Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123828 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diyanah Azhrika Putri
"Tingkat kejadian cyberbullying pada remaja di Indonesia masih tinggi. Hal ini menjadi perhatian yang besar dikalangan remaja mengingat kejadian cyberbullying dapat mempengaruhi perilaku berisiko kesehatan pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kejadian cyberbullying, khususnya cybervictim, dengan perilaku kesehatan berisiko remaja meliputi perilaku merokok, perilaku diet, dan perilaku berisiko seksual pada remaja. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional kepada 107 siswa SMA yang bersekolah di salah satu sekolah di Jakarta Timur. Alat pengumpulan data pada penelitian ini merupakan kuesioner Cybervictim, Global School-based Health Survey, dan kuesioner Perilaku Berisiko Seksual Remaja. Uji chi square dilakukan pada penelitian ini. Hasil Terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian cyberbullying (cybervictim) dengan perilaku merokok (p < 0.05). Namun, tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian cyberbullying (cybervictim) dengan perilaku diet dan perilaku berisiko seksual pada remaja (p > 0.05). Intervensi program anti-cyberbullying oleh perawat dan tenaga kesehatan lain dapat dilakukan untuk mencegah kejadian cyberbullying yang berdampak terhadap perilaku kesehatan berisiko pada remaja.

The incidence of cyberbullying among adolescents inĀ  Indonesia is still high. This is a big concern among adolescents since the incidence of cyberbullying can affect adolescents to do unhealthy risk-taking behaviors. This study aims to identify the association between the incidence of cyberbullying, especially cybervictim, with health risk behaviors including smoking behavior, dietary behavior, and sexual risk behavior among adolescents. The method of this study used a cross-sectional to 107 participants, senior high school students in East Jakarta. Instruments Cybervictim questionnaire, the Global School-based Health Survey, and the Adolescent Risk Sexual Behavior were used in this study. Chi square test was used. Findings show that there is the association between the incidence of cyberbullying victimization with smoking behavior among adolescents (p < 0.05). However, the incidence of cyberbullying victimization was not related to adolescents' dietary behavior and sexual risk behavior (p > 0, 05). Anti-cyberbullying program interventions can be carried out by nurse and other health professionals to prevent the incidence of cyberbullying that can caused some health risk behaviors among adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nohan Arum Romadlona
"ABSTRAK
Perilaku merokok, minum alkohol, penggunaan narkoba, dan seks pranikah merupakan perilaku berisiko kesehatan. Pengetahuan dan persepsi remaja terhadap perilaku berisiko tersebut dapat dibentuk dengan siapa remaja berdiskusi tentang informasi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauh mana lawan diskusi mempengaruhi perilaku berisiko kesehatan remaja. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku merokok, minum alkohol, penggunaan narkoba, dan seks pranikah. Kemudian yang berperan sebagai lawan diskusi yaitu teman, ayah, ibu, saudara, keluarga, guru, tokoh agama, dan petugas kesehatan digunakan sebagai variabel independen. Sosiodemografi, akses media, dan keberadaan teman berisiko menjadi variabel kontrol. Analisis data menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja. Populasi penelitian adalah remaja laki-laki dan perempuan belum menikah usia 15-24 tahun. Hasil analisis memperlihatkan bahwa lawan diskusi terbukti berhubungan dengan perilaku remaja. Remaja yang berdiskusi dengan teman akan meningkatkan risiko terhadap semua perilaku berisiko. Remaja yang berdiskusi dengan ayah memiliki risiko lebih tinggi untuk merokok dan minum alkohol. Sebaliknya, ibu memiliki peranan penting untuk mencegah perilaku berisiko pada remaja. Kualitas lawan diskusi dan nilai-nilai informasi perlu menjadi pertimbangan untuk membantu remaja terproteksi dari perilaku negatif. Penelitian ini memperlihatkan bahwa ibu perlu terlibat dalam upaya penanggulangan perilaku berisiko.

ABSTRACT
Smoking, alcohol drinking, drug use, and premarital sex are health risk behaviors. The adolescent knowledge and perception on such risk behaviors might be shape by whom the health related information has been discussed. This research aims to assess to what extent discussion partner influence on adolescent health risk behaviour. Dependent variables used in this research are smoking, alcohol drinking, drug use, and premarital sex. Then, Those who role as discussion partners such as friends, fathers, mothers, relatives, teachers, religious leaders, health service provider are functioned as independent variables. Sociodemographic, the access of media, and the existence of peers behaving risky become control variables. Data used in this research is Indonesia Demographic and Health Survey 2012, Adolescent Reproductive Health component. The population of the research is unmarried young men and women aged between 15-24 years old. The result shows that a discussion partner is proven to have association with young behavior. Adolesecent who discuss with friends will increase the risk to any risky behavior. Adolescent who discuss with fathers have potentially higher risk to drinking alcohol and smoking than the other one. Contrast to fathers, mothers have an important role to prevent any risky behaviors on adolescent. The quality of discussion partner and information values need to become consideration to help protect adolescent from negative behaviors. This research shows that mothers need to involved in the effort to overcome risky behaviors"
2016
S64639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Diora Fitri
"Sejak adanya laporan penelitian Heinrich tahun 1951 yang memperlihatkan bahwa pelaku tidak aman bertanggung jawa atas lebih dari 90% kecelakaan kerja dan telah banyak perusahaan dan industri yang menggunakan pendekatan behavioral based safety (BBS) dalam program kesehatan dan keselamtan kerjanya. Sebagai sebuah industri kimia, PT Pupuk Sriwijaya (PT Pusri) juga memiliki banyak resiko kecelakaan kerja bagi karyawannya dan sejak tahun 2012 PT Pusri telah melaksanakan program K3. Pada tahun 2012 PT Pusri berada pada level 3 dari maksimum level 5 berdasarkan hasil survai Safety culture Maturity Level (SCML).
Tujuan utama dari penelitian ini adalah melakukan tinjauan terhadap pelaksanaan BBS dalam program K3 di PT Pusri Palembang. Penelitian ini adalah sebuah penelitian potong lintang yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dilaksanakan pada bulan Mei 2013 dengan fokus utama pada implementasi 9 kriteria BBS yaitu ownership, ketetapan baku definisi safe/unsafe, behavior, pelatihan, observasi, pengukuran performa program, umpan balik, reinforcement, goal-setting dan review di PT Pusri Palembang. Sampel penelitian adalah karyawan dan manajer yang telah bekerja sekurang-kurangnya satu tahun yang setuju menjadi partisipan dalam penelitian ini, dengan 44 orang dari unit produksi dipakai sebagai informan kunci. Data dikumpulkan dengan memakai kuesioner yang dirancang khusus, daftar tilik, observasi dan wawancara mendalam. Semua data kemudian dianalisis secara deskriptif dan analisis konten serta analisis triangulasi.
Ditemukan bahwa pelaksanaan program K3 di PT Pusri masih belum sejalan dengan kriteria pencapaian BBS. Walaupun demikian ditemukan juga adanya kesadaran akan kelemahan tersebut dan adanya sikap positif dikalangan pimpinan dan staf untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Berdasarkan temuan ini peneliti ingin memberikan rekomendasi kepada PT Pusri untuk merancang ulang program K3 yang sesuai dengan pendekatan BBS sebagaimana telah dilaksanakan oleh perusahaan dan industri besar diselutuh dunia.

Since Heinrich reproted in 1951 that unsafe behaviors were responsible for up to 90% of harms and injuries among workers, Behavioral Based Safety approach has been implemented by many industries and corporates around the world. As a chemical industry, PT Pupuk Sriwijaya brings occupational risks to the workers and since 2012 Occupational Health and Safety (K3) programs has been implemented. In 2012 PT Pusri was in level 3 from maximum level of 5, according to Safety Culture Maturity Level (SCML) score.
The main objective of this study is to review the implementation of Behavioral Based Safety (BBS) approach integrated in the Occupational Health and Safety Programs at PT Pusri Palembang. This is a cross-sectional study with quantitative and qualitative approach, carried out in May 2013 focusing at the implementation of the 9 BBS criteria i.e., ownership, predetermined definitions of the safe/unsafe behaviors, trainings, observations, program performance assessment, feedbacks, reinforcements, goal-setting and reviews as practiced so far at PT Pusri Palembang. The study participants form the production unit were treated as key source-persons. data and information were collected by means of a specially devised questionnaire, check-list, observations and in-depth interviews. All data were analyzed using descriptive analysis, content-analysis and triangulation analysis.
It was found out that the K3 programs performed at PT Pusri has not been in line with the BBS implementation criteria yet. However it is fortunate to find out that the awareness of the flaws and the need of improvement are profound among the PT Pusri management. Based on these findings, I would like to recommend PT Pusri Palembang to redesign its K3 programs according to the BBS criteria as already practised by others big corporates around the world."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T41436
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfira Rusiana
"Pendahuluan: Remaja memiliki faktor-faktor yang membuatnya rentan melakukan perilaku berisiko seperti mencederai diri dan penyalahgunaan NAPZA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dan faktor protektif yang berhubungan dengan perilaku mencederai diri dan penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif-korelatif dengan teknik sampling stratified cluster sampling dan purposive sampling dengan jumlah sampel 263 remaja SMA di Jakarta Barat. Penelitian menggunakan lima kuesioner yaitu data demografi, Strenght and Difficulties Questionnaire (SDQ), Typology of Parenting Styles, Deliberate Self Harm Inventory (DSHI), dan Drug Abuse Screening Test-20 (DAST-20). Hasil: Remaja SMA di Jakarta Barat sebagian besar tidak memiliki perilaku mencederai diri dan penyalahgunakan NAPZA. Masalah emosional dan perilaku, perilaku prososial, dan pola asuh memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku mencederai diri. Tidak ada faktor yang berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Rekomendasi: Promosi dan prevensi perilaku mencederai diri dan penyalahgunaan NAPZA dengan Coping-Skills Training, Problem-Solving Therapy, Cognitive Behavior Therapy (CBT) dan Dialectical Behavioral Therapy (DBT).

Introduction: Adolescent has factors that make them vulnerable to health risky behavior such as self-injury and drug abuse. The purpose of this study was to find risk factors and protective factors related to self-injury and drugs abuse in adolescents. Methods: The study used descriptive correlative design and sampling techniques named stratified-cluster sampling and purposive sampling with a total sample of 263 adolescents in high school in West Jakarta. The data was collected by five questionnaires, which are demographic data, Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), Typology of Parenting Style, Deliberate Self Harm Inventory (DSHI), and Drug-Abuse Screening Test 20 (DAST-20). Results: Most high school adolescents in Jakarta does not have self-injurious behavior and drug abuse. Emotional-behavior problems, prosocial behavior, and parenting style have a significant relationship with self-injury. There are no factors related to drug abuse. Recommendation: Promotion and prevention of self-injury problems and drug abuse by Coping-Skills Training, Problem-Solving Therapy, Cognitive Behavior Therapy (CBT), and Dialectical Behavioral Therapy (DBT)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Eka Pratiwi
"Skripsi ini membahas keterpaparan terhadap Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKPR Dan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Tahun 2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cohort retrospektif dan pengambilan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling.
Hasil penelitian menunjukan siswa yang perilaku seksual berisiko rendah sebanyak 99 70,7 dan perilaku seksual tinggi 41 29,3. Responden yang mempunyai perilaku seksual berisiko tinggi lebih banyak pada remaja pasien baru PKPR 29 41,4, keterpaparan program PKPR sebanyak 0 0 pada pasien baru, jenis kelamin laki-laki 48 34,3, usia remaja akhir 104 74,3, umur pubertas dini 25 17,9, pengetahuan kurang 63 45, sikap negatif 40 28,6, sikap orang tua yang negatif 66 47,1 dan sikap teman sebaya yang negatif 63 45, pernah/punya pacar 112 80, frekuensi pertemuan dengan pacar sering 62 44,3, Terdapat hubungan antara keterpaparan terhadap Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja PKPR Dan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo p=0,00.

This thesis discusses the exposure of the Program Adolescent Friendly Health Services AFHS and risky sexual behavior in adolescents at Puskesmas Pasar Rebo. This study is a quantitative study with cohort retrospective research design and sampling carried out by the Simple Random Sampling.
The results showed that students 39 lowrisk sexual behavior 70,7 and sexual behavior is high 29,3 . Respondents who have high risk sexual behavior more on students who do not follow AFHS 37.1, male gender 34,3, age ge 17 years 74,3, early puberty age 17,9, lack of knowledge 45, negative attitude 28,6, and negative parents attitude 47,1 and negative peer group attitude 45, had have a girlfriend 80, the frequency of meetings with boyfriend often 44,3, There is a relationship between exposure to the Adolescent Friendly Health Services AFHS and risky sexual behavior in adolescents at Puskesmas Pasar Rebo p 0.00.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dastya Yusufina
"Pada remaja perilaku pacaran erat kaitannya dengan pengalaman romantis yang berguna bagi perkembangan psikologis, terutama pengembangan keintiman. Namun, perilaku pacaran dapat menjadi berisiko apabila melakukan kontak seksual yang dimulai dari berciuman bibir hingga melakukan hubungan seks pranikah. Menurut data SKAP KKBPK tahun 2019, 3.8% remaja laki-laki dan 1% remaja perempuan mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah selama berpacaran. Dalam melakukan perilaku seksual berisiko remaja dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi, sikap permisif, pergaulan teman serta pola asuh orang tua terhadap perilaku seksual berisiko pada remaja SMA di DKI Jakarta yang distratifikasi berdasarkan jenis kelamin dan pola asuh keluarga positif. Penelitian menggunakan desain kuantitatif yang bersifat analitik dengan pendekatan cross-sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data Survey Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta dengan sampel sejumlah 873 yang berasal dari seluruh kelas 10 dan 11 di SMAN 38 dan SMAN 90 Jakarta dengan pengambilan sampel secara total sampling. Hasil penelitian menunjukkan sikap permisif (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) dan pergaulan teman sebaya (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku seksual berisiko sedangkan pengetahuan kesehatan reproduksi (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) dan pola asuh orang tua positif (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) tidak memiliki hubungan terhadap perilaku seksual berisiko. Analisis stratifikasi menunjukkan bahwa jenis kelamin berpengaruh pada hubungan pergaulan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko, namun pada hubungan sikap permisif terhadap perilaku seksual berisiko hanya berpengaruh pada jenis kelamin laki-laki saja. Pola asuh keluarga positif juga berpengaruh pada hubungan teman sebaya terhadap perilaku seksual berisiko. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan seminar serta secara rutin terkait kesehatan reproduksi kepada siswa sekolah. Kemudian disarankan kepada instansi kesehatan dan sekolah untuk berkolaborasi dan memberikan pembekalan edukasi kesehatan reproduksi kepada orang tua yang ikut andil dalam mendidik dan memonitoring perilaku pacaran remaja di lingkungan rumah.

In adolescent, dating behavior is closely related to romantic experiences that are useful for psychological development, especially the development of intimacy. However, dating behavior can be risky if it involves sexual contact that starts from kissing lips to having premarital sex. According to SKAP KKBPK data in 2019, 3.8% of male adolescents and 1% of female adolescents admitted to having had premarital sex during dating. Adolescent risky sexual behavior is influenced by individual and environmental factors. Therefore, this study aims to determine the relationship between reproductive health knowledge, permissive attitudes, peer association, and parenting patterns on risky sexual behavior among high school adolescents in DKI Jakarta stratified by gender and positive family parenting. The study used a quantitative design that was analytic in character with a cross-sectional approach. The data used were secondary data in the form of data from the Youth Behavior Survey High School Students in DKI Jakarta with a sample of 873 from all grades 10 and 11 at SMAN 38 and SMAN 90 Jakarta with total sampling. The results showed that permissive attitude (p-value 0.036, OR=2.076 Cl 95%= 1.036-4.161) and peer association (p-value 0.001, OR=8.500 Cl 95%= 3.950-18.293) had a significant relationship with risky sexual behavior while reproductive health knowledge (p-value 0.149, OR=0.618 Cl 95%=0.320-1.195) and positive parenting (p-value 0.241, OR=1.480 Cl 95%=0.766-2.862) had no relationship with risky sexual behavior. Stratification analysis showed that gender had an effect on the relationship between peer association and risky sexual behavior, but only male gender had an effect on the relationship between permissive attitudes and risky sexual behavior. Positive family parenting also had an effect on peer association on risky sexual behavior. Therefore, it is recommended to conduct seminars and regularly related to reproductive health to school students. It is also recommended for health agencies and schools to collaborate and provide reproductive health education to parents who take part in educating and monitoring adolescents dating behavior in their homes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cluny Martina Mangkuayu
"Perilaku seksual berisiko adalah suatu aktivitas seksual yang dilakukan untuk mencapai kepuasan seksual dan berdampak pada masalah kesehatan reproduksi, diantaranya kehamilan yang tidak diinginkan dan Infeksi menular Seksual. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dan pola asuh orang tua dengan perilaku seksual berisiko. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif denganpendekatan cross sectionalpada 100 responden siswa SMA di Kota Tangerang menggunakan teknik convenience sampling. Instrumen yang digunakanmeliputi kuesioner pengetahuan kesehatan reproduksi, pola asuh, perilaku seksual berisiko, paparan media, dan pengaruh teman sebaya. Hasil penelitian ini menyatakan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan pola asuh orang tua dengan perilaku seksual berisiko p value>0,05 . Meskipun demikian, peneliti merekomendasikan perlunya penyuluhan dan pendidikan kesehatan reproduksi dan pendekatan oleh perawat di puskesmas untuk mengaktifkan program PKPR dan BKR guna meningkatkan kesehatan reproduksi remaja dan mencegah perilaku seksual berisiko, mengingat terdapatnya 57 remaja di SMA Swasta Kota Tangerang yang memiliki perilaku seksual berisiko.

Risky sexual behavior is defined as sexual activities performed to gain sexual satisfaction which may affect health reproduction, such as unwanted pregnancy and Sexually Transmitted Infections. This study aimed to identify correlation between knowledge of reproductive health, parenting role, and risky sexual behavior. The study design was analytical with cross sectional approach and involving 100 high school students in Tangerang through convenience sampling technique. The instruments were questionnaires of knowledge of reproductive health, parenting role, risky sexual behavior, media exposure, and peer influence. The result showed no significant correlation between knowledge of reproductive health, parenting role, and risky sexual behavior p value 0,05 . Nonetheless, the study recommends for counseling and education of reproductive health as well as the approach of public health center nurses to implement PKPR and BKR in order to improve reproductive health for preventing risky sexual behavior, considering that 57 of adolescents in private high schools in Tangerang demonstrated risky sexual behaviors."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Hafilah Shabrina
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan komunikasi orang tua dengan perilaku seks berisiko pada remaja. Metode yang digunakan cross sectional dengan teknik purposive sampling. Jumlah responden penelitian sebanyak 253 siswa SMAN 78 Jakarta. Kuesioner yang digunakan modifikasi dari Parent-Adolescents Communication Scale (PACS). Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian diperoleh bahwa usia dan komunikasi orang tua tidak terdapat hubungan dengan perilaku seks berisiko, sedangkan jenis kelamin terdapat hubungan. Disarankan agar perawat dan institusi pendidikan bekerja sama untuk memberikan edukasi kesehatan terkait kesehatan reproduksi remaja kepada remaja dan orang tua, serta memaksimalkan kembali program Pemerintah Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

ABSTRACT
Purpose of this study was to determine is there a relation between parents-adolescents communication and risk of sexual behaviour. This study used cross sectional method with purposive sampling and 253 respondents of students in 78 Senior High School. Instrument of this study used modification of Parent-Adolescents Communication Scale (PACS). This study found that there is no relation between age and parents adolescents communication with risk of sexual behaviour, but there is a relation with gender. It is recommended that nurses and educational institutions work together to provide sex education to adolescents and parents, and maximize government‟s program, Reproduction Health of Adolescents."
2015
S60608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Asyfiani Rufaida
"ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perkembangan baik dari fisik, kognitif, dan psikososial. Remaja yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut akan mengalami stres yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan jiwa. Dukungan sosial dari teman sebaya menjadikan remaja memiliki kesehatan jiwa yang baik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional yang bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja. Sampel sebanyak 292 siswa SMP Negeri 1 Cisaat yang dipilih melalui teknik stratified random sampling. Responden mengisi kuesioner Social Provision Scale (SPS) untuk dukungan sosial teman sebaya dan Strenghts and Difficulties Questionnare (SDQ) untuk masalah kesehatan jiwa. Analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p value 0,034) antara dukungan sosial teman sebaya dengan masalah kesehatan jiwa pada remaja. Diperlukan skrining awal kesehatan jiwa, pembentukan kelompok teman sebaya dan pendidikan kesehatan jiwa di sekolah untuk meningkatkan kesehatan jiwa remaja.

ABSTRACT
Adolescence is a transition period between childhood and adulthood which includes the development of physical, cognitive, and psychosocial. In adolescent who cannot adapt to these changes, they will experience stress that can affect their mental health. Peer social support makes adolescents to maintain mental health well-being. This study is quantitativeh study using cross-sectional design to identify the association between peer social support and mental health problems among adolescents.There were 292 students at junior high school 1 Cisaat selected with stratified random sampling. The participants filled up Social Provision Scale (SPS) peer social suppot and Strenghts and Difficulties Questionnare (SDQ) for mental health problems. Data analysis used are univariate and bivariate analysis with chi square test. The result shows that there is significant correlation between peer social support and mental health problems among adolescents. Early mental health screening, peer groups formation and mental health education are needed among adolescents in school to increase their mental health."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Fajrullah Said Aldam
"ABSTRAK
Remaja sangat rentan mengalami faktor risiko seperti masalah emosional, perilaku, keluarga, dan hubungan dengan teman sebaya dalam kehidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko terhadap kesehatan jiwa remaja. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif-korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini mengambil 292 remaja SMP kelas 8 dengan menggunakan purposive sampling. Kesehatan jiwa remaja berada dalam kategori moderate dan sebagian besar memiliki kesejahteraan psikologis yang baik. Remaja memiliki masalah emosional, masalah perilaku, dan masalah hubungan dengan teman sebaya dalam kategori normal, sedangkan masalah dalam keluarga berada dalam kategori sedang. Masalah dalam keluarga dan masalah hubungan dengan teman sebaya memiliki hubungan yang bermakna terhadap kesehatan jiwa. Promosi kesehatan jiwa remaja dan prevensi faktor risiko seperti masalah emosional, masalah perilaku, dan masalah dalam keluarga, dan masalah hubungan dengan teman sebaya direkomendasikan pada program UKS.

ABSTRACT
Adolescents are particularly vulnerable to risk factor such as emotional, behavioral, family, and peer problems. This study aims to determine the relationship of these risk factors to the mental health of adolescents. This research uses descriptive correlative research design with cross sectional approach. 292 grade 8 students were chosen to be respondents by using purposive sampling. This mental health of adolescents is in the moderate category and most of them have good psychological well being. They have emotional, behavioral, and peer relationships in the normal category, while family problem are in the moderate category. Family and peer relationship problems have a significant effect on mental health. Promotion adolesence mental health and prevention risk factor are recommended in school health problem.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>