Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7569 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kalonica, Pavita
"Paternalisme libertarian yang diaplikasikan ke dalam dorongan sosial memiliki tujuan untuk mengarahkan pilihan individu agar memilih lebih baik meskipun sesungguhnya, pengarahan tersebut tidak selalu sejalan dengan keinginan atau true interest dari individu. Hal ini menimbulkan sisi kontra dalam paternalisme libertarian yang berpendapat bahwa dorongan sosial ini secara tidak langsung memaksakan true interest pembuat kebijakan dengan manipulasi pada pilihan. Argumen dari sisi kontra adalah tidak dapat diketahuinya true interest kecuali oleh individu itu sendiri sehingga pembuat kebijakan tidak perlu memberikan dorongan-dorongan tersebut. Penulis kemudian menggunakan teori pikiran dari Sigmund Freud mengenai ketidaksadaran untuk berargumen mengenai true interest orang tersebut menggunakan metode analisis kritis dan studi pustaka. True interest dalam pandangan ketidaksadaran menjadi tidak jelas bagi individu sendiri akibat adanya pikiran tidak sadar yang dikendalikan oleh keinginan terpendam dalam individu. Hasil analisis kemudian menyatakan bahwa ketidaksadaran dalam pikiran manusia menyebabkan ketidaktahuan akan true interest sendiri sehingga objeksi mengenai true interest dalam paternalisme libertarian perlu diteliti kembali. Akibat adanya ketidaksadaran serta keterbatasan pikiran dalam membuat pilihan, akan ditunjukkan bahwa dorongan, yang diduga mengancam otonomi individu, justru dapat menjadi bentuk freedom of choice. Dengan adanya analisis ini, maka perlu dipertimbangkan kembali permasalahan true interest berdasarkan ketidaksadaran yang ada dalam diri individu untuk meneliti paternalisme libertarian berupa dorongan atau nudges.

Libertarian paternalism that is applied to social drives has the aim of directing individual choices to make better choices even though in fact, this direction is not always in line with the desires or true interests of the individual. This raises the counter side in libertarian paternalism which argues that this social drive indirectly imposes the true interest of policy makers by manipulating choices. The argument from the counter is that the true interest cannot be known except by the individual himself so that policy makers do not need to provide these incentives. The author then uses Sigmund Freud's theory of mind regarding the unconscious to argue about the person's true interest using critical analysis methods and literature study. True interest in the view of the unconscious becomes unclear to the individual himself due to unconscious thoughts that are controlled by hidden desires in the individual. The results of the analysis then state that the unconsciousness in the human mind causes ignorance of its own true interest so that the objection of true interest in libertarian paternalism needs to be reexamined. As a result of unconsciousness and limited thinking in making choices, it will be shown that impulse, which is thought to threaten individual autonomy, can actually become a form of freedom of choice. With this analysis, it is necessary to reconsider the problem of true interest based on the unconsciousness that exists within the individual to examine libertarian paternalism in the form of encouragement or nudges."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lear, Jonathan
New York: Routledge, 2005
150.195 LEA f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Afriyansyah
"Pada dasarnya negara selalu bertujuan untuk mensejahterakan warganya. Cara dan bentuk untuk mencapai tujuannya berbagai macam. Demokrasi yang ditopang oleh liberalisme adalah salah satunya. Gagasan tersebut dianggap oleh Francis Fukuyama sebagai sebuah akhir dari sejarah atau Finalitas dari bentuk politik. Kesejahteraan dalam demokrasi liberal didapat melalui kehadiran kapitalisme. Tetapi kapitalisme masih dicurigai memiliki potensi yang justru menghancurkan sistem demokrasi liberal. Untuk itulah diperlukan pemahaman yang lebih lanjut akan keberadaan kapitalisme dalam sistem politik liberal. Libertarian menawarkan penjelasan yang mendalam akan kehadiran kapitalisme. Robert Nozick melalui minimal state memaparkan bagaimana negara yang hadir dengan sistem kapital yang tak menciderai hak-hak individu sekaligus menjaga batas wewenang yang dimiliki negara terhadap warganya.

Basically, the state has always aimed for the welfare of its citizens. various kinds of way and form to achieve that goal. Democracy supported by liberalism is one of them. The idea was considered by Francis Fukuyama as an end of history or the finality of the political form. Welfare in a liberal democracy obtained through the presence of capitalism. But capitalism suspected that it still has the potential to destroy the liberal democratic system. For that needed further understanding of the existence of capitalism in a liberal political system. Libertarian offers in-depth explanation of the presence of capitalism. Robert Nozick through minimal state described how present state with the capital system which does not damage the rights of individuals while keeping limits the authority of the state to its citizens.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S58205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kellison, Stephen G.
Boston: McGraw-Hill, 2009
332.8 KEL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Trie Pamungkas
"Di penelitian ini, penulis beragumen bahwa Jake, karakter utama dalam 10 Years (2012) telah berada dalam fase penyangkalan (denial) sepanjang film. Penelitian ini berfokus pada tipe denial, penyebab denial, dan bagaimana Jake menghadapi denialnya. Teori denial Anna Freud akan menjadi teori pendukung penelitian ini.
Menganalisa dialog dan adegan, hasil penelitian mengungkapkan bahwa karakter, Jake, sangat berbeda dengan apa yang mungkin penonton pikirkan pada awalnya karena ulasan-ulasan film di New York Times, LA Times dan Hollywood Reporter menggambarkan Jake sebagai kekasih penuh cinta yang menjadi pusat perhatian di pesta. Penemuan penelitian menegaskan bahwa dengan menggunakan teori denial Anna Freud, karakter, Jake, telah berada dalam fase denial.

In this research, the writer argues that Jake, the main character in 10 Years (2012), has been in denial throughout the movie. The research focuses on the types of the denial, the cause of the denial, and how Jake dealt with his denial. Anna Freud's denial theory will be the framework of this research.
By analyzing the dialogues and scenes, the research findings reveal that the character, Jake, is completely different with what viewers might have in mind initially as movie reviews in New York Times, LA Times and Hollywood Reporter described Jake as a loving boyfriend who got most of the attention at the party. The findings confirm that the character, Jake, has been in denial using Anna Freud's denial theory"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Budi Wicaksono Wirawan
"Film merupakan salah satu bentuk karya sastra bersifat audiovisual yang diciptakan untuk menghibur, memberi pelajaran, serta menyampaikan pesan kepada penonton. Tokoh atau penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik yang berperan penting dalam menyampaikan cerita dari sebuah karya sastra. Oleh karena itu, sebuah film memerlukan tokoh yang menarik agar berkesan bagi penonton. Tokoh yang menarik dapat diwujudkan melalui penokohan. Penelitian ini menganalisis dan membandingkan tokoh utama dari film berjudul Hyung (2016) dan Bohoja (2022) menggunakan psikologi sastra. Teori yang digunakan dalam analisis adalah teori kepribadian Sigmund Freud. Melalui analisis penokohan Go Doo-shik dan Choi Soo-hyuk, penelitian ini memaparkan perubahan karakter yang dialami kedua tokoh menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penokohan pada kedua tokoh tersebut menunjukkan bahwa kisah pertobatan sering muncul dalam perfilman Korea Selatan dan kisah tersebut menunjukkan bahwa tokoh yang melakukan tindakan amoral dapat mengubah dirinya menjadi orang yang lebih bermoral.

Film is a form of audiovisual literary work created to entertain, teach, and convey messages to the audience. Characters or characterization are one of the intrinsic elements that play an important role in conveying the story of a literary work. Therefore, a film needs interesting characters to make an impression on the audience. Interesting characters can be created through characterization. This research analyzes and compares the main characters from Hyung (2016) and Bohoja (2022) using literary psychology. The theory used in the analysis is Sigmund Freud's theory of personality. Through the analysis of Go Doo-shik and Choi Soo-hyuk’ characterization, this research details the transformation experienced by the two characters using qualitative descriptive methods. The characterization of these two characters exhibit stories of redemption that often appear in South Korean films and these stories show how characters who have committed immoral acts can change themselves into a moral person."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jacobs, Michael
London: Sage Publications, 2003
150.19 JAC s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Meisel, Perry
New York: Routledge, 2007
801.92 MEI l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Heller, Sharon
"Buku ini membahas segala hal yang berkaitan dengan Sigmund Freud."
Hoboken: John Wiley & Sons, 2005
150.195 2 HEL f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Heller, Sharon
"Buku ini membahas segala hal yang berkaitan dengan Sigmund Freud."
New Jersey : ohn Wiley & Sons, 2005
150.195 2 HEL f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>