Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116679 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Melvin Bismark H.
"Kacang tanah yang merupakan tanaman palawija dapat tumbuh hamper di seluruh daerah di Indonesia. Di daerah Tapanuli Utara hasil panen rata-rata untuk kacang tanah sebesar 970,37 pada tahun 2018. Proses perontokan kacang tanah Tapanuli Utara masih dilakukan secara manual dengan cara mencabut satu persatu kacang tanah dari tangkainya menggunakan tangan. Selain waktu pengerjaan yang lama juga dibutuhkan tenaga kerja yang banyak. Memanfaatkan teknologi motor bakar, penelitian kali ini dimaksudkan untuk melakukan rancang bangun perontok dan penyortir kancang tanah sebagai solusi untuk permasalahan perontokan kacang tanah tadi. Dengan adanya mesin perontok dan penyortir kacang tanah ini, waktu dan tenaga dalam proses perontokan kacang tanah dapat lebih dihemat. Dalam pengoperasiannya, mesin perontok dan penyortir ini dibantu oleh beberapa komponen elemen mesin yaitu motor bakar, puli, sabuk-V, bantalan, poros, rangka. Dimana gerak putar dari motor bakar yang berdaya 5,5 HP dengan putaran 1387 [rpm] diteruskan dengan menggunakan puli yang dihubungkan dengan sabuk yang memutar poros pembanting dan reducer speed. "
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2020
338 PLMD 23:4 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Irianto
"ABSTRAK
Beberapa peternak baik ternak kambing ataupun lembu kesulitan memberi pakan ternaknya dalam bentuk campuran atau hijauan dengan konsentrat, yang dikarenakan tidak memiliki alat pencampur pakan. Peternak memberi makan ternaknya dengan metode terpisah yaitu hijauan tersendiri setelah pemberian pakan konsentrat. Dengan demikian terjado ketidakseimbangan jumlah pakan yang diasup oleh ternak yang mengakibatkan ternak lambat berkembang. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan alat atau mesin pencampur pakan yang dapat mencampur pakan secara sempurna dalam waktu yang singkat. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang dilakukan berulang sebanyak empat ulangan dengan waktu lima menit 10 menit dan 15 menit dan 20 menit pada putara screw yang sama yaitu 60 rpm. Untuk kelompok percobaan I, sedangkan untuk kelompok percobaan II dilakukan lima kali pengulangan dengan waktu tetap dan kecepatan putar berubah dari 60 rp, 70 rpm, 80 rpm dan 90 rpm dan 100 rpm. Dari pengamatan visual diperoleh campuran terbaik pada penggunaan waktu 10 menit dan putaran 70 rpm."
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suadi
"ABSTRAK
Pengupasan sabut kelapa dengan cara tradisioanal masih saja dilakukan orang terlebih di daerah-daerah pedesaan. Demikian halnya mesin-mesin pengupas sabut kelapa yang diharapkan akan mampu memberi solusi mengatasi adanya kelemahan pada alat yang digunakan dengan cara tradisional. Namun keberadaan mesin-mesin kian hari kian berkembang. Sehingga dilakukanlah suatu penelitian dengan melakukan rancang bangun terhadap mesin pengupas sabut kelapa yang baru dengan kapasitas besar dan semi kontinu. Mesin ini mengalami perubahan dan inovasi dari mesin-mesin yang sudah ada sebelumnya. Kegiatan penelitian diawali dengan melakukan perancangan terhadap mesin, kemudian hasil perancangan direalisasikan dalam bentuk pembuatan mesin dan akhirnya dilakukan uji kinerja mesin. Pengujian dilakukan terhadap tiga jenis kelapa yang keadaan kulitnya basah, sedang dan kering. Masin-masing buah kelapa yang diuiji sebanyak 10 buah. Pada hasil pengujian Waktu rata-rata pengupasan untuk tiap buah kelapa yang bersabut basah selama 13,1 detik per buah, untuk kelapa sedang 17,2 detik dan untuk kelapa kering selama 22 detik. Sedang kapasitas mesin adalah: untuk pengupasan jenis kelapa basah, kapasitas mesin adalah sebanyak 275 buah/jam, untuk kelapa sedang adalah sebanyak 209 buah/jam dan untuk kelapa kering sebanyak 163 buah/jam. Hasil kesimpulan dari penelitian adalah: analisis secara umum kelapa basah lebih mudah dikupas, sebab kelapa basah seratnya lebih banyak mengandung air sehingga gampang/lebih mudah dipisahkan dari kulitnya dibandingkan dengan kelapa yang lebih kering, seratnya hampir tidak mempunyai kadar air atau kondisi sabut kelapa kering.
"
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aldin Mahendra W.
"Bahan bakar fosil yang semakin menipis ketersediaannya akhir-akhir ini menyebabkan naiknya harga bahan bakar tersebut. Salah satu contohnya yaitu harga bahan bakar LPG, khususnya untuk sektor industri. PT. X sebagai perusahaan yang bergerak di bidang industri part sepeda motor, merasakan dampak dari mahalnya harga LPG, ditambah dengan begitu banyaknya produsen sepeda motor di negara ini membuat PT. X tidak leluasa menaikkan harga jual yang diakibatkan naiknya biaya produksi karena mahalnya bahan bakar. Teknologi Gasifikasi bahan bakar padat mencoba hadir sebagai solusi, dengan memanfaatkan limbah dari proses pengecatan part sebagai bahan bakar gasifikasi yang dapat menghasilkan producer gas sebagai bahan bakar pengganti LPG pada boiler di PT.X. Skripsi ini bertujuan untuk menjembatani antara penelitian-penelitian mengenai teknologi gasifikasi yang telah dilakukan dengan kebutuhan industri, yaitu PT.X, akan solusi dari masalah di atas. Studi awal dilakukan untuk mengobservasi permasalahan-permasalahan aplikasi di lapangan dengan fokus utama pada penyesuaian sistem proses gasifikasi dengan kondisi pada lokasi industri, penyesuaian proses gasifikasi dengan bahan bakar limbah cat, penyesuaian sistem boiler dengan bahan bakar producer gas dari limbah cat. Dari studi awal ini dihasilkan pertimbanganpertimbangan tambahan dalam perhitungan kapasitas sistem gasifikasi yang sesuai dengan kebutuhan boiler. Perancangan kapasitas sistem gasifikasi menghasilkan laju massa producer gas yang dibutuhkan boiler, mprodgas = 0,10037 kg/s, dengan kebutuhan udara pembakaran, mudara = 0.617 kg/s Berdasarkan kesetimbangan energi dari laju massa producer gas tersebut dibutuhkan reaktor gasifikasi berkapasitas mtotBB =221,85 kg/jam dengan kebutuhan udara gasifikasi mudara = 0.134 kg/s sampai dengan 0.268 kg/s. Maka dihasilkan reaktor dengan dimensi : diameter dan tinggi venturi 40 cm dan 750 cm, diameter utama 80 cm dan tinggi keseluruhan 2,485 m.

In recent times, the insufficiency of fossil energy leads to the increase its own of money value. One of the general examples is the price of LPG fuel, principally in industrial sector; whose price growth can be numbered daily. As a company that concentrates in the manufacture of motorcycle parts, PT.X suffers the cause of LPG's price predicament. The radical development of motorcycle manufacturing companies in this country is also the reason of PT.X's inconveniency to raise the price which is caused by the growth of production cost due to the energy's money value. Derived from the background which has been informed before, solid fuel gasification technology is attempting to perform as one of the solution by taking the advantage of the paint waste as the gasification major energy that can generates gas producer as a substitution fuel of LPG in PT.X?s boiler. This paper intends to relate the technological researches concerning gasification with the industrial needs as the solution such as the PT.X case. The former studies are mainly to observe the treatment problems on field in relation to the adjustments of gasification process system on industrial location, gasification process using paint waste as the fuel, and boiler system using producer gas as the fuel generated from paint waste. These studies present additional assessments in gasification system capacity calculation that qualified the boiler requirements. Gasification system capacity design ensuing producer gas mass flow that qualified for boiler input requirements, mprodgas = 0,10037 kg/s, with the supply of air capacity for combustion, mudara = 0.617 kg/s. Based on energy balance from the producer pass mass flow, it requires the gasification reactor with capacity of mudara = 0.134 kg/s to 0.268 kg/s. Thus it results reactor dimension: diameter of venturi 40 cm and venturi height of 750 cm, main diameter of 80 cm and overall height of 2,485 m."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Surya Saputra
"Kelangkaan sumber energi di dunia sekarang ini menimbulkan polemik di masyarakat, yang berujung pada sulitnya mendapatkan sumber energi itu sendiri. Untuk itulah diperlukan teknologi alternatif yang menggunakan bahan bakar alternatif sebagai pengganti dari bahan bakar fosil. Salah satunya melalui teknologi gasifikasi dengan menggunakan Downdraft Gasifier, yang menghasilkan gas mampu bakar dengan mengkonversikan bahan bakar padat, khususnya biomassa.
Penelitian sebelumnya sudah dilakukan dengan menggunakan percampuran antara cangkang kelapa dan sekam padi sebagai bahan bakar biomassa penggerak sistem gasifikasi ini. Akan tetapi, penggunaan cangkang kelapa ini dinilai kurang efektif mengingat pemakaiannya yang masih banyak di masyarakat dan produksinya masih tidak se-massal sekam padi, yang merupakan produk pokok rakyat Indonesia. Untuk itulah pada penelitian ini dilakukan optimasi sistem gasifikasi dengan menggunakan bahan bakar sekam padi.
Penelitian ini menitikberatkan pada modifikasi burner dan air intake pada reaktor untuk menghasilkan pembakaran yang lebih merata sehingga syngas yang dihasilkan akan menjadi lebih baik. Kemudian syngas tersebut akan keluar melalui burner dan menjadi gas mampu bakar melalui proses pembakaran. Variabel yang dibandingkan adalah nilai Air to Fuel Ratio (AFR) sehingga diperoleh temperatur dan kestabilan flame yang kemudian akan digunakan sebagai sumber energi untuk pembakaran yang efektif dan efisien.

Now adays the scarcity energy resources in the world become a polemical society that led to the difficulty of getting the energy source it self. So that we need alternative technologies that use alternative fuels as a substitute for fossil fuels. One of which through gasification technology that use downdraft gasifier which produces the gas that can burn with compare of solid fuels especially biomass.
The previous research has been carried out by using a combination of coconut shells and rice husks as fuel biomass which became this gasification system?s drive. However, coconut shells is considered less effective because its use is still a lot by many people and the production is not as bulk as rice husk which is the principal product of Indonesian society. Therefore in this research is conducted gasification system optimization using rice husk fuel.
This study focuses on the modification of the burner and the water intake of the reactor to produce a smoother combustion so that the syngas produced will be better. Then the syngas will exit through the burner and into the gas that can burn through the combustion process. Variables are compared is the value of Air to Fuel Ratio (AFR) to obtain the temperature and stability flame which will be used as an energy source for the effective and efficient.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59757
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Eko Arianto
"Potensi biomassa di Indonesia sangat melimpah baik dari limbah hewan maupun tumbuhan. Limbah pertanian dan perkebunan yang cukup besar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Salah satunya adalah sekam padi. Pada eksperimen ini pemanfaatan energi dari sekam padi dilakukan dengan metode gasifikasi menggunakan downdraft gasifier untuk mengubahnya menjadi gas-gas mampu bakar yang selanjutnya akan dibakar pada cyclone combustor. Keuntungan menggunakan metode gasifikasi dibandingkan pembakaran langsung adalah pembakaran lebih bersih, partikulat dan kontaminan dapat dihilangkan sebelum dibakar. Cyclone combustor dapat menghasilkan pencampuran yang baik sehingga cocok digunakan untuk gas dengan nilai kalor rendah.
Komposisi syngas yang dihasilkan dari gasifikasi sekam padi adalah H2 13,6%, CO 14,9%, CO2 12,9% dan CH4 2,3% [1]. Setelah melewati cyclone separator untuk menghilangkan uap air dan kontaminan kemudian masuk ke storage tank yang selanjutnya masuk ke dalam cyclone combustor untuk dibakar setelah dicampur dengan udara melalui inlet yang berbeda. Kemudian akan divariasikan dengan berbagai AFR untuk mengetahui perubahan temperatur api, letak api pada combustor dan bentuk apinya. Dari hasil eksperimen pada AFR = 1,59 terletak di dalam combustor pada daerah antara plane 1 dan 2, AFR = 1,14 api terletak di dalam pada plane 2, AFR = 0,69 api terletak di dalam pada plane 3 sedangkan pada AFR = 0,27 tidak terbentuk api di dalam tetapi di luar setelah bercampur dengan udara luar.

Biomass potential in Indonesia is very abundance whether from animal or plant waste. Farming and plantation waste that abundance enough can be utilized as energy sources. One of them is rice husk. On this experiment energy utilization of rice husk was used gasification method with downdraft gasifier to convert it to combustible gases which would be burn in a cyclone combustor. The advantages of gasification method compare to direct combustion are cleaner combustion and particulates and contaminants can be eliminated prior to burn. Cyclone combustor can generate a good mixing then suitable to use for gases with low calorific value.
Composition of syngas that produced by gasification of rice husk are H2 13,6%, CO 14,9%, CO2 12,9% dan CH4 2,3% [1]. After syngas leaves the reactor it enter cyclone separator to eliminate water vapor and contaminants and then goes to the storage tank and finally goes to cyclone combustor to be burned after mixed with air through different inlet. After that different value of AFR would be varied to see the change of flame temperature, flame postion in combustor and flame shape. Kemudian akan divariasikan dengan berbagai AFR untuk mengetahui perubahan temperatur api, letak api pada combustor dan bentuk apinya. From the result of eksperimen at AFR = 1.59 the flame in the combustor beetween plane 1 and 2, at AFR = 1.14 the flame in the combustor at plane 2, at AFR = 0.69 the flame in the combustor beetween plane 3 and at AFR = 0.27 the flame on the outside of the combustor after mixed with fresh air.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46556
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafif Dafiqurrohman
"Sekam padi menjadi salah satu limbah biomassa yang melimpah di Indonesia. Salah satu cara konversi sekam padi menjadi energi alternatif adalah gasifikasi biomassa. Gasifikasi biomassa merupakan proses termokimia untuk mengonversi bahan baku biomassa menjadi bahan bakar gas atau bahan baku gas kimia (producer gas). Gasifikasi biomassa yang tengah dikembangkan adalah tipe fixed bed downdraft. Tipe ini dipilih karena hasil tar yang sedikit dan cocok untuk skala mikro. Salah satu permasalahan dari desain reaktor gasifikasi biomassa yang digunakan adalah kurang meratanya proses oksidasi parsial, sehingga memengaruhi zona pirolisis. Proses oksidasi parsial yang kurang merata ini disebabkan oleh pada bagian tengah reaktor tidak tersuplai udara dengan merata.
Pada penelitian sebelumnya yang menggunakan cangkang kelapa dan sekam padi, equivalence ratio (ER) untuk proses gasifikasi adalah 0,4. Maka untuk melakukan optimasi zona pirolisis, dilakukan modifikasi air intake dengan menambahkan circular air intake. Setelah dilakukan modifikasi dan pengujian pada temperatur operasional zona pirolisis 300-700 oC, dengan melakukan variasi ER yaitu 0,19, 0,24, 0,27, dan 0,31, akhirnya didapatkan ER paling optimal untuk menghasilkan producer gas dengan kualitas baik yaitu pada ER 0,24. ER paling optimal ini sesuai dengan standar gasifikasi biomassa, yaitu sekitar 0,25.

Rice husks into one of abundant biomass waste in Indonesia. One way of converting rice husks into alternative energy is biomass gasification. Biomass gasification is a thermochemical process to convert biomass feedstock into fuel gas or chemical feedstock gas (producer gas). Gasification of biomass that is being developed is a type of fixed bed downdraft. This type is chosen because the results were a little tar and suitable for the micro scale. One of the problems of biomass gasification reactor design used is less inequality partial oxidation process, thus affecting the pyrolysis zone. Partial oxidation process is uneven due to the middle part of the reactor is not well supplied with evenly distributed air.
Previous studies using coconut shells and rice husks, equivalence ratio (ER) for the gasification process is 0.4. Then to optimize the pyrolysis zone, be modified by adding circular air intake. After the modification and testing the operating temperature pyrolysis zone of 300-700 °C, by doing ER variation is 0.19, 0.24, 0.27, and 0.31, eventually obtained the most optimal ER to produce gas producer with good quality, namely the ER 0.24. This ER is the most optimized according to the standard gasification of biomass, which is about 0.25.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baginda Bukhori
"Kajian maupun penelitian mengenai teknologi yang menggunakan energi terbarukan sebagai bahan bakar telah menjadi salah satu langkah dalam menghadapi kelangkaan sumber energi dunia. Salah satu langkah tersebut adalah teknologi gasifikasi, yang menghasilkan gas mampu bakar dengan mengkonversikan bahan bakar padat, khususnya biomassa Dalam penelitian sebelumnya, sudah dilakukan penggantian bahan bakar menjadi 100% sekam padi. Akan tetapi, penggunaan biomassa sekam padi masih belum mencapai titik optimum kestabilan api. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan beberapa modifikasi lanjut pada gasifier, dan pada burner dengan mencari nilai perbandingan udara bahan bakar yang paling optimum, sehingga mendapatkan pembakaran yang kontinu dan efisien.

Studies and research on technologies using renewable energy as fuel has become one of the steps in the face of scarcity of world energy resources. One of those step is gasification technology, which is able to produce a fuel gas to convert solid fuels, particularly biomass. In previous studies, had done the replacement fuel to 100% rice husks. However, the use of rice husk biomass still has not reached the point of optimum stability of the flame. Therefore in this study carried out several further modifications to the gasifier, and the burner by looking for value ratio of air to fuel the most optimum, to get a continuous and efficient combustion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imaduddin Haq
"Pembentukan pirolisis yang keberlanjutan (sustainable pyrolysis) adalah kunci dari keberhasilan proses gasifikasi. Zona pirolisis pada proses gasifikasi merupakan akibat reaksi endotermis yang mendapatkan energi panas dari proses oksidasi (combustion) antara bahan bakar dengan oksigen. Perekahan biomassa sekam padi hasil pirolisis yang berupa arang, uap air, uap tar, dan gas - gas (CO, H2, CH4, CO2, dan N2) harus dijaga pada temperatur pirolisis untuk mendapatkan gas hasil (producer gas) atau syngas (synthetic gas) yang berlimpah. Keberhasilan proses gasifikasi diperoleh dengan mendapatkan debit syngas secara kontinyu dan diindikasikan oleh konsistensi nyala api pada gas burner. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor pengoperasian gasifier dan kesetimbangan massa (mass balance) antara feeding rate sekam padi dengan laju pembuangan abu (ash removal rate). Eksperimental yang dilakukan adalah menggunakan gasifier tipe downdraft fixed bed kapasitas 10 kg/jam dimana sebelum terjadinya modifikasi gasifier pada sistim pembuangan abu sekam padi sangat sulit untuk mendapatkan kontinuitas syngas. Kekurangstabilan laju alir syngas diperkirakan adanya akumulasi abu sisa gasifikasi pada zona combustion dan plenum chamber.
Dengan melihat zona pirolisis yang terjadi pada temperatur antara 400 - 800 oC terlihat laju temperatur yang cepat yang mengakibatkan tidak stabilnya proses pirolisis sehingga didapat kurangnya debit syngas. Selain itu, pengaturan (laju) massa sekam padi yang masuk kedalam gasifier dan pengaturan pembuangan abu dapat mempengaruhi sustainability proses pirolisis. Modifikasi sistim pembuangan abu dan angsang (grate) abu dapat mempermudah pengaturan sejumlah massa abu yang dikeluarkan sehingga dapat mengendalikan zona temperatur pirolisis dengan baik.
Kajian eksperimental dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah massa abu sekam padi yang dibuang terhadap sustainability zona pirolisis. Didapat bahwa jumlah abu sekam padi yang dibuang sebesar 60 ? 90 gram per satu kali pembuangan (operasi sistim ash removal) untuk setiap 20 menit atau rata ? rata laju pembuangan abu sekam sebesar 5 gram/menit. Dari beberapa eksperimental ini, diharapkan dapat terlihat fenomena proses gasifikasi sekam padi dan pengaruhnya terhadap zona pirolisis akibat pembuangan sejumlah massa abu sekam padi. Sehingga penelitian ini dapat menemukan suatu korelasi untuk mendapatkan unjuk kerja (performance) gasifier yang optimal.

The establishment of sustainable pyrolysis is key to the success of the gasification process. Pyrolysis zone in the gasification process is the result of an endothermic reaction that get hot energy from the oxidation process of the fuel with oxygen. Cracking of rice husk biomass pyrolysis results in the form of charcoal, water vapor, tar vapors, and gases (CO, H2, CH4, CO2, and N2) must be maintained at a pyrolysis temperature to obtain synthetic gas (syngas) with plantyful harvest. Success of the gasification process to obtain syngas continuously and are indicated by the consistency of the flame on a gas burner. It is highly influenced by the operation of the gasifier and the mass balanced beetwen rice husk feeding rate and ash removal rate. The experiment was performed under gasifier downdraft fixed bed type with capacity 10 kg/hour, previously to the modification of the gasifier on rice husk ash removal system is very difficult to obtain syngas. Unstable syngas flow rate is estimated from the accumulation of ash residue gasification process of combustion area and plenum chamber.
By looking at the pyrolysis zone occurs at temperatures between 400 ? 800 oC seen rapidly of temperature rate results in insteability of the pyrolysis process in order to get a lack of producer gas. Besides of setting rice husk rate into the gasifier and ash removal rate arrangements affecting sustainable pyrolysis process. Ash removal system modifications can facilitate setting a mass of ash removed so that it can control the pyrolysis temperature zone well.
The experimental study was conducted to determine the effect of mass quantities of rice husks ash is removed towards sustainability pyrolysis zone. Founded that the amount of rice husk ash removed are 60-90 grams per one removal for every 20 minutes or an average of rice husk ash removal rate of 5 gr/minutes. Some of this experimental phenomena is expected to be seen rice husks gasification process and its effect on the pyrolysis zone as a results of the removing of a mass of rice husks ash. So that this research can be find a correlation to obtain optimal performance of the gasifier.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Setiyowati
"Dewasa ini aflatoksin mendapat banyak perhatian di kalangan banyak ahli, karena diduga keras bahwa senyawa tersebut merupakan bahan penyebab kanker (karsinogenik). Akibat yang paling mencemaskan bagi mereka yang mengkonsumsi bahan makanan yang tercemar aflatoksin ialah kerusakkan hati dari tingkat yang paling ringan sampai paling berat, yakni kanker hati. Penelitian ini dilakukan untuk identifikasi dan penetapan kadar cemaran aflatoksin dalam makanan yang mengandung kacang tanah dan kacang kedelai secara KLT densitometri, menggunakan fase diam lempeng KLT silika gel 60 GF254 dan fase gerak kloroform-etil asetat (7:3) dengan deteksi fluoresensi pada panjang gelombang eksitasi 354 nm.
Hasil dari pembuatan kurva kalibrasi aflatoksin B1 (AFB1) dan aflatoksin G1 (AFG1) antara 10-100 ppb; batas deteksi AFB1 dan AFG1 masing-masing 2,93 ppb dan 4,77 ppb.Penerapan metode ini pada sembilan macam sampel yang mengandung kacang tanah dan kacang kedelai menunjukkan hasil positif AFB1 pada delapan sampel dengan kadar 1-4 ppb dan satu sampel yang positif AFB1 dan AFG1, dengan kadar AFG1 4,43 ppb. Hasil ini lebih kecil dari LOD dan LOQ.

At present, aflatoxin is beginning to get more attention from the scientist, because highly suspected that this compound is carcinogenic. The most anxious effect to them who consumed food-contaminated by aflatoxin is liver damaged, which varied from the lowest level until the highly dangerous level (liver cancer). This study was designed to identified and determined the aflatoxin concentration in the food samples which contain peanut and beans. That using TLC-densitometry, the analitycal condition is using: TLC silica gel 60 GF254 as the stationary phase, chloroform-ethyl asetat (7:3) as the mobile phase, fluorescence measurement mode with the 354 nm.
The results showed calibration curve of AFB1 and AFG1 between 10-100 ppb; detection limit of AFB1 and AFG1 are 2.93 ppb and 4.77 ppb. The implementation of this method in 9 samples that contain peanuts and soy beans that sold in the market shows positive of AFB1 in 8 samples with concentration of AFB1 1-4 ppb and positive of AFB1 and AFG1 in only one sample with concentration 4.565 ppb. This results less than LOD and LOQ.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>