Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69862 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aby Nubli Nur Qamar
"Dalam era globalisasi saat ini, aliansi strategis adalah pengaturan antara dua atau lebih firma untuk menjalankan proyek yang saling menguntungkan, dimana masing-masing firma tetap mempertahankan independensinya. Namun, itu cenderung memiliki tingkat kegagalan yang lebih tinggi daripada tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Mengetahui tingginya tingkat kegagalan aliansi strategis, maka penting untuk memahami faktor substansial mana yang menentukan keberhasilan aliansi strategis seperti kepercayaan, dimana dalam literatur ini dipandang sebagai faktor penting dalam keberhasilan aliansi strategis. Dengan demikian, literatur ini bertujuan untuk menganalisis peran identitas organisasi yang direpresentasikan sebagai kelompok sementara dalam kerja sama aliansi strategis agar berhasil. Pada bagian pertama makalah ini, inti dari penelitian ini dibahas, seperti definisi yang jelas tentang aliansi strategis, kepercayaan, kelompok sementara, dan identitas kelompok. Pada bagian berikut, bagaimana teori-teori ini mengembangkan hubungan dan bagaimana teori-teori tersebut saling terkait juga dijelaskan. Temuan menunjukkan bahwa kelompok sementara dan identitas organisasi memiliki hubungan dengan kepercayaan yang dipandang sebagai faktor penting untuk keberhasilan aliansi strategis. Berdasarkan temuan ini, manajer juga disarankan untuk mengimplikasikan bagaimana mengembangkan kepercayaan yang mengarah pada keberhasilan aliansi dari pembentukan identitas organisasi pada kerja sama kelompok sementara.

In the current era of globalization, the strategic alliance is an arrangement between two or more firms to undertake a mutually beneficial project, where each firm retains its independence. However, it is prone to having a higher rate of failure instead of having a higher rate of success. Knowing the high failure rate of strategic alliance, it is important to understand which substantial factor that determines the success of strategic alliance such as trust, where in this literature is seen as crucial factor on strategic alliance success. Thus, this literature aims to analyze the role of organizational identity that represented as temporary groups in strategic alliance cooperation to be successful. In the first part of this paper, the core of this study is discussed, such as the clear definitions of the strategic alliance, trust, temporary group, and group identity. In the following section, how these theories develop a relationship and how those theories linked to each other are also explained. The findings suggest that a temporary group and organizational identity have a relationship with trust that is seen as a crucial to strategic alliance success factor. Based on these findings, managers are also recommended to implicate on how to develop trust leading to alliance success from organizational identity formation on the temporary group cooperation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Adi Pradana
"Mayoritas aliansi strategis yang direncanakan pada akhirnya menghasilkan pemutusan kontrak yang disepakati. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang menentukan tingkat keberhasilan suatu aliansi strategis, salah satunya adalah tingkat kepercayaan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana identitas organisasi kolektif dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan dalam aliansi strategis. Dengan meninjau artikel yang dipilih di bawah topik ini, ini menanyakan: sejauh mana identitas organisasi kolektif mempengaruhi tingkat kepercayaan dalam aliansi strategis? Dalam penelitian ini, saya mengulas 25 artikel peer-review yang diterbitkan dari tahun 1988 - 2019 meliputi identitas organisasi kolektif, kepercayaan pada aliansi strategis dan juga interaksi antar pribadi — dimana terdapat penekanan interaksi antar pribadi dalam membangun kepercayaan di konteks aliansi strategis. Temuan menunjukkan bahwa identitas organisasi kolektif mempengaruhi tingkat kepercayaan melalui teori identifikasi sinyal kepercayaan, keterikatan antarpribadi dan persepsi optimis mitra lain untuk budaya kolektivisik.

The majority of planned strategic alliances eventually result in the termination of an agreed contract. Prior studies have shown that there are factors which determine the success level of a strategic alliance, one of them being trust level. This study aims to understand how collective organizational identity could affect the level of trust in a strategic alliance. By reviewing selected articles under this topic, it asks: to what extent does collective organizational identity affect the level of trust in a strategic alliance? In this research, I reviewed 25 peer-reviewed articles published from the year 1988 – 2019 covering collective organizational identity, trust in a strategic alliance and also interpersonal interaction – where there is an emphasis of interpersonal interaction in trust building under the strategic alliance context. Findings suggest that collective organizational identity affects the level of trust through trust signal identification theory, interpersonal attachments and optimistic perception of other partners for collectivistic culture. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetya Aryaputra Mar'at
"Dalam mempelajari anteseden dari mekanisme relasional yaitu kepercayaan antara dua pihak sebagai pendorong kinerja aliansi, peneliti menemukan bahwa identitas relasional dan identifikasi relasional memiliki peran penting dalam orientasi sikap aliansi terhadap tingkat rasa saling percaya mereka, dan peneliti lain telah meneliti pentingnya identitas organisasi dalam proses mengidentifikasi dan diidentifikasi oleh organisasi lain. Sementara penelitian sebelumnya menekankan perlunya fokus pada kesamaan identitas organisasi untuk mengembangkan rasa saling percaya, sedikit yang diketahui tentang dampak perbedaan identitas organisasi terhadap munculnya rasa saling percaya untuk aliansi strategis. Saya menggabungkan kedua topik tersebut untuk menilai pengaruh kekhasan organisasi dalam mengembangkan rasa saling percaya, melalui proses identitas relasional dan identifikasi antara mitra dalam aliansi strategis. Dalam tinjauan pustaka ini, saya menganalisis 29 artikel dari tahun 1984-2019 mengenai topik kekhasan organisasi, identitas dan identifikasi relasional, serta rasa saling percaya. Temuan menunjukkan bahwa kekhasan organisasi dapat memainkan peran positif dalam menciptakan rasa saling percaya dalam aliansi strategis, melalui efek mediasi identitas dan identifikasi relasional.

In studying the antecedents of relational mechanism, namely, mutual trust, as the driver of alliance’s performance, researchers have found that relational identity and relational identification have a critical role in the orientation of alliance’s attitude towards their level of mutual trust, and other researchers have examined the importance of organizational identity in the process of identifying and being identified by other organizations. While previous studies emphasize the need to focus on the similarity of organizational identity to develop mutual trust, less is known about the impact of differences in organizational identity towards the emergence of mutual trust for strategic alliances. I incorporate those two topics to assess the effect of organizational distinctiveness in developing mutual trust, through the process of relational identity and identification between partners in a strategic alliance. In this literature review, I analysed 29 peer reviewed articles from the year 1984-2019 concerning the topic of organizational distinctiveness, relational identity and identification, and mutual trust. The findings suggest that organizational distinctiveness can play a positive role in creating mutual trust in a strategic alliance, through the mediated effect of relational identity and identification."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurul Arifah
"Budaya organisasi merupakan salah satu komponen penting dalam suatu organisasi, yang dijadikan sebagai dasar penyusunan pedoman untuk mengelola hubungan kerja antar anggota organisasi dan acuan dalam menciptakan lingkungan organisasi yang harmonis dan berkesinambungan di antara para anggotanya. Budaya organisasi pada setiap lembaga memiliki perbedaan satu sama lain karena budaya organisasi diciptakan dan dilaksanakan oleh anggota pada lembaga terkait yang tentunya memiliki karakteristik tertentu yang menjadi ciri khas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji deskripsi budaya organisasi beserta elemen-elemen budaya yang berada di dalamnya dan bagaimana perannya terhadap hubungan kerja antar arsiparis di Unit Kerja SDM Kearsipan Lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Unit SDM Kearsipan ANRI memiliki budaya organisasi yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari beserta elemen-elemen budaya organisasi yang berada di dalamnya dan memiliki perannya masing-masing terhadap hubungan kerja antar arsiparis di Unit SDM Kearsipan ANRI yang dikorelasikan dengan Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.

Organizational culture is one of the important components in an organization, which is used as the basis for preparing guidelines for managing work relations between members of the organization and a reference in creating a harmonious and sustainable organizational environment among its members. Organizational culture in each institution is different from one another because organizational culture is created and implemented by members of related institutions which of course have certain characteristics that are characteristic. This study aims to examine the description of organizational culture and its cultural elements and how it plays a role in the working relationship between archivists in the Human Resources Unit of the National Archives of Republic of Indonesia (ANRI). The results of this study indicate that the ANRI Human Resources Unit has an organizational culture that is implemented in daily life along with the elements of organizational culture that are in it and have their respective roles towards the working relationship between archivists in the ANRI Human Resrources Unit which is correlated with Competency Standards Archivist Functional Position."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmin Nafila Zahrani
"Untuk mengatasi kondisi lingkungan yang kini kian memburuk, dibutuhkan tindakan kolektif seperti aktivisme lingkungan. Sejumlah penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa identitas lingkungan dan identitas terpolitisasi secara terpisah dapat mendorong individu untuk berpartisipasi dalam aktivisme lingkungan. Namun, masih terdapat kontradiksi dalam literatur sebelumnya terkait identitas mana yang lebih efektif dalam memprediksi aktivisme lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran identitas lingkungan dan identitas terpolitisasi secara bersamaan terhadap keterlibatan dalam aktivisme lingkungan normatif dan nonnormatif. Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan noneksperimental dan desain penelitian korelasional ini diikuti oleh 232 partisipan yang merupakan dewasa muda di Indonesia. Hasil analisis multiple hierarchical regression menunjukkan bahwa aktivisme lingkungan yang bersifat normatif dapat diprediksi oleh identitas lingkungan (B = 0.351, p < 0.01) dan identitas terpolitisasi (B = 0.555, p < 0.01), sedangkan aktivisme lingkungan yang bersifat nonnormatif tidak dapat diprediksi oleh identitas lingkungan (B = 0.072, p > 0.05) dan identitas terpolitisasi (B = 0.124, p > 0.05). Penemuan ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki rasa keterhubungan dengan lingkungan dan mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok/gerakan lingkungan lebih mungkin untuk terlibat dalam aktivisme lingkungan normatif dibandingkan aktivisme lingkungan nonnormatif.

Environmental activism is needed to deal with the currently heightened environmental issues and damages. Previous research has shown that environmental identity and politicized identity respectively can encourage someone to participate in environmental activism. However, previous studies show contradicting results regarding which identity is a better predictor for environmental activism. This current study aims to understand the role of environmental identity and politicized identity in both normative and nonnormative environmental activism involvement. This study uses a nonexperimental approach with a correlational design. With 232 Indonesian young adults participating in the study, analysis using multiple hierarchical regression shows that normative environmental activism is predicted by both environmental identity (B = 0.351, p < 0.01) and politicized identity (B = 0.555, p < 0.01). On the other hand, nonnormative environmental activism is not predicted by environmental identity (B = 0.072, p > 0.05) and politicized identity (B = 0.124, p > 0.05). This result indicates that people who have a sense of connection with the environment and identify themselves with environmental movements are more willing to act on behalf of the environment using peaceful methods rather than radical ones."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Annisa
"

Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan terapi pada anak. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa orang tua yang aktif terlibat dalam proses terapi anak cenderung memiliki anak yang menunjukkan perubahan signifikan dalam terapi. Sebagian besar orang tua memulai terapi untuk anak dengan ekspektasi tertentu yang dapat menghambat atau meningkatkan proses dan hasil terapi pada anak. Beberapa penelitian pada populasi dewasa menemukan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap hasil terapi diantaranya ekspektasi dan aliansi terapeutik. Akan tetapi, peneliti tidak menemukan banyak penelitian yang menguji hubungan antara ekspektasi orang tua dan aliansi terapeutik terhadap hasil terapi pada anak, terutama di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekspektasi orang tua terhadap hasil terapi pada anak melalui aliansi terapeutik sebagai mediator. Partisipan dalam penelitian ini adalah 83 orang tua dari anak yang berusia 1-16 tahun yang sedang menjalani terapi di klinik psikologi di wilayah Jabodetabek. Guna mengukur variabel yang diteliti, peneliti menggunakan instrumen penelitian meliputi Parent Expectancies for Therapy (PETS), Working Alliance Inventory-Short Revised (WAI-SR), dan Outcome Rating Scale (ORS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspektasi orang tua secara tidak langsung mempengaruhi hasil terapi pada anak melalui aliansi terapeutik.


Parents play a significant role in children's therapy outcomes. Many studies indicated that parents who engage actively in their children's therapy process tend to have children who make a significant improvement in their therapy. Most parents usually start therapy for their children with certain expectations that can either hinder or enhance the process and outcome of their children's therapy. Several studies on adults indicated factors contribute to the outcome of therapy: expectations and therapeutic alliance. Unfortunately, the researcher could not find many studies investigating the relationship between parental expectation and therapeutic alliance toward the outcome of children's therapy, especially in Indonesia. Thus, this study aims to investigate the effect of parental expectations toward therapeutic outcomes in children through a therapeutic alliance as a mediator. The participants were 83 parents of children between the ages of 1 to 16-year- old, who is undergoing therapy in Jabodetabek. In order to measure the variable being studied, the researcher used the following measuring tools: Parent Expectations for Therapy (PETS), Working Alliance Inventory-Short Revised (WAI-SR), and Outcome Rating Scale (ORS). The results of the study indicated that therapeutic alliance mediated parents' expectation toward children’s therapy outcomes.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Eko Wahyudi
"Artikel ini membahas mengenai peran Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dalam memperjuangkan idealisme wartawan Indonesia pada tahun 1994-1999. Pembahasan dimulai dengan kondisi dinamika pers pada masa Orde Baru, proses terbentuknya AJI sebagai organisasi alternatif wartawan, respon pemerintah terhadap kelahiran AJI, langkah-langkah AJI dalam mewujudkan idealisme wartawan, dan perannya dalam memperjuangkan idealisme wartawan pada rentang 1994-1999. Penelitian sebelumnya yang membahas tentang AJI lebih membahas tentang surat kabar terbitan AJI dan sepak terjang AJI cabang. Pembahasan mengenai sumbangsih AJI dalam mewujudkan idealisme wartawan dan terwujudnya Undang-undang pers nomor 40 tahun 1999 belum dibahas pada penelitian sebelumnya. Selama masa Orde Baru pers mengalami pengekangan dan rawan terjadi pembredelan. AJI hadir sebagai wadah alternatif organisasi wartawan yang saat itu dikendalikan oleh pemerintah, yakni Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Penulisan artikel ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari tahapan Heuristik, Verifikasi, Intepretasi, Historiografi. Pada tahap heuristik peneliti mengambil sumber berupa wawancara tokoh AJI yang memiliki peran penting pada era 1994-1999, koran sezaman, buku, dan jurnal. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa AJI mengemban peran yaitu menolak kooptasi dan intimidasi negara, menolak politik perizinan untuk pers, dan menegakkan prinsip jurnalisme. AJI berhasil mewadahi proses perjuangan idealisme para wartawan Indonesia untuk mencapai kebebasan pers dimana prosesnya ditandai dengan disahkannya Undang-undang nomor 40 tahun 1999.

This article discusses about the role of the Alliance of Independent Journalists (AJI) in fighting for the idealism of Indonesian journalist in 1994-1999. This paper present the ups and down conditions in the New Order Era, the process of the establishment AJI as an alternative organization for journalist, the government's response through the incipience of AJI, AJI's ways to actualize journalist’s idealism, and their role in fought for journalist’s idealism at 1994-1999. Previous research about AJI  only  discussed  newspapers published by AJI and the actions of AJI subsidiory. The discussion regrading the contribution of AJI in realizing  journalistic ideals and the realization of the press law number 40 of 1999 has’nt been discussed in previous research. During the New Order era, the press was restrained and proned to be banned. AJI was present as an alternative forum for the journalist organization that controlled by the government, namely the Indonesian Journalists Association (PWI). This article use the historical method which consists of the stages of Heuristics, Verification, Interpretation, Historiography. At the heuristic stage, the researcher takes the source by obtained sources through interviews with AJI figures who had an important role in the 1994-1999 era, contemporary newspapers, books, and journals. The results prove that AJI had a role to refused the co-optation and state intimidation, declined political press license, also sustained the principles of journalism. AJI was succeeded to accommode the idealism of journalists with all their struggles to fought for freedom of the press, the journalist’s prosperity, and the escalation of journalist’s professionalism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reksa Pangestu Aji
"Berbagai perubahan terjadi akibat dampak dari pandemi COVID-19 yang menuntut mahasiswa agar dapat lebih adaptif dalam mempersiapkan diri untuk bisa melakukan transisi karier yang baik dengan mengikuti program magang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan analisis regresi berganda dengan melibatkan sebanyak 189 mahasiswa usia 18-25 (M = 21,49, SD = 0,835) yang berasal dari perguruan tinggi di Indonesia yang mengikuti program magang. Proses pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) oleh Savickas dan Porfeli (2012) dan Vocational Identity Scale Assessment (VISA) oleh Porfeli et al. (2011). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa identitas vokasional memiliki peran secara signifikan pada adaptabilitas karier (F(6,189)= 20,402, p = 0,000, R2= 0,402). Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk memiliki adaptabilitas karier yang baik, perlu bagi mahasiswa untuk memiliki identitas vokasional yang baik pula. Meski demikian, jika dilihat dari setiap dimensi identitas vokasional, hanya terdapat tiga sub-dimensi yang berperan pada adaptabilitas karier mahasiswa yaitu exploration in-depth, career commitment making, dan commitment flexibility. Limitasi serta saran untuk penelitian selanjutnya dijelaskan dalam penelitian ini.

Various changes have occurred as a result of the impact of the COVID-19 pandemic, which demands that students be more adaptive in preparing themselves for a successful career transition by participating in internship programs. This research is a quantitative study that uses multiple regression analysis involving 189 final-year students aged 18-25 (M = 21.49, SD = 0.835) from universities in Indonesia who participated in an internship program. The data collection process was carried out using the Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) from Savickas and Porfeli (2012) and Vocational Identity Scale Assessment (VISA) from Porfeli et al. (2011). The results of the study revealed that vocational identity had a significant role in career adaptability among undergraduate students who have or have been participating in internship programs (F(6,189) = 20.402, p = 0.000 , R2 = 0.402). These results show that in order to have good career adaptability, it is necessary for students to have a good vocational identity as well. However, if we look at each vocational identity dimension, there are only three sub dimensions that play a role in student career adaptability, namely in-depth exploration, making career commitments, and commitment flexibility. Limitations and suggestions for further research are described in this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanan Maria Hatta
"[ABSTRAKbr
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara identitas organisasi dan perilaku kerja inovatif pada perusahaan X. Penelitian ini didasarkan pada pesatnya perkembangan dari industri kreatif. Pendekatan yang sesuai dalam menghadapi hal tersebut adalah pendekatan inovatif yang dapat memicu diterapkannya perilaku kerja inovatif dalam organisasi. Salah satu hal yang dapat memiliki hubungan dengan perilaku kerja inovatif adalah identitas organisasi. Identitas organisasi sendiri memiliki peranan penting dalam memandu perilaku kayawan yang diharapkan muncul. Terdapat total 401 karyawan perusahaan X yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Perusahaan X merupakan perusahaan yang memiliki nilai inovatif dan bergerak dalam bidang industri kreatif dengan sub-kelompok penerbitan dan percetakan. Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Innovative Work Behavior Scale (Janssen, 2000) dan Organizational Identity Scale (Etikariena, 2015). Dengan menggunakan teknik analisis pearson product moment correlation, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara identitas organisasi dan perilaku kerja inovatif (r= .063, p> .05).
;This research was conducted to see the relationship between organizational identity and innovative work behavior in X Company. It was based on the rapid development of creative industry. One of the approaches to deal with that condition is innovation, which can leads innovative work behavior in organization. One of the factors that can have a correlation with innovative work behavior is organizational identity. Organizational identity itself has a significant role to guide employee’s behaviors. There were 401 employees of X Company that has participated in this research. X Company is an organization that has innovative value and runs in creative industry area, specifically printing and publishing sub-sector. There were two instruments used in this research, innovative work behavior scale (Janssen, 2000) and organizational identity scale (Etikariena, 2015). Using pearson product moment correlation to analyze the data, the result shows us that there were no significant correlation found among organizational identity and innovative work behavior (r= .063, p> .05).
, This research was conducted to see the relationship between organizational identity and innovative work behavior in X Company. It was based on the rapid development of creative industry. One of the approaches to deal with that condition is innovation, which can leads innovative work behavior in organization. One of the factors that can have a correlation with innovative work behavior is organizational identity. Organizational identity itself has a significant role to guide employee’s behaviors. There were 401 employees of X Company that has participated in this research. X Company is an organization that has innovative value and runs in creative industry area, specifically printing and publishing sub-sector. There were two instruments used in this research, innovative work behavior scale (Janssen, 2000) and organizational identity scale (Etikariena, 2015). Using pearson product moment correlation to analyze the data, the result shows us that there were no significant correlation found among organizational identity and innovative work behavior (r= .063, p> .05).
]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izdihar Safira Noorhanifah
"Popularitas hallyu yang terus meningkat seiring dengan laju globalisasi yang cepat telah membawa nama Korea Selatan semakin terkenal di kancah internasional. Melihat keantusiasan yang diberikan oleh dunia internasional terhadap hallyu, Korea Selatan menggunakan kesempatan tersebut untuk mengenalkan budaya tradisionalnya kepada dunia melalui sebuah proyek global bernama Han Style. Sebagai salah satu aspek dari proyek budaya global Han Style, Hanbok rupanya mengalami modernisasi dari segi rupa, warna, dan motif yang sengaja disesuaikan dengan perubahan zaman dan tren dalam industri fesyen. Penelitian ini menelaah dua fungsi atau peran Hanbok sebagai bagian dari strategi diplomasi budaya Korea Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis deskriptif dan pendekatan kualitatif berupa studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hanbok dipopulerkan oleh pemerintah sebagai alat atau sarana bagi Korea Selatan untuk mendapatkan pengakuan atas eksistensinya sebagai suatu bangsa dalam lingkup internasional. Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan dalam mencapai tujuan tersebut antara lain adalah mengenakan Hanbok dalam kunjungan diplomatik, mengadakan pertukaran budaya dan pameran dengan tema Hanbok, serta mendukung perancang Hanbok dalam berkreasi dan berinovasi.

The popularity of hallyu which keeps increasing along with the rapid pace of globalization has brought South Korea's name to be more well-known internationally. Seeing the enthusiasm given by the international community to hallyu, South Korea took that as an opportunity to introduce its traditional cultures to the world through a global project named Han Style. As one of the aspects of the global cultural project, Hanbok seems to be an undergoing modernization in terms of appearance, color, and motifs which are deliberately adapted to the changing eras and trends in the fashion industry. This study examines two functions or roles of Hanbok as a part of South Korea's cultural diplomacy strategy. This research was conducted using descriptive analysis methods and qualitative approaches in the form of literature studies. The results showed that Hanbok was popularized by the government as a tool or means for South Korea to gain recognition for its existence as a nation in the international sphere. Some of South Korea government’s efforts to achieve that goal include wearing Hanbok on diplomatic visits, holding cultural exchanges and exhibitions with Hanbok as the theme, and supporting designers with their creation and innovation of Hanbok."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>