Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139452 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafrian Adi Rahmanto
"Baja SM570-TMC merupakan baja berkekuatan tinggi, kerap disambung dengan menggunakan pengelasan fusi yang memiliki pegaruh panas dan akan berdampak kepada sifat penyambungan sehingga akan mempengaruhi performa hasil pengelasan. Oleh karena itu, pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masukan panas terhadap kemampuan las baja berkekuatan tinggi. Proses pengelasan pada penelitian ini menggunakan material baja SM570-TMC dengan ukuran dimensi 370mm x 300mm x 16mm yang sebelumnya telah dilakukan pengujian komposisi kimia untuk memastikan baja SM570-TMC sesuai dengan standar. Desain sambungan yang digunakan adalah Butt Weld, dengan metode proses pengelasan Flux Cored Arc Welding (FCAW), pada posisi las 1G (datar) serta menggunakan gas pelindung 100% CO2 dan kawat las E81 T1-N1 MJH. Selanjutnya hasil pengelasan dilakukan pengujian mekanik dan pengamatan struktur mikro pada daerah HAZ yang akan berpengaruh pada sifat mekanik hasil pengelasan. Pengujian mekanik yang dilakukan diantaranya adalah pengujian impak dengan standard ASTM E23, pengujian kekerasan vickers dengan standar ASTM E92, pengujian tarik dengan standar ASTM E8. Pengamatan struktur mikro pada HAZ dan kampuh las menggunakan Mikroskop Optik standar ASTM E3-11, dan Scanning Electron Microscope (SEM) memberikan informasi berupa unsur dari fasa pada bagian kampuh las dalam material uji serta Optical Emission Spectroscopy (OES) untuk mengetahui penyebaran Ni sebagai pembentuk ferit asikular pada daerah kampuh las. Pengelasan baja SM570-TMC dengan menggunakan metode FCAW dan kawat las E81N1yang mengandung 1% Ni pada masukan panas 1 kj/mm dan 2 kj/mm cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian X-ray radiografi yang tidak menunjukan cacat las, hasil pengujian tarik yang menunjukan kekuatan pada kampuh las cukup baik sehingga terjadi perpatahan pada logam induk, hasil pengamatan struktur makro menunjukan logam pengisi dan logam fusi dengan baik. Terdapat ferit asikular akan meningkatkan kemampuan las pada baja SM570-TMC.

SM570-TMC is high strength steel, often connected using fusion welding which has a heat effect and will have an impact on the nature of the connection so that it will affect the performance of the welding results. Therefore, this study aims to determine the effect of heat input on high strength steel weld ability. The welding process in this study uses steel material SM570-TMC with dimensions of 370mm x 300mm x 16mm which have been tested for chemical composition to ensure the SM570-TMC steel is in accordance with the standards. The connection design used is Butt Weld, with the welding process method of Flux Cored Arc Welding (FCAW), in 1G (flat) welding position and using 100% CO2 shielding gas and MJH E81 T1-N1 welding wire. Furthermore, the welding results were subjected to mechanical testing and observation of microstructure in the HAZ region which would affect the mechanical properties of the welding results. Mechanical tests include the impact testing with the ASTM E23 standard, testing Vickers hardness with the ASTM E92 standard, tensile testing with the ASTM E8 standard. Microstructure observations on HAZ and weld metal using the ASTM E3-11 standard Optical Microscope, and scanning electron microscope (SEM) provide information in the form of phase elements in the Weld Metal section in the test material and optical emission spectroscopy (OES) to determine Ni propagation as forming Acicular Ferrite in the Weld Metal section. Welding steel SM570-TMC using the FCAW method and E81N1 welding wire containing 1% Ni in the 1kj / mm heat input and 2kj / mm is good enough. This is evidenced by the results of X-ray radiographic testing that does not show defects, the tensile test results that show strength in the weld metal are good enough so that fracture occurs on the base metal, observations of macro structures show fusion fillers and base metals well. The presence of acicular ferrite will increase the weldability of the SM570-TMC steel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafrian Adi Rahmanto
"Baja SM570-TMC merupakan baja berkekuatan tinggi, kerap disambung dengan menggunakan pengelasan fusi yang memiliki pegaruh panas dan akan berdampak kepada sifat penyambungan sehingga akan mempengaruhi performa hasil pengelasan. Oleh karena itu, pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh masukan panas terhadap kemampuan las baja berkekuatan tinggi. Proses pengelasan pada penelitian ini menggunakan material baja SM570-TMC dengan ukuran dimensi 370mm x 300mm x 16mm yang sebelumnya telah dilakukan pengujian komposisi kimia untuk memastikan baja SM570-TMC sesuai dengan standar. Desain sambungan yang digunakan adalah Butt Weld, dengan metode proses pengelasan Flux Cored Arc Welding (FCAW), pada posisi las 1G (datar) serta menggunakan gas pelindung 100% CO2 dan kawat las E81 T1-N1 MJH. Selanjutnya hasil pengelasan dilakukan pengujian mekanik dan pengamatan struktur mikro pada daerah HAZ yang akan berpengaruh pada sifat mekanik hasil pengelasan. Pengujian mekanik yang dilakukan diantaranya adalah pengujian impak dengan standard ASTM E23, pengujian kekerasan vickers dengan standar ASTM E92, pengujian tarik dengan standar ASTM E8. Pengamatan struktur mikro pada HAZ dan kampuh las menggunakan Mikroskop Optik standar ASTM E3-11, dan Scanning Electron Microscope (SEM) memberikan informasi berupa unsur dari fasa pada bagian kampuh las dalam material uji serta Optical Emission Spectroscopy (OES) untuk mengetahui penyebaran Ni sebagai pembentuk ferit asikular pada daerah kampuh las. Pengelasan baja SM570-TMC dengan menggunakan metode FCAW dan kawat las E81N1yang mengandung 1% Ni pada masukan panas 1 kj/mm dan 2 kj/mm cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian X-ray radiografi yang tidak menunjukan cacat las, hasil pengujian tarik yang menunjukan kekuatan pada kampuh las cukup baik sehingga terjadi perpatahan pada logam induk, hasil pengamatan struktur makro menunjukan logam pengisi dan logam fusi dengan baik. Terdapat ferit asikular akan meningkatkan kemampuan las pada baja SM570-TMC.

SM570-TMC is high strength steel, often connected using fusion welding which has a heat effect and will have an impact on the nature of the connection so that it will affect the performance of the welding results. Therefore, this study aims to determine the effect of heat input on high strength steel weld ability. The welding process in this study uses steel material SM570-TMC with dimensions of 370mm x 300mm x 16mm which have been tested for chemical composition to ensure the SM570-TMC steel is in accordance with the standards. The connection design used is Butt Weld, with the welding process method of Flux Cored Arc Welding (FCAW), in 1G (flat) welding position and using 100% CO2 shielding gas and MJH E81 T1-N1 welding wire. Furthermore, the welding results were subjected to mechanical testing and observation of microstructure in the HAZ region which would affect the mechanical properties of the welding results. Mechanical tests include the impact testing with the ASTM E23 standard, testing Vickers hardness with the ASTM E92 standard, tensile testing with the ASTM E8 standard. Microstructure observations on HAZ and weld metal using the ASTM E3-11 standard Optical Microscope, and scanning electron microscope (SEM) provide information in the form of phase elements in the Weld Metal section in the test material and optical emission spectroscopy (OES) to determine Ni propagation as forming Acicular Ferrite in the Weld Metal section. Welding steel SM570-TMC using the FCAW method and E81N1 welding wire containing 1% Ni in the 1kj / mm heat input and 2kj / mm is good enough. This is evidenced by the results of X-ray radiographic testing that does not show defects, the tensile test results that show strength in the weld metal are good enough so that fracture occurs on the base metal, observations of macro structures show fusion fillers and base metals well. The presence of acicular ferrite will increase the weldability of the SM570-TMC steel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trian Wahyu Ananda
"Pembangunan infrastruktur yang saat ini sedang berlangsung, banyak menggunakan material baja berkekuatan tinggi sebagai material utama dalam membangun infrastruktur-infrastruktur tersebut. Seperti contoh penggunaan baja SM570 untuk struktur jalan tol layang, dimana proses penyambungan antar struktur baja tersebut digunakan proses pengelasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kandungan nikel dalam kawat las terhadap struktur mikro dan sifat mekanik hasil pengelasan flux-cored arc welding baja SM570.
Penelitian ini menggunakan baja SM570-TMC sebagai bahan uji dengan dimensi 370mm (p) x 300mm (l) x 16mm (t). Pengelasan dilakukan menggunakan metode FCAW dengan gas pelindung CO2 (100%), dengan desain sambungan butt joint (V groove), posisi las 1G, dan variabel kandungan nikel kawat las 0,4%, 1%, dan 1,5%. Pengamatan metalografi dilakukan untuk melihat struktur mikro yang terbentuk pada kampuh las, HAZ, dan logam induk. Radiografi untuk melihat ada tidaknya cacat setelah pengelasan. Sedangkan untuk mengetahui sifat mekanis hasil lasan dilakukan pengujian kekerasan untuk melihat distribusi kekerasan pada kampuh las, HAZ, dan logam induk, uji tarik, uji ketangguhan impak Charpy pada variabel suhu 25°C, 0°C dan -20°C dan uji komposisi menggunakan OES, SEM/EDX.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekerasan tertinggi terdapat pada kandungan nikel 1% dengan nilai kekerasan 228 HV, diikuti oleh 1,5% (217 HV) dan 0,4% (193 HV). Kekuatan tarik tertinggi juga terdapat pada kandungan nikel 1% dengan 585 MPa, diikuti oleh 0,4% (578,5 MPa) dan 1,5% (575,5 MPa). Ketangguhan impak tertinggi juga terdapat pada kandungan nikel 1% (25°C = 186 J, 0°C = 171,5 J dan -20°C = 155 J), diikuti oleh 0,4% (178 J; 162,5 J; 127 J) dan 1,5% (108,5 J; 106,3 J; 77,9 J).

The highway and underway infrastructure development use high strength steel (HSS) as the main material in building these infrastructure. As an example SM570 steel for the structure of elevated toll roads, where the joining process between steel structures is used the welding process. Therefore, this study was conducted to determine how the effects of nickel content on welding wire to microstructure and mechanical properties in flux-cored arc welding SM570-TMC steel.
This study uses SM570 steel as a test material with dimensions of 370mm (p) x 300mm (l) x 16mm (t). Welding is carried out using the FCAW method with CO2 shielding gas (100%), with a butt joint (V groove) connection design, 1G (flat) welding position, and nickel welding wire variable 0,4%, 1% and 1,5%. Metallographic observations were carried out to see the microstructure formed in the weld metal, HAZ, and base metal. Whereas to determine the mechanical properties of welds, a micro hardness test was used to see the hardness distribution on weld metal, HAZ, and base metal. Radiography to see defects after welding process. The others are tensile test, impact toughness test at temperature variable 25°C, 0°C, and -20°C and composition test (using OES, SEM/EDX).
The test results show that the highest value of hardness occurs in the welding wire containing 1% (228 HV), followed by 1,5% (217 HV) and 0,4% (193 HV). Highest value of tensile strength also occurs in the welding wire containing 1% (585 MPa), followed by 0,4% (578,5 MPa) and 1,5% (575,5 MPa). Highest value of impact toughness also occurs in the welding wire containing 1% (25°C = 186 J, 0°C = 171,5 J and -20°C = 155 J), followed by 0,4% (178 J; 162,5 J; 127 J) and 1,5% (108,5 J; 106,3 J; 77,9 J).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Yuhandri
"Dewasa ini penggunaan baja berkekuatan tinggi semakin meningkat terutama dalam sektor konstruksi dan infrastruktur. Baja berkekuatan tinggi yang diproduksi melalui thermo-mechanical control process memiliki kombinasi kekuatan dan ketangguhan yang sangat baik. Namun proses pengelasan yang dilakukan untuk menyambung baja mengakibatkan terjadinya perubahan sifat mekanik pada sambungan las. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variasi komposisi nikel pada kawat las dan masukan panas terhadap struktur mikro dan sifat mekanik baja kekuatan tinggi yang dilas dengan metode pengelasan busur rendam (SAW). Material yang digunakan pada penelitian ini adalah pelat baja struktural berkekuatan tinggi, SM570-TMC, yang memiliki kekuatan luluh 460 MPa, kekuatan tarik 570 MPa dan ketebalan 12 mm. Disain sambungan dari pelat baja ini adalah butt joint dengan single v-groove sebesar 30 derajat, root gap sebesar 5 mm. Pelat baja ini dilas dengan variabel masukan panas berbeda (2,2 kJ dan 3 kJ), dengan menggunakan tiga jenis kawat las yang masing-masing memiliki kandungan nikel 0%, 1%, dan 2,1%. Pengamatan struktur mikro dilakukan menggunakan mikroskop optik dan scanning electron microcopy (SEM). Struktur mikro area kampuh las untuk semua sambungan terdiri dari polygonal ferrite (PF), side plate ferrite (SPF), grain boundary ferrite (GBF) dan acicular ferrite (AF). Area HAZ mengalami pertumbuhan butir yang ditandai dengan ukuran butir yang lebih besar dari kampuh las dan logam dasar. Pada pengelasan dengan masukan panas tinggi, ukuran butir HAZ lebih besar dari ukuran butir dengan masukan panas rendah. Uji tarik, ketangguhan impak dan kekerasan mikro dilakukan untuk menentukan sifat mekanik hasil pengelasan. Pengujian ketangguhan impak dilakukan pada temperatur 25oC, 0oC dan - 20oC.

Nowadays the demand for high strength low alloy steel (HSLA) utilization is increasing. HSLA steel produced by thermo-mechanical controlled process (TMCP) has a good combination of strength and toughness. However, thermal cycles during welding lead to deterioration of mechanical properties of welded joint. This research aims to determine the effect of nickel content difference in welding wire and heat input on microstructure and mechanical properties of HSLA steel welded by submerged arc welding method (SAW). Material used in this research is HSLA steel plate SM570-TMC, which has yield strength 460 MPa, tensile strentgh 570 MPa and thickness 12 mm. Joint design is butt joint with 30-degree single v-groove and 5 mm root gap. The plates are welded with the heat input variable (2,2 kJ dan 3 kJ), using three different electrodes which have different nickel content (0%, 1%, dan 2.1%). Microstructures were observed using optical microscope and scanning electron microcopy (SEM). Microstructure in weld metal consist of polygonal ferrite (PF), side plate ferrite (SPF), grain boundary ferrite (GBF) and acicular ferrite (AF). HAZ microstructure is coarser than weld metal and base metal due to grain growth. In high heat input welding, HAZ grain size is higher than HAZ in low heat input joint. Tensile test, Impak test and hardness test were utilized to measure the mechanical properties of welded joint. Impact tests were done in weld metal and HAZ area at temperature of 25oC, 0oC and -20oC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Arief Setiyanto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan nikel dalam elektroda terhadap sifat mekanis dan mikrostruktur pengelasan baja pelat SM570TMC dan AH36. Pengelasan material tersebut menggunakan metode Flux Cored Arc Welding (FCAW) dengan kawat las yang memiliki kandungan nikel 0%, 1%, dan 1,5%. Hasil dari pengelasan diteliti dengan pengujian tak rusak (MPT, UT) dan rusak (Hardness Vickers, impact charpy, pengamatan mikrografi (makro, mikro, SEM, EDS, OES)). Pengujian dilakukan pada area base metal (BM), Heat Affected Zone (HAZ) dan Weld Metal (WM). Pengujian impact charpy dilakukan pada temperatur 250C, 00C, dan -200C. Pengujian NDT tidak mempengaruhi kualitas lasan. Hasil pengujian kekerasan pada penambahan 1% nikel material AH36 maksimum sebesar 190 HV dan minimum 163 HV sedangkan untuk material SM570TMC maksimum sebesar 172 HV dan minimum 154 HV. Material AH36 mempunyai nilai ketangguhan impak pada temperatur 00C sebesar 280 J dan pada temperatur-200C sebesar 200 J diarea HAZ. Material SM570TMC nilai ketangguhan impak sebesar 385 J pada temperatur 00C dan 276 J pada temperatur -200C diarea HAZ. Dengan penambahan 1% nikel menunjukkan dalam pengamatan mikro menghasilkan butiran yang lebih halus bila dibandingkan penambahan nikel 0 dan 1,5% sehingga mampu meningkatkan nilai ketangguhannya pada material AH36 dan SM570TMC terutama pada temperatur 00Cdan -200C.

This study aims to determine the effect of nickel content in electrodes on the mechanical and microstructure properties of welding steel plates SM570TMC and AH36. Welding of the material uses the method of Flux Cored Arc Welding (FCAW) with welding wire which has a nickel content of 0%, 1%, and 1.5%. The results of welding were examined by non-destructive testing (MPT, UT) and damaged (Vickers Hardness, charpy impact, micrographic observations (macro, micro, SEM, EDS, OES)). Tests were carried out on the base metal area (BM), Heat Affected Zone (HAZ) and Weld Metal (WM). Charpy impact testing is carried out at temperatures of 250C, 00C, and -200C. NDT testing does not affect weld quality. The hardness test results on the addition of 1% nickel AH36 material to a maximum of 190 HV and a minimum of 163 HV while the SM570TMC material is a maximum of 172 HV and a minimum of 154 HV. AH36 material has an impact toughness value at a temperature of 00C of 280 J and at a temperature of -200C of 200 J at HAZ area. Material of SM570TMC impact resistance value was 385 J at temperatures of 00C and 276 J at -200C at HAZ. With the addition of 1% nickel, the micro-observation produced finer grains when compared to the addition of 0 and 1.5% nickel so as to increase the toughness value of AH36 and SM570TMC materials, especially at temperatures of 00C and -200C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53143
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Oktadinata
"Baja SM570-TMC untuk aplikasi struktural membutuhkan kekuatan, ketangguhan, dan umur fatik tinggi. Namun pengelasan fusi pada baja ini dapat menyebabkan ketangguhan turun dan muncul tegangan sisa yang disinyalir sebagai salah satu penyebab kegagalan pada sambungan las. Beberapa hasil penelitian menunjukkan penambahan sedikit nikel dapat meningkatkan ketangguhan impak weld metal (WM) namun sifatnya kondisional sehingga masih perlu penelitian lebih lanjut. Disisi lain, untuk mengantisipasi kegagalan akibat tegangan sisa maka penting mendeteksi keberadaan tegangan sisa dan mengukur nilainya meskipun tidak mudah. Difraksi neutron adalah metode pengukuran tegangan sisa yang paling maju, namun teknik ini belum banyak dieksplorasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh nikel terhadap struktur mikro, ketangguhan impak dan tegangan sisa pada hasil pengelasan multi-pass baja SM570-TMC. Metode pengelasan busur inti fluks (FCAW) dan kawat las mengandung nikel 0,4%, 1%, dan 1,5% digunakan untuk fabrikasi sampel las LNi-04, LNi-10 dan LNi-15. Struktur mikro diobservasi menggunakan mikroskop optik, scanning electron microscope (SEM), energy dispersive x-ray spectroscopy (EDS), dan electron probe micro analyzer (EPMA). Ketangguhan impak diuji pada temperatur 25 °C, 0 °C, dan -20 °C. Tegangan sisa di sekitar sambungan las diukur menggunakan teknik difraksi neutron di kedalaman 3 mm dan 8 mm pada tiga arah sumbu: normal, transversal dan longitudinal.
Hasil pengamatan struktur mikro menunjukkan kehadiran acicular ferrite (AF) di LNi-10 lebih dominan dibandingkan LNi-04 dan LNi-15. AF ditemukan ternukleasi pada oksida kompleks yang tersusun atas Ti-Si-Al-Mn-Mg-O berukuran 1-2 μm. Keberadaan AF berperan menghasilkan ketangguhan impak tinggi pada sampel LNi-10. Ketangguhan impak LNi-04 sedikit lebih rendah dari LNi-10, sedangkan ketangguhan impak LNi-15 paling rendah karena sedikitnya AF dan segregasi mikro. Hasil pengukuran tegangan sisa pada LNi-10 dan LNi-04 menunjukkan tegangan sisa di WM LNi-10 lebih tinggi daripada LNi-04. Penambahan nikel hingga 1% di WM meningkatkan kekuatan dan ketangguhan, namun tegangan sisa naik karena meningkatnya solid solution strengthening. Kedua sampel LNi-04 and LNi-10 menunjukkan tegangan sisa longitudinal lebih tinggi dibandingkan normal dan transversal. Tegangan sisa longitudinal maksimum LNi-10 ditemukan di WM, sementara pada LNi-04 terdeteksi di HAZ. Tegangan sisa longitudinal pada kedalaman 8 mm dari permukaan lebih rendah dibandingkan pada kedalaman 3 mm karena efek tempering dari pengelasan multi-pass. Dengan demikian, tegangan sisa kritis terdapat di dekat permukaan atas WM dan HAZ pada arah longitudinal.

SM570-TMC steel for structural application needs excellent impact toughness, strength and fatigue life. However, fusion welding on this steel may affect to decrease impact toughness and initiate residual stresses which contribute to the failure of welded joints. Based on reports from the earlier studies, the toughness of weld metal (WM) can be improved by adding small amount of nickel, but it’s conditionally so that further investigation still required. On the other hand, the residual stress and its value need to be detected in regard to anticipate the failure, however it’s not easy. Neutron diffraction is the advance method for residual stress measurement, but this technique is not much to be explored.
The purpose of this study is to evaluate effect of nickel on the microstructure, impact toughness and residual stresses of the multi-pass welding of SM570-TMC steel. The flux-cored arc welding (FCAW) and wires containing 0.4%, 1% and 1.5% Ni were employed to fabricate the welded samples of LNi-04, LNi-10, and LNi-15. Microstructure was observed using optical microscopy, scanning electron microscope (SEM), energy dispersive x-ray spectroscopy (EDS), and electron probe micro analyzer (EPMA). Impact toughness was measured at temperature of 25 °C, 0 °C, and -20 °C. The residual stresses around welded joint were measured using neutron diffraction technique at 3 mm and 8 mm depth and three directions: normal, transverse, and longitudinal.
Microstructure observation results showed the acicular ferrite (AF) was much found in LNi-10 compared to LNi-04 and LNi-15. AF was nucleated at complex oxydes which consist of Ti-Si-Al-Mn-Mg-O with diameter of 1-2 μm. Impact toughness of LNi-10 is superior to the other as AF present. Impact toughness of LNi-04 is a bit lower than LNi-10, however impact toughness of LNi-15 is the lowest due to less AF and microsegregation present. Residual stress measurement result at LNi-04 and LNi-10 revealed residual stresss of WM at LNi-10 was higher than LNi-04. It seems that 1% of nickel addition in WM has increased strength and toughness, but the residual stress was also increased as effect of solid solution strengthening. Both LNi-04 and LNi-10 demonstrated the longitudinal residual stress was higher than normal and transverse. Maximum longitudinal residual stress of LNi-10 was found in WM, while maximum longitudinal residual stress of LNi-04 was detected in HAZ. Longitudinal residual stresses at 8 mm depth were lower than 3 mm depth due to tempering effect of multi-pass welding. It can be concluded that critical residual stresses were around WM and HAZ near top surface at longitudinal direction.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrachman
"Sebuah studi dilakukan untuk mengetahui hubungan struktur mikro dan ketangguhan impak dengan berbagai kandungan unsur nikel di dalam elektroda pada pengelasan baja SM570-TMC dengan multi-pass flux-cored arc welding. Logam induk yang digunakan adalah plat baja SM570-TMC dengan ketebalan 16 mm. Pengelasan dilakukan dengan metode flux-cored arc welding (FCAW) dengan posisi datar (1G). Tiga buah plat SM570-TMC dilas dengan elektroda-eletroda yang memiliki kandungan nikel yang bervariasi: 0,4%, 0,8%, dan 1,4% nikel. Efek dari kandungan nikel terhadap plat hasil pengelasan dipelajari pada studi ini. Inverstigasi terdiri dari observasi struktur mikro dan pengujian mekanik. Hasilnya menunjukkan pada temperatur 25 dan 0 oC tidak ada perbedaan kekuatan impak logam las yang signifikan antara 0,4% Ni dan 0,8% Ni. Akan tetapi pada -20 oC, logam las dengan elektroda 0,8% Ni menunjukkan kekuatan impak yang jauh lebih baik. Hal ini karena pembentukan ferit asikular (AF) pada logam las 0,8% Ni mampu meningkatkan ketangguhan impaknya pada temperatur rendah. Di satu sisi, logam las dengan 1,4% Ni menunjukkan ketangguhan impak yang rendah pada semua temperatur pengujian. Adanya segregasi mikro akibat tingginya konsentrasi Ni mampu menurunkan ketangguhan impaknya.
A study was carried out to evaluate the relationship of microstructure and impact toughness for different nickel level of electrodes in multi-pass flux-cored arc welded SM570-TMC steel joint. The base metal used in this study was SM570-TMC plate with 16 mm thickness. The multi-pass welds were run by using flux-cored arc welding (FCAW) with the flat position (1G). Three SM570-TMC welded plates were fabricated with varying amount of nickel content of electrodes, 0.4%, 0.8% and 1.4% nickel. The effects of nickel were studied on the weld metals. The investigations consist of observation on the microstructure and mechanical tests. The results showed that there are no significant differences of impact energy at 25 and 0 oC between weld metal using 0.4% Ni and 0.8% Ni electrode. However, at -20 oC, the impact energy of 0.8% Ni weld metal is far more superior than the other. The formation of acicular ferrite (AF) on 0.8% Ni weld metal seems effetively improve its low temperature impact toughness. On the other hand, 1.4% Ni weld metal has the lowest impact toughness at all temperature. The higher Ni content caused microsegregation and significantly lower its impact toughness."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Afrizal Ihza Mahendra
"Pembangunan infrastruktur yang masif yang dilakukan pada akhir ini membuat banyak membutuhkan berbagai jenis baja sebagai penopang dari struktur infrastruktur tersebut. Salah satu jenis baja yang digunakan adalah high strength steel. Baja SM570 yang merupakan jenis high strength steel cocok digunakan sebagai material pada struktur jalan layang karena sifatnya yang kuat dan tangguh. Namun sifat mekanik baja ini jika dilakukan pengelasan akan menurun. Sehingga perlu dilakukan penelitian agar sifat mekanik dari baja SM570 tetap terjaga. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh heat input terhadap mikrostruktur, distribusi panas dan tegangan sisa dengan pengalasan menggunakan metode Flux-Cored Arc Welding (FCAW) pada baja SM570-TMC. Pengelasan dilakukan menggunakan metode FCAW dengan gas pelindung CO2 dan menggunakan empat variabel yang terdiri dari variabel kawat las dan arus. Kawat las yang digunakan adalah Primeweld E71 LT H4 (Ni=0,4%) dan Primeweld E81-K2 (Ni=1,5%). Arus yang digunakan adalah low heat input (0,9 kJ/mm) dan high heat input (1,4 kJ/mm). Terdapat pula pengujian yang dilakukan sebagai penunjang data dalam analisa yaitu pengujian kekerasan untuk mengetahui kekerasan di daerah hasil las, HAZ dan logam induk dengan metode vickers (ASTM E92-82), pengujian EPMA untuk mengukur unsur nikel pada daerah weld metal, pengamatan makro, pengamatan metalografi (ASTM E3-11) untuk melihat struktur mikro pada daerah logam induk, HAZ dan weld metal, pengamatan accicular ferrite dan inklusi pada hasil las menggunakan pengujian SEM/EDS. Selain pengujian diatas dilakukan pula simulasi distribusi panas dan tegangan sisa menggunakan ANSYS serta membandingkannya dengan pengujian menggunakan difraksi neutron.

The massive development of infrastructure that being worked recently needed appropriate steel types as structure cantiveler. One of them is a high strength steel. SM570-TMC steel is a type of high strength steel that suitable for used as overpass road structure because of it's strength and toughness. However, the steel mechanical properties became lower after weld process. Research for this problem is important due to increasing the mechanical properties of SM570-TMC after welding process. This research is aim to investigate the effect of heat input of FCA welded steel SM570-TMC on microstructure, hardness and residual stress. FCAW was used for weld method with CO2 as shield gas and used four variables consist of filler and current. Type of filler metal in this research is Primeweld E71 LT H4 (Ni = 0.4%) and Primeweld E81-K2 (Ni = 1.5%). Moreover, the weld parameter was used low heat input (0.9 kJ/mm) and the high heat input (1.4 J/mm). There are also testing to support data in the analysis, such as hardness testing, macro and micro structure observation. In addition, a simulation of heat distribution and residual stress is also carried out using ANSYS compared with residual stress using neutron diffraction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Togatorop, Juan Rhema Christopher
"Kemajuan teknologi mendorong berbagai industri untuk menggunakan sambungan material baja tahan karat asutenitik AISI 316L dan baja karbon feritik ASTM A36, yang dapat mengoptimalkan kinerja dan mengurangi biaya produksi. Namun, perbedaan material pada dissimilar welding ini pastinya akan memiliki kecenderungan terjadinya korosi galvanik berkaitan dengan potensial elektrokimia dan komposisi kimia yang berbeda. Salah satu metode penyambungan yang umum digunakan adalah pengelasan TIG yang memakai filler metal untuk menyambungkan kedua material. Pada penelitian ini menggunakan tiga jenis logam pengisi yang berbeda, yaitu ER308LSi, ER309L, dan ER316L. Variasi logam pengisi yang digunakan untuk penyambungan kedua material tersebut telah diteliti dan ditelaah hubungannya terhadap perilaku korosi. Untuk mendukung analisis dan pembahasan penelitian, dilakukan pengujian komposisi kimia, pengamatan mikrostruktur, dan pengujian Linear Polarization Resistance (LPR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa logam pengisi ER309L memberikan kinerja korosi yang paling optimal dibandingkan dengan ER308LSi dan ER316L. Analisis hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa komposisi kimia, terutama unsur Cr dan Mo, serta fasa mikrostruktur yang terbentuk pada logam pengelasan berperan penting dalam menentukan perilaku korosi, khususnya pada hasil daerah pengelasan.

Technological advancements are driving various industries to use the joint materials of austenitic stainless steel AISI 316L and ferritic carbon steel ASTM A36 to optimize performance and reduce production costs. However, the material differences in dissimilar welding tend to induce galvanic corrosion due to differing electrochemical potentials and chemical compositions. One commonly used joining method is TIG welding, which employs filler metal to connect the two materials. This study utilized three different filler metals, ER308LSi, ER309L, and ER316L, to examine their effects on corrosion behaviour in the welded joint. Chemical composition testing, microstructure observation, and Linear Polarization Resistance (LPR) testing were conducted to support the analysis and discussion. The results indicated that the ER309L filler metal provided the most optimal corrosion performance compared to ER308LSi and ER316L. The study revealed that chemical composition, particularly the elements Cr and Mo, as well as the microstructural phases formed in the weld metal, play a crucial role in determining corrosion behaviour, especially in the weld area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Sutrisno
"Munculnya teknologi ultrasonik baru seperti phased array, mulai menggeser fungsi ultrasonik konvensional dalam mendeteksi cacat material. Penelitian ini fokus untuk memaksimalkan fungsi pengukuran cacat las ultrasonik konvensional seperti nilai panjang, lebar, tinggi, kedalaman, dan posisi cacat. Data diilustrasikan dalam tampilan C-scan dan B-scan. Data ultrasonik konvensional dibandingkan dengan hasil ultrasonik phased array. Tujuannya untuk memperoleh kelebihan dan kekurangan keduanya. Metode pengukuran ultrasonik konvensional menggunakan metode beam boundary dan maximum amplitude, sedangkanphased array menggunakan metode sectorial scanning.Pengujian dilakukanpada plat ukuran 200x100 mm, tebal 13 mm, lebar lasan 26 mm danpipa panjang 203 mm, diameter luar 114 mm, lebar lasan 15 mm. Kedua hasil menyimpulkan bahwa ultrasonik konvensional lebih baik dalam hal akurasi pengukuran panjang dan kedalaman cacat, sedangkan phasedarray memiliki keunggulan pada penggambaran dan perekaman data.

New technology ultrasonic such as phased array, began to change the function of a conventional ultrasonic to detect defects in the material. This research focused on maximizing the function of a conventional ultrasonic to measure welding defect such us length, width, height, depth, and the position of defects. The data were illustrated in C-scan and B-scan image. The data of conventional ultrasonic were compared with phased arrays results. The purpose was to obtain the advantages and disadvantages of both. Methods applied in conventional ultrasonic testing were beam boundary and maximum amplitude, where as the method in phased array was sectorial scanning. The testing was conducted by using a sample in plat and pipe. The dimension of the plat was 200×100 mm, thickness 13 mm, and cap width weld of 26 mm. The length of pipe was203 mm, outside diameter of 114 mm and cap width weld of 15 mm. The results showed that ultrasonic conventional is better i nterms of length and depth measurement, mean while phased array has the advantages on the imaging and recording the data.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>