Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91626 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Feyona Heliani Subrata
"Latar belakang: Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga tersering di seluruh dunia dan menyebabkan hingga 700.000 kematian setiap tahunnya. Angka kematian akibat kanker kolorektal paling tinggi di negara berkembang yaitu sebesar 52%. Pasien kanker kolorektal memiliki tingkat kesakitan yang tinggi akibat rekurensi maupun metastasis kanker.Faktor-faktor tersebut kemudian memengaruhi luaran akhir pasien-pasien dengan kanker kolorektal yaitu kesintasan hidup. Studi ini menilai kesintasan pasien kanker kolorektal di RSCM.
Metode Penelitian ini merupakan suatu penelitian kohort retrospektif dengan analisis survival. Data pasien kanker kolorektal diperoleh dari rekam medis Departemen Medik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSCM selama periode Januari 2014 – Desember 2016. Seleksi data dilakukan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi hingga jumlah minimal subyek penelitian terpenuhi.
Hasil Sebanyak 142 subyek diikutsertakan pada penelitian ini. Kelompok usia terbanyak kanker kolorektal adalah usia ≥45 tahun (73,2%) dan didominasi oleh jenis kelamin laki-laki (55,6%). Komorbiditas pasien pada penelitian ini antara lain diabetes melitus (85,2%), hipertensi (66,9%), dan obesitas (53,5%). Tingkat keparahan penyakit terbanyak pada penelitian ini adalah kanker kolorektal dengan derajat stadium IV (52,1%). Kesintasan lima tahun pasien kanker kolorektal adalah sebesar 43%. Stadium II (HR 5,19; p=0,008; 95%CI 1,524-17,692) dan III (HR 3,72; p=0,006; 95%CI 1,446-9,574) menentukan kesintasan lima tahun dan terapi definitif merupakan faktor protektif terhadap kematian dalam kurun waktu lima tahun (HR 0,117; p=0,000; 95%CI 0,096-0,519).
Kesimpulan Angka kesintasan keseluruhan KKR dalam kurun waktu 5 tahun di RSCM adalah sebesar 43%. Faktor-faktor yang memengaruhi kesintasan pasien adalah stadium klinis dan operasi definitif berupa reseksi massa tumor primer.

Background Colorectal cancer is the third most common cancer all over the world and cause more than 700.000 death anually. Mortality rate of colorectal cancer is higher in developing country compared to developed country. Patients with colorectal cancer have high morbidity due to recurrence or metastatis. Those factors determine the survival rate of patients with colorectal cancer. This study assess survival of patients with colorectal cancer in RSCM.
Method This study was a retrospective cohort with survival analysis. The patients data were from medical record from Surgery Departement in RSCM from January 2014-December 2016. Data selection was done based on inclusion and exclusion criterias.
Result There were 142 patients included in this study. Most of the patients were men (55,6%) with aged ≥45 tahun (73,2%). The most common comorbid found in this study were diabetes melitus (85,2%), hypertension (66,9%), and obesity (53,5%). There were 52,1% patients with high grade cancer/stadium IV. Five years survival of patients with colorectal cancer in this study was 43%. Stadium II (HR 5,19; p=0,008; 95%CI 1,524-17,692) and III (HR 3,72; p=0,006; 95%CI 1,446-9,574) determined five years survival and surgery is the protective factor to death for patients with colorectal cancer in five years (HR 0,117; p=0,000; 95%CI 0,096-0,519).
Conclusion Survival rate of patients with colorectal cancer in five years was 43%. Factors that influence survival rate were clinical stadium and surgery of primary tumor mass.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardy Wildan
"Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan penyakit keganasan ketiga terbanyak di dunia dan memiliki mortalitas yang cukup tinggi terutama bila ditemukan pada stadium lanjut. Kesintasan pasien KKR stadium IV dan faktor yang berhubungan perlu diketahui untuk menentukan perbaikan pada tata laksana KKR. Tujuan. Mengetahui kesintasan satu tahun pasien kanker kolorektal stadium IV serta hubungan usia, lokasi tumor, lokasi metastasis, kemoterapi, terapi target, serta diferensiasi tumor dengan kesintasan dalam satu tahun Metode. Penelitian dilakukan dengan metode kohort retrospektif dengan subyek penelitian pasien kanker kolorektal stadium IV yang berobat ke RSCM sejak Januari 2018 hingga Mei 2020. Data pasien dan faktor yang berhubungan diambil dan dilakukan pengamatan selama 1 tahun sejak pasien pertama kali terdiagnosis stadium IV. Kesintasan dinilai dengan metode Kaplan-Meier dan dilanjutkan dengan uji log-rank untuk faktor yang berhubungan. Hasil. Penelitian ini berhasil mengumpulkan 214 subyek dengan kesintasan 1 tahun sebesar 43% dengan median kesintasan 11 bulan. Pasien yang memiliki berat badan kurang [HR 1,495; IK 1,028-2,173; (p=0,035)] dan tidak mendapatkan kemoterapi [HR 4,466; IK 3,027-6,588; (p=<0,001)] merupakan faktor yang bermakna secara statistic terhadap kesintasan satu tahun pasien KKR stadium IV di RSCM. Kesimpulan. Kesintasan satu tahun pasien KKR stadium IV di RSCM hampir sama dengan negara Asia lain. Pemberian kemoterapi dan berat badan kurang memiliki hubungan yang signifikan dengan mortalitas KKR stadium IV.
Background. Colorectal cancer is the third most common types of cancer in the world. Colorectal cancer has high mortality especially when found in later stage. The survival and its associated factors should be known to improve the cancer treatment. Objective. This study was undertaken to document one year survival for colorectal cancer and whether age, tumor side, metastatic location, chemotherapy, targeted therapy, and tumor differentiation are associated with one year survival. Methods. This study is a retrospective cohort study. The subjects are stage IV colorectal cancer patients in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo since January 2018-May 2020. Data of patients and its mortality status within one year is documented since the patients diagnosed with stage IV colorectal cancer. Survival was done using Kaplan-Meier method and continued with log-rank test. Result. We collected 214 subjects and 1 year survival rate is 43% with survival median of 11 months. Patients who are underweight [HR 1,495; 95% CI 1,028-2,173; (p=0,035)] and did not received chemotherapy [HR 4,466; 95% CI 3,027-6,588; (p=<0,001)] were associated with one year survival of mCRC in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Conclusion. One year survival for mCRC in RSUPN Cipto Mangunkusumo is similar to other Asian countries. Chemotherapy and underweight were associated with survival in 1 year observation."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ganesha Wisnu Wardhana
"Insiden kanker kolorektal di Indonesia adalah 10,5 per 100.000 penduduk dengan mortalitas 4,4% pada kanker kolon dan 3,3% pada kanker rektum. Penelitian oleh Sitorus dkk (2010) menunjukkan kesintasan kanker kolorektal di Indonesia adalah sebesar 31,34%. Identifikasi faktor-faktor prognostik yang berhubungan dengan kesintasan kanker kolorektal dapat digunakan sebagai acuan unutk meningkatkan pelayanan dalam tatalaksana kanker kolorektal. Studi ini menilai faktor-faktor yang memengaruhi kanker kolorektl di RSCM. Penelitian ini merupakan suatu penelitian kohort retrospektif dengan analisis faktor yang memengaruhi kesintasan. Data pasien yang mengalami kanker kolorektal diperoleh dari registrasi kanker kolorektal Divisi Bedah Digestif RSCM selama periode Januari-Desember 2014. Didapatkan sebanyak 142 subyek kanker kolorektal dengan kelompok usia terbanyak adalah usia ≥45 tahun. Sebanyak 52,1% subyek menderita kanker kolorektal stadium IV dengan lokasi tersering adalah rektum (47,2%). Adapun faktor-faktor yang memengaruhi kesintasan pasien kanker kolorektal antara lain ialah stadium (p=0,002; HR 2,09; 95%CI 1,32-3,29), terapi pembedahan definitif (p=0,000; HR 20,7; 95%CI 5,01-86,28), penyulit obstruksi atau perforasi (p=0,019; HR 9,99; 95%CI 2,42-41,08), invasi limfovaskular (p=0,000; HR 7,86; 95%CI 2,89-21,36), dan diabetes mellitus (p=0,048; HR 1,6; 95%CI 3,28-7,22). stadium, terapi pembedahan definitif, penyulit baik osbtruksi maupun perforasi, invasi limfovaskular, dan diabetes mellitus merupakan faktor-faktor yang memengaruhi kesintasan pasien kanker kolorektal

The incidence of colorectal cancer in Indonesia was 10,5 per 100.000 with mortality of 4,4% for patients with colon cancer and mortality of 3,3% in patients with rectal cancer. Research by Sitorus et al (2010) showed that the survival rate of patients with colorectal cancer in Indonesia was 31,34%. Identification of factors related to survival of colorectal cancer can be used to improve the management of patients with colorectal cancer. This study was a retrospective cohort with survival analysis. The patients data with colorectal cancer were from medical record from Digestive Surgery Division in RSCM from January - December 2014. Data selection was done based on inclusion and exclusion criterias. There were 142 patients with colorectal cancer included. Most of the patientes were ≥45 years old. There were 52,1% patients suffered from IV grade of colorectal cancer, and the most common location was rectum (47,2%). Factors affecting five years survival rate was stadium (p=0,002; HR 2,09; 95%CI 1,323,29), definitive treatment/surgery (p=0,000; HR 20,7; 95%CI 5,01-86,28), obstruction/perforation (p=0,019; HR 9,99; 95%CI 2,42-41,08), lymphovascular invasion (p=0,000; HR 7,86; 95%CI 2,89-21,36), and diabetes mellitus (p=0,048; HR 1,6; 95%CI 3,28-7,22). kanker (HR 1,842; 95%CI 1,244-2,729) were the factors that increased recurrence Stadium, definitive treatment/surgery, obstruction/perforation, lyymphovascular invasion, and diabetes mellitus were factors affecting fiver years survival rate of patients with colorectal cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Latuhihin, Welma Diana
"Keganasan kolorektal membuat pasien mengalami perubahan status kesehatan yang signifikan dan sangat mempengaruhi kehidupannya. Status kesehatan pasien mengarah kepada kondisi kronis dan membutuhkan adaptasi dari pasien terhadap keadaannya untuk bisa memperoleh kondisi kesehatan yang maksimal. Pasien Tn. S dengan kanker kolorektal post laparatomi hemikolektomi, stoma ileokolotransversal dengan komplikasi efusi pleura mengalami perdarahan pada haluaran stoma, dan alkalosis respiratorik. Diagnosa keperawatan utama yang diangkat adalah gangguan pertukaran gas dan kekurangan volume cairan, dengan intervensi manajemen asam basa dan manajemen cairan dan elektrolit.

Colorectal malignancies make patients experience significant changes in health status and greatly affect their lives. The patient's health status leads to chronic conditions and requires adaptation from the patient to his condition to be able to obtain maximum health conditions. Patient Mr. S with post laparatomy hemicolectomy colorectal cancer, ileokolotransversal stoma with complications of pleural effusion experiencing bleeding at the stoma output, and respiratory alkalosis. The main nursing diagnoses raised were interruption of gas exchange and lack of fluid volume, with acid base management interventions and fluid and electrolyte management."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Rahmah Ayu Anggrenani
"Kanker kolorektal diketahui berhubungan dengan massa otot yang rendah. Massa otot yang rendah dihubungkan dengan luaran klinis yang buruk. Telah diketahui bahwa asupan protein adalah salah satu faktor yang berperan dalam mempertahankan massa otot. Namun, studi-studi yang ada mengenai efek pemberian protein tinggi pada pasien kanker kolorektal terhadap massa otot belum dapat disimpulkan karena kurangnya bukti dari penelitian berkualitas baik dan intervensi pada studi yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara asupan protein dengan indeks massa otot skelet pada pasien kanker kolorektal yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penelitian menggunakan desain potong lintang pada subjek dewasa kanker kolorektal yang dirawat inap di RSCM. Asupan protein dinilai menggunakan multiple 24 hour recall. Indeks massa otot skelet didapatkan dari pengukuran massa otot skelet dalam kilogram menggunakan BIA multifrequency, lalu dibagi dengan tinggi badan dalam meter yang dikuadratkan. Sebanyak 52,5% subjek berjenis kelamin perempuan dan 50% subjek berada pada stadium IV. Terapi yang paling banyak telah dijalani subjek adalah kombinasi pembedahan dan kemoterapi (n=16, 40%). Tidak ditemukan korelasi antara asupan protein dan indeks massa otot skelet (r = -0,04, P=0,795).

Colorectal cancer is known to be associated with low muscle mass. Low muscle mass is associated with poor clinical outcome. It is known that protein intake is one of the factors that play a role in maintaining muscle mass. However, the existing studies on the effect of administering high protein in colorectal cancer patients on muscle mass have not been definitively concluded due to the lack of evidence from good quality studies and differences of intervention in existing studies. The purpose of this study was to determine the correlation between protein intake and skeletal muscle mass index in colorectal cancer patients who were hospitalized at the RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). The study used a cross-sectional design on adult subjects with colorectal cancer who were hospitalized at RSCM. Protein intake was assessed using multiple 24 hour recalls. Skeletal muscle mass index was obtained from the measurement of skeletal muscle mass in kilograms using BIA multifrequency, then divided by height in meters squared. A total of 52.5% of the subjects were female and 50% of the subjects were in stage IV. The most common therapy that the subject had undergone was a combination of surgery and chemotherapy (n=16, 40%). No correlation was found between protein intake and skeletal muscle mass index (r = -0.04, P=0.795)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hamida Hayati Faisal
"Kanker Nasofaring KNF merupakan salah satu kasus keganasan paling sering di Indonesia dengan karakteristik yang unik secara epidemiologi, patologi dan klinis. Faktor prognosis KNF telah menjadi fokus penelitian yang cukup penting dalam sejumlah studi yang telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik pasien KNF yang terdiagnosis di Poli THT RSCM serta angka kesintasan dengan melakukan analisis terhadap faktor yang berperan terhadap prognosis. Penelitian ini merupakan suatu penelitian kohort retrospektif dengan subjek penelitian bersifat total sampling pasien KNF yang terdiagnosis di Poli THT. Sebanyak 561 subjek penelitian ini, pria memiliki prevalensi sebanyak 2.8 kali daripada wanita. WHO tipe 3 dan WF tipe A menjadi jenis histopatologi paling dominan. Stadium IV A didapatkan pada 30.1 subjek dan 18.9 subjek sudah berada dalam kondisi metastasis jauh. Nilai tengah untuk waktu tunggu radiasi adalah 91 12-344 hari dengan durasi radiasi 53 39-95 hari. Stadium IVC, p= 0,000 , N3 p= 0,018 , metastasis jauh p= 0,000 , dan drop out atau tidak mendapat terapi p= 0,000 menjadi faktor yang memberikan kesintasan lebih buruk pada penelitian ini.

Nasopharyngeal Cancer NPC is one of the most frequent cancer in Indonesia which has a unique characteristic in epidemiology, pathology and clinical features. Prognostic factors are recently became the most important research foci, and a large number of investigation in this area have been performed. The objective of this study is to know the characteristics of NPC patients that have been diagnosed in ENT Department of RSCM and analyzed some factors that might have role in overall survival. This is the retrospective cohort study with total sampling subject. From 561 subjects, Male has 2.8 higher prevalence than female. WHO type 3 92,3 and WF type A 97,1 are the majority hisopathological result. Stage IV A is found in 30,1 subjects and 18,9 subjects were already in metastatic state. The median value of radiation waiting time was 91 12 344 days, duration time of radiation was 53 39 95 days. Stage IVC p 0,000 , N3 p 0,018 , distant metastatic p 0,000 , and drop out or no treatment p 0,000 are found to be the factors that give a negative impact in overall survival.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maida Tanara
"Latar belakang: Kanker kolorektal (KKR) menduduki peringkat keempat dengan persentase 8,6% dari total prevalensi kanker di Indonesia Namun, belum terdapat penelitian yang secara khusus mengevaluasi kualitas hidup penderita adenokarsinoma kolorektal pascaoperasi di Indonesia.
Metode: Studi dilakukan dengan desain deskriptif, populasi penderita adenokarsinoma kolorektal pascaoperasi sejak Januari 2017-Desember 2020 dan bersedia serta mampu menjawab kuesioner diinklusi dalam penelitian. Luaran yang dievaluasi adalah kualitas hidup dihubungkan dengan usia, jenis kelamin, familial, stadium dan jumlah terapi adjuvant.
Hasil: Terdapat 304 subjek penderita adenokarsinoma kolorektal pasca operasi , 123 pasien dinyatakan meninggal, 98 subjek yang menjawab kuesioner dalam penelitian ini, dengan 56 laki-laki dan 42 perempuan. 83 subjek (84.69%) tidak memiliki riwayat familial. Mayoritas penderita stadium IV sebanyak 71 subjek (72,44%), stadium III 23 subjek (23.46%) dan stadium II hanya 4 subjek (4.08%). Kualitas hidup menunjukkan sebaran data yang tidak normal dengan median 70 (50-90) pada semua domain. Ditemukan dua subjek yang menunjukkan nilai kurang pada domain kesehatan fisik. Pada domain psikologis, hubungan sosial dan lingkungan didapatkan seluruh subjek mendapatkan skor kualitas hidup diatas dari 60 dengan median secara berturut-turut 70(70-90), 70(60-90), dan 70(60-92). Didapatkan asosiasi yang bermakna secara statistik antara kualitas hidup dengan jenis kelamin, usia, stadium, dan jumlah terapi adjuvan yang memiliki p sebesar 0,011; 0,015; 0,002; dan 0,005. Tidak ditemukan asosiasi yang bermakna secara statistik antara kualitas hidup dengan familial.
Simpulan: Terdapat hubungan antara kualitas hidup penderita adenokarsinoma kolorektal di RSUPN dr. Cipto Mangukusumo apabila dihubungkan dengan usia, jenis kelamin, stadium kanker, dan jumlah terapi adjuvan.

Background: Colorectal cancer (CRC) is ranked fourth with a percentage of 8.6% of the total cancer prevalence in Indonesia. However, there are no studies that specifically evaluate the quality of life of postoperative colorectal adenocarcinoma patients in Indonesia.
Methods: The study was conducted with a descriptive design, patients with postoperative colorectal adenocarcinoma from January 2017-December 2020, willing and able to answer the questionnaire was included in the study. Outcomes evaluated were the quality of life related to age, sex, familial, stage and number of adjuvant therapy.
Results: There were 304 subjects with postoperative colorectal adenocarcinoma, 123 patients were declared dead, 98 subjects answered the questionnaire in this study. There were 56 men and 42 women, 83 subjects (84.69%) had no familial history. The majority of stage IV patients were 71 subjects (72.44%), stage III were 23 subjects (23.46%) and stage II only 4 subjects (4.08%). Quality of life showed an abnormal distribution of data with a median of 70 (50-90) in all domains. It was found that two subjects showed poor scores in the physical health domain. In the psychological domain, social relations and the environment, all subjects got a quality of life score above 60 with a median of 70 (70-90), 70 (60-90), and 70 (60-92). There was a statistically significant association between quality of life with sex, age, stage, and number of adjuvant therapy which had a p of 0.011; 0.015; 0.002; and 0.005. No statistically significant association was found between quality of life with familial.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Venny Beauty
"ABSTRAK
Menurut Jakarta Cancer Registry tahun 2012, kanker kolorektal merupakan kanker terbanyak kedua pada laki-laki dan terbanyak keempat pada perempuan di Indonesia. Pemeriksaan skrining kanker kolorektal yang saat ini tersedia memiliki berbagai keterbatasan. Matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) adalah endopeptidase yang berperan dalam degradasi matriks ekstraseluler, dan disekresi oleh berbagai sel seperti sel tumor, sel radang, dan fibroblas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran diagnostik MMP-9 feses dibandingkan dengan gambaran histopatologi sebagai baku emas. Desain penelitian adalah potong lintang. Penelitian dilakukan terhadap 52 subjek terduga kanker kolorektal yang menjalani kolonoskopi. Kadar MMP-9 feses diperiksa menggunakan kit MMP-9 dari R&D Systems dengan metode ELISA. Akurasi diagnostik kadar MMP-9 feses sebesar 0,855. Titik potong kadar MMP-9 feses didapatkan 1,237 ng/ml dengan sensitivitas 88,9%, spesifisitas 76,7%, nilai prediksi positif 44,4%, dan nilai prediksi negatif 97,1%. Pemeriksaan kadar MMP-9 feses dapat dipertimbangkan dalam skrining kanker kolorektal.

ABSTRACT
According to Jakarta Cancer Registry 2012, colorectal cancer is the second most common cancer in men and fourth in women in Indonesia. Colorectal cancer screening tests currently available, have various limitations. Matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) is endopeptidase which plays a role in the degradation of the extracellular matrix, and is secreted by various cells such as tumor cells, inflammatory cells, and fibroblasts. This is a cross sectional study aims to determine the diagnostic role of faecal MMP-9 compared to histopathological features as gold standard. The study was conducted on 52 subjects with suspected colorectal cancers who underwent colonoscopy. The levels of faecal MMP-9 were examined using MMP-9 kit from R&D Systems using ELISA method. Diagnostic accuracy of faecal MMP-9 levels is 0.855. The cutoff point was 1.237 ng/ml with sensitivity of 88.9%, specificity of 76.7%, positive predictive value of 44.4%, and negative predictive value of 97.1%. Faecal MMP-9 can be considered as a screening test in colorectal cancer.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariansah Margaluta
"Pada kanker kolorektal dengan metastasis hati, pemilihan regimen kemoterapi memiliki peranan penting dalam manajemen penyakit. Cetuximab diberikan pada KKR dengan gen KRAS wild-type. Studi ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas Cetuximab pada KKR metastasis dinilai dari respon pengobatan berdasarkan CT-Scan dan kriteria RECIST. Studi ini merupakan studi deskriptif analitik retrospektif dengan desain potong lintang menggunakan data sekunder dari rekam medik pasien di RSCM dalam 3 tahun terakhir (januari 2015 – desember 2017). Dari 19 subjek, sebagian besar merupakan laki-laki dengan respon stabil pada seluruh variabel faktor (IMT normal, SGA B, tumor sisi kanan, hemikolektomi kanan, irinotecan-based agent, performance status karnofsky 80-90, derajat histologi diferensiasi sedang, dan WHO grade toxicity 0-1). Tidak didapatkan adanya respon komplit berdasarkan kriteria RECIST dan faktor yang bermakna secara statistik (p>0,05) terhadap pengaruh efektivitas Cetuximab pada kanker kolorektal metastasis hati. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut tidak memengaruhi efektivitas Cetuximab pada pasien kanker kolorektal metastasis hati.

The choice of chemotherapy has an important role to manage a liver metastatic colorectal cancer (mCRC). Based on the newest recommendation, Cetuximab are suggestive to be given to mCRC patients with RAS wild-type. Therefore, the aim of this study is to investigate the contributing factors affecting the efficacy of Cetuximab in mCRC patients response based on CT-Scan and RECIST criteria. This study is a retrospective descriptive analtical study with cross sectional design using secondary data from RSCM’s medical records in the last 3 years (january 2015 – december 2017). From 19 subjects included in this study, most of the subjects are male with stabile disease (SD) response in all of the variable factors (normal BMI, SGA B, right-sided tumor, right-hemicolectomy, irinotecan-based chemotherapy agent, performance status Karnofsky 80-90, moderately-differentiated tumor, adn WHO grade toxicity 0-1). Complete response were not found in this study based on RECIST criteria. There were no significant factors (p>0.05) affecting the efficacy of Cetuximab in liver mCRC patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Boeyoeng Ego A.P.
"Latar belakang: Kanker ovarium merupakan salah satu penyakit dengan tingkat mortalitas tertinggi dan memerlukan tindakan operatif sebagai penanganannya. Meskipun didapatkan manfaat yang besar dari tindakan operasi, tidak jarang tindakan operasi menimbulkan komplikasi pada pasien. Belum terdapat penelitian mengenai komplikasi akibat operasi pada kanker ovarium di Indonesia, oleh sebab itu penelitian ini bertujuan mengetahui proporsi komplikasi akibat operasi pada pasien kanker ovarium di Indonesia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang untuk menganalisis proporsi komplikasi intraoperatif dan postoperatif pada pasien kanker ovarium yang menjalani operasi laparotomi di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada Januari 2018 hingga Desember 2019. Pasien kanker ovarium yang menjalani operasi laparotomi diikutsertakan dalam penelitian. Pasien dengan Riwayat kanker lainnya atau memiliki data tidak lengkap dieksklusi dari penelitian. Komplikasi intraoperatif pada penelitian ini adalah cedera usus,
cedera ureter, dan cedera vesika. Komplikasi postoperatif pada penelitian ini adalah sepsis, ileus paralitik, dan infeksi luka operasi. Hasil: Sebanyak 78 subjek diikutsertakan dalam penelitian. Didapatkan proporsi komplikasi secara total sebesar 19,2%. Komplikasi intraoperatif terbanyak secara proporsi adalah cedera usus (12,8%), cedera vesika (2,6%), dan cedera ureter (1,3%). Komplikasi postoperatif terbanyak secara proporsi adalah infeksi luka operasi (5,2%), sepsis (3,9%), dan tidak terdapat pasien yang mengalami ileus paralitik.
Kesimpulan: Didapatkan proporsi komplikasi pada operasi kanker ovarium di RSUPN
dr. Cipto Mangunkusumo pada Januari 2018 – Desember 2019 sebesar 19,2%.

Background: Ovarian cancer is one of the diseases with the highest mortality rate while requires operative action to treat. Despite the great benefits of surgery, complications are not uncommon adverse effects of it. There has been no research on complications of ovarian cancer in Indonesia, therefore this study aims to investigate complications associated with ovarian cancer surgery in Indonesia.
Methods: This study was a cross-sectional study to analyze reports of intraoperative and postoperative complications in ovarian cancer patients undergoing laparotomy at dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta from January 2018 to December 2019. Ovarian cancer patients undergoing laparotomy surgery were
included in the study. Patients with a history of other cancers or having incomplete data were not excluded from the study. The intraoperative complications in this study were intestinal injury, ureter injury, and bladder injury. Postoperative complications in this study were sepsis, paralytic ileus, and surgical wound infection. Results: A total of 78 subjects were included in the study. The total proportion of complications was 19.2%. The most prevalent intraoperative complications were intestinal injury (12.8%), bladder injury (2.6%), and ureter injury (1.3%). Most prevalent postoperative complications reported were surgical wound infection (5.2%), sepsis (3.9%), while none of the patients had paralytic ileus. Conclusion: The proportion of complications in ovarian cancer surgery at dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital on January 2018 to December 2019 was 19.2%.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>