Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169405 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muh. Eric Cantona Budiamin
"Timbal merupakan salah satu material yang penting dalam penggunaannya sebagai elektroda untuk aplikasi baterai. Dengan performa yang baik dengan harga serendah-rendahnya, penggunaan timbal sebagai material aktif untuk baterai asam timbal masih sangat tinggi terlepas dari fakta bahwa limbah timbal sangat berbahaya untuk lingkungan. Optimalisasi timbal dibutuhkan untuk mengurangi limbah timbal dengan cara menambahkan material penguat pada timbal. Untuk penelitian ini timbal dan nano seng oksida dijadikan komposit Pb-Nano ZnO dan diujikan ke dalam larutan asam sulfat dengan variasi temperatur 10 ºC, 25 ºC, dan 40 ºC. Struktur serta perilaku elektrokimia komposit dianalisa dengan X-Ray Diffraction (XRD) dan Potentiostat (CV dan LSV). Fasa yang terdeteksi pada spektrum menunjukkan fasa timbal dengan struktur kristal kubik FCC. Uji Cyclic Voltammetry dan uji Linear Sweep Voltammetry dilakukan untuk melihat apakah komposit dapat digunakan sebagai elektroda untuk baterai dan melihat perbedaan perilaku elektrokimia dibandingkan dengan elektroda timbal. Hasilnya komposit Pb-Nano ZnO bersifat electrochemically reversible dengan laju korosi yang semakin menurun ketika ditambahkan material penguat nano ZnO dengan laju korosi terendah 0,011852 mm/tahun pada komposisi ZnO 20 wt% untuk variasi temperatur 10 ºC.

Lead is one of the important material used as an electrode for battery application. With a good performance at the lowest price possible, using lead as an active material for lead-acid battery still high even though the fact that lead waste is very dangerous for the environment. Lead must be optimized to reduce lead waste with adding new material to the lead for the electrode. For this research lead and nano zinc oxide became a composite Pb-Nano ZnO and these composite tested into sulfuric acid solution with various solution temperature 10º C, 25º C, and 40º C. The structure and electrochemical behavior were analyzed with X-Ray Diffraction (XRD) and Potentiostat (CV and LSV) respectively. Detected phase from the spectrum shows lead phase with cubic FCC crystal structure. Cyclic Voltammetry test and Linear Sweep Voltammetry test used to see is the composite can be used as an electrode for a battery and is the performance different than lead electrode. The result shows that the composite is electrochemically reversible and corrosion rate decrease when nano ZnO added with lowest corrosion rate 0,011852 mm/year in ZnO 20 wt% composition on temperature variation 10 ºC."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya An Ambari
"Nikel merupakan logam hasil ekstraksi dari bijih sulfida, bijih laterit, dan batuan mineral laut dalam. Nikel banyak dibutuhkan di sektor industri logam paduan, baterai, electroplating, dan lainnya. Nikel biasanya diekstraksi dalam bentuk feronikel atau nikel murni sesuai kebutuhan industri. Bijih nikel yang paling banyak ditemukan di Indonesia merupakan mineral jenis laterit. Nikel laterit di Indonesia terbagi menjadi jenis limonit dan saprolit. Mineral jenis limonit memiliki kandungan nikel lebih rendah daripada jenis saprolit.
Bijih nikel jenis saprolit biasa diolah dengan metode pirometalurgi dan jenis limonit diolah dengan metode hidrometalurgi, dimana hal ini ditentukan berdasarkan kandungan nikelnya. Proses hidrometalurgi bijih nikel laterit dilakukan dengan teknik pelindian menggunakan larutan asam sulfat pada temperatur tinggi untuk menghasilkan perolehan kadar nikel yang tinggi. Pada temperatur atmosfer, perolehan nikel bernilai rendah.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi elektrokimia bijih nikel laterit menggunakan larutan asam sulfat pada temperatur atmosfer. Larutan asam sulfat yang digunakan divariasikan untuk penelitian ini dengan konsentrasi larutan 1 M, 2 M, 4 M, dan 6 M. Metodologi penelitian dilakukan dengan alur preparasi sampel dan larutan, karakterisasi dengan SEM-EDAX dan metode Petrografi, serta karakterisasi elektrokimia menggunakan metode OCP, EIS, dan LSV.
Hasil dari ketiga pengujian tersebut menunjukkan laju pelarutan tertinggi terjadi pada pelarutan dengan konsentrasi 6 M. Peningkatan konsentrasi menurunkan nilai OCP pengujian. Berdasarkan uji LSV, lapisan pasif terbentuk pada pelarutan pada tiap konsentrasi. Peningkatan konsentrasi menyebabkan pemecahan lapisan pasif hingga konsentrasi 4 M, namun lapisan pasif terbentuk kembali pada peningkatan hingga 6 M berdasarkan uji EIS. Ketiga pengujian tersebut menunjukkan perilaku pelarutan meningkatnya laju pelarutan dengan penambahan konsentrasi, namun menimbulkan pembentukan kembali lapisan pasif pada konsentrasi asam melebihi 4 M.

Nickel was an extracted metal from sulphide ore, laterite ore, and deep-sea mineral rocks. Nickel was needed in the industrial sector of alloy metal, batteries, electroplating, and others. Nickel was usually extracted in the form of pure ferronickel or nickel according to industrial needs. The nickel ore most commonly found in Indonesia was laterite type minerals. Laterite nickel in Indonesia was divided into limonite and saprolite types. Limonite minerals had lower nickel content than saprolite types.
Saprolite type nickel ore was usually processed by the pyrometallurgical method and the limonite type was processed by the hydrometallurgical method, where was determined based on the nickel content. The hydrometallurgical process of laterite nickel ore was carried out by leaching technique using a solution of sulfuric acid at high temperatures to produce high nickel content. At atmospheric temperatures, recovery of nickel was low.
Therefore, this study aimed to conduct an electrochemical caharacterization of laterite nickel ore using a solution of sulfuric acid at atmospheric temperature. The sulfuric acid solution used for this study was varied with concentration of 1 M, 2 M, 4 M, and 6 M. The research methodology flow was carried out first with sample and solution preparation, SEM-EDAX characterization and Petrographic method, and electrochemical studies using the OCP, EIS, and LSV methods.
The results showed the highest dissolution rate occurred at dissolution of 6 M concentration. The increasing concentration decreased the OCP value. Based on the LSV test, a passive layer was formed at each concentration of dissolution. Increased concentration causes the breakdown of the passive layer for adding concentration to 4 M, but the passive layer was formed again at increasing concentration up to 6 M based on the EIS test. The electrochemical characterization revealed the dissolution behavior increased the dissolution rate with the addition of concentration, but caused the formation of the passive layer again at the acid concentration exceeding 4 M.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Aprialdi
"Nikel laterit merupakan sumber bahan tambang yang sangat penting karena menyumbang 40% produksi nikel dunia. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki sumber cadangan nikel laterit terbesar. Perlakuan proses reduksi pada bijih nikel dapat meningkatkan selektivitas logam nikel. Pengolahan bijih nikel laterit hasil reduksi dapat dilakukan melalui teknik hidrometalurgi dengan atmospheric leaching (pelindian asam atmosferik). Perilaku pelarutan mineral saat proses pelindian dapat diketahui dengan cara studi elektrokimia. Akan tetapi, studi elektrokimia untuk bijih nikel laterit masih sangat jarang dilakukan sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk mempelajari perilaku bijih nikel laterit hasil reduksi saat dilakukan proses pelarutan menggunakan asam sulfat dengan konsentrasi sebesar 1 M, 2 M, 4 M, dan 6 M. Selain itu.
Penelitian ini juga bertujuan untuk menghubungkan hasil metode studi elektrokimia terhadap perilaku nikel laterit hasil reduksi yang dilakukan proses pelarutan. Prosedur penelitian ini meliputi preparasi sampel, karakterisasi sampel, preparasi larutan, serta studi elektrokimia yang terdiri dari Open Circuit Potential (OCP), Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), dan Linear Sweep Voltammetry (LSV).
Hasil yang didapatkan menunjukkan adanya perbedaan perilaku pada tiap pelarutan, namun sampel selalu mengalami pasivasi. Semakin tinggi konsentrasi asam sulfat, laju korosi yang didapatkan semakin besar dan mempercepat pembentukan lapisan pasif pada permukaan sampel.

Laterite nickel is a very important source of mining material as it accounts for 40% of world nickel production. Indonesia is one of the countries that has the largest source of reserves of laterite nickel. The processing of roasted nickel ore can be carried out through hydrometallurgical techniques by atmospheric acid leaching. Mineral dissolution behavior during leaching process can be known by electrochemical studies. However, electrochemical studies for roasted laterite nickel ore were still very rarely carried out. This research needs to be studied when roasted laterite nickel ore is dissolved using sulfuric acid with a composition of 1 M, 2 M, 4 M, and 6 M.
Other than that, this research also aims to link the results of the electrochemical study method against behavior of laterite nickel which carried out by dissolution process. The procedure of this study such as sample preparation, sample characterization, dissolution preparation, and electrochemical studies consisting of Open Circuit Potential (OCP), Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), Linear Sweep Voltammetry (LSV).
The results showed difference behavior on each dissolution. Passivation was formed on the surface of samples. Corrosion rate increased as concentration of sulfuric acid was upgraded and accelerating the formation of passive layer on the surface.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akbar Barrinaya
"Lead-acid battery atau accu merupakan perangkat kimia untuk penyimpan listrik[1]. Pengguaannya yang semakin meningkat didunia terutama dibidang otomotif yang digunakan sebagai perangkat penyimpan listrik sejalan dengan semakin meningkatnya produksi otomotif itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa limbah accu pun semakin meningkat, pengolahan limbah accu yang banyak di Indonesia saat ini yaitu dengan menggunakan proses pyrolisis yang mana memiliki dampak bahaya yang tinggi akan pencemaran lingkungan oleh limbah timba dari accu. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengolahan limbah accu dengan metode hydrolisis yang lebih ramah lingkungan. Dengan memperbaiki kemampuan penyimpanan listrik pada accu agar dapat digunakan kembali. Pelarutan lapisan timbal sulphat (PbSO4) pada elektroda accu merupakan metode yang digunakan pada penelitian ini. Pelarutan dilakukan dengan menggunakan larutan NaCl jenuh. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa larutan NaCl jenuh ini mampu melarutkan lapisan timbal sulphat pada elektroda accu, dari data yang didapat pada penelitian ini kemampuan penyimpanan listrik accu dapat diperbaiki menjadi 2.253Ah dari posisi awal 0.188Ah.

Lead-acid battery are chemical devices for electrical storage[1]. Lead-acid battery application is increasing especially in automotive industry that is used for power storage device, accordance with the increasing automotive production. This indicates that the waste of batteries is increasing, a lot of waste batteries in Indonesia at this time is recycle used pyrolisis process which have a high impact of environmental pollution hazards by lead from waste batteries. Therefore, this study aims to process waste batteries using hydrolisis method which more environmentally friendly. By improving the ability of electricity storage in batteries that can be reused. Dissolution of lead sulphat (PbSO4) layer on the electrode batteries is the method used in this study. Dissolution performed using saturated NaCl solution. From the results of this study indicate that saturated NaCl solution is capable of dissolving lead sulphat (PbSO4) layer on the electrode lead sulphat batteries, from the information obtained in this study was the ability of electric storage batteries can be repaired from 0.188Ah to 2.253Ah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44169
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Bastian Bonifacius
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui studi elektrokimia dari logam tembaga pada Printed Circuit Board PCB pada larutan asam sulfat H2SO4 dengan konsentrasi 0,1 M, 0,2 M dan 0,5 M dengan menggunakan metode pengujian pelindian yang disertai dengan pengujian polarisasi linear korosi dan pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS . Pengujian polarisasi linear korosi dilakukan untuk mengetahui laju korosi dari sampel yang digunakan. Hasil dari pengujian linear korosi menunjukkan bahwa larutan asam sulfat dengan konsentrasi 0,5 M memiliki nilai icorr paling tinggi yang berarti laju korosinya juga paling cepat sebesar 3,76 mm/tahun. Selanjutnya dilakukan pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS yang bertujuan untuk mengetahui ketahanan transfer muatan Rct atau ketahanan sampel terhadap korosi. Hasil yang didapatkan pengujian dengan menggunakan larutan asam sulfat 0,5 M memiliki ketahanan paling buruk yang memiliki nilai Rct sebesar 179 ? dan berarti laju pelindian paling tinggi. Pengujian ini menggunakan variabel waktu celup untuk mengetahui perilaku sampel terhadap variabel waktu. Lembaran tembaga dilakukan pengujian yang sama untuk variabel pembanding pada pengujian ini.

ABSTRACT
The purpose of this research is to know electrochemical studies of copper metal on Printed Circuit Board PCB in sulfuric acid solution H2SO4 with concentrations of 0.1 M, 0.2 M and 0.5 M using leaching testing method accompanied by linear corrosion polarization testing and Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS testing. Linear linear polarization testing was performed to determine the corrosion rate of the samples used. The result of corrosion linear test showed that the solution of sulfuric acid with a concentration of 0.5 M has the highest icorr value which means the fastest corrosion rate is 3.7669 mm year. Furthermore, the testing of Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS which aims to determine the resistance of charge transfer Rct or sample resistance to corrosion. The results obtained by testing using 0.5 sulfuric acid solution have the worst resistance that has a Rct value of 179 and means the highest leaching rate. This test uses immerse time variable to know the behavior of the sample against time variable. The copper sheets were carried out the same tests for the comparison variables in this test.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prakala Djoen Turangga
"Penggunaan perangkat elektronik di dunia sangat tinggi terutama di Indonesia. Perangkat elektronik yang sudah tidak digunakan menghasilkan limbah elektronik e-waste yang memiliki logam-logam berharga di dalamnya terutama pada komponen Printed Circuit Board PCB yang dapat didaur ulang. Penelitian ini akan membahas tentang studi elektrokimia pada proses pelindian tembaga dengan menggunakan asam nitrat HNO3 pada konsentrasi 0,1M, 0,2M, dan 0,5M. Sampel yang berupa PCB akan dilakukan pengujian polarisasi dan Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS dengan waktu Celup 0 menit, 30 menit, dan 60 menit untuk mengetahui proses pelindian yang terjadi dalam larutan asam nitrat.
Laju pelindian pada PCB maupun pada tembaga semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi asam nitrat, namun seiring bertambahnya waktu celup, penggunaan konsentrasi asam nitrat 0,5 M pada PCB menghasilkan produk korosi dari unsur logam lain yang menghambat proses pelindian. Penelitian ini ditujukan untuk mencari larutan yang efektif dalam pengolahan limbah elektronik.

Electronic device usage is very high around the world especially in Indonesia. These electronic devices resulting high amount of electronic waste e waste with lot of useful metals in it especially on Printed Circuit Board PCB components. This research will discuss about electrochemical study on copper leaching process by using nitric acid HNO3 at concentrations of 0.1M, 0.2M, and 0.5M. Samples in the form of PCBs will be tested for polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS with immersion time 0 minute, 30 minutes, and 60 minutes to determine the leaching process occurring in the nitric acid solution and to study about the effectiveness of the leaching by studying the leaching mechanism and rate of leachability by comparing it with the same test of pure copper 99.9 leaching in solution of nitric acid at the same amount of concentration.
Result from this research shown that rate of leaching with higher concentration of nitric acid makes the rate of leaching increasing too, but the usement of 0.5 M nitric acid resulting products of corrosion from another metal elements stick to the surface which inhibit the leaching process. This research have a goal to determine the most effective leachings solution to recycle e waste.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firsta Hilwa
"Minyak pelumas bekas merupakan salah satu limbah yang dikategorikan sebagai limbah B3. Dalam limbah tersebut terdapat kandungan logam berat yaitu timbal. Keberadaan timbal ini dikarenakan pada saat mesin bekerja yang menyebabkan mesin mengalami keausan dan logam timbal terlepas ke pelumas. Untuk menghilangkan timbal dari minyak pelumas bekas dapat dilakukan dengan menggunakan lempung alami bleaching earth sebagai adsorben.
Pada penelitian ini lempung tersebut diaktivasi menggunakan asam sulfat H2SO4 dengan variasi konsentrasi yaitu 1 M, 1,5 M dan 2 M. Dengan menggunakan asam sulfat tersebut didapatkan hasil persentase mineral montmorillonite meningkat hingga mencapai 68 dan luas permukaan membesar hingga pencapai 62,9 m2/g. Aktivasi tersebut juga terlihat dapat meningkatkan daya adsorbensi dan mempersingkat waktu kontak.
Dari hasil percobaan yang dilakukan diketahui bahwa kondisi adsorpsi optimum terjadi pada aktivasi dengan konsentrasi 1,5 M dan dengan waktu kontak adsorpsi 30 menit. Dengan kondisi tersebut, kemudian dilakukan variasi kosentrasi adsorben dengan variasi konsenstrasi 20 g/L, 40 g/L, 60 g/L, 80 g/L dan 100 g/L. Dengan variasi tersebut maka didapatkan konsentrasi optimum yaitu 20 g/L.

Used lubricating oil is one of waste categorized as hazardous and toxic waste. It contains heavy metal, and one of them is lead. The existence of lead is due to when the engine is working so that the engine is wearing and lead metal is released to the lubricant. Removing lead from used lubricating oil can be done by using natural clay bleaching earth as adsorbent.
In this study, the clay was activated by using sulfuric acid H2SO4 with 1 M, 1.5 M and 2 M concentration variation. By using sulfuric acid, the percentage of montmorillonite mineral increased up to 68 and the surface area expanded up to 62,9 m2 g. Activation is also seen to increase the adsorbensi power and shorten the contact time.
From the experimental results, it is found that optimum adsorption conditions occured at activation with concentration of 1.5 M and with 30 minutes adsorption time. Under these conditions, concentration variation of adsorbent with concentration of 20 g L, 40 g L, 60 g L, 80 g L and 100 g L were observed. With this variation, the result shows optimum concentration of 20 g L.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Naria
"Sungai Cipinang adalah salah satu sungai di Jakarta yang dimanfaatkan sebagai penampung limbah dari berbagai jenis industri dan rumah tangga, sehingga pada sungai Cipinang terdeteksi adanya logam berat timbal. Sungai ini diperuntukkan bagi keperluan pertanian dan usaha perkotaan. Air sungai Cipinang telah dimanfaatkan secara langsung sebagai penyiram tanaman sayuran di bantaran sungai. Tanaman tidak memerlukan timbal, tetapi dapat mengabsorbsinya dan terakumulasi dalam jaringan tanaman sehingga akan terbawa saat panen dan selanjutnya akan dikonsumsi manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyiraman air tanah dan air sungai terhadap kandungan timbal dalam tanaman sayuran, dan keamanan sayuran untuk dikonsumsi. Rancangan penelitian adalah Eksperimental Sederhana dalam bentuk faktaria1 2 x 3, yaitu 2 jenis air penyiraman (air tanah dan air sungai) dan 3 jenis tanaman sayuran yaitu selada (Lactuca sativa), bayam (Amaranthus hybridus), kangkung (Ipomoea reptairs Pair). Pengukuran kandungan timbal dilakukan pada awal tanam, 14 hari setelah tanam, dan 26 hari setelah tanam terhadap air penyiraman, tanah penanaman, dan tanaman sayuran selada, bayam, dan kangkung.
Hasil pengukuran kandungan timbal air penyiraman pada awal tanam adalah 0,011 ppm (air tanah) dan 0,118 ppm (air sungai). Kandungan timbal pada 14 hari setelah tanam adalah 0,011 ppm (air tanah) dan 0,059 ppm (air sungai). Kandungan timbal pada 26 hari setelah tanam adalah 0,011 ppm (air tanah) dan 0,013 ppm (air sungai).
Hasil pengukuran kandungan timbal tanah penanaman pada awal tanam adalah sama untuk keseluruhan yaitu 0,116 ppm. Kandungan timbal tanah untuk penyiraman air tanah pada 14 hari setelah tanam rata-rata adalah 0,148 ppm, dan 26 hari setelah tanam rata-rata adalah 0,060 ppm Kandungan timbal tanah untuk penyiraman air sungai pada 14 hari setelah tanam rata-rata adalah 0,160 ppm, dan 26 hari setelah tanam rata-rata adalah 0.083 ppm.
Hasil pengukuran rata-rata kaudungan timbal tanaman sayuran selada, bayam, dan kangkung pada 14 hari setelah tanam untuk penyiraman air tanah adalah 1,52 ppm (selada), 1,15 ppm (bayam), 1,13 ppm (kangkung). Rata-rata untuk penyiraman air sungai adalah 1,42 ppm (selada), 0,99 ppm (bayam), 0,69 ppm (kangkung). Rata-rata kandungan timbal tanaman pada 26 hari setelah tanam untuk penyiraman air tanah adalah 2,45 ppm (selada), 1,71 ppm (bayam), 1,56 ppm (kangkung). Rata-rata untuk penyiraman air sungai adalah 2,72 ppm (selada), 1,98 ppm (bayam),1,80 ppm (kangkung).
Uji Anova kandungan timbal pada tanaman sayuran selada, bayam, dan kangkung seperti berikut. Pada 14 hari setelah tanam, untuk penyiraman air tanah tidak terdapat perbedaan (p>0,05), untuk penyiraman air sungai terdapat perbedaan (p<0,05). Pada 26 hari setelah tanam, untuk penyiraman air tanah maupun untuk penyiraman air sungai, terdapat perbedaan (p<0,05). Tanaman sayuran yang berbeda kandungan timbalnya adalah selada dengan bayam, dan selada dengan kangkung. Sedangkan bayam dengan kangkung tidak saling berbeda.
Perbandingan kandungan timbal pada masing-masing jenis tanaman sayuran untuk penyiraman air tanah dan penyiraman air sungai dilihat dengan menggunakan uji t. Hasil uji t secara keselumhan untuk masing-masing jenis sayuran tidak berbeda nyata (p>0,05).
Tanaman sayuran dapat menyerap timbal dan terakumulasi dalam jaringan tanaman. Disarankan untuk mempertimbangkan jenis tanaman yang diusahakan di bantaran sungai. Diperlukan juga penelitian tentang penyerapan timbal oleh tanaman yang berasal dari air penyiraman, tanah, dan udara sekaligus, untuk mengetahui kondisi lingkungan yang cocok agar tanaman sayuran tidak terkontaminasi timbal secara berlebihan.

The Effect of Watering of Cipinang River Water and Ground Water on Lead Content in Several Vegetable CropsCipinang is one of the rivers in Jakarta and used for industrial and domestic wastes dumping, so some metals are detected in this river. Water of the Cipinang river is directly used for watering vegetable crops on its flood plain. Although lead is not an essential to the crops, this metal can be absorbed and accumulated in their tissues which is finally are consumed by human.
Of this research is to understand effect of watering by Cipinang river water and ground water on lead content in vegetable crops and to elicidate whether or not the crops are safe to consume. The Research design is true experimental on factorial of type 2 x 3. namely 2 types of waters (ground water and Cipinang river water) and 3 types of vegetable crops (lettuce ;Lactuca saliva, spinach ; Amaranthus hybridus. `kangkung'Ipomoea reptans Poir). Lead content analysis is conducted at the beginning of planting, 14 days after planting, and 26 days after planting, in ground water, Cipinang water, soil, lettuce, spinach, and `kangkung', respectively.
The analyses showed that lead content in water at the beginning of planting are 0.011 ppm (ground water = g w) and 0.118 ppm (Cipinang water = C w), while lead content at 14 days after planting are 0.011 ppm (g w) and 0.059 ppm (C w), whereas 26 days after planting are 0.011 ppm (g w) and 0.013 ppm (C w).
In the mean time lead content in soil at the beginning of planting is 0.116 ppm, while lead content in soil after treatment with ground water at 14 days after planting is 0.148 ppm and at 26 days after planting is 0.060 ppm, respectively lead content in soil after treatment with Cipinang river water at 14 days after planting is 0.160 ppm and at 26 days after planting is 0.083 ppm.
The result shows that the average lead content for lettuce, spinach, and `kangkung' at 14 days after planting for ground water watering are 1.52 ppm (letttuce), 1.15 ppm (spinach), and 1.13 ppm (`kangkung').The average lead content for Cipinang water watering are 1.42 ppm (lettuce), 0.99 ppm (spinach), and 0.69 ppm ('kangkung'). Lead content on 26 days after planting for ground water watering are 2.45 ppm (letttuce), 1.71 ppm (spinach), and 1.56 ppm (`kangkung'), for Cipinang water watering are 2.72 ppm (lettuce), L98 ppm (spinach), and 1.80 ppm ('kangkung').
One way Anova test of lead content in lettuce, spinach, and `kangkung' at 14 days after planting for ground water watering is not significant (p>0.05), while for Cipinang water is significant (p<0.05). Further, one way Anova test of lead content at 26 days after planting for both Cipinang water watering and ground water watering is significant (p<0.05). The significance of lead content is between lettuce and spinach and between lettuce and `kangkung', whereas between spinach and `kangkung' is not significant.
Lead content of each vegetable crops between ground water and Cipinang water watering are compared by t test. The tests showed that the lead content in vegetable crops is not significant (p>0.05).
As vegetable crops can absorb and accumulate lead in their tissues, we suggest to plant appropriate vegetable crops on flood plain of the river. Research on the lead absorbtion from watering, soil, and air by vegetable crops is needed further to explore the optimal condition by which the crops will not be contaminated by lead excessively.
References : 39 (1965 - 1998).
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rendra Sura Aditama
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui studi elektrokimia dan mengamati respon dari sample yang berupa lembaran tembaga, printed circuit board (PCB) bekas dan PCB kosong pada larutan asam sulfat (H2SO4) berkonsentrasi 0,1 M dan 1 M menggunakan metode pengujian pelindian yang disertai dengan pengujian polarisasi linear dan pengujian electrochemical impedance spectroscopy (EIS). Pengujian polarisasi linear bertujuan untuk mengetahui laju korosi dari sampel. Hasil dari pengujian polarisasi linear menunjukkan bahwa larutan asam sulfat dengan konsentrasi 1 M memiliki nilai icorr lebih tinggi pada semua sampel yang berujung pada laju korosi lebih tinggi, yakni 196 x 10-2 mm/tahun untuk PCB bekas, 592,8 x 10-2 mm/tahun untuk lembaran tembaga dan 79,7 x 10-5 mm/tahun untuk PCB kosong. Selanjutnya, dilakukan pengujian EIS yang bertujuan untuk mengetahui ketahanan transfer muatan sampel (Rct). Hasil yang didapatkan menunjukkan pengujian pada PCB bekas menggunakan asam sulfat 0,1 M memiliki Rct paling besar senilai 413 x 103 Ω yang merupakan keadaan dimana sampel memiliki kecenderungan sangat kecil untuk terkorosi. Pengujian ini menggunakan variabel berupa konsentrasi dan sampel yang merupakan multilayer PCB bekas dan double-layer PCB kosong dengan variabel pembanding berupa tembaga.

This study aims to acknowledge electrochemical studies and observe the response of samples in form of copper sheets, used printed circuit board (PCB) and blank PCBs in sulfuric acid (H2SO4) concentration of 0.1 M and 1 M using leaching method accompanied by linear polarization and electrochemical impedance spectroscopy (EIS). Linear polarization testing aims to determine the corrosion rate of the sample. The results of linear polarization testing showed that a solution of sulfuric acid with a concentration of 1 M had higher icorr values ​​among all samples which resulted in a higher corrosion rate, which is 196 x 10-2 mm/year for used PCBs, 592.8 x 10-2 mm/year for copper sheets and 79.7 x 10-5 mm/year for blank PCBs. Furthermore, an EIS experiment was conducted to determine the resistance of transfer of sample charges (Rct). The results obtained show that experiment on used PCBs using 0.1 M sulfuric acid has the largest Rct worth 413 x 103 Ω which indicates a situation where the sample has a very small tendency to corrode. This test uses a variable in concentration and sample which is a used multilayer PCB and double-layer plain PCB with a comparison variable in the form of copper.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prinanda Doni Santoso
"Terak feronikel adalah produk sampingan dari peleburan bijih nikel yang dikategorikan sebagai limbah berbahaya dan beracun bagi lingkungan yang masih mengandung mineral berharga seperti nikel, besi, kobalt, dan beberapa unsur tanah jarang. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjadi solusi dari masalah lingkungan yang disebabkan oleh terak ini dan juga untuk menemukan solusi alternatif terhadap penurunan pasokan mineral dunia dengan menggunakan kembali terak feronikel. Dalam penelitian ini, terak feronikel pertama kali diberikan fusi alkali untuk membuat microcracks dan untuk mengikat silika pada terak dengan mencampurkannya dengan natrium karbonat (Na2CO3) dan memanggangnya pada suhu 1000oC dan tahan selama 60 menit. Kemudian diikuti dengan pencucian air panas untuk memisahkan silika dari terak pada 100oC selama 60 menit. Selanjutnya, terak dilindi dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi 1,5 M dengan variasi suhu pada suhu kamar (40 oC), 50 oC, 60oC, dan 70oC serta variasi waktu yaitu 15, 30, 60, 90, dan 120 menit untuk mendapatkan kondisi yang paling efektif untuk melarutkan nikel dan besi. Dengan dilakukannya pelindian asam menggunakan asam sulfat pada temperatur pelindian 70 oC dengan 120 menit waktu pelindian menghasilkan % recovery nikel dan besi paling tinggi, yaitu sebesar 50,82 % untuk %recovery nikel dan sebesar 31,09 % untuk % recovery besi.

Ferronickel slag is a by-product of nickel ore smelting which is categorized as hazardous and toxic to the environment which still contains valuable minerals such as nickel, iron, cobalt, and some rare earth elements. Further research is needed to be a solution to the environmental problems caused by this slag and also to find alternative solutions to the decline in world mineral supply by reusing ferronickel slag. In this study, ferronickel slag was first given alkaline fusion to make microcracks and to bind silica to slag by mixing it with sodium carbonate (Na2/subCO3) and baking it at a temperature of 1000oC and holding it for 60 minutes. Then followed by washing hot water to separate silica from slag at 100oC for 60 minutes. Furthermore, slag is leached using sulfuric acid (H2SO4) 1.5 M with temperature variations at room temperature (40oC), 50oC, 60oC, and 70oC with a time variation of 15, 30, 60, 90, and 120 minutes to get the condition the most effective way to dissolve nickel and iron. By conducting acid leaching using sulfuric acid at a leaching temperature of 70oC with 120 minutes leaching time resulting in the highest recovery of nickel and iron, amounting to 50.82% for nickel recovery and 31.09% for iron recovery%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>