Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amaliana Nur Fajrina
"Perebutan kekuasaan di wilayah Laut Cina Selatan telah menjadi isu penting untukdidiksuikan oleh khalayak umum. Beberapa negara di ASEAN seperti Indonesia, sertapengaruh kekuatan Amerikadan China saling berebut di wilayah yang strategis bagi jalur perdagangan laut dan potensi sumber daya yang melimpah. Studi ini bertujuan untuk menganalisisfenomena geopolitik di wilayah Laut Cina Selatan dari perspektif masyarakat berdasarkan data dan analisis sosial mediaserta posisi Indonesia dalam konflik tersebut. Data dan analisis sosial media(twitter) diperoleh melalui Drone Emprit pada periode 7-25juni 2020. Hasilnya adalah diskusi dan perbincangan tentang isu Laut China Selatan dengan Social Network Analysis India, Hongkong, Australia dan Taiwan merupakan Negara yang paling terlibat dalam isu ini. Sedangkan, posisi Indonesia pada isu Laut China Selatan tetap berpegang pada politik bebas aktif dan menjunjung tinggi asas hukum yang berlaku (UNCLOS 1982)dibuktikan dengan beberapa cuitan seperti menolak negoisasi dengan Beijing; menutup ruang negosiasi; dan menolak 9 garis putus-putus yang diklaim oleh China.Isu konflik Laut Cina Selatan ini lebih banyak dibicarakan dari kalangan Babyboomers dan hanyas sedikit dari gen X-Y. Implikasi studi menjelaskanbahwa Indonesia sangat menekankan upaya diplomatis dalam isu geopolitik yang tengah memanas di Laut China Selatan. "
Jakarta: Biro humas settama lemhanas RI, 2020
321 JKLHN 43 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ju, Hailong
"Summary:
This book conducts a comprehensive study on China's maritime strategy"
Singapore: World Scientific Publishing Company, 2015
359.03 JUH c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Julita
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S8284
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Widiastuti Veronika
"Tesis ini membahas tentang pengaruh komponen ? komponen geopolitik yaitu wilayah, energi dan power terhadap sengketa teritorial di Laut China Selatan antara China dan Vietnam periode 2009 - 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanatif untuk menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel serta menggunakan metode pengumpulan data melalui studi kepustakaan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ketiga komponen geopolitik mempengaruhi sengketa teritorial di Laut China Selatan . Pertama, komponen wilayah yang dijelaskan melalui kedekatan geografis dan panjang garis pantai menunjukkan adanya klaim kepemilikan dan tingkat resiko bagi apabila terjadi sengketa di kawasan tersebut. Kedua, komponen energi yang dijelaskan melalui pengukuran tingkat pemenuhan kebutuhan energi menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan energi mempengaruhi eskalasi konflik akibat eksplorasi energi di kawasan yang masih menjadi sengketa. Sedangkan komponen power, kapabilitas militer yang kuat menimbulkan peningkatan agresivitas China ? Vietnam untuk mengklaim kawasan LCS. Selain itu, strategi China ? Vietnam untuk mempertahankan klaim juga mempengaruhi hubungan konfliktual di antara kedua negara ini.

The focus of this study is analyzing the impact of the components of geopolitics i.e. territory, energy and power toward the territorial dispute between China and Vietnam in the South China Sea at the period of 2009 - 2011. This study is quantitative research that aims to analyze the causal relationship between each variable.
This study summarize that the component of geopolitics give impact to the conflict escalation in the South China Sea dispute between Vietnam and China. In terms of territory, the geographic proximity and the coastline have explained the ownership claim and the country's risk should the dispute escalate into large-scale conflict or even war. In terms of energy, the rate of energy sufficiency ability gives impact to the dispute since it will cause a country to explore the disputed area in order to fulfill the energy demand. And in terms of power, the military capability has been the basis for China-Vietnam to act aggressively in the South China Sea. In addition, China ? Vietnam have also chosen different strategies to maintain their claims that in turns gives impact to the conflicting relationship among them.;The focus of this study is analyzing the impact of the components of geopolitics i.e. territory, energy and power toward the territorial dispute between China and Vietnam in the South China Sea at the period of 2009 ? 2011. This study is quantitative research that aims to analyze the causal relationship between each variable. This study summarize that the component of geopolitics give impact to the conflict escalation in the South China Sea dispute between Vietnam and China. In terms of territory, the geographic proximity and the coastline have explained the ownership claim and the country‟s risk should the dispute escalate into large-scale conflict or even war. In terms of energy, the rate of energy sufficiency ability gives impact to the dispute since it will cause a country to explore the disputed area in order to fulfill the energy demand. And in terms of power, the military capability has been the basis for China-Vietnam to act aggressively in the South China Sea. In addition, China ? Vietnam have also chosen different strategies to maintain their claims that in turns gives impact to the conflicting relationship among them."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30893
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Feline Cloramidine
"Penelitian ini menganalisis hubungan antara rivalitas geopolitik AS-Cina dan pengaruhnya terhadap proses formulasi norma siber global PBB (UN GGE dan UN OEWG) tepatnya setelah tahun 2017-2021. Sejak awal Cina mendapatkan kemerdekaannya di tahun 1949 hingga saat ini, hubungan yang terjalin antara AS dengan Cina selalu diwarnai oleh konflik dan kompetisi, termasuk dalam domain siber. AS berkeinginan untuk mempertahankan posisi hegemoninya (status quo) dengan mengajukan pendekatan multi-stakeholder dalam tata kelola domain siber. Sementara Cina berkeinginan untuk menghapus hegemoni AS dengan cara mengubah pendekatan tata kelola domain siber menjadi pendekatan multilateral. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis dari data-data primer layaknya sumber utama dan hasil wawancara bersama narasumber ahli, juga data-data sekunder dari penelitian-penelitian terdahulu. Selanjutnya, berdasarkan variabel-variabel teori konstruktivisme dalam keamanan siber, tesis ini menemukan bahwa: 1) status AS dan Cina sebagai great power merupakan salah satu faktor utama yang menghambat terbentuknya norma siber hingga saat ini; dan 2) kecenderungan negara-negara dalam mengembangkan kapabilitas sibernya, yang berpotensi terhadap perkembangan insiden siber di antara negara-negara membuat pengaruh dari norma siber yang sudah ada menjadi berkurang.

This study analyzes the relationship between the US-China geopolitical rivalry and its influence on the formulation process of the UN global cyber norms (UN GGE and UN OEWG) in 2017-2021. Since the beginning of China's independence in 1949 until now, the relationship between the US and China has always been colored by conflict and competition, including in the cyber domain. The US wants to maintain its hegemonic position (status quo) by proposing a multi-stakeholder approach in cyber governance. Meanwhile, China wants to abolish US hegemony by changing the cyber governance approach to a multilateral approach. This paper uses a qualitative method with analysis from primary data such as primary sources and the results of interviews with expert sources, as well as secondary data from previous studies. Furthermore, based on the variables of constructivism theory in cybersecurity, this thesis finds that: 1) the status of the US and China as great powers is one of the main factors that hinder the formation of cyber norms until now; and 2) the tendency of countries to develop their cyber capabilities, which has the potential to affect the development of cyber incidents among countries to reduce the influence of existing cyber norms.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Elektrika Puspitasari
"Penelitian ini mendeskripsikan strategi komunikasi politik melalui media sosial yang dilakukan oleh calon independen Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Faisal Basri dan Biem Benjamin. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Faisal-Biem telah menyampaikan pesan-pesan berulang di media sosial dengan metode informatif dan edukatif, namun kurang persuasif. Secara garis besar, strategi komunikasi politik yang dilakukan cukup optimal terutama dalam membangun citra politik sebagai pemain baru di kancah perpolitikan. Elemen-elemen penting dalam pembentukan citra sudah saling terintegrasi dan dibangun secara bersamaan dalam strategi yang dilakukan oleh Faisal-Biem. Citra independen dan bersih yang dikomunikasikan melalui media sosial telah diwujudkan dengan sistem penggalangan donasi online. Pemeliharaan citra tersebut dilakukan dengan penciptaan hubungan, meski masih tergolong statis. Tidak hanya independensinya, dominasi media sosial pada strategi yang dilakukan oleh Faisal-Biem juga telah menambahkan warna baru bagi demokrasi dan juga menjadi pembelajaran politik terutama dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012. Meski peran media konvensional belum tergantikan, namun keberadaan media sosial dapat menjadi senjata pelengkap dalam berkomunikasi dan membentuk citra politik. Penelitian ini hanya fokus kepada pemaparan strategi komunikasi politik dan pembentukan citra, untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut pada pasca-pemilihan untuk mengukur tingkat keberhasilannya.

This study describes the political communication strategy through social media conducted by independent candidates for DKI Jakarta gubernatorial election, Faisal Basri and Biem Benjamin. This is a descriptive qualitative research, focus on Faisal-Biem?s strategy in communicating and building political image. Faisal-Biem had successfully delivered political verbal text messages with redundancy, informative and educative methods, but less persuasive. However, the political communication strategy in building political brand as a newcomer in the political arena was well managed. Essential elements in the personal branding concept have been integrated well with each other and built simultaneously. The online donations system became a realization of their independent image. Not only their independence, but the dominant use of social media in their strategy has brought a new atmosphere as well as a political education for the democracy system in Indonesia. Although the role of the conventional media has not been replaced, the existence of social media could be an effective complementary weapon in communicating and forming political brand. Further research after the Jakarta gubernatorial election is needed to measure the success rate.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30752
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yosia Anugerah H.P.
"Media sosial merupakan media yang banyak digunakan oleh kalangan muda atau Generasi untuk berinteraksi dan bersosialisasi belakangan ini. Path merupakan salah satu media sosial yang banyak digunakan oleh Generasi Y di Indonesia. Untuk mengetahui sejauh mana peran Path bagi kehidupan Generasi Y dapat dilakukan dengan pendekatan Consumer Motivation oleh Philip Kotler dan Teori Hirarki oleh Abraham Maslow.
Maslow mengklasifikasikan kebutuhan manusia dalam lima jenjang yang secara mutlak harus dipenuhi menurut tingkat jenjangnya yaitu kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan sosial (social needs atau belongingness needs), kebutuhan ego (egoistic or esteem needs), kebutuhan aktualisasi diri (need for self-actualization).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk mengetahui bagaimana peran Path sebagai media sosial mampu membantu Generasi Y dalam memenuhi kebutuhan sosial, kebutuhan ego dan aktualisasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Path dapat memenuhi kebutuhan tersebut dalam tingkat yang berbeda-beda.

Social media is a media widely used by youth or Generation Y to interact and maintain their social life recently. To determine the impotance of Path for Generation Y can be done by applying approaches such as Consumer Motivation by Philip Kotler and Hierarchy Theory of Abraham Maslow.
Maslow classifies human needs in five stages that must be fullfilled according to the stages sequence, physiological needs, safety needs, social needs, egoistic needs, and self-actualization needs.
This study uses descriptive qualitative methodology to understand the role of Path as social media can fullfill Generation Y’s social needs, egoistic needs, and needs for actualization. The results showed that Path able to these three needs in various level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Pangestu
"Penelitian ini mencoba menjelaskan mengenai mengapa China bertindak asertif terhadap Vietnam di dalam kasus sengketa di Laut China Selatan. Tindakan China terhadap Vietnam di kasus Laut China Selatan merupakan sebuah anomali. Ketika berhadapan dengan negara Asia Tenggara lainnya, China tidak bertindak asertif dibandingan ketika China berhadapan dengan Vietnam. China masih mengedepankan negosiasi dalam berhadapan dengan negara lain. Tetapi jika berhadapan dengan Vietnam, China lebih mengedepankan sikap asertifnya. Untuk mencoba menganalisis sikap China terhadap Vietnam tersebut, penulis menggunakna konsep offense-defense balance milik Jervis. Konsep tersebut menyatakan bahwa ketika suatu negara meningkatkan keamanannya maka keamanan negara lain akan berkurang. Namun efek tersebut dapat dikurangi oleh 2 indikator yaitu keuntungan ofensif dan defensif serta pembedaan senjata ofensif atau defensif. Keuntungan ofensif terjadi ketika teknologi alutsista dapat menetralisir keuntungan geografis yang ada. Keuntungan defensif terjadi ketika teknologi alutsista tidak bisa menetralisir keuntungan geografis. Sedangkan pembedaan senjata ofensif dan defensif dapat dilihat dari 3 variabel yaitu mobilitas, daya tembak dan kemampuan menyerang tiba-tiba. Dari hasil analisis, tindakan China untuk bertindak lebih asertif kepada Vietnam disebabkan karena China dan Vietnam sama-sama memiliki keuntungan ofensif dan alutsista yang mereka miliki dapat dibedakan antara yang memiliki kemampuan ofensif dan kemampuan defensif. Oleh sebab itu dalam hubungan China dan Vietnam terjadi hubungan yang memungkinkan terjadinya aksi asertif oleh salah satu negara.

This study tries to explain why China acts assertively towards Vietnam in the case of disputes in the South China Sea. China's action against Vietnam in the South China Sea case is an anomaly. When dealing with other Southeast Asian countries, China is not as assertive as when China is dealing with Vietnam. China is still prioritizing negotiations in dealing with other countries. But when it comes to Vietnam, China puts forward its assertiveness. To try to analyze China's attitude towards Vietnam, the author uses Jervis' offense-defense balance concept. The concept states that when a country increases its security, the security of other countries will decrease. However, this effect can be reduced by 2 indicators, namely offensive and defensive advantages and the differentiation of offensive or defensive weapons. Offensive advantage occurs when defense equipment technology can neutralize the existing geographic advantage. Defensive advantage occurs when defense equipment technology cannot neutralize geographical advantages. While the distinction between offensive and defensive weapons can be seen from 3 variables, namely mobility, firepower and the ability to attack suddenly. From the results of the analysis, China's action to act more assertively towards Vietnam is because China and Vietnam both have offensive advantages and their defense equipment can be distinguished between those with offensive capabilities and defensive capabilities. Therefore, in the relationship between China and Vietnam, there is a relationship that allows assertive action by one of the countries."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irarubbyanthy Irwan
"Oi perairan, terdapat beragam Sumber Oaya Hayati (SOH) seperti
mikroorganisme, tumbuhan air dan berbagai hewan perairan. Ganggang
halus lautlmikroalga merupakan SOH perairan yang berperan sebagai
produsen primer dalam rantai makanan. Mikroalga adalah mikroorganisme
atau jasad renik dengan tingkat organisasi selnya termasuk ke dalam
tumbuhan tingkat rendah. Pemanfaatan mikroalga dapat sebagai bahan
pakan utama dalam budidaya perairan dan produk olahan berupa "makanan
sehat", yaitu dari ganggang halus lautjenis Spirulina, sp dan Chlorella, sp.
Ganggang halus laut membutuhkan senyawa karbon, nitrogen, fosfor,
sulfur dan elemen runutan untuk pertumbuhannya. Untuk memenuhi nutrisi
yang dibutuhkan, diberikan dua jenis pupuk anorganik ke dalam media
kultivasi ganggang hal us !aut yang berbeda, yaitu pupuk anorganik proanalis ...,_
dan teknis. Ganggang halus laut memiliki kemampuan untuk menyerap dan -
mengeluarkan kandungan anorganik yang berasal dari pupuk yang diberikan,
sehinga perlu dilakukan analisa kandungan anorganik pada media kultivasi
tersebut dengan metode Colorimetri dan Spektrofotometer Serapan Atom.
Pertumbuhan ganggang halus laut diukur dari kepadatan selnya pada
setiap volume,kulturnya (log sel/ml). Oengan pupuk anorganik proanalis,
Spirulina, sp menghasilkari jumlah sel tertinggi, yaitu sebanyak 7,7005 log
sel/ml pada umur kultivasi 7 hari, dan Ch/orella, sp sebanyak 7,4183 log
sel/ml pada umur kultivasi 9 hari. Sedangkan dengan pupuk anorganik teknis, Spirulina, sp pada umur kultivasi 5 hari menghasilkan jumlah sel
tertinggi, sebanyak 7,02467 log sel/ml, dan Chlorella, sp pada umur kultivasi
9 hari sebanyak 7,03323 log sel/ml.
Pada media kultivasi ganggang halus laut, kadar ammonia yang
dihasilkan berada dalam rentang 0,3467-2,3367 mg/L, sulfida berada dalam
rentang tidak terdeteksi hingga 0,02 mg/L, kemudian kadar nitrat berada
dalam rentang 0,038-8,3367 mg/L, sedangkan kadar nitrit 0,035-2,08 mg/L,
dan kadarfosfat antara 4,1167-1 3,9667 mg/L.
Di alam, logam dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan
perkembangannya, tetapi dapat pula bersifat toksik. Kadar cadmium pada
media kultivasi berada dalam rentang tidak terdeteksi hiogga 0,1707 mg/L,
sedangkan kadar tembaga tida terdeteksi, kemudian kadar besi dihasilkan
antara 0,0945-3,2904 mg/L dan Radar timbal berada dalam rentang tidak
terdeteksi hingga 1,147 mg/L. • •
Berdasarkan hasil penelitian kandungan anorganik pada media
kultivasi ganggang halus laut Spiro/ina, sp dan Chlorella, sp, maka media
kultivasi ganggang halus laut ini aman untuk pengembangan pakan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parlindungan, Yosua
"[ ABSTRAK
Makalah ini membahas tentang peran media sosial dalam krisis dan penggunaan media sosial dalam proses manajemen krisis. Media sosial dapat berperan baik sebagai pemicu atau fasilitator sebuah krisis, sekaligus sebagai solusi alternatif dalam mengatasi krisis. Makalah ini juga membahas tentang macam-macam platform media sosial, karakteristik masing-masing platform, serta bagaimana menggunakan setiap platform dengan tepat dalam melakukan manajemen krisis. Studi kasus pada makalah ini memperlihatkan contoh penggunaan media sosial dalam krisis baik yang tepat maupun yang kurang tepat;
ABSTRACT This paper focuses on the role of social media in a crisis and the uses of social media in crisis management process. Social media can act both as a trigger as well as facilitator of crises, and also as an alternative solution in handling crisis. This paper also talks about the different platforms of social media, the characteristics of each platform, and also how to use each platform properly in crisis management actions. The case study in this paper shows how and how not to use social media.;This paper focuses on the role of social media in a crisis and the uses of social media in crisis management process. Social media can act both as a trigger as well as facilitator of crises, and also as an alternative solution in handling crisis. This paper also talks about the different platforms of social media, the characteristics of each platform, and also how to use each platform properly in crisis management actions. The case study in this paper shows how and how not to use social media., This paper focuses on the role of social media in a crisis and the uses of social media in crisis management process. Social media can act both as a trigger as well as facilitator of crises, and also as an alternative solution in handling crisis. This paper also talks about the different platforms of social media, the characteristics of each platform, and also how to use each platform properly in crisis management actions. The case study in this paper shows how and how not to use social media.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>