Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111206 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Cecep Kustandi
Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat RI, {s.a.}
324 KAJ 20:3 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jarot Tri Adiono
"Beberapa penelitian menunjukkan fakta bahwa kemampuan anak-anak Sekolah Dasar di Indonesia masih rendah, dibandingkan negara-negara lain (Wulan, 2009). Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Dikbud yang dilaporkan tahun 1997 adalah adanya anak yang mengalami kesulitan belajar membaca (Nawangsari dan Suprapti, 2008). Program intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengajaran membaca tingkat dasar dengan model Bottom- Up pada siswa Sekolah Dasar.
Program intervensi didasarkan pada pendekatan modifikasi perilaku dengan metode Applied Behavior Analysis dengan teknik Descrete Trial Training. Metode ini menyatakan bahwa suatu perilaku terbentuk dengan adanya antecedent, behavior dan consequence. Tujuan dari penerapan program intervensi adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca subyek. Program intervensi ini dilakukan dalam 13 sesi dan disusun dalam sebuah rancangan program intervensi yang terdiri atas tiga bagian yaitu: 1) Data Dasar; 2) Program Intervensi; 3) Evaluasi Program.
Hasil intervensi secara umum menunjukkan bahwa program intervensi model Bottom-Up efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca bagi siswa Sekolah Dasar.
The ability to read is needed since children started education at primary level. Some studies showed the facts that children's reading ability in Elementary School in Indonesia was still low, compared to other countries (Wulan, 2009). Research conducted by Balitbang Dikbud (1997) reported that many children have reading difficulties (Nawangsari and Suprapti, 2008). Therefore, the intervention programs in this research aim to teach reading lower-level skills with Bottom-Up model in Elementary School A
This intervention program based on behavior modification approach using the Applied Behavior Analysis method with Discrete Trial Training technique. This method explains that a behavior is formed by the antecedent, behavior and consequence. The purpose of this intervention program is to improve students ability to read. Intervention program was conducted in 13 sessions and arranged in an intervention program design consists of three parts: 1) Baseline; 2) Intervention Program; 3) Evaluation Program.
Generally, the result of this intervention program is to improve effectively reading skills of elementary school students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Syarif Sumantri
"Buku ini membahas tentang model pembelajaran untuk anak sekolah di jenjang sekolah dasar"
Jakarta: Rajawali Press, 2016
371.3 MOH m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Ardelia Syifa Rabbani
"Program pendidikan dan pelatihan (diklat) memiliki peranan penting dalam meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogis pembelajar bahasa. Oleh karena itu, kontribusi program diklat di dalam praktik pembelajaran sepatutnya mendapat perhatian lebih. Penelitian kualitatif berbentuk studi kasus ini mendeskripsikan praktik seorang pembelajar yang mengikuti Diklat Metodologi Pengajaran Bahasa berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan mengidentifikasi tantangan yang dihadapinya ketika mengajar bahasa Jerman yang berorientasi HOTS. Lebih lanjut, ditelaah pula kontribusi diklat di atas serta persepsi pemelajar terhadap praktik pembelajaran tersebut. Data penelitian diperoleh dari observasi kelas dan wawancara, serta didukung dengan kuesioner pradiklat, kuesioner praobservasi, dan kuesioner persepsi pemelajar. Hasil observasi kelas dan wawancara menunjukkan bahwa walaupun keikutsertaan pembelajar dalam diklat berpengaruh terhadap perubahan persepsinya mengenai HOTS, pengaplikasiannya dalam praktik pembelajaran di dalam kelas belum maksimal. Persepsi pemelajar turut menguatkan simpulan tersebut. Empat tantangan yang melatarbelakanginya, yakni minimnya waktu persiapan yang dimiliki pembelajar, kemampuan bahasa pemelajar yang belum mumpuni, materi ajar yang tidak dapat memfasilitasi pembelajaran berorientasi HOTS, dan hambatan teknis dalam menyelenggarakan pembelajaran. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, diberikan saran pedagogis untuk pembelajaran bahasa Jerman berorientasi HOTS, saran bagi pengembangan program diklat, dan bagi penelitian berikutnya.

A professional development programme plays an important role in enhancing the professional and pedagogic competence of language teachers. Thus, the contribution of professional development programme on the teaching practice should be paid more attention. This qualitative case study describes HOTS-oriented German language teaching practice of a teacher who had participated in the Training on HOTS-based Language Teaching Methodology and identifies the challenges faced in the practice. Further, the study elucidates the contribution of the aforementioned professional development programme and the students’ perception of the HOTS-oriented German language teaching practice. The research data was gathered from class observation and interview, supported by pre-training questionnaire, pre-observation questionnaire and students’ perception questionnaire. The result from the observation and interview showed that the professional development programme materials influenced teachers’ perception on HOTS, but yet, the application of the HOTS-oriented teaching practice was not maximal. The students’ perception strengthened the result as well. The four challenges behind it were the lack of preparation time for the teacher, students’ limited language skills, teaching material that could not facilitate HOTS and technical difficulties. Based on the discussion of the research results, pedagogical suggestions as well as suggestions for programme development and further research are provided."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kushartanti
"Teaching Indonesian in formal schools today is regarded as a challenge by many Indonesian teachers. In a country like Indonesia, in which language situation is very complex due to many languages and dialects (and also the fast-growing English usage in big cities), this phenomenon can be understood. Since the country?s independence, there have been several curricula?one of them is Kurikulum Berbasis Kompetensi (competence-based curriculum), the newest being Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Unit Level of Education-Based Curriculum). The latter seems to be regarded as the most ideal curriculum, because it can be adjusted to the regions? policy. The problems are that there are still Ujian Nasional (national examination) and that the ?readability? of the curriculum is still a big question for many teachers. This paper is focused on the elementary school teacher?s strategies on applying the curriculum. This paper also discusses the curriculum, some principles on language learning, and the emergence of literary matters."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengembangan kewirausahaan sekolah merupakan trend baru yang mendukung pengembangan satuan pendidikan di berbagai tingkatan . Hal ini di dasarkan pada realitas bahwa semangat dan jiwa wirausaha tidak hanya dimiliki oleh pengusaha tetapi juga sem7ua orang yang - minimal - mampu berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk meningkatkan nilai tambah (manfaat) dari hasil usahanya...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nanik Retnowati
"Bahasantara merupakan bahasa transisi yang dihasilkan oleh pemelajar bahasa kedua atau bahasa asing untuk berkomunikasi, baik kepada sesama pemakai bahasantara maupun penutur asli atau pemakai bahasa kedua atau asing yang telah mencapai bahasa sasaran. Banyak hal yang dapat dipelajari bari bentuk bahasantara untuk kebutuhan kajian teoretis maupun untuk kebutuhan praktis karena bahasantara merupakan cermin proses pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing. Pemahaman terhadap pemerolehan bahasa kedua atau asing dapat memperkaya pengetahuan teoretis tentang bahasa secara umum selain berguna pula sebagai landasan bagi praktek pemelajaran dan pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing.
Karena pentingnya pemahaman yang mendalam tentang proses pemerolehan bahasa kedua atau asing, maka kajian bahasantara pada semua tataran analisis harus terus menerus dilakukan. Kajian itu dapat meliputi tataran fonologis, morfologis, sintaksis. Semantik, maupun pragmatis. Sementara itu, kajian tentang bahasantara di Indonesia tidak banyak. Tesis ini merupakan salah satu upaya mengkaji bahasantara pada tataran sintaksis, yaitu dengan mendeskripsikan kompleksitas kalimat bahasantara secara formal berdasarkan tingkat pendidikan. Deskripsi kompleksitas kalimat ini dilihat dari tiga segi, yaitu panjang kalimat, jenis kalimat, dan pola kalimat. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas dua, empat, dan enam sekolah dasar Madania yang berlokasi di perumahan Kahuripan Parsing, Bogor. Setiap jenjang pendidikan dibagi menurut kelompok kemampuan, yaitu kelompok atas, tengah, dan bawah, yang diamati adalah tulisan responden yang ditulis di buku harian. Jumlah keseluruhan responden adalah 76 siswa dan jumlah keseluruhan kalimat yang dianalisis sebanyak 757 kalimat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompleksitas kalimat yang dihasilkan oleh siswa dari latar jenjang pendidikan kelas dua, empat, dan enam berbeda. Tulisan siswa kelas dua lebih banyak menggunakan kalimat sederhana. Kalimat panjang banyak disebabkan oleh penggunaan konjungsi and then, pengulangan penggunaan frasa nomina yang seharusnya dapat diganti dengan pronomina, serta ekspresi-ekspresi baku misalnya judul-judul film, anggota keluarga, dan sebagainya. Pada tulisan kelas empat, banyak didapati jenis kalimat majemuk setara dan bersusun. Kalimat panjang banyak disebabkan oleh perluasan frasa nomina.
Pada tulisan kelas enam didapati jenis kalimat majemuk setara dan majemuk bersusun yang lebih banyak daripada kelas dua dan kelas empat. Kalimat panjang disebabkan terdapat perluasan konstituen dengan menggunakan klausa
Secara umum dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin kompleks kalimat yang dihasilkan. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pola kalimat yang umumnya muncul pada tiap jenjang pendidikan. Gambaran itu penting sebagai acuan pengembangan materi pembelajaran dan evaluasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>