Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45880 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eroschenko, Victor P.
Jakarta: EGC, 2015
611.018 ERO a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eroschenko, Victor P.
"DiFiore's Atlas of Histology with Functional Correlations explains basic histology concepts through realistic, full-color composite and idealized illustrations of histologic structures. Added to the illustrations are actual photomicrographs of similar structures, a popular trademark of the atlas. All structures are directly correlated with the most important and essential functional correlations, allowing students to efficiently learn histologic structures and their major functions at the same time. This new edition features: · New chapter on cell biology accompanied by both drawings and representative photomicrographs of the main stages in the cell cycle during mitosis · Contents reorganized into four parts, progressing logically from Methods and Microscopy through Tissues and Systems."
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2013
611.018 ERO d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mescher, Anthony L.
Jakarta: EGC, 2017
611.018 MES h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mescher, Anthony L.
Jakarta: EGC, 2014
611.018 MES h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lien Herlina
"ABSTRAK
Penetapan gaji secara kualitatif yang biasa diterapkan di lembaga-lembaga pemerintah sering dirasakan kurang adil karena hak yang diterima untuk jenis pekerjaan yang beban tugasnya lebih berat tidak berbeda dengan hak untuk jenis pekerjaan yang beban tugasnya lebih ringan, demikian juga untuk seseorang yang berprestasi baik tidak berbeda dengan untuk yang berprestasi biasa-biasa saja.
Sistem penetapan gaji yang membedakan gaji berdasarkan kinerjanya masing-masing dikenal dengan nama "sistem merit" Idenya adalah bahwa janji akan adanya pemberian gaji yang lebih tinggi untuk yang lebih berprestasi akan mendorong karyawan untuk meningkatkan kinerja dan produktivitasnya.
Salah satu penerapan sistem merit di Lembaga Pemerintahan adalah melalui penerapan jabatan fungsional peneliti, sedangkan tolok ukur produktivitas dalam penerapan jabatan fungsional peneliti adalah melalui pengumpulan angka kredit.
Satu sampel berjumlah 201 responden yang terdiri dari 104 peneliti dan 97 bukan peneliti digunakan untuk menguji beberapa hipotesa berkaitan dengan [earl tentang sistem merit. Analisa data untuk menguji hipotesa tersebut meliputi uji beda dua rata-rata dan analisa korelasi. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup dengan memakai skala Likert untuk mendapatkan data primer.
Uji beda dua rata-rata menunjukkan bahwa terdapat perbedaan produktivitas antara peneliti dan bukan peneliti dimana produktivitas peneliti Iebih tinggi dibandingkan produktivitas bukan peneliti. Selanjutnya analisa korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positip antara pelaksanaan sistem merit melalui penerapan jabatan fungsional peneliti dengan produktivitas. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positip antara jenjang jabatan fungsional peneliti dengan produktivitas.
Dengan asumsi bahwa pegawai yang mengikatkan dirinya kedalam jabatan fungsional peneliti adalah orang-orang yang sudah mempunyai "achievement need" yang tinggi, maka dengan adanya tugas, peluang dan balas jasa yang sudah jelas, akan semakin terdorong baginya untuk menghasilkan produktivitas tertentu yang dipersyaratkan dalam jabatan fungsional peneliti.
Temuan penelitian dapat menjadi masukan bagi organisasi secara umum yang ingin sistem penggajiannya sebagai alat memotivasi pegawai untuk meningkatkan produktivitas. Untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini disarankan agar dikembangkan penelitian lanjutan antara lain : studi tentang faktor lain yang mempengaruhi produkivitas, studi tentang faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk melaksanakan sistem merit, studi perbandingan penerapan sistem merit pada organisasi lainnya.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Werda Indriarti; Wijoto
"Recently, lactate has been recognized as energy resources for neuron metabolism. According to ANLS hypothesis, glucose being particularly uptaken by astrocyte is eventually metabolized via glycolisis. Lactate produced in astrocyte is then released into extracelluler matrix and uptaken by neuron then converted into pyruvate that used in oxydative metabolism. That proccess is resulted more ATP than that of conventional theory. A few in vitro studies has demonstrated that there is an increased of ATP in neuron at hypoxic condition, agreed with ANLS hypothesis.
This study was aimed to learn the correlation between plasma lactate level and functional scale in acute thrombotic stroke patients. Forty patients with acute thrombotic stroke were admitted to neurology ward, dr. Soetomo General Hospital Surabaya in May until July 2013. Those patients had been examined for plasma lactate level using lactate-oxydase colorimetric method and functional scale by NIHSS (National Institute of Health Stroke Scale). The results showed that mean of age was 58,98 ± 11,91 years old, plasma lactate level was 1,51 ± 0,47 mmol/L, and mean of NIHSS was 6,83 ± 2,978. There was negative correlation between plasma lactate level and functional scale measured by NIHSS in acute thrombotic stroke patients, which was statistically significant (r = - 0,366 and p = 0,020)."
Jakarta: Universitas Yarsi, 2015
362 STK 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Kurnia Pratama
"Penuaan adalah proses alamiah yang dapat dilihat dari penurunan massa otot atau sarkopenia. Sarkopenia merupakan masalah karena terkait dengan peningkatan risiko jatuh. Oleh karena itu, kemampuan fisik orang usia lanjut perlu diketahui sejak awal. Pengukuran kekuatan genggam tangan digunakan untuk mengukur kekuatan otot tangan dan timed up and go test digunakan untuk mengukur mobilitas fungsional. Sampai saat ini korelasi keduanya belum diketahui sehingga korelasi keduanya perlu diteliti di samping mencari rerata keduanya. Penelitian ini dilakukan pada 73 pasien usia lanjut di Poliklinik Geriatri RSCM berupa pengukuran kekuatan genggam tangan dengan dinamometer Jamar dan TUGT dengan pengukur waktu. Uji normalitas data tersebut dilakukan dan diikuti dengan uji korelasi Spearmann. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna dengan hubungan menengah r=-0,568, p=0,000 . Rerata kekuatan genggam tangan dalam mean yang didapatkan adalah sebesar 19,1 kg sedangkan rerata mobilitas fungsional yang didapatkan dalam median adalah sebesar 12,8 5,9-30,9 s.

Aging is a normal process happened and can be viewed from muscle mass reduction or sarcopenia. Sarcopenia is problematic since it is correlated with higher fall risk. Based on that finding, early measurement of physical performance of elderly is a necessary. Hand grip strength can be measured to assess hand muscle strength while timed up and go test TUGT is used to assess functional mobility. However, correlation of both variable hasn rsquo t been clearly explained thus makes this research is needed. This research was also done to measure the average of hand grip strength and functional mobility on elderly patient. This research was done on elderly patient in Geriatric Policlinic of RSCM by measuring hand grip strength using Jamar dynamometer and measuring TUGT using stopwatch. Correlation between two variables are calculated by Spearmann correlation test after being tested their normality using normality test. The result showed there are significantly meaningful moderate correlation between hand grip strength and functional mobility p 0,000, r 0,568 . The average of the hand grip strength is 19,1 kg in mean and the average of the functional mobility is 12,8 5,9 30,9 s in median."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Silvia Pagitta
"ABSTRAK
Magnesium merupakan salah satu komponen mikronutrien dan dilaporkan
mempunyai peran dalam proses metabolisme dan kekuatan otot namun belum
mendapat cukup perhatian yang luas sehingga jarang dilakukan pemeriksaan rutin. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang bertujuan untuk
mengetahui korelasi asupan magnesium dan kadar magnesium eritrosit dengan
mobilitas fungsional. Penelitian ini dilakukan di 3 panti jompo di Jakarta Timur
pada bulan April-Mei 2016. Pengumpulan subjek dilakukan dengan metode
consecutive sampling dan didapatkan 52 lanjut usia. Sebagian besar berjenis
kelamin perempuan dengan rerata usia 74,5 ± 8,6 tahun dan terbanyak pada
kelompok usia 70-79 tahun. Rerata asupan magnesium subjek adalah 188 mg/ hari dan sebagian besar (84,6%) memiliki asupan magnesium yang rendah. Rerata kadar magnesium eritrosit adalah 3,69 ± 0,63 mEq/ L dan didapatkan 96,2 % memiliki kadar magnesium eritrosit yang rendah. Median nilai tes Timed Up and Go adalah 11,5 detik. Pada penelitian ini terdapat korelasi bermakna dengan arah negatif antara asupan magnesium dengan mobilitas fungsional yang ditunjukkan dengan tes Timed Up and Go (p = 0,031, r = -0,3) sedangkan kadar magnesium eritrosit dengan mobilitas fungsional yang ditunjukkan dengan tes Timed Up and Go tidak didapatkan korelasi bermakna (p = 0,113, r = 0,223).

ABSTRACT
Magnesium is one component of micronutrients and is reported to have a role in the metabolism proccess and muscle strength, but this still didn?t get much
attention, so that a routine examination is rarely done.This cross-sectional study aimed to evaluate the correlation of magnesium intake and erythrocyte
magnesium levels with functional mobility. This study was done in 3 nursing
home in East Jakarta, from April to May 2016. Data were collected from 52
subjects with methods consecutive samping. The subjects of this study are women with mean age of 74,5 ± 8,6 years old and mostly in 70-79 years old group age. The mean magnesium intake are 188 mg/day, with 84,6 % of the subjects with a low magnesium intake, at the same time, the mean erytrocyte magnesium levels was 3,69 ± 0,63 mEq/ L and 96,2 % of the subjects experienced magnesium deficiency. The median score for TUG test is 11,5 seconds. There was a significant negative correlation between magnesium intake and functional mobility shown by Timed Up and Go test in elderly (p = 0,031, r = -0,3) and erythrocyte magnesium levels did not correlated significantly with functional mobility shown by Timed Up and Go test in elderly (p = 0,113, r = 0,223)."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophika Umaya
"Homeostasis protein berperan penting dalam memperlambat proses malnutrisi dan dalam mempertahankan massa bebas lemak pasien kanker. Kehilangan signifikan massa bebas lemak terutama massa otot skelet akan mengurangi mobilitas fisik, kapasitas fungsional, dan skor kualitas hidup pasien kanker. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara asupan protein dengan massa bebas lemak dan kapasitas fungsional pada pasien kanker paru di poli onkologi RS Persahabatan Jakarta. Didapatkan 52 subjek laki-laki dengan rerata usia 55,63 6,77 tahun. Jenis dan stadium kanker yang terbanyak ditemukan adalah adenokarsinoma 63,5, stadium IV 65,4. Status nutrisi kurang berdasarkan IMT ditemui pada 21,2 subjek, dan berdasarkan kadar albumin serum didapatkan 30,8 subjek dengan hipoalbuminemia. Lebih dari 50 subjek dengan asupan energi dan protein dibawah rekomendasi asupan untuk pasien kanker. Pada pemeriksaan komposisi tubuh didapatkan rerata massa bebas lemak 47,20 6,28 kg, dengan 48,1 indeks massa bebas lemak rendah, massa otot rerata 44,74 5,98 kg dengan 40,4 massa otot tergolong kurang. Nilai kapasitas fungsional skala Karnofsky.

The homeostasis of protein plays an important role in decreasing the process of malnutrition and in maintaining fat free mass in cancer patients. The significant loss of fat free mass, especially skeletal muscle mass could decrease physical activity, functional capacity, and quality of life of cancer patients. This was a cross sectional study aimed to investigate the correlation of protein intake, fat free mass and functional capacity in lung cancer patients in the Oncology Unit of Persahabatan Hospital Jakarta. Obtained 52 male subjects with a mean age of 55,63 6,77 years old. The most cancers type were adenocarcinoma 63,5 and most of subjects were at stage IV 65,4 . Nutritional status of the subjects 21,2 were in undernutrition based on body mass index parameter, and 30,8 of the subjects were in hypoalbuminemia. More than 50 of the subjects had low energy and protein intake. The mean of fat free mass was at 47,20 6,28 kg, that 48,1 of fat free mass index were in low categorized, and 40,4 of muscle mass were also in small categorized, that the mean was at 44,74 5,98 kg. Functional capacity Karnofsky scale of the subjects 26,9 showed less than 70. The data showed that the subjects had nutrition problems. This study showed positive and significant correlations between protein intake with fat free mass index r 0,379, p "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fannie Fauzarianda
"Latar Belakang: Penurunan massa bebas lemak dan status fungsional akan mempengaruhi prognosis pada pasien kanker kepala leher. Pembentukan massa bebas lemak dipengaruhi berbagai hal termasuk nutrisi. Salah satu zat gizi yang berperan dalam adalah asam amino rantai cabang. Karnofsky Performance Scales (KPS) adalah salah satu parameter status fungsional yang dinilai secara rutin untuk pasien kanker Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara asupan asam amino rantai cabang dengan massa bebas lemak dan status fungsional pada pasien kanker kepala dan leher.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada subjek dewasa dengan kanker kepala leher secara consecutive sampling method di poliklinik radioterapi RSCM. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data karakteristik dasar, data asupan zat gizi dan penilaian status fungsional. Pengukuran komposisi tubuh massa bebas lemak dengan alat bioimpedance analysis single Frequency. Pengukuran status fungsional dengan KPS.
Hasil: Sebanyak 77 subjek penelitian dengan rerata usia 52 tahun, dengan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, 61 % berpendidikan menengah dan sebagian besar bekerja. Lokasi kanker terbanyak pada nasofaring dengan jenis karsinoma sel skuamosa dan stadium IV. Rerata subjek memiliki status gizi normal. Penilaian 3 x24-h Food Recall didapatkan dengan rerata asupan energi 27,44 kkal/kgBB dan protein 1,33 g/kgBB. Penilaian rerata asupan AARC dengan FFQ semi kuantitatif pada subjek penelitian didapatkan sebesar 10,99 gram. Pada penelitian ini didapatkan rerata nilai massa bebas lemak 42,10 kg dengan sebanyak 46 % subjek penelitian laki- laki memiliki index massa bebas lemak < 17 kg/m2 sedangkan pada subjek penelitian wanita terdapat 16 % dengan index massa bebas lemak <15 kg/m2 Status fungsional dengan menggunakan KPS subjek penelitian dengan median 90 dengan nilai minimum 40. Sekitar 11,6% subjek penelitian yang memiliki nilai KPS kurang dari sama dengan 70. Terdapat korelasi lemah antara asupan asam amino rantai cabang dengan massa bebas lemak (r=0,238, p=0,037).Tidak terdapat korelasi antara asupan AARC dengan status fungsional (r=0.147; p>0.05)
Kesimpulan: Terdapat korelasi bermakna yang lemah antara asupan AARC dengan massa bebas lemak dan tidak terdapat korelasi antara asupan AARC dengan status fungsional pada subjek kanker kepala leher

Background: Decreased fat-free mass and functional status will affect the prognosis in head and neck cancer patients. The formation of fat-free mass is influenced by various things including nutrition. One of the nutrients that play a role in is branched chain amino acids. Karnofsky Performance Scales (KPS) is a functional status parameter that is routinely assessed for cancer patients.
Methods: This cross-sectional study was conducted on adult subjects with head and neck cancer by consecutive sampling method at the radiotherapy polyclinic RSCM. Interviews were conducted to collect data on basic characteristics, data on nutrient intake and assessment of functional status. Measurement of body composition fat-free mass using a single Frequency bioimpedance analysis tool. Functional status measurement using the KPS.
Results: A total of 77 study subjects with an average age of 52 years, with most of them being male, 61% having secondary education and most of them working. Most cancer locations in the nasopharynx with the type of squamous cell carcinoma and stage IV. On average, the subjects had normal nutritional status. The 3 x24-h Food Recall assessment was obtained with an average energy intake of 27.44 kcal/kgBW and protein 1.33 g/kgBW. The assessment of the average BCAA intake with semi-quantitative FFQ on research subjects was 10.99 grams. In this study, the average fat-free mass value was 42.10 kg with as many as 46% of male research subjects having a fat-free mass index <17 kg/m2 while in female research subjects there were 16% with a fat-free mass index <15 kg/m2. Functional status using KPS of research subjects with a median of 90 with a minimum value of 40. Approximately 11.6% of study subjects had a KPS value of less than 70. There was a weak correlation between intake of branched-chain amino acids and fat-free mass (r=0.238, p=0.037. There was no correlation between BCAA intake and functional status (r=0.147; p>0.05)
Conclusion: There is a weak significant correlation between BCAA intake and fat-free mass and there is no correlation between BCAA intake and functional status in head and neck cancer subjects
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>