Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118114 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Divani Jasmine
"Wujud ekspresi bahasa pada masyarakat di masa kini, hadir dalam berbagai bentuk, tidak hanya dalam bentuk ungkapan kata, namun dapat pula hadir dalam bentuk visual (gambar). Keduanya itu memberikan gambaran keadaan sehari-hari pada masyarakat. Wujud ekspresi bahasa melalui serangkaian kata-kata dan gambar tersebut direpresentasikan dalam meme. Meme merupakan salah satu bentuk kreativitas dalam menyampaikan kritik sosial dalam masyarakat. Peneliti akan menganalisis makna meme berbahasa Jawa yang banyak diunggah dan dipublikasikan pertama kali melalui jejaring media sosial instagram pada tahun 2019. Data yang digunakan adalah 9 meme berbahasa Jawa yang digambarkan sebagai bentuk percakapan yang disampaikan tokoh pertama pada tokoh kedua, yakni tokoh pertama yang melakukan konsep sindiran yang diikuti dengan tindakan menampar pada tokoh kedua disertai ucapan kata tuman ‘kebiasaan’. Penelitian meme tuman ini dianalisis dengan teori metafora Lakoff dan Johnson (1980) mengungkapkan adanya makna metaforis dan teori fungsi metafora dalam Leech (1977) untuk melihat fungsi dalam meme tersebut. Permasalahan pada penelitian ini yakni bagaimana makna metaforis pada ujaran implisit yang terkandung pada meme tuman dan apa fungsi dari meme tersebut. Tujuan penelitian adalah menjelaskan makna metaforis dan fungsi yang ada pada ujaran meme. Hasil dari analisis penelitian ini yakni menunjukan bahwa makna meme tuman merupakan makna tersirat (implisit) yang disampaikan secara tidak langsung dan secara umum memiliki fungsi ekspresif. Makna pada meme tuman disampaikan secara implisit karena meme tuman berbahasa Jawa yang diunggah dan dipublikasikan di media sosial memiliki peranan penting sebagai sarana komunikasi tidak langsung yang mewakili isi pikiran dan perasaan penutur yang ingin di sampaikan kepada lawan tutur.

A meme is a phenomenon concept of ideas, behaviours, or lifestyles that spread from one person to another in a form of funny pictures along with wordings that have an implicit meaning. This supports the meme’s meaning in KBBI (2016) which defines memes as visual works that contain images and words. Moreover, a meme is known as a media for peoples to express and represents their feelings, or thoughts in social media (Listyorini, 2017:64). One of well acknowledged memes in Indonesia is tuman meme that occurred for the first time through social media in 2019. Tuman meme in this research focuses on an image of a bald man slapped another bald man then followed by a word tuman. Tuman is a word in Javanese that entails to someone who has particular habits that usually negative and does it repeatedly. As in any other memes, the image in a tuman meme also shows wordings in a form of a proposition that gives a metaphorical meaning. Therefore, this leads to problem of what the metaphors meaning in Javanese tuman memes is. The aims of this research is describing the metaphors meaning in tuman memes. Data of this research is 10 tuman memes that were taken from social media (Instagram) by using hashtag #memetuman. This research used qualitative methods and the metaphorical theory by Lakoff and Johnson (1980) also the theory of metaphorical functions by Leech (1977) in order to find out the metaphorical meanings and their functions The result of this research shows that the tuman meme has an implicit meaning with an indirectly message to the readers and used as a form of human’s expresiveness in general. At present, tuman meme is comprehended by the Javanese community as a mimicked theme (image) that included a catchy proposition that made it instantly memorable as an indirectly communication tools that represented peoples thoughts and feelings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Mustikaning Tyas
"Guru merupakan profesi yang mulia. Profesi ini menarik perhatian beberapa musisi untuk mengangkat isu terkait profesi guru dengan segenap kelebihan dan kekurangannya. Akan tetapi, keluhan terkait profesi guru merupakan hal yang jarang terbahas di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan keluhan terkait profesi guru yang didapatkan dari makna leksikal pada lirik 3 lagu berbahasa Jawa yang menjadi sumber data. Pertama, lagu karya Jogja Hip Hop Foundation yang berjudul Jula Juli Guru, kedua, lagu karya Koes Plus yang berjudul Pak Guru, dan ketiga, aransemen ulang lagu Koes Plus yang berjudul Aja Gela yang diadaptasi menjadi lagu berjudul Aja Gela Dadi Guru. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teori semantik leksikal dari Cruse (1991). Hasil dari penelitian ini memperlihatkan adanya 15 keluhan terkait profesi guru dari 3 sumber data yang membentuk adanya 6 paramter keluhan guru yaitu. Kesimpulan penelitian memperlihatkan bawah profesi guru bukanlah profesi yang mudah karena mereka kerap dituntut untuk hidup sederhana dalam keterbatasan ekonomi, dengan tanggung jawab yang bukan hanya kepada proses mengajar, tetapi juga terkait keberlangsungan sekolah seperti menarik iuran sekolah (SPP).

Being a teacher is a noble profession. This profession attracted the attention of several musicians to raise issues related to the teaching profession with all its advantages and disadvantages. However, complaints related to the teaching profession are rarely discussed in the community. Therefore, this study aims to show complaints related to the teaching profession which are obtained from the lexical meaning of the lyrics of 3 Javanese songs as the data sources. First, a song by the Jogja Hip Hop Foundation entitled Jula Juli Guru, second, a song by Koes Plus entitled Pak Guru, and third, a re-arrangement of Koes Plus' song Aja Gela which was adapted into a song called Aja Gela Dadi Guru. This research uses descriptive qualitative method and lexical semantic theory from Cruse (1991). The results of this study showed that there were 15 complaints related to the teaching profession from 3 data sources. The conclusion of the study shows that the teaching profession is not an easy profession because they are often required to live a simple life within economic constraints, with responsibilities that are not only for the teaching process, but also related to school sustainability such as collecting school fees (SPP)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Adi Candra
"Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan tentang partikel an berdasarkan hubungan antarklausa dan makna gramatikal dalam bahasa Jawa Kuno yang belum dilakukan oleh Uhlenbeck 1986, Zoetmulder dan Poedjawijatna 1993. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana fungsi partikel an dan tipologi kalimat berbahasa Jawa Kuno pada teks Adiparwa. Meskipun sumber data yang digunakan bukanlah sumber data baru, tetapi cakupan analisis partikel an akan diperluas dengan teori T. Givon 2001 tentang koherensi intraklausa inter-clausal coherence dan pelengkap nomina berupa klausa noun complement. Adapun temuan dari penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan penjelasan dari Uhlenbeck dan Zoetmulder tentang fungsi partikel an dalam kalimat majemuk bahasa Jawa Kuno.

This research is a study of the relationships and interlauses and grammatical meanings in Old Javanese which Uhlenbeck 1986, Zoetmulder and Poedjawijatna 1993 have not done. This research was conducted to determine the function and frequency of Old Javanese in the decoded text. Although the data used is new data, the solution will be widened by T. Givon 2001 theory of intraclausal coherence inter clause coherence and noun complementary clauses complementary nouns. The findings of this study are expected to explain from Uhlenbeck and Zoetmulder about the function of particles in Greek compound sentences. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Audria Puspitadewi
"Komik sering ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi sebuah media yang berfungsi untuk menyampaikan informasi atau mengekspresikan perasaan. Di dalam sebuah komik, seringkali tokoh menggunakan interjeksi untuk untuk menunjukkan tindakan tokoh yang spontan dan menarik perhatian lawan bicara untuk melakukan sesuatu. Artikel ini membahas fungsi dan makna interjeksi yang terdapat dalam 4 seri komik Robin Dubois. Metode penelitian ini adalah kualitatif dan menggunakan teori Ameka (2006) dan semiotika Barthes (1964) untuk menganalisis interjeksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interjeksi dapat memiliki satu atau lebih dari satu makna. Penentuan makna dan fungsi interjeksi diperoleh dengan mengaitkan tanda yang terdapat dalam gambar. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis komik yang lebih banyak menggunakan gambar sebagai cerita membuat interjeksi lebih banyak berfungsi. Interjeksi berfungsi mendukung gambar dan cerita sebagai respon dari pembicaraan, situasi yang dialami, bentuk emosi pada saat itu, dan ungkapan permintaan kepada lawan bicara untuk melakukan suatu tindakan.

Comics are often found in everyday life and become a medium that serves to convey information or express feelings. In comic, characters often use interjection to show their actions of characters which are spontaneous and to attract of other person to do something. This article discusses the functions and meanings of interjection contained in Robin Dubois's 4 comic series. The method of this research is qualitative and this research uses the interjection theory by Ameka (2006) and the semiotics theory by Barthes (1964) to analyze interjection. The results of this study indicate that interjection can have one or more than one meaning. Determination of the meaning and function of interjection is obtained by linking the signs contained in the image. The results of the analysis shows that the types of comics that use images as stories make interjection has more functions. Interjection works to support images and stories in response to conversation, situations that are experienced by someone, forms of emotion at that time, and requests to the other person to take action.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Raniska Mitra Hapsari
"Penelitian ini memfokuskan untuk membahas salah satu judul lakon wayang, yaitu lakon Wahyu Purba Sejati. Penelitian ini akan mengkaji makna Wahyu Purba Sejati dalam konteks budaya Jawa. Teori yang digunakan adalah teori interpretasi. Lakon Wahyu Purba Sejati termasuk dalam jenis lakon yang berdasarkan pada judul lakon. Dalam lakon jenis wahyu, judul lakonlah yang menjadi inti cerita dari lakon tersebut, yaitu pemberian wahyu atau anugrah dari dewa kepada manusia (raja, pendeta, ksatria) tertentu karena manusia tersebut telah berhasil atau telah berjasa kepada dewa.
Dalam usaha untuk meraih keberhasilannya itu manusia melakukan berbagai macam cara untuk meraih perhatian para dewa dan cara-cara tersebut memiliki makna-makna tertentu (tekstual dan kontekstual). Wahyu Purba Sejati berwujud sukma dari Ramawijaya (purba) dan Laksmanawidagda (sejati dan wahdat). Wahyu purba menjelma kepada Kresna, wahyu sejati menjelma kepada Arjuna, dan wahyu wahdat menjelma kepada Baladewa.

This study discusses about the meaning of Wahyu Purba Sejati in Javanese culture. The focus of this study is to discuss one of the shadow puppet play, Wahyu Purba Sejati. This study will be reviewing the meaning of Wahyu Purba Sejati in Javanese culture context (textual and contextual). Interpretation theory used for this study. The Wahyu Purba Sejati play included in the type of play that is based on the title of the play. In wahyu play, title is the core of the story from the play, which is giving revelation from God to human (king, priest, knight) because human has been done or has good contribution to God.
In order to get its triumph, human did many ways to get God attention and the ways have particular meanings (textual and contextual). Wahyu Purba Sejati?s appearances are the spirit of Ramawijaya (purba) and Laksmanawidagda (sejati and wahdat). Purba revelation incarnated to Kresna, sejati revelation incarnated to Arjuna, and wahdat revelation incarnated to Baladewa.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42714
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Kusumaningrum
"ABSTRAK
Penelitian berjudul ?Komponen Makna ?Panas‟ dalam Bahasa Jawa? ini bertujuan
untuk menemukan komponen makna umum, komponen makna pembeda, dan
hubungan komponen makna dengan kehidupan masyarakat Jawa. Data yang
digunakan diperoleh dari Majalah Panjebar Semangat tahun 2011-2015.
Penelitian ini menerapkan teori analisis komponen makna yang diutarakan oleh
Eugene A. Nida dalam Componential Analysis of Meaning (1975) dan teori fungsi
bahasa oleh Gobard (1976). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Dalam penelitian ini ditemukan 20 kata bermakna ?panas‟
dalam bahasa Jawa. Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan 1 komponen
makna umum dan 50 komponen makna pembeda. Selain itu dalam hubungannya
dengan kehidupan masyarakat Jawa, kata bermakna ?panas‟ memiliki fungsi
vernakular (bahasa komunikasi sehari-hari) dan referensial kultural (acuan
budaya). Komponen makna dan fungsi kata bermakna ?panas‟ menunjukkan
bahwa orang Jawa: 1) Mendetil, 2) Kehidupannya dekat dengan alam, 3)
Mengutamakan hidup selaras dengan sesamanya.

ABSTRACT
The research aims to find common components, diagnostic components, and
shows relationship of components of meaning to the life of Javanese people. This
research used data from Panjebar Semangat Magazine in 2011-2015. The theory
that is used was written by Eugene A. Nida in Componential Analysis of Meaning
(1975) and by Gobard in L?alliénation Linguistique (1976). The method that is
used in this research is descriptive method. This research found 20 Javanese
words that have ?hot‟ meaning. Based on the analysis, there are one common
component which is ?hot‟ and 50 diagnostic components. Moreover, those 20
?hot‟ words have vernacular (daily communication) and cultural reference
functions. The components and their functions show that the Javanese people are:
1) detailed, 2) closed to nature, 3) prioritized their life in harmony with each
other."
2016
S65179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Yulianto
"Dalam Kamus Bahasa Jawa Bausastra Jawa Edisi ke 2 (KBJ (BJ) 2) yang terbit tahun 2011, ditemukan 19 kata bermakna ‘minum’. Kesembilan belas kata bermakna ‘minum’ ini memiliki definisi kata yang sederhana dan bersifat kurang mendetail. Komponen-komponen makna yang digunakan sebagai unsur dalam pendefinisian kata juga belum dijelaskan secara lengkap. Hal demikian dapat memicu terjadinya ketidaktepatan penggunaan kata minum. Oleh sebab itu, penelitian ini membahas mengenai analisis komponen makna kata minum dalam bahasa Jawa dengan menggunakan kamus KBJ (BJ) 2 sebagai sumber data. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan komponen makna kata minum dalam bahasa Jawa yang ada di dalam KBJ (BJ) 2. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semantik leksikal. Dengan menggunakan teori Nida (1975), hasil penelitian menunjukkan adanya 1 komponen makna utama, 4 komponen makna pembeda, dan 28 komponen makna pelengkap. Komponen-komponen makna tersebut dapat ditambahkan dan disusun untuk melengkapi pendefinisian kata minum di dalam kamus monolingual bahasa Jawa berikutnya setelah KBJ (BJ) 2. Pendefinisian kata minum dalam KBJ (BJ) 2 belum menjelaskan mengenai komponen makna terkait pelaku tindakan minum, objek yang diminum, posisi mulut maupun bibir saat minum, peranti yang digunakan, dan cara melakukannya.

In Javanese Dictionary Bausastra Javanese 2nd Edition (KBJ (BJ) 2) published in 2011, found 19 words meaning 'drink'. The nineteen words meaning 'drink' have simple word definitions and are less detailed. The meaning components used as elements in defining words have not been fully explained. This can lead to the occurrence of inaccuracies in the use of words drink. Therefore, this study discusses the analysis of word meaning components drink in Javanese using a dictionary KBJ (BJ) 2 as a data source. The purpose of this research is to describe the components of word meaning drink in the Java language that is inside KBJ (BJ) 2. This research method is a qualitative descriptive method with a lexical semantic approach. By using Nida's theory (1975), the results of the research show that there is 1 main meaning component, 4 differentiating meaning components, and 28 complementary meaning components. These meaning components can be added and arranged to complete the word definition drink in the next Javanese monolingual dictionary after KBJ (BJ) 2. Word definitions drink in KBJ (BJ) 2 has not yet explained about the related meaning components the perpetrator of the act of drinking, the object that is drunk, the position of the mouth and lips when drinking, the device used, and how to do it."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Talia
"Rewang dalam masyarakat Jawa dikenal sebagai kegiatan bergotong-royong terutama ketika adanya hajatan. Upaya pelestarian rewang sebagai hasil budaya terlihat mulai dari adanya penelitian, hingga produksi film pendek. Namun, apakah makna rewang yang dikenal dalam masyarakat Jawa memiliki pengertian yang sama dari masa ke masa? Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya perubahan makna pada kata rewang dalam masyarakat Jawa. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Serat Centhini Jilid 1 (Pupuh 1-29) tahun 1922 oleh H. Buning, dua film pendek Jawa dengan tema rewang tahun 2021 dan 2022, dan wawancara kepada masyarakat pelaku rewang di Desa Sidomulyo, Jember-Jawa Timur pada tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teori semiotika Peirce yang dikembangkan oleh Hoed (1994), serta teori perubahan makna Chaer (2009) untuk menemukan adanya perubahan makna dalam kata rewang. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penyempitan makna kata rewang, dari tiga makna yang diasosiasikan dengan kata rewang dalam serat Centhini yaitu ‘pengiring’, ‘teman’, dan ‘perewang’, menjadi satu makna utama yaitu ‘perewang’, sebagaimana dikenal dalam masyarakat Jawa melalui film pendek dan wawancara. Penelitian ini menyimpulkan bahwa bahasa bersifat dinamis dan adanya perubahan makna kata seperti pada kata rewang, dapat terjadi karena perubahan faktor waktu, ekonomi dan perkembangan pikiran dalam masyarakat.

Rewang in Javanese society is known as a mutual cooperation activity, especially when there is a celebration. Efforts to preserve rewang as a cultural product can be seen from the existence of research, to the production of short films. However, does the meaning of rewang known to the Javanese people from time to time have the same meaning? This study aims to show the changing meaning of rewang in Javanese society. The data in this study were obtained from Serat Centhini Volume 1 (Pupuh 1-29) in 1922 by H. Buning, two short Javanese films with the theme rewang in 2021 and 2022, as well as interviews with the rewang community in Sidomulyo Village, Jember-East Java in 2022. This study uses a qualitative descriptive method with Peirce's semiotic theory developed by Hoed (1994) and Chaer's (2009) meaning change theory to find changes in the meaning of the word rewang. The results of this study show the meaning of the rewang, of the three meanings associated with the word rewang in the Serat Centhini, namely 'accompaniment', 'friend', and 'perewang', one of the main meanings of which is 'perewang', as known by Javanese people through short films and interview. This study concludes that language is dynamic and changes in the meaning of words, such as the word rewang, can occur due to changing times, the economy and the development of thought in society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Diastari Utomo
"Meme adalah foto atau video menarik yang berpindah di media sosial yang berfungsi sebagai alat berekspresi atau untuk menyebarkan pengaruh sosial dengan unsur tanda verbal dan visual yang memengaruhi maknanya. Akun Instagram deutschebahn_memes melalui meme mengekspresikan pendapatnya terhadap berbagai topik seputar Deutsche Bahn, perusahaan nasional kereta Jerman. Pada tahun 2023 akun tersebut mengunggah beberapa meme dengan topik ketepatan waktu, sehubungan dengan ketepatan waktu Deutsche Bahn yang semakin memburuk dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Penelitian ini bertujuan menunjukkan makna unsur visual dan verbal yang terdapat dalam meme. Korpus data lima gambar meme diteliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan studi kepustakaan dan analisis data berdasarkan dua teori, yaitu teori semiotik Peirce (1940, dalam Hoed, 2014; Chandler, 2022) untuk meneliti unsur visual meme dan teori semantik Blanke (1973) untuk meneliti unsur verbal meme. Setelah lima meme diteliti, dapat ditentukan meme adalah representamen yang menghasilkan interpretant dalam bentuk perasaan dengan object yang dirujuk berupa situasi Deutsche Bahn di dunia nyata yang melibatkan penumpang kereta DB, tanggapan pengguna DB dan pegawai DB. Berdasarkan teori semantik Blanke, ditemukan beberapa jenis makna pada unsur verbal meme yaitu makna situatif, afektif, asosiatif, referensial, dan stilistis.
A meme is an interesting photo or video that moves around the internet as a mode of expression or for sharing social influence with verbal and visual signs that affect their meaning. The Instagram account deutschebahn_memes through memes expresses their opinion on various topics surrounding Deutsche Bahn, the German national railway company. In 2023 the account uploaded memes on punctuality, in connection with Deutsche Bahn’s punctuality getting worse compared to previous years. This research aims to show the meaning of the visual and verbal elements contained in the memes. The data consisting of five meme images were analyzed using descriptive qualitative methods with literature studies and with two theories, namely Peirce’s semiotic theory (1940, in Hoed, 2014; Chandler, 2022) to examine the visual elements of memes and Blanke’s semantic theory (1973) to explore the verbal elements of memes. After five memes have been studied, it can be determined that memes are representamens that produce interpretants in the form of feelings with the referenced object being Deutsche Bahn’s situation in the real world that involves DB train passengers, responses from DB users and DB employees. Based on Blanke’s semantic theory, several types of meaning were found in the verbal elements of memes, namely situational, affective, associative, referential, and stylistic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>