months follow up, study found that the Quality of life score
in patient seems decreased some point in digestive, gyenecology, and urinary tract
malignancies ( 87-101, 73-104, 70-90) respectively. There was no difference in
quality of life in patient with unilateral or bilateral nephrostomy. Nephrostomy might
be chosen as the treatment for uropathy obstructive due to malignancy. Despite it will
give impact in patient quality of life, it showed significant improvement in patient
kidney function."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Indah Prameswari
"ABSTRAK
Pendahuluan: Proses industri banyak menghasilkan limbah industri yang pada akhirnya dapat berdampak terhadap kesehatan, salah satunya adalah polusi udara yang berdampak terhadap kesehatan respirasi. Industri pengolah besi banyak dihubungkan dengan penyakit paru. Banyak komponen dari pengolahan besi yang dapat berpotensi mempengaruhi paru meskipun setiap individu akan merespons secara berbeda bila terkena debu dan gas. Salah satu cara untuk menilai dampak respirasi yaitu dengan menilai keluhan dan faal paru khususnya kelainan obstruksi dari para pekerja pabrik tersebut. Sehingga diperlukan data mengenai profil keluhan respirasi dan kelainan obstruksi saluran napas pada pekerja pabrik besi baja serta mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keluhan respirasi dan kelainan obstruksi saluran napas pada pekerja pabrik besi baja di PT. X Cilegon serta faktor- faktor yang mempengaruhi.Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dilakukan di Medical Check Up RS. Krakatau Medika, Cilegon. Pengambilan sampel dengan consecutive sampling pada pekerja yang telah bekerja ge; 5 tahun di bagian produksi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berdasarkan Epidemiology Standardization Project American Thoracic Society ATS selanjutnya dilakukan pemeriksaan spirometri.Hasil: Dari 112 subjek, hanya 107 subjek yang masuk kriteria inklusi. Berdasarkan wawancara terhadap subjek serta pengisian kuisioner didapatkan subjek yang mengalami keluhan respirasi sebanyak 22 subjek 20,6 meliputi batuk kronik 5 subjek, berdahak kronik 1 subjek, sesak napas 15 subjek serta berdahak kronik dan sesak napas 1 subjek. Berdasarkan pemeriksaan faal paru dengan spirometri pada subjek didapatkan kelainan pada 30 subjek 28,1 . Kelainan obstruksi berupa obstruksi ringan ada 2 subjek 1,9 .Kesimpulan: Keluhan respirasi terbanyak adalah sesak napas tanpa disertai mengi dan hal tersebut berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mendapatkan data bahwa batuk kronik dan berdahak merupakan keluhan respirasi yang terbanyak. Penelitian ini mendapatkan ada hubungan bermakna antara usia, status gizi dan masa kerja dengan keluhan respirasi. Kelainan obstruksi hanya didapatkan pada 2 subjek. Karena prevalens obstruksi hanya sedikit pada penelitian ini sehingga tidak dapat dianalisis lebih lanjut.Kata kunci: faal paru, obstruksi, besi baja "
"
"ABSTRACT
"
Introduction Industry process produces a lot of industry waste which eventually affect human health, for example the air pollution that affecting respiratory health. Steel manufacturing industry is correlated with lung diseases. Many components in steel manufacturing have potency affecting lungs although every individual responding to dusts and gasses is different. One of the methods to evaluate respiratory effect is evaluating symptoms and lung function especially airway obstruction disorders from those company workers. Many data of respiratory symptoms and airway obstruction disorders in iron steel company workers and factors affecting them are needed.Objective This study aims to get information about respiratory symptoms and airway obstruction disorders in X workers of the iron steel company workers in Cilegon as well as factors that affecting them.Method This study uses cross sectional study in Medical Check Up Krakatau Medika Hospital Cilegon. Samples obtained using consecutive sampling method in workers who have worked ge 5 years in production section. Sample collection uses interview based on Epidemiology Standardization Project American Thoracic Society ATS and continued by spirometry measurement.Result From total 112 subjects, only 107 subjects included in inclusion criteria. Based on interview and questionnaire on subjects, there are 22 subjects 20.6 having respiratory symptoms including chronic cough in 5 subjects, chronic sputum production in 1 subject, dyspnea in 15 subjects and having chronic sputum production and dyspnea in 1 subject. Based on lung function measurement with spirometry, there are 30 subjects 28.1 having airway disorders. There are mild airways obstruction in 2 subjects 1.9 .Conclusion The highest respiratory symptoms are dyspnea without wheezing and this finding is different than the previous studies with the result of chronic cough and chronic sputum production as highest respiratory symptoms. This study results in significant relationship among age, nutrition status and working period with respiratory symptoms. Airway obstruction disorders only obtained in 2 subjects. Because of low airway obstruction prevalence in this study, this finding could not be evaluated further.Keywords lung function, airway obstruction, iron steel"
2016
T55582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syafiq
"Irritable bowel syndrome (IBS) is the most common functional disorder of the gastrointestinal tract. As a result of the lack of specific diagnostic testing and absence of circumscribed biology markers of the disease, its diagnosis is based on a myriad of symptoms. The term irritable bowel syndrome was probably first coined in 1944 by Peters and Bargenf. ln 1849, Cumming described the clinical manifestations of Irritable Bowel Syndrome. Irritable bowel syndrome is defined an the basis of the recently modified Rome criteria as the presence of at least l2 weeks (not necessarily consecutive) of abdominal discomfort or pain in the preceding l2 months that cannot be explained by structural or biochemical abnormalities, and that has at least two of the following three features: pain relieved with defecation, an onset associated with a change in the frequency of bowel movements (diarrhea or constipation), or an onset associated with a change inform of stool (loose, watery, or pellet-like). The syndrome can be divided into three subcategories according to the Modmed Rome criteria ll; those with a predominant symptom of diarrhea, constipation, or constipation alternating with diarrhea. There are Several criteria for irritable bowel syndrome, one of which is the Manning criteria applied in many epidemiological and clinical studies to identify irritable bowel syndrome. However, many investigators disagree with this criteria due to a seemingly poor validity in men. In an attempt to bring order to the specialty, consensus-based approach is adopted by a group of international experts, which led to the development ofthe Rome criteria for irritable bowel syndrome (Table l). Extra-intestinal symptoms, including headache, backache, urinary and gynecologic symptoms, and fatigue, are more common in the constipation-predominant subgroup"
Jakarta: The Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy, 2003
IJGH-4-1-Apr2003-14
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudianita Kesuma
"

Irritable Bowel Syndrome (IBS) merupakan penyakit terbanyak pada anak dan remaja pada gangguan saluran cerna fungsional dengan subtipe diare, konstipasi, campuran dan unclassified. Mekanisme patofisiologi belum jelas dan memerlukan pembuktian adanya keterlibatan organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui epidemiologi IBS, peran infestasi Blastocystis hominis dan integritas mukosa usus dalam etiopatogenesis IBS, dampak IBS terhadap kualitas hidup, serta membuat sistem model prediksi IBS pada remaja.

Penelitian ini berbasis komunitas dengan pendekatan potong lintang komparatif dua kelompok pada remaja dari enam SMA di Palembang. Kriteria Roma III digunakan untuk menegakkan diagnosis IBS beserta kuesioner untuk menentukan faktor risiko. Secara multistage random sampling dibandingkan 70 subjek IBS dan 70 subjek nonIBS. Dilakukan pencatatan riwayat medis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan parasit dan biomarker tinja serta kuesioner IBSQOL. Pemeriksaan tinja segar dengan mikroskop untuk mengetahui infestasi Blastocystis hominis. Pemeriksaan kadar alfa-1 antitripsin dan kalprotektin tinja dengan ELISA untuk melihat adanya gangguan integritas mukosa usus. Dampak IBS terhadap kualitas hidup dinilai dengan kuesioner IBSQOL.

Terdapat  454 subjek dengan prevalens IBS 30,2%, terdiri dari subtipe terbanyak yaitu subtipe diare 36,5%, dan yang paling sedikit subtipe konstipasi 18,9%. Uji regresi logistik mendapatkan faktor risiko utama IBS adalah dibully, perempuan, usia 14–16 tahun, riwayat konstipasi, makan tiga jenis kacang, minuman kemasan, dan riwayat diare (kisaran OR 2,86–1,81). Blastocystis hominis ditemukan pada masing-masing grup sebesar 51,4 vs. 28,6%, dengan perbedaan bermakna (p = 0,006). Tidak ada hubungan bermakna untuk kerusakan mukosa (p = 0,734), tetapi bermakna dengan inflamasi usus (p = 0,039). Terbukti IBS secara bermakna menyebabkan rendahnya kualitas hidup (p = 0,001). Didapatkan 2 model prediksi skoring, yaitu model 1 yang dapat diaplikasikan pada layanan kesehatan primer yang bertujuan sebagai uji tapis dengan menilai faktor risiko. Model 2 diperuntukkan sebagai layanan terapi terkait infestasi Blastocystis pada layanan kesehatan tersier.

Simpulan, prevalens IBS pada remaja di Palembang tinggi dan memiliki faktor risiko utama dibully, perempuan, usia 14–16 tahun, riwayat konstipasi, makan 3 jenis kacang, minuman kemasan, riwayat diare. Terdapat hubungan yang bermakna antara Blastocystis hominis dan inflamasi usus dengan kejadian IBS pada remaja, serta dampaknya terhadap kualitas hidup membutuhkan penanganan yang komprehensif.

Kata kunci: Blastocystis hominis, integritas mukosa usus, irritable bowel syndrome, kualitas hidup, remaja


Irritable Bowel Syndrome (IBS) is a functional gastrointestinal disorder and commonly present in children and adolescences, presented as diarrhoea, constipation, mixed or unclassified type. The pathophysiological mechanisms of  IBS are unclear, and still challenging to determine organic disorders. The aim of this study was to investigate the epidemiology of IBS, the role of Blastocystis hominis infestation and intestinal mucosal integrity in the etiopathogenesis of IBS, the impact of quality of lifes, and apply a scoring system to predict the occurrence of IBS among adolescences.

A community-based survey with comparative cross sectional approach was done from six high schools in Palembang. Subjects were recruited using the multistage random sampling divided into two groups (70 subjects IBS and 70 subjects nonIBS). The Rome III criteria were used to establish a diagnosis of IBS along with a questionnaire to determine risk factors,  analyzed for association with Blastocystis hominis infestation, intestinal mucosal integrity, and its impact on quality of life. Direct microscopic stool examination to identify single Blastocystis infection was performed, followed by culture in Jones’ medium, PCR and Sequencing of 18S rRNA to determine Blastocystis subtype. Examination of antitrypsin alpha-1 and fecal calprotectin levels by ELISA was done  to determine impaired intestinal mucosal integrity. Impact of IBS on quality of life was done with the IBSQOL questionnaire.

Of the 454 subjects, the prevalence of IBS was 30.2%, consisting of diarrhea subtypes 36.5%, 21.9% mixed, 22.6% Unclassified and 18.9% constipation. The major risk factors for IBS were bullying, girls, ages 14–16 years, history of constipation, eat three kinds of nuts, drink beverages, and history of diarrhea (range OR 2.86–1.81). Blastocystis hominis was detected in each group of 51.4 vs. 28.6% (p = 0.006). There was no significant association for intestinal mucosal permeability (p = 0.734), but it was significant with intestinal inflammation (p = 0.039). Significant impairment of quality of life among IBS adolescences was found (p = 0.001). The IBS prediction score model had 2 models. Model 1 is more applicable in primary health care for sreening IBS based on risk factors. Model 2 only usable for tertiary health care, as management of Blastocystis infestation.

Conclusion, the prevalence IBS among adolescence was high with major risk factors to IBS consisted of bullying, female gender, age between 14–16 years, previous illness of constipation, diet three nuts, drink beverages, previous illness diarrhoea. Significant association with Blastocystis hominis infestation, intestinal inflammation were found, comphrehensive management is needed as for its impact on quality of life.

Keywords. Blastocystis hominis, intestinal integrity, irritable bowel syndrome,   quality of life, Adolescences

 

"
2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruswhandi
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah suatu studi untuk menentukan apakah M2 Piruvat Kinase
dapat dipakai dalam menapis radang usus. Metode penelitian yang digunakan
adalah uji diagnostik. Pada penelitian ini direkrut sampel sebanyak 76 orang dan
dilakukan pemeriksaan kolonoskopi sebagai baku emas dan pemeriksan M2-PK
feses sebagai pemeriksaan yang diuji.
Dari hasil penelitian ini didapatkan peran penting M2 Piruvat Kinase untuk
menapis radang usus dengan nilai titik potong 1,05 U/ml dibandingkan dengan
kolonoskopi sebagai baku emas dengan sensitivitas 86,2 %, spesifisitas 81,8%,
nilai duga positif 96,6% dan nilai duga negatif 50%. Pemeriksaan M2 Piruvat
Kinase disarankan dari hasil studi ini untuk menapis radang usus pada pasien
dengan masalah saluran cerna bagian bawah.

ABSTRACT
This is a study to evaluate possibility of M2-PK can be applied as a tool to screen
of organic bowel inflammatory. Diagnostic test was used as a methode. In this
study 76 patient was recruited, colonoscopy was done as a gold standard and M2-
PK faeces test was performed as a diagnostic test.
As the result of this study, there is an important role of M2-PK test to screen
organic bowel inflammatory with cut off point >= 1.05 U/mL compared to
colonoscopy as a gold standard with sensitivity 86.2%, specificity 81,8%, positive
predictive value 96,6% and negative predictive value 50%. By this test result, it is
strongly recommended to performed M2-PK faeces test to screen organic bowel
inflammatory."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Upper airway obstruction is an emergency condition that needs to be addressed immediately in order to prevent the consequent irreversible complication. The etiology of obstruction may vary depending on the patient's age ..."
UI-IJCHEST 2:3 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Hanifah
"Infeksi parasit usus sering terdapat pada anak usia sekolah terutama di lokasi padat populasi dengan sanitasi kurang baik. Penelitian ini dilakukan di Pesantren X, Jakarta Timur dengan tujuan mengetahui prevalensi infeksi parasit usus dan hubungannya dengan karakteristik santri. Penelitian cross sectional ini dilakukan pada semua santri (n=162). Data diambil pada tanggal 20-21 Januari 2011, diolah dengan SPSS 17.0 serta dianalisis dengan uji chi square dan uji fisher exact test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24% (39 responden) terinfeksi parasit usus, yakni A.lumbricoides (2,7%), T.trichiura (2,7%), B.hominis (75,6%), G.lamblia (10,8%), E.coli (2,7%), dan H.nana (2,7%). Responden paling banyak berusia 11-15 tahun (74 orang atau 45,7%), perempuan (92 orang atau 56,8%), tingkat pendidikan tsanawiyah (74 orang atau 45,7%), memiliki informasi mengenai parasit usus (149 orang atau 92%) dan informasi berasal lebih dari tiga sumber (74,4%).
Pada uji chi square tidak terdapat perbedaan bermakna antara prevalensi infeksi parasit usus dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jumlah sumber informasi. Pada uji fisher?s exact tidak didapatkan hubungan antara prevalensi parasit usus dengan kepemilikan informasi. Kesimpulannya, prevalensi infeksi parasit usus tidak berhubungan dengan karakteristik santri dalam aspek usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kepemilikan informasi, dan jumlah sumber informasi.

Intestinal parasitic infections often occur among school children especially who live in densely populated locations with poor sanitation. Intestinal parasitic infections may have a bad side effect on children's growth. This research was done in Pesantren X, East Jakarta to determine the prevalence of intestinal parasitic infection and it?s association with the characteristic of santri. This cross sectional research used all students (santri) as respondent (n=162). Data acquisition took at 20-21 of January 2011. The data processed by SPSS 17.0 and its analyzed by chi Square test and fisher exact test.
The result showed 39 respondents (24%) have been infected by intestinal parasites namely, A.lumbricoides (2,7%), T.trichiura (2,7%), B.hominis (75,6%), G.lamblia (10,8%), E.coli (2,7%), and H.nana (2,7%). Most respondents are 11-15 years old (74 persons or 45,7%), girls (92 persons or 56,8%). The level of education mostly from tsanawiyah (74 persons or 45,7%), already had knowledge about intestinal parasitic infection, (149 persons or 92%) and the information was gotten from more than three different sources (74,4%).
Based on chi square test, there was no statically significant difference between prevalence of intestinal parasitic infection and age, sex, level of education, and quantity of knowledge source. Based on fisher?s exact test, there was no statically significant difference between the level of intestinal parasitic infection and the knowledge. In conclusion, there was no association between prevalence of intestinal parasitic infection and age, sex, level of education, knowledge, and quantity of the knowledge source.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gibbons, De Lamar
Australia: Vanguard Press, 1996
616.342 GIB c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dekta Filantropi Esa
"Latar Belakang. Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) memiliki gejala gangguan saluran pencernaan yang tidak dapat diprediksi, tidak menyenangkan, dan kerap kali menimbulkan rasa malu bagi penderitanya. Berbagai ketidaknyamanan tersebut dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup pasien IBD hingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas di masa depan. Perlu instrumen yang sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keandalan dan kesahihan Inflammatory Bowel Disease Questionnaires-9 (IBDQ-9) versi bahasa Indonesia untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Metode. Instrumen asli IBDQ-9 diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris lalu dikonfirmasi kepada pemilik instrumen. Kemudian dilakukan uji kesahihan isi dengan Content Validity Index (CVI). Studi potong lintang dengan populasi terjangkau pasien dewasa IBD di Poliklinik Gastroenterologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan November 2022 yang berusia 18-59 tahun, telah mengalami IBD minimal 2 minggu dan bersedia untuk menandatangani
informed consent sebagai responden penelitian. Perbandingan skor total IBDQ-9 dengan SF-36 versi Indonesia dinilai dengan uji korelasi Spearman lalu uji keandalan dengan menentukan alfa Cronbach dan Intraclass Correlation Coefficient (ICC).
Hasil. Sebanyak 124 pasien IBD dianalisis dengan uji Spearman menunjukkan korelasi yang tinggi dan signifikan antara IBDQ-9 dengan SF-36 (r=0,769 dan p<0,001). IBDQ-9 versi bahasa Indonesia memiliki nilai alfa Cronbach versi bahasa Indonesia sebesar 0,883 dan nilai ICC yang baik juga sebesar 0,883 (IK95% 0,849-0,912).
Kesimpulan. Instrumen IBDQ-9 versi Bahasa Indonesia sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD di Indonesia.

Latar Belakang. Penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) memiliki gejala gangguan saluran pencernaan yang tidak dapat diprediksi, tidak menyenangkan, dan kerap kali menimbulkan rasa malu bagi penderitanya. Berbagai ketidaknyamanan tersebut dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup pasien IBD hingga meningkatkan morbiditas dan mortalitas di masa depan. Perlu instrumen yang sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keandalan dan kesahihan Inflammatory Bowel Disease Questionnaires-9 (IBDQ-9) versi bahasa Indonesia untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD.
Metode. Instrumen asli IBDQ-9 diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan diterjemahkan kembali ke bahasa Inggris lalu dikonfirmasi kepada pemilik instrumen. Kemudian dilakukan uji kesahihan isi dengan Content Validity Index (CVI). Studi potong lintang dengan populasi terjangkau pasien dewasa IBD di Poliklinik Gastroenterologi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta pada bulan November 2022 yang berusia 18-59 tahun, telah mengalami IBD minimal 2 minggu dan bersedia untuk menandatangani
informed consent sebagai responden penelitian. Perbandingan skor total IBDQ-9 dengan SF-36 versi Indonesia dinilai dengan uji korelasi Spearman lalu uji keandalan dengan menentukan alfa Cronbach dan Intraclass Correlation Coefficient (ICC).
Hasil. Sebanyak 124 pasien IBD dianalisis dengan uji Spearman menunjukkan korelasi yang tinggi dan signifikan antara IBDQ-9 dengan SF-36 (r=0,769 dan p<0,001). IBDQ-9 versi bahasa Indonesia memiliki nilai alfa Cronbach versi bahasa Indonesia sebesar 0,883 dan nilai ICC yang baik juga sebesar 0,883 (IK95% 0,849-0,912).
Kesimpulan. Instrumen IBDQ-9 versi Bahasa Indonesia sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien dengan IBD di Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>