Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90239 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ananda Najzla Khalisha Rabbany
"

Sebagai salah satu sarana penerapan prinsip kehati-hatian dan upaya pencegahan terjadinya risiko kredit seperti kredit macet, Sistem Layanan Informasi Kredit (SLIK) akan berfungsi secara efektif pada saat diselenggerakan sesuai prosedur dan ketentuan yang telah diatur. Dalam penyelenggaraan SLIK, diketahui terdapat risiko-risiko yang dapat menyebabkan kerugian bagi debitur yang salah satunya adalah adanya kesalahan pelaporan informasi debitur dalam SLIK yang menyebabkan kerugian berupa ditolaknya pengajuan permohonan kredit oleh debitur bersangkutan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tanggung jawab bank terhadap nasabah terkait kesalahan informasi debitur yang mengakibatkan kegagalan pengajuan kredit dan bagaimana bentuk perlindungan debitur terkait kegagalan pengajuan kredit akibat kesalahan informasi debitur oleh bank. Metode dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang mengacu kepada norma dan asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang dikaitkan dengan permasalahan hukum yang dibahas. Hasil dari penelitian ini adalah kesalahan pelaporan informasi debitur dalam SLIK tidak sesuai dengan Pasal 4 POJK Nomor 18/POJK.03/2017 bahwa Pelapor wajib menyampaikan Laporan debitur secara lengkap, akurat, terkini, utuh dan tepat waktu. Kesalahan tersebut merupakan tanggung jawab dari Bank sebagai Pelapor untuk memberikan ganti rugi serta mengoreksi kesalahan informasi debitur yang dilakukan. Kedua, nasabah perlu mendapatkan perlindungan hukum yang dilakukan oleh OJK sebagai perantara penyelesaian perlindungan konsumen sektor jasa keuangan dalam bentuk mekanisme pelayanan dan pengaduan konsumen berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013.


As the appliance of the precautionary principles and efforts to prevent credit risk such as the non-performing loans, Sistem Layanan Informasi Kredit (SLIK) will function effectively when it is carried out according to the procedures and regulations that have been stipulated. In carrying out SLIK, it is known that there are risks that can cause losses to debtors. One of the problems that may arise is an error in reporting debtor information in SLIK which causes losses in the form of a refusal to a credit application by the debtor. The formulation of the problem in this study is how the bank's responsibility to customers related to debtor's misinformation that results in credit application failure and what forms of debtor protection are related to credit application failure due to debtor's misinformation by the bank. The method used in this thesis is normative juridical approach and supported by legal research that refers to legal norms and principles contained in legislation relating to the legal issues discussed. The result of this research is the error in reporting debtor information in SLIK are not in accordance with Article 4 POJK Number 18 / POJK.03 / 2017 that the reporting party must submit a complete, accurate, current, complete and an on time report. These faults are the responsibility of the Bank as the reporting party to provide compensation and to correct the errors from the debtor’s information. Then, the customers need to get legal protection carried out by OJK as an intermediary for the dispute settlement of financial services sector consumer protection through service mechanisms and consumer complaints based on Financial Services Authority Regulation Number 1 / POJK.07 / 2013.

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adityo Bagus Rihandono
"ABSTRAK
Salah satu kegiatan usaha dari bank adalah memberikan kredit. Namun dalam prakteknya pemberian kredit oleh bank tidak selalu berjalan mulus. Seharusnya Bank selaku pemegang jaminan seharusnya dapat dengan mudah melakukan eksekusi atas objek jaminan. Selain itu pemegang jaminan yang beritikad baik harus dilindungi. Namun dalam prakteknya, dalam beberapa kasus bank tidak dapat melakukan eksekusi, bahkan sampai kehilangan hak atas jaminan karena kesalahan yang bukan dilakukan oleh bank. Tetapi kesalahan tersebut dilakukan oleh debitur dan pihak terkait dalam pengikatan dan pemberian kredit. Sehingga disini terlihat suatu permasalahan (kesenjangan antara apa yang seharusnya das sein dan apa yang terjadi das solen). Sehingga disini perlu dilakukan penelitian dalam bentuk tesis, dengan identifikasi masalah Pertama, apakah bank bertanggung jawab bank terhadap kesalahan yang diakubatkan oleh debitur dan pihak terkait dalam pengikatan dan pemberian kredit? Dan Kedua, bagaimana perlindungan hukum bagi bank yang beritikad baik terhadap kesalahan tersebut?
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian yuridis normative, dengan spesifikasi penelitian deskriptif analitis.
Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan Pertama, bank tidak dapat dimintakan pertanggung jawaban atas kesalahan debitur dan pihak terkait dalam pengikatan dan pemberian kredit. Selama bank telah menjalankan perjanjian kredit dengan itikad baik, telah menjalankan kewajiban bank dalam UU Perbankan dalam pemberian kredit dan telah memenuhi tindakan-tindakan yang lazim dilakukan dalam pemberian kredit. Kedua, bank yang beritikad baik harus diberikan perlindungan hukum. Perlindungan hukum tersebut dapat berupa perlindungan hukum preventif dan resprensif.

ABSTRACT
One of the banks business activities is providing redit. But in practice, banks lending does not always fine. Supposedly, the Bank as the collateral holder should be able to easily execute the collateral object. In addition, banks as holders of collateral in good faith must be protected. However, in practice, in some cases banks are unable to carry out executions, even to the point of losing the right to collateral due to mistakes that were not made by the bank. But the mistake was made by the debtor and related parties in binding and giving credit. So here we see a problem (the gap between what should be or das sein and what happened or das solen). So here it is necessary to do research in the form of a thesis, with the identification of problems. First, is the bank responsible for the bank caused by debtors and related parties in binding and execute the credit? And Second, how is the legal protection for banks in good faith against these mistakes?
This research use normative juridical research method, with descriptive analytical research specifications.
Result of this research First, banks cannot be held responsible for debtors and related parties' mistakes in binding and execute the credit. As long as the bank has entered into a credit agreement in good faith, has carried out the bank's obligations in the Banking Act in granting credit and has fulfilled the usual actions taken in granting credit. Second, banks in good faith must be given legal protection. The legal protection can be preventive and represif legal protection."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Jason Fredrick
"Tesis ini membahas mengenai tanggung jawab direksi bank sebagai pengurus atas usaha bank, khususnya dalam hal penyaluran kredit perbankan. Perbankan memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranan yang dimaksud yaitu sebagai penghimpun dana dan pengalokasian dana yang digunakan untuk menjalankan roda perekonomian baik secara mikro maupun makro. Berkaitan dengan perannya ini perbankan juga mengalami masalah yang menuntut perhatian besar agar perbankan dapat menjalankan perannya dengan baik. Masalah terbesar yang dihadapi oleh perbankan adalah kredit, masalah tersebut bertambal) rumit sejalan dengan seringnya debitur-debitur bank mengalami kredit macet (Insolven). Masalah ini sangatlah serius untuk diperhatikan, karena kredit macet merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kondisi perekonomian bank, bahkan terkadang menjadi faktor utama dilikuidasinya sebuah bank. Oleh karena itu, bank sebagai most regulated industry, sangat ketat dalam mengatur usaha bank, khususnya mengenai penyaluran kredit bank. Dalam penyaluran kredit bank tersebut, bank dituntut untuk selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang benar, walaupun terkadang membutuhkan waktu yang cukup lama. Tetapi disisi lain, bank juga diharapkan untuk dapat cepat dalam melakukan pertumbuhan ekonomi bank. Hal ini tentu saja menjadi suatu dilema bagi direksi bank, sebab direksi sebagai pengurus harian bank, selain harus berhati-hati dalam menyalurkan kredit, tetapi di sisi lain, direksi juga dituntut untuk mengambil langkah dengan cepat dan tepat dalam menumbuhkan perekonomian bank. Bank Indonesia sebagai pengawas serta regulator perbankan Indonesia, juga dituntut untuk selalu mengawasi serta mengatur usaha perbankan serta seluruh tindakan pengurus bank dalam hal ini direksi sebagai pengurus harian, khususnya dalam hal penyaluran kredit bank. Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif. Hasil penelitian menyarankan bahwa regulator sebagai pencipta peraturan, diharapkan untuk terus memperketat peraturan perbankan Indonesia, khusunya dalam usaha bank menyalurkan kredit; direksi bank diharapkan menerapkan Good Corporate Governance dengan baik dan benar agar terhindar dari tanggung jawab atas kerugian bank akibat kredit yang disalurkannya kepada debitur, dimana dikemudian hari debitur tersebut mengalami kredit macet.

This thesis will discuss the Board of Bank Responsibility as the managing committee in the banking industry, specifically in the credit distribution. Banking has an important role in the national economic development, that is to accumulate and allocate fund used to run the micro and macro economy. In carrying out the role, banking experienced problems. The biggest problem faced is credit. This problem becomes even complicated with lots of discharge liabilities (insolvent) happened in banking. And it will turn into a serious matter since insolvent can affect the economics affair in banking. Moreover insolvent can also be the main factor of bank liquidation. For this reason, banking as the most regulated industry, needs to strictly control the business, especially in its credit. In distributing credits, banking ought to be very cautious and correctly implement the right management risk Such action needs a long time to carry out, but at the same time banking has to move fast in their economic growth. This is a dilemmatic situation for the board of director. Bank of Indonesia as the comptroller and regulator in banking, needs to regularly Controls and regulates the banking business and every action taken by the management especially in credit distribution. This research is a juridical normative pattern research. The result of the research will suggest Bank of Indonesia, as the one that constitute the regulation, to strictly implement the banking regulation in Indonesia, especially in distributing banking credits. The board of director needs to correctly enforce the Good Corporate Governance to avoid the responsibility of loss caused by insolvent."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T25714
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alphasiddha Yuliantana
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tinjauan hukum atas penggunaan Sistem Informasi Debitur
Bank Indonesia (SID-BI) oleh Perusahaan Pembiayaan guna pengajuan
kepailitan terhadap debiturnya. Konteks penggunaan SID-BI ini adalah guna
menunjang pemenuhan atas syarat Concursus Creditorium dalam kepailitan
ditengah kendala yang mungkin timbul dalam pemenuhannya. Sebagaimana
terkandung dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, bahwa setiap
pengajuan kepailitan harus memenuhi syarat adanya “kreditur lain” yang
kemudian dikenal dengan istilah Concursus Creditorium sebagai syarat pertama
dan utama dalam pengajuan kepailitan. Sebagaimana halnya dengan pranata
kepailitan yang menawarkan terobosan hukum dengan adanya efisiensi waktu
dalam hal jangka waktu pemeriksaan perkara dan upaya hukum yang
diperkenankan, penggunaan SID-BI juga menawarkan efisiensi guna pemenuhan
syarat Concursus Creditorium ditengah minimnya dukungan dari kreditur lain
dikarenakan adanya perbedaan ataupun benturan kepentingan diantara pada
kreditur terhadap debiturnya tersebut sebagaimana yang terjadi dalam perkara
Perkara No. 389 K/Pdt.Sus/2010 Juncto No. 04/Pailit/2010/PN.Niaga.Jkt.Pst.
Penulisan tesis ini merupakan penelitian doktrinal sebagai bagian dari metode
penelitian yuridis normatif yang menggunakan data sekunder dengan
menggunakan pendekatan studi kasus (case study). Berdasarkan hasil penelitian
ini diketahui bahwa SID-BI dapat digunakan sebagai sarana pemenuhan syarat
Concursus Creditorium dalam kepailitan. Hal ini dikarenakan informasi dan/atau
data yang termuat dalam SID-BI tidak dapat dikategorikan sebagai Rahasia
Bank sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan, oleh karenanya tidak ada kepentingan debitur yang dirugikan
sehubungan penggunaannya untuk kepentingan kreditur mengingat informasi
dan/atau data yang tertuang dalam SID-BI bukan mengenai simpanan dana
nasabah. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik juga menegaskan diperkenankannya penggunaan informasi
dan/atau data elektronik guna proses pembuktian dalam pemeriksaan perkara di
persidangan.

ABSTRACT
This Thesis written, overview the legal aspect concerning the use of Bank of
Indonesia Credit Information System (SID-BI) by finance company to filed
bankruptcy againts its debtor. The context of using the SID-BI is to fulfill the
terms and condition of Concursus Creditorium on bankruptcy lawsuit in order to
eliminate obstacle which may arise. As contain under the Law Number 37 year
2004 concerning Bankruptcy and debt restructuring, that every Bankruptcy filed
should fullfil the terms of “other creditor” which commonly known as
Concursus Creditorium as the first and main terms on bankruptcy lawsuit.
Bankruptcy norm offers legal breakthrough concerning time eficiency on court
hearing process and procedure allowed. As well as using Bankruptcy norm as a
tool for settle dispute, using SID-BI also offer efficiency in order to fulfill the
terms of Concursus Creditorium in the lack of support from other creditor
caused by conflict of interest among the creditors as happened on case No.: 389
K/Pdt.Sus/2010 Jo. No. 04/Pailit/2010/PN.Niaga.Jkt.Pst. This Thesis written is a
doctrinal research as juridical norm methode based on secondary data by using
case study approach. Based on this research know that SID-BI are possible to
use on court to fulfill the Concursus Creditorium term under the bankruptcy
Law because the information or data contain on SID-BI are unable to categorize
as bank secrecy as mentioned under Law Number 7 year 1992 as amended by
the Law Number 10 year 1998 Concerning Banking, further than, there is no
debtor interest which will be harmed with reference of the use of SID-BI for the
interest of its creditor.Under the Law Number 11 year 2008 Concerning
electronic information & Transaction, has been declared that all electronic
information or electronic data are allowed to be used as evidence in court
hearing process."
Universitas Indonesia, 2013
T35403
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defanny Hidayat
"ABSTRAK
Kredit bagi bank merupakan salah satu hal yang utama, karena salah satu
pendapatan terbesar dari bank berasal dari pemberian kredit. Dalam praktek sering ditemukan permasalahan dalam pembayaran kredit oleh debitur sehingga bank harus melakukan alternatif penyelesaian permasalahan, salah satunya adalah dengan pengalihan piutang atas nama (cessie). Permasalahan dalam tesis ini adalah mengapa terjadi pengalihan piutang (cessie) atas perjanjian kredit pada bank dan bagaimana tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh debitur kepada penerima pengalihan piutang (cessionaris) dalam Putusan Pengadilan Negeri Bogor Nomor 90/Pdt.G/2014/PN.Bgr. Untuk menjawab permasalahan dalam tesis ini menggunakkan penelitian hukum normative dan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakan. Salah satu alasan Bank untuk mengalihkan piutang yang dimilikinya adalah karena bank harus menjaga status keuangan yang dimilikinya. Hal itu dikarenakan bank merupakan lembaga keuangan yang mendukung perekonomian suatu negara. Tindakan wanprestasi yang dilakukan oleh debitur kepada cessionaris dalam putusan Pengadilan Negeri Bogor Nomor 90/Pdt.G/2014/PN.Bogor adalah terkait dengan tindakan debitur tidak memenuhi kewajiban pembayaran sebagaimana tertuang dalam perjanjian kredit juncto akta pengalihan piutang kepada cessionaris. Selain itu debitur mengingkari keabsahan pengalihan piutang tersebut, walaupun jika melalui bukti-bukti yang diberikan oleh bank, proses pengalihan piutang tersebut
telah sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku.

ABSTRACT
Credit for bank is one of its main activity, because one the biggest revenue for
bank came from credit. In practice, there are often found non performing
payments of credit made by the debtor, therefore the bank conducts settlement solutions to these problems, one of them is assigning the credit (cessie). Problems found on this thesis are why there is an assignment of credit (cessie) of the bank credit agreement and how the breach of contract made by the debtor to the assignee of the credit in Bogor District Court's Decision No. 90/Pdt.G/2014/PN.Bgr. To solve the problems on this thesis then the normative legal research is used and using secondary data consist primary, secondary and tertier legal materials, for data funding the library research is done. One of the reason the bank have to assign the credit owned by them that the bank has to secure its financial status. It is because the bank is the financial institution which supports the economy of a country. The breach of contract which is made by the debtor to the cessionaris which was found in Bogor District Court's Decision No. 90/Pdt.G/2014/ PN.Bgr was related to the act of the debtor which he did not fulfill his payment obligation as stated in the credit agreement juncto the assignment of credit act. As an addition, the debtor also denny the validity of the assignment of credit, although if by the evidences given by the bank, the assignment process is in accordance with the valid rule of law."
2016
T45871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardinovan Junico Alief
"Definisi Kepailitan jika dilihat, dalam Pasal 1 Angka 1 UU 37/2004, menjelaskan bahwa “Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam UU ini”. Pailit dapat diarikan sebagai suatu keadaan di mana debitor dalam keadaan tidak melakukan pembayaran atas utangnya karena debitor tidak memiliki kemampuan atau dapat dikatakan sebagai kondisi di mana debitor dalam keadaan bangkrut (Bankcrupt). Penelitian ini merupakan penelitian dengan tipe Doktrinal yang akan membahas mengenai bagaimanakah keabsahan tagihan iuran pengelolaan lingkungan atas harta milik debitur pailit yang dijadikan jaminan kredit namun tidak diverifikasi sebagai utang dalam proses kepailitan, dan Siapakah pihak yang bertanggung jawab terhadap tagihan iuran pengelolaan lingkungan atas harta milik debitur pailit yang dijadikan jaminan kredit yang telah dikeluarkan dari daftar boedel pailit. Hasilnya disimpulkan bahwa hak tagih yang dimiliki kreditor pada prinsipnya akan tetap ada, walaupun proses kepailitan telah selesai dan kreditor yang bersangkutan tidak masuk dalam daftar pembagian dan piutangnya tidak terverifikasi sebagai utang debitor sehinga utang tersebut masih belum dibayarkan dan pihak yang bertanggung jawab atas tagihan IPL tersebut adalah Kurator.

In Article 1 point 1 of Law 37/2004, explains that "Bankruptcy is a general confiscation of all the assets of a Bankrupt Debtor whose management and settlement are carried out by the Receiver under the supervision of the Supervisory Judge as stipulated in this Law." Bankruptcy is described as a condition in which the debtor is in a state of not making payments on his debts because the debtor does not have the ability, or it is said as a condition in which the debtor is in a state of bankruptcy. This doctrinal research will discuss the legitimacy of environmental management fee bills for bankrupt debtors' assets that are used as collateral for credit but not verified as debts in the bankruptcy process. Who is the party responsible for environmental management fee bills on debtor property? Bankrupt, used as collateral for credit, has been removed from the bankrupt model list. The result concludes that the creditor's claim rights will, in principle, still exist even though the bankruptcy process has been completed and the creditor concerned is not included in the distribution list, and the receivables are not verified as debtors' debts, so the debt has not been paid and the party responsible for the IPL bill is the Receiver."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatin Bahanan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penggunaan Informasi Dari Bank Indonesia (Sistem Informasi Debitur) Dalam Rangka Pemberian Kredit Oleh Bank serta menjelaskan Bagaimana penyelesaian jika ternyata data yang diberikan oleh Bank Indonesia merugikan Nasabah. Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam karya ini adalah penelitian yuridis normatif. Tipe penelitian ini termasuk penelitian preskriptif. Untuk jenis data yang digunakan ialah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yaitu dilakukan melalui studi kepustakaan serta wawancara yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis, dapat diperoleh kesimpulan bahwa Pemberian kredit di Bank dilakukan dengan menerapkan pemberian fasilitas kredit bank menerapkan Prinsip Kehati-Hatian Perbankan (Prudential Banking Principle), Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer) dengan menggunakan Sistem Informasi Debitur Bank , serta upaya yang dapat dilakukan Debitur jika Informasi Dari Sistem Informasi Debitur merugikan debitur.

This study aims to determine the use of information from Bank Indonesia (Debtor Information System) in the Context Lending by Banks and explain How the settlement if it turns out the data provided by the Indonesian Bank Customer harm.This type of research used in this work is the author of normative research. This type of research include prescriptive research. For the type of data used is primary data and secondary data. Data collection techniques are carried out through the study of literature and subsequent interviews were analyzed using qualitative analysis techniques. Based on the analysis that had been conducted by the author, it can be concluded that the extension of credit in the Bank is done by applying a bank credit facility apply prudential principles Banking (Prudential Banking Principle), KYC (Know Your Customer) using Bank Debtor Information System, as well as efforts to do Debtor if the Debtor Information System Information from harming the debtor.
"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T38972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liem, Joeng Liang
"Tesis ini membahas tentang probabilitas nasabah KPR Pt Bank xyz Tbk,untuk mengalami status NPL.(kolektibilitas 3-5 dalam tiga tahun pertama kredtnya.Jangka waktu tiga Tahun ke 2 sampai tahun ke-3 dari kreditnya.Sehubungan dengan data yang imbalance. dimana kondisi NPL,sangat kecil dan nilai variabel Y adalah kualitatif, maka metode yang digunakan untuk mengukuran dengan kurva lift."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29482
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Randhy Nugroho
"Persaingan dalam industri bank, baik milik Negara ataupun swasta, dalam menyalurkan kreditnya semakin tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan modal kerja dan investasi dalam dunia usaha. Pemberian kredit yang tidak menggunakan informasi laporan keuangan dan prospek masa depan secara tepat dari calon debitur dapat bersifat fatal apabila kredit yang disalurkan kelak menjadi macet. Laporan ini medeskripsikan proses dan sistem dari penggunaan laporan keuangan calon debitur untuk proses pengambilan keputusan kredit oleh Bank selama penulis melakukan program magang.

The competition in banking industries, both state-owned and private, in order to channel their loans is getting tighter as the need for working capital and investement rises. A credit lending process which doesn?t use information on financial reports and future prospect of the debtors properly may result in a fatal situation if the credit loan doesn?t perform. This report will describe the system and process of financial reports usage for credit decision making by the Bank in which the writer performed internship."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S54693
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawati Danansih
"Perseroan Terbatas (perseroan) sebagai badan hukum memiliki pertanggungjawaban yang bersifat terbatas. Sebagai subyek hukum, dia dianggap cakap untuk bertanggungjawab atas segala kegiatannya termasuk bila terjadi kerugian. Pertanggungjawaban demikian seringkali dimanfaatkan pelaku usaha perseroan, dalam hal ini direksi dengan menggunakan perseroan untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk kelangsungan perseroan. Menurut Undang-undang nomor 1 Tabun 1995 tentang Perseroan Terbatas, direksi diwajibkan beritikad balk dalam mengurus perseroan, sehingga pelanggaran terhadapnya merupakan kelalaian dan kesalahan yang harus dipertanggungjawabkan secara pribadi. Namun tentang itikad baik oleh direksi tersebut lebih lanjut tidak ditemui penjelasannya.
Penafsiran yang keliru tentang itikad baik berakibat lolosnya direksi dari pertanggungjawaban atas kerugian perseroan yang disebabkannya (pailit). Padahal pertanggungjawaban direksi penting bagi kreditor ketika budel pailit peseroan tidak mencukupi untuk membayar piutang mereka pada perseroan. Bagaimana sebenarnya tindakan pengurusan direksi dapat dikatakan salah atau lalai mengakibatkan perseroan pailit? Serta bagaimana pertanggungjawaban direksi atas kerugian yang tidak mampu dibayar oleh perseroan akibat kepailitan yang disebabkannya tersebut? Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan metode yuridis normatif dengan wawancara: sebagai data penunjang.
Penulis mendapatkan bahan-bahan hukum melalui perundang-undangan, yurisprudensi serta literatur-literatur terkait. Sehingga diketahui bahwa direksi tidak dikatakan lalai atau salah mengakibatkan kepailitan sepanjang direksi beritikad balk dengan acuan duty of care, duty of loyalty dan melaksanakan pengurusan sesuai kewenangan yang diberikan kepadanya (intra vices) yang dapat ditemui pada corporate law system. Namun bila terbukti sebaliknya mengakibatkan perseroan pailit, direksi dapat dimintai pertanggungjawaban secara tanggung renteng melalui proses kepailitan di Pengadilan Niaga. Hal demikian dilakukan agar pemenuhan pembayaran piutang kreditor dapat diiaksanakan secara adil dan seimbang.

The limited liability company as a legal entity enjoys the benefits of limited responsibility. As a subject of Law, it is deemed to have the capacity to bear responsibilities upon its activities including should there rise any deficiency. Such limited responsibility is often miss used by businessmen or entrepreneurs for their own self benefits and not for the company's best interest. Pursuant to Law number I of the year of 1995 regarding The Limited Liability company, the board of directors are obliged by law to have good intentions in managing the company, thus the breach of such shall be deemed as an act of misconduct and negligence which amounts to personal reponsibility. However, the regulation of which remains unclear.
The board of directors responsibility is crucial for creditors especially when the assets of the company is not enough to compensate the creditors, event so the miss-interpretation of good intention still exist and such leads to the unfair acquital of the Board of directors for their misconduct which contributes to the loss of the company (the default of the company). Then, how to determine the faults of the board of directors which leads to the default of the company? Furthermore, how is the mechanism to held the responsibility of the board of directors in the case if the company goes default because of their fault? To answer that problem the writer has conducted researches with the normative juridical method with interviews as supporting data.
The writer obtains her law materials through the regulations, jurisprudence, and also other literatures in connection with this issue. Such is completed so to know that as long as the board of directors exercise its good intention pursuant to the principles of duty of care, duty of loyalty, and exercise its discretion according to the measurements it is given (intra vices) which can be found in the corporate law system, then it will be acquited. However, if the conduct of which can be proven otherwise that leads to the default of the company, then the board of directors can be personally held liable proportionallyby the verdict of the Commercial Court. Such is done to ensure the fair and balanced return of payment from the debtors to the creditors.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
T19293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>