Ditemukan 74059 dokumen yang sesuai dengan query
Nurfaiz Herlambang
"Metode seismik refraksi digunakan untuk menentukan kedalaman bedrock yang tepat untuk menancapkan tiang. Penelitian dilakukan di kawasan Universitas Indonesia tepatnya di kompleks Fasilkom Universitas Indonesia. Konfigurasi lintasan survei seismik berupa 24 channel geophone dengan panjang lintasan 67.5 m, interval geophone 2,5 m dan near offset 10 m. Sumber gelombang dihasilkan dengan menggunakan palu dan jarak antar pukulan sejauh 5 m. Data sekunder yang digunakan berupa 1 titik sumur bor SPT (Soil Penetration Test) sebagai acuan pembanding hasil survei seismik. Data seismik refraksi diolah menggunakan teknik tradisional yaitu Metode Plus-Minus Hagedoorn dan inversi tomografi menggunakan software Rayfract. Hasil pengolahan kedua metode tersebut kemudian dibandingkan dengan data geologi dari sumur SPT. Korelasi antara hasil pengolahan dengan titik bor SPT menunjukkan hasil yang baik. Namun hasil dari metode Plus-Minus Haggedorn hanya mampu memperlihatkan 1 refraktor saja karena limitasi data yang digunakan, berbeda dengan metode inversi yang mampu memperlihatkan lebih dari satu refraktor. Terdapat 2 refraktor utama pada kedalaman 6 meter dan 12 meter, dan kedalaman efektif yang didapat hanya mencapai 15 m. Kecepatan yang didapat juga maksimal berada di sekitar 900 m/s. Sehingga dapat disimpulkan hingga kedalaman 15 meter tidak ditemukan lapisan batuan yang direkomendasikan untuk penempatan pondasi dalam untuk bangunan bertingkat. Untuk mendapatkan kedalaman bedrock yang direkomendasikan untuk mendapatkan pemasangan pondasi dalam diperlukan survei seismik dengan panjang lintasan yang lebih panjang untuk mendapatkan gambaran bawah tanah melebihi 15 meter.
The seismic refraction method is used to determine the exact bedrock depth for placing a pole. The study was conducted in Universitas Indonesia precisely at the Fasilkom University Indonesia complex. The seismic survey configuration consists of 24 geophone channels with a length of 67.5 m, geophone intervals of 2.5 m, and near offset of 10 m. The wave source was generated using a hammer, and the distance between blows was 5 m. The secondary data used was 1 SPT (Soil Penetration Test) borehole as a reference for comparison of seismic survey results. Seismic refraction data was processed using traditional techniques, namely the HagedoornâÂÂs Plus-Minus Method and tomographic inversion using Rayfract software. The results of the two methods were compared with geological information from 1 SPT borehole. The correlation between the results of the process with the SPT drill point shows good results. However, the Plus-Minus Haggedorn method results are only able to show one refractor because of the data limitation, in contrast to the inversion method, which was able to show more than one refractor. There are two main refractors at a depth of 6 meters and 12 meters, and the adequate depth obtained only reaches 15 m. The maximum speed obtained is also around 900 m/s. It can be concluded up to a depth of 15 meters, and there is no recommended rock layer for placement of deep foundations for high rise buildings. A seismic survey with a longer seismic line is needed to get an underground picture exceeding 15 meters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Syifa Shabrina Salsabila
"Pembangunan suatu proyek perlu diawali dengan penyelidikan mengenai lapisan batuan yang ada di bawah permukaan bumi sebab lapisan batuan yang ada di bawah permukaan bumi memiliki sifat fisis yang bervariasi, salah satunya tingkat kekerasan lapisannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kekerasan lapisan batuan yang ada di salah satu wilayah di Sulawesi Selatan berdasarkan hasil pengolahan data Seismik Refraksi dan data Geolistrik. Metode seismik refraksi dapat memberikan informasi sifat fisis batuan berdasarkan nilai cepat rambat gelombang seismik sedangkan metode geolistrik digunakan untuk mengetahui nilai resistivitas pada lapisan batuan yang ada di bawah permukaan. Telah dilakukan pengukuran seismik refraksi di salah satu lokasi yang akan dilakukan pembangunan yaitu lintasan LDSR01, LTSR02, dan LTSR03. Hasil dari pengukuran seismik refraski kemudian diolah sehingga mendapatkan velocity map serta model lapisan yang ada di bawah permukaan kemudian dikorelasikan dengan data geolistrik yang berupa penampang resistivitas lintasan GL-03 dan GL-04. Analisis dari hasil pengolahan data diinterpretasikan bahwa terdapat tiga lapisan dimana tingkat kekerasan lapisan batuan di wilayah penelitian bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Lapisan pertama dengan kedalaman 0 – 15 meter dinyatakan lapisan lapuk yang tidak terkompaksi dengan kecepatan rambat gelombang di bawah 2000 ft/s dan nilai resistivitas kurang dari 400 Ωm. Lapisan ini masuk ke dalam tingkat kekerasan very soft soil – firm cohesive soil. Lapisan kedua dengan kedalaman hingga 45 meter dinyatakan sebagai lapisan batuan dasar lapuk dengan kecepatan 2000 – 5000 ft/s dan nilai resistivitas lebih dari 400 Ωm. Lapisan ini masuk ke dalam tingkat kekerasan stiff cohesive soil – soft rock. Lapisan ketiga dengan kedalaman lebih dari 45 meter dinyatakan sebagai lapisan yang batuan dasar dengan kecepatan rambat gelombang lebih dari 5000 ft/s dan nilai resistivitas lebih dari 400 Ωm. Lapisan ini masuk ke dalam tingkat kekerasan soft rock – extremely hard rock. Berdasarkan data geolistrik, lapisan kedua dan ketiga merupakan batuan dasar yang diinterpretasikan sebagai batuan granit atau granodiorit.
The construction of a project needs to begin with an investigation of the rock layers below the earth's surface because the rock layers below the earth's surface have varying physical properties, one of which is the level of hardness. This study was conducted to determine the level of rock layer hardness in one area in South Sulawesi based on the results of processing data from Seismic Refraction and Geoelectrical data. The seismic refraction method can provide information on the physical properties of rocks based on the value of the seismic wave propagation speed, while the geoelectric method is used to determine the resistivity value in the rock layers below the surface. Seismic refraction measurements have been carried out at one of the locations where the construction will be carried out, namely the LDSR01, LTSR02, and LTSR03 lines. The results of seismic refraction measurements are then processed to obtain a velocity map and a model of the subsurface layer and then correlated with geoelectrical data in the form of crosssectional resistivity of the GL-03 and GL-04 lines. Analysis of the results of data processing interpreted that there are three layers where the level of rock layer hardness in the study area increases with increasing depth. The first layer with a depth of 0-15 meters is declared an uncompacted weathered layer with a wave propagation speed below 2000 ft/s and a resistivity value of less than 400 m. This layer is included in the hardness level of very soft soil – firm cohesive soil. The second layer with a depth of up to 45 meters is expressed as a weathered bedrock layer with a velocity of 2000 – 5000 ft/s and a resistivity value of more than 400 m. This layer is included in the hardness level of stiff cohesive soil – soft rock. The third layer with a depth of more than 45 meters is expressed as a bedrock layer with a wave propagation velocity of more than 5000 ft/s and a resistivity value of more than 400 m. This layer falls into the hardness level of soft rock – extremely hard rock. Based on geoelectrical data, the second and third layers are bedrock which is interpreted as granite or granodiorite."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhairiyati
"Metode seismik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan dalam eksplorasi gas dan minyak bumi. Dimana metode ini menghasilkan gambaran lapisan bawah permukaan berupa perambatan gelombang. Perambatan gelombang dibawah permukaan dengan bertambahnya kedalaman akan mempengaruhi daya resolusi. Sehingga metode yang dipakai dalam meningkatkan resolusi adalah algoritma spectral blueing. Spectral blueing menggunakan dua data yaitu data seismik dan data sumur. Hasil dari data seismik sebelum proses spectral blueing dibandingkan dengan hasil sesudah spectral blueing untuk melihat adanya peningkatan pada resolusi seismik.
The seismic method is one of the geophysical methods used in gas and oil exploration. Where this method produces an image of the subsurface layer in the form of wave propagation. Wave propagation below the surface with increasing depth will affect the resolution power. So the method used to increase the resolution is spectral blueing algorithm. Spectral blueing uses seismic data and well data. The results of the seismic data before the spectral blueing process were compared with the results after the spectral blueing to see an increase in seismic resolution."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Palmer, Derecke
London: Geophysical Press, 1986
622.159 PAL r
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Universitas Indonesia, 1993
S27916
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Michella Ayu Pramesti
"Tanah longsor merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia. Pada tahun 2020, bencana ini menduduki peringkat ketiga setelah banjir dan angin puting beliung sebagai bencana yang sering terjadi di Indonesia. Terdapat beberapa parameter yang menjadi penyebab terjadinya longsoran tanah yaitu adanya bidang gelincir, litologi, kemiringan lereng, saturasi air, pembebanan dan getaran diatas permukaan tanah. Parameter inilah yang dianalisis untuk mengidentifikasi potensi bencana longsor menggunakan survei geofisika, yaitu survei tahanan jenis dan seismik refraksi. Penelitian ini dilakukan pada area sebelah barat Gedung Geostech BPPT Serpong, dengan total empat lintasan untuk survei tahanan jenis dan dua lintasan survei seismik refraksi. Dengan menggunakan konfigurasi Wenner-Alpha, maka didapat nilai distribusi resistivitas 2-149 â¦m yang diduga sebagai lapisan lempung pasiran, 150-521 â¦m diduga sebagai lapisan pasir, dan 502-752 â¦m sebagai konglomerat yang diduga menjadi bidang gelincir. Hal ini didukung dengan data kecepatan yaitu 350-530 m/s diduga sebagai lapisan lempung pasiran yang bersifat labil dan 940-1308 m/s diduga sebagai konglomerat yang bersifat lebih stabil. Melalui hasil pengolahan, terlihat adanya bidang gelincir yang mengarah Tenggara-Barat Laut yang diduga sebagai kong lomerat,dengan derajat kemiringan 46° pada Lintasan 1 dan 30,7° pada Lintasan 2. Berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng, lokasi penelitian termasuk dalam area sangat curam dan rawan terhadap longsor. Sehingga, melalui penelitian ini, area sebelah barat Gedung Geostech BPPT Serpong merupakan area yang rawan terhadap longsor.
Landslide is one of the most common disasters in Indonesia. In 2020, this disaster is ranked third after floods and hurricanes as disasters that often occur in Indonesia. There are several parameters that cause landslide, such as the presence of slip planes, lithology, slopes, water saturation, burden and vibrations above the ground surface. This parameter are analyzed to identifying potential landslide disasters using geophysical surveys, namely resistivity surveys and seismic refraction. This research was conducted in the west area of the Geostech BPPT Serpong Building, with a total of four lines for the resistivity survey and two lines for seismic refraction surveys. By using the Wenner-Alpha configuration, we get a resistivity distribution of 2-149 â¦m which is assumed to be a sandy clay layer, 150-521 â¦m is thought to be a sand layer, and 502-752 â¦m is a conglomerate which is presumed to be a slip plane. This is supported by the velocity data, which is 350-530 m/s which is suspected to be an unstable soil layer and 940-1308 m/s is suspected to be a more stable conglomerate. Through the processing results, it was seen that there is a slip plane that leads to the Southeast-Northwest which is suspected to be a konglomerat, with a slope of 46° on Line 1 and Line 2 with a slope of 30.7°. Based on the slope classification, the research area is a very steep area and prone to landslide. Thus, through this research, the west area of the Geostech BPPT Serpong Building is an area that is prone to landslide. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Rifqi Rizqulloh
"Indonesia sedang masuk ke masa pembangunan infrastruktur. Dalam pembangunan infrastruktur berkaitan erat dengan tanah atau batuan yang menjadi pondasi utama. Disinilah peran geofisika dibutuhkan yaitu dibidang geofisika teknik dan lingkungan, namun faktanya pada pembangunan infrastruktur negara Indonesia belum melibatkan geofisika didalamnya oleh karena itu dengan adanya penelitian ini diharapkan negara Indonesia akan melibatkan peranan geofisika dalam pembangunan infrastruktur. Penelitian ini dilakukan dengan cara memvalidasi hasil pengambilan data SPT yang sudah diambil sebelumnya dengan metode geofisika dibidang teknik dan lingkungan. Penelitian ini dapat membantu untuk mengetahui litologi bawah permukaan yang digunakan untuk pencarian pondasi bangunan yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persebaran nilai Brittleness dan nilai parameter mekanika batuan di bawah permukaan dari penampang hasil pengolahan data seismik refraksi pada lapangan gedung baru fasilkom universitas Indonesia pada bulan Januari tahun 2020. Analisis persebaran nilai Brittleness dan mekanika batuan dilakukan berdasarkan perhitungan nilai Vp dan Vs yang didapatkan dari pengolahan hasil akuisisi data dan data pendukung yaitu berupa data (Soil Penetration Test) SPT. Penampang 2D parameter mekanika batuan berupa Poisson's Ratio memiliki hasil dengan range -1 hingga 0.5, modulus bulk memiliki hasil dengan range 0 hingga 5.4 dan modulus young memiliki hasil dengan range 0 hingga 9.5. Persebaran nilai Brittleness bawah permukaan lapisan pertama dan kedua didominasi oleh lapisan brittle, lapisan ketiga terdapat persebaran lapisan brittle dan ductile, lapisan keempat dan kelima didominasi oleh lapisan ductile.
Indonesia is entering a period of infrastructure development. In infrastructure development, it is closely related to soil or rock which is the main foundation. This is where the role of geophysics is needed, namely in the field of engineering and environmental geophysics, but the fact is that Indonesia's infrastructure development has not involved geophysics in it, therefore with this research, it is hoped that the Indonesian state will involve the role of geophysics in infrastructure development. This research was conducted by validating the results of the SPT data collection that had been previously taken using geophysical methods in the engineering and environmental fields. This study can help to determine the subsurface lithology used to find the right building foundation. This research conducting to determine the distribution of the Brittleness value and the rock mechanic parameter values below the surface of the cross-section of the refractive seismic data processing in the field of the new building of the Indonesian University of Communication Faculty in January 2020. Analysis of the distribution of Brittleness values and rock mechanics was carried out based on the calculation of Vp and Vs values obtained from processing the results of data acquisition and supporting data in the form of data (Soil Penetration Test) SPT. The 2D cross-section of rock mechanic parameters are Poisson's Ratio has results ranging from -1 to 0.5, bulk modulus has resulted in the range 0 to 5.4, and modulus young has resulted in the range 0 to 9.5. The distribution of Brittleness values below the surface of the first and second layers is dominated by the brittle layer, the third layer is the distribution of the brittle and ductile layers, the fourth and fifth layers are dominated by ductile layers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Elfina Nurul Octaviani
"Informasi mengenai kondisi bawah permukaan sangat penting diketahui sebelum melakukan pembangunan suatu proyek. Seismik refraksi dipilih karena dapat mengukur variasi spasial parameter petrofisika, seperti kecepatan dan absorpsi seismik melalui analisis sinyal seismik buatan. Adapun penelitian ini mengintegrasikan penggunaan metode seismik refraksi untuk mengamati parameter fisis gelombang pada tiap lapisan batuan yang dikorelasikan dengan data hasil uji bor di daerah penelitian. Hasil pengolahan data dipetakan tingkat kekerasan di tiap lintasan seismik berdasarkan nilai kecepatan rata-rata gelombang P yang dihasilkan. Pada lapisan pertama di ketiga lintasan diketahui memiliki tingkat kekerasan tanah padat tanpa kohesi dengan nilai rata-rata Vp berturut-turut 631,13 m/s; 488,66 m/s; 750,51 m/s. Lapisan kedua pada ketiga lintasan merupakan bahan keras seperti batu dengan nilai rata-rata Vp berturut-turut 1229,69 m/s; 1087,21 m/s; 928,06 m/s. Kemudian lapisan ketiga pada lintasan 23 dan 25 merupakan batuan separuh lunak dengan nilai rata-rata Vp berturut-turut 1688,18 m/s dan 2492,36 m/s. Sedangkan pada lintasan 24 memiliki tingkat kekerasan batuan sangat keras dengan nilai rata-rata Vp 1312,69 m/s.
Information about subsurface conditions is very important to know before carrying out the construction of a project. Seismic refraction was chosen because it can measure the spatial variation of petrophysical parameters, such as seismic velocity and absorption through artificial seismic signal analysis. This research integrates the use of the seismic refraction method to observe the physical parameters of the waves in each rock layer which is correlated with the data from the drill test results in the research area. The results of data processing mapped the level of hardness in each seismic lines based on the value of the average velocity of the resulting P wave. The first layer in the three line seismic is known to dense cohesionless soil with an average Vp value of 631.13 m/s; 488.66 m/s; 750.51 m/s. The second layer on the three lines is a hard rock – like material with an average Vp value of 1229.69 m/s; 1087.21 m/s; 928.06 m/s. Then the third layer on lines 23 and 25 is semi-soft rock with an average Vp value of 1688.18 m/s and 2492.36 m/s, respectively. While on track 24 it has a very hard rock hardness with an average value of Vp 1312.69 m/s."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dananjaya Putra
"
ABSTRAKInterpretasi seismik yang dilakukan pada Lapangan D telah dilakukan dengan memprediksi beberapa volum properti log dengan menggunakan analisis multiatribut. Analisis ini dilakukan untuk memprediksi adanya sebaran reservoar batupasir pada zona D-28A. Selain untuk memetakan sebaran reservoarnya, analisis ini juga dilakukan untuk memprediksi adanya persebaran fluida hidrokarbon terutama hidrokabron minyak yang menjadi target pada penelitian ini. Daerah penelitian ini terletak di Lapangan D yang berada di Utara Jawa Barat. Lokasi penelitian ini dekat dengan sub-cekungan Ardjuna. Teknik analisis multiatribut ini membutuhkan input atribut tambahan yaitu model impedansi akustik yang didapatkan dengan metode inversi. Metode inversi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode inversi model based. Hasil analisa terintegrasi dengan gabungan irisan ? irisan yang terbentuk dari volume gamma ray, resistivity, dan water saturation. Dari irisan ketiga volume ini terlihat adanya beberapa tren yang sama yang mengindikasikan adanya persebaran reservoar batupasir sekaligus adanya kandungan fluida yang diindikasikan sebagai fluida hidrokarbon minyak. Tren ini diindikasikan dengan nilai cut off gamma ray 70 API, resistivitas 1.7 ohm-m, dan saturasi air 0.9 0.SW.
ABSTRACTSeismic interpretation performed on D Field has been carried out with some predicting volume by using the log property multiatribut analysis. This analysis was conducted to predict the distribution of reservoir sandstones in zone D-28A. In addition to map the distribution of reservoarnya this analysis is also performed to predict the distribution of hydrocarbon fluid, especially oil hidrokabron that being targeted in this study. The research area is located on the D Field located in the North West Java. The research location is close to the sub-basin Ardjuna. Multiatribute analysis techniques requires an additional attribute input, that input is acoustic impedance model that obtained by the inversion method. The inversion method used in this study is a model-based inversion methods. Results of the combined analysis is integrated with slices that are formed from the volume of gamma ray, resistivity and water saturation. The three volume of the slices have seen a couple of the same trends that indicate the distribution of reservoir sandstones at the same time their fluid content which is indicated as fluid hydrocarbon oil. The trends shown with cut off value of gamma ray 70 API, resistivity 1.7 ohm-m, and water saturation 0.9 0.SW.
;"
2016
S64070
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anton Tamal
"The one way with simple approach which is inveterate to be used to improve quality of a image is by using Deconvolution. Deconvolution represent a process of invers filter a image by using operator of deconvolution which is ordinary to be conceived by Point Spread Function( PSF). Almost all case, PSF is unknown. Nevertheless in the situation in fact assess PSF can be determined without having to know blurred process of observation data.
At this study, introduced a technique of iteration deconvolution with regularitation filter and expostulated technically detail of its algorithm which used for the restoration of image of seismic natural blurred. This technique work by using algorithm of regularitation filter to get operator of deconvolusi best. Result of our study seem that this technique can improve the quality from image of seismic which is on finally assist for interpretation.
Salah satu cara dengan pendekatan sederhana yang lazim digunakan untuk memperbaiki mutu suatu citra adalah dengan menggunakan teknik dekonvolusi. Teknik dekonvolusi merupakan suatu proses invers filter suatu citra dengan menggunakan operator dekonvolusi yang biasa disebut sebagai point spread function (PSF) atau fungsi sebaran titik. Hampir disemua kasus, PSF tidak diketahui. Meskipun demikian pada keadaan sebenarnya nilai PSF dapat ditentukan tanpa harus mengetahui proses pengaburan data observasi.
Pada studi ini diperkenalkan suatu teknik dekonvolusi regularisasi filter dan didiskusikan secara teknis detail dari fungsi dan cara kerjanya yang digunakan untuk merestorasi citra seismik yang mengalami pengaburan. Teknik ini bekerja menggunakan algoritma regularisasi filter untuk mendapatkan operator dekonvolusi terbaik. Hasil studi kami memperlihakan bahwa teknik ini mampu meningkatkan kualitas dari citra seismik yang pada akhirnya membantu untuk interpretasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S28963
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library