Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134370 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sabda Adhisurya
"Lanskap merupakan hasil dari proses interaksi manusia dengan lingkungan dalam waktu yang lama. Lanskap menyediakan jasa lingkungan seperti air dan udara yang bersih serta tanah yang lestari yang membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Saat ini banyak terjadi pengurangan lahan produksi pangan khususnya sawah sementara kebutuhan tiap tahun meningkat. Sehingga diperlukan upaya peningkatan produksi pangan dengan memperhatikan keberlanjutan lanskap pertanian. Kecamatan Nyalindung merupakan sebuah gambaran lanskap pertanian dengan karakteristik fisik beragam. Lanskap pertanian di Kecamatan Nyalindung menarik untuk dikaji karena kondisi fisik tersebut dengan kaitannya terhadap ketahanan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola lanskap 1999-2020 serta menganalisis hubungan pola lanskap di Kecamatan Nyalindung dengan produksi beras di Kecamatan Nyalindung. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan lahan, struktur lanskap, produksi beras, jarak dari jalan dan jarak dari POI. Untuk meninjau struktur lanskap tahun 1999, 2010 dan 2020 dalam penelitian ini digunakan citra satelit dari Google Earth karena menyediakan citra resolusi tinggi. Pada penelitian ini digunakan indeks lanskap oleh McGarigal untuk mengkuantifikasi lanskap dalam unit analisis administrasi desa. Ditemukan bahwa Desa Bojongkalong dan Bojongsari memiliki struktur lanskap yang kurang baik. Desa Cijangkar, Cisitu, Mekarsari, Neglasari, Nyalindung dan Sukamaju memiliki struktur lanskap yang cukup baik. Serta Desa Kertaangsana dan Wangunreja memiliki struktur lanskap yang baik. Semakin baik struktur lanskap maka semakin besar pula produksi beras di suatu Desa.

Landscape is the result of a long process of human interaction with the environment. Landscapes provide environmental services such as clean water and air as well as sustainable land that helps humans to meet their basic needs. Currently there is a lot of reduction in food production areas, especially rice fields, while the need for each year is increasing. So it is necessary to increase food production by paying attention to the sustainability of the agricultural landscape. Nyalindung sub-district is a depiction of an agricultural landscape with various physical characteristics. The agricultural landscape in Nyalindung sub-district is interesting to study because of its physical condition in relation to food security. This study aims to analyze the landscape patterns from 1999 to 2020 as well as to analyze the relationship between landscape patterns in Nyalindung District and rice production in Nyalindung District. The variables used in this study were land use, landscape structure, rice production, distance from the road and distance from the POI. To review the landscape structure in 1999, 2010 and 2020 in this study, satellite imagery from Google Earth was used because it provides high-resolution imagery. In this study, McGarigal used a landscape index to quantify the landscape in the village administration analysis unit. It was found that Bojongkalong and Bojongsari Villages had poor landscape structures. The villages of Cijangkar, Cisitu, Mekarsari, Neglasari, Nyalindung and Sukamaju have quite good landscape structures. As well as the villages of Kertaangsana and Wangunreja have a good landscape structure. The better the landscape structure, the greater the rice production in a village."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sauter, David
"This book provides step-by-step instructions, beginning with legal requirements, elementary construction math, and site preparation, for installing most landscape elements, such as lighting, walls, stairs, wood structures (decks, seating, and platforms), water features, and bridges."
Clifton Park, N.Y.: Delmar/​Cengage Learning, 2011
624.1 SAU l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Kusuma Wardani
"Kecamatan Cisolok memiliki topografi yang beragam, mulai dari daerah pesisir dataran rendah di bagian selatan hingga daerah pegunungan dataran tinggi di bagian utara. Beragamnya kondisi topografi tersebut dibarengi dengan penggunaan tanah yang juga bervariasi, mulai dari lahan sawah hingga belukar dan hutan lebat. Hal tersebut menyebabkan lanskap pertanian yang ada di Kecamatan Cisolok memiliki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lanskap pertanian serta pengaruh pengetahuan lokal petani pada lanskap pertanian yang terbentuk di Kecamatan Cisolok. Variabel fisik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, lereng, dan penggunaan tanah. Variabel sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan lokal petani. Pengolahan data ketinggian dan lereng menggunakan metode weighted overlay untuk mendapatkan bentuk medan. Bentuk medan digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan tanah untuk mengetahui lanskap pertanian yang terbentuk. Pengolahan data wawancara digunakan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan lokal petani terhadap lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok berada pada wilayah pegunungan curam. Masyarakat kasepuhan yang tinggal di bagian utara Kecamatan Cisolok memiliki pengetahuan lokal yang digunakan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pengetahuan lokal tersebut mempengaruhi lanskap pertanian yang tersebentuk di Kecamatan Cisolok.Kecamatan Cisolok memiliki topografi yang beragam, mulai dari daerah pesisir dataran rendah di bagian selatan hingga daerah pegunungan dataran tinggi di bagian utara. Beragamnya kondisi topografi tersebut dibarengi dengan penggunaan tanah yang juga bervariasi, mulai dari lahan sawah hingga belukar dan hutan lebat. Hal tersebut menyebabkan lanskap pertanian yang ada di Kecamatan Cisolok memiliki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lanskap pertanian serta pengaruh pengetahuan lokal petani pada lanskap pertanian yang terbentuk di Kecamatan Cisolok. Variabel fisik yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketinggian, lereng, dan penggunaan tanah. Variabel sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan lokal petani. Pengolahan data ketinggian dan lereng menggunakan metode weighted overlay untuk mendapatkan bentuk medan. Bentuk medan digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan tanah untuk mengetahui lanskap pertanian yang terbentuk. Pengolahan data wawancara digunakan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan lokal petani terhadap lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap pertanian di Kecamatan Cisolok berada pada wilayah pegunungan curam. Masyarakat kasepuhan yang tinggal di bagian utara Kecamatan Cisolok memiliki pengetahuan lokal yang digunakan dalam melakukan kegiatan pertanian. Pengetahuan lokal tersebut mempengaruhi lanskap pertanian yang tersebentuk di Kecamatan Cisolok.

Cisolok sub-district has a variety of topography, starting with coastal in southern area to highlands in northern area. The variety of topographical conditions is accompanied by a variety of land uses, ranging from rice fields to grove and dense forests. This causes Cisolok sub-district to have a special uniqueness of agriculture and agricultural landscape. This research aims to analyze the agricultural landscape and the influence of local knowledge of farmers on agricultural landscapes formed in the Cisolok Sub-district. The physical variables used in this study are height, slope, and land use. The social variable used in this study is the local knowledge of farmers. The weighted overlay method is used to get the shape of the terrain. The shape of the terrain is used to identify the land use to determine the agricultural landscape. Interview data processing is used to determine the effect of local knowledge of farmers on the agricultural landscape in the Cisolok sub-district. The results show that the agricultural landscape in the Cisolok sub-district is in a steep mountainous region. Kasepuhan people who live in the northern part of the research area have local knowledge that is used in carrying out agricultural activities. The local knowledge influences the agricultural landscape in the Cisolok sub-district."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: AA Publisher, 1999
711.4 LAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shepheard, Paul
Chicago, Illinois: MIT Press, 1997
712 SHE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"I will talk about BPI and how it has transformet retail banking in the country. You have the famous statement of Charles Darwin that in the end it's not the strongest of the species who will survive but the one who is most responsive to change...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Suzi Marsitawati
"ABSTRAK
Permukiman Menteng merupakan kota taman pertama di Indonesia yang dilindungi oleh suatu penetapan sebagai kawasan Cagar Budaya yaitu Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. D.IV-6098 1 d 1 33 11975 tentang Penetapan Daerah Menteng Sebagai Lingkungan Pemugaran. Namun disayangkan banyak perubahan terjadi baik pada lansekap maupun bentuk bangunan yang seharusnya dipertahankan karena Menteng merupakan kawasan permukiman yang terletak ditengah kota, dibangun pada jaman pemerintahan Hindia Belanda dan merupakan salah satu perumahan kolonial yang mempunyai kualitas lingkungan yang baik ; bersih, asri, aman dan nyaman.
Terperolehnya perubahan karakteristik lansekap kota taman permukiman Menteng, terindentifikasi faktor - faktor yang menyebabkan perubahan lansekap kota taman pada permukiman Menteng Jakarta Pusat dan terperoleh penjelasan upaya Pemerintah Daerah dan pemilik kapling dalam melindungi kawasan permukiman Menteng sebagai Kawasan Cagar Budaya adalah tujuan penelitian ini dalam upaya menjawab masalah penelitian yaitu mengapa terjadi perubahan lansekap kota taman pada permukiman Menteng Jakarta Pusat.
Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mengumpulkan data melalui wawancara dengan pedoman kepada pemilik kapling lama,pemilik kapling baru, Pemerintah Daerah dan informan lainya yang mempunyai pengetahuan tentang permukiman Menteng.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata makin mahalnya PBB, tidak pahamnya pemilik kapling, berkurangnya luasan ruang terbuka hijau, tidak adanya insentif yang diberikan oleh Pemerintah Daerah, kurangnya sosialisasi, dan kurangnya pengawasan yang ketat dari Pemerintah Daerah merupakan faktor penyebab terjadinya perubahan lansekap kota taman pada perrnukiman Menteng.
Dari hasil wawancara dengan pedoman, beberapa informan memberikan usulan jika program Pemerintah Daerah ingin berhasil masyarakat harus dilibatkan sejak awal, diberikan sosialisasi dan diperhatikan insentif kepada masyarakat yang terkena program Pemerintah seperti SK Cagar Budaya Permukiman Menteng.

ABSTRACT
Menteng Settlement has been the first garden city in Indonesia protected by a regulation as a cultural preserve as stated in the Jakarta Governor's Decree No D.IV-60981d 133 1 1975 to decide Menteng Settlement Area as an Environmental Restoration. But it is quite a pity that there are a lot of changes happening either in landscaping or in the form of the building which actually should be maintained since Menteng area is an settlement area located in the middle of the city built during the Netherlands East Indies as a colonial settlement which has better, clean, beautiful, safe and comfortable environmental quality.
Based on the fact-findings on the change of garden city landscape of Menteng settlement, we could identify some factors which can cause changes in garden city landscape and obtain clarification from the Jakarta Provincial Government as well as from land-lot owners in protecting Menteng settlement area as a Cultural Preserve Area is the objective of this study in trying to clarify problems why should there be changes of garden city landscape in Menteng settlement of Central Jakarta.
The researcher is using Qualitative Approach by collecting data through interview with old and new land-lot owners, Local Government and other informants who know about Menteng settlement.
Research has shown that the more expensive land and building tax, lack of understanding of the lot owners, the decrease of green open space, lack of incentives given by the Local Government, lack of socialization, and lack of tight control from the Local Government have become main factors of the change of garden city landscape in Menteng settlement.
The result of interview based on guidelines, some informants gave some suggestion that the community be involved from the beginning in this preservation program. Involvement of the community should be done earlier through socialization of the program while incentives should be given especially to those affected by the preservation project of the Local government as stated in the Decree of cultural Preservation of Menteng Settlement.
"
2007
T20691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanner, Ogden.
Alexandria: Time-Life Books, 1978.
R 690.89 TAN g
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawati Sugiyo
"Kota Semarang merupakan kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia. Berbagai permasalahan lingkungan sering timbul sebagai dampak dari banyaknya konversi lahan di wilayah pesisir maupun perbukitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perubahan lanskap dan penutup lahan di Kota Semarang periode tahun 1996-2016. Pengolahan Citra Landsat tahun 1996, 2003, dan 2016 dilakukan untuk memperoleh klasifikasi penutup lahan. Penggunaan Indeks Lanskap seperti PD, PLAND, LPI, LSI, MNN, IJI, SHDI, dan SHEI dilakukan untuk menganalisis struktur dan pola lanskap. Regresi Logistik Biner digunakan untuk membuat model perubahan lanskap dan penutup lahan serta faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut. Faktor fisik, sosial ekonomi, dan lingkungan digunakan sebagai variabel prediktor dari model tersebut. Pada periode tahun 1996-2016, lahan yang ada semakin terfragmentasi dengan tingkat percampuran dan pola persebaran antar penutup lahan yang tinggi. Pada tahun 1996-2003, hal tersebut dominan terjadi di wilayah ketinggian 25-100 mdpl, sedangkan pada periode tahun 2003-2016, hal tersebut terjadi di wilayah ketinggian 100-500 mdpl. Model perubahan lanskap dan penutup lahan Kota Semarang paling baik diterapkan pada wilayah ketinggian 100-500 mdpl. Berdasarkan model tersebut, probabilitas perubahan lanskap dan penutup lahan paling tinggi adalah ketika berada di wilayah yang tinggi dan datar, kerapatan sungai dan jalan yang relatif tinggi, kepadatan penduduk tinggi, status tanah berupa Hak Pakai dan Hak Guna Bangunan, nilai tanah yang rendah, dan jarak yang relatif jauh dari pusat kota.

Semarang City is one of the largest city in Indonesia. Tidal flooding, flash floods, sea water intrusion at the coast and landslide at the hills, are the issues the city currently dealt with as a side effect of land conversion. The study on spatial pattern and its change of landscape land cover is important for a better understanding in environmental management at this city. Landsat images from 1996, 2003 and 2016 and eight landscape indices PD, PLAND, LPI, LSI, MNN, IJI, SHDI, dan SHEI were used to analyze landscape land cover pattern and its change. Binary Logistic Regression and geography information system were used to build a mathematical and spatial modelling of landscape land cover change using driving factors such as elevation, slope, land subsidence, population density, land ownership, land price, street density, drainage density, and distance from city center. Landscape indices shows that the highest land utilization higher PD, LSI, MNN, IJI, SHDI, SHEI and lower LPI mostly occurred at elevation 25 100 meter in 1996 and 2003 and in 2016, it occurred at elevation 100 500 meter. In the period of 1996 2003, land fragmentation with high mixing and diversity occurred at elevation 25 100 meter, while in the period 2003 2016, it occurred at elevation 100 500 meter. Spatial modeling of landscape land cover at Semarang City is best applied at elevation 100 500 meter. The probability of landscape land cover change is high when located at the high and flat areas, high drainage and street density, highest population density, and lowest land price.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinta Andayu Putri
"Kondisi fisik alam dan pengetahuan lokal petani di desa adat Kasepuhan Sinarresmi membentuk pola lanskap agrikultur yang memilki keunikan tersendiri. Penelitian ini bertujuan menganalisis pola lasnkap agrikultur dan kesesuaiannya dengan Wilayah Tanah Usaha WTU . Data penelitian diperoleh melalui obeservasi lapang dan wawancara dengan informan kunci dan petani setempat. Analisis spasial dan deskriptif dilakukan dengan metode overlay dan penarikan garis penampang melintang. Hasil penelitian menyatakan bahwa dari bentuk medan datar yang dekat dari sungai hingga pegunungan curam yang semakin menjauhi aliran sungai, kegiatan intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian pada wilayah Kasepuhan Sinarresmi semakin berkurang. Bentuk-bentuk pengusahaan tanah pertanian pada umumnya sesuai dengan Wilayah Tanah Usaha dan dibarengi oleh pengetahuan lokal sehingga keberlanjutan keberadaan lanskap agrikultur dapat terjaga.

The natural physical features and farmers rsquo local knowledge in Sinarresmi indigenous village has uniquely set up an agricultural landscape. The purpose of this study is to analyze how the agricultural landscape is formed and its suitability to become a sustainable landscape. The data in this study were obtained from field observation and interviews with key informant and local farmers. Spatial and descriptive analysis was carried out in this study by overlay method and cross section line. The results suggest that the steeper the shape of the terrain and the farther away from the river, the agricultural intensification, extensification, and diversification activities are diminished. The agricultural land in the Sinarresmi indigenous village are generally in accordance with farmland suitability and are accompanied by the farmers rsquo local knowledge so that the sustainability of the agricultural landscape can be maintained."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>