Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137510 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sindhung Wardana
"Badan Pusat Statistik mencatat bahwa hingga tahun 2010, 57% penduduk Indonesia berada di pulau Jawa dan Bali. Program Transmigrasi adalah salah satu strategi untuk mengatasi ketimpangan persebaran penduduk tersebut. Data menunjukan bahwa pelaksanaan program Transmigrasi tidak diimbangi dengan mitigasi dampak lingkungan sebagaimana ketentuan yang seharusnya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tren daya dukung lingkungan di Kawasan Transmigrasi Salimbatu (KTSb), Provinsi Kalimantan Utara beserta prediksinya pada tahun 2032. Metode riset yang digunakan adalah kombinasi antara metode analisis spasial, analisis statistik, pemodelan system dynamics dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun pada tahun 2020 daya dukung lingkungan KTSb masih berada pada ambang batas aman, namun telah menunjukkan adanya tanda-tanda tekanan lingkungan yang dengan indikator daya dukung lingkungan yang semakin mendekati titik optimal dan diprediksi akan melampaui daya dukungnya setelah tahun 2021.

The Central Bureau of Statistics noted that up to 2010, 57% of Indonesia's population was on the islands of Java and Bali. The Transmigration Program is one of the strategies to overcome this imbalance in population distribution. Data shows that the implementation of the Transmigration program is not balanced with mitigating environmental impacts as required. This research was conducted to get an overview of the trend of environmental carrying capacity in the Salimbatu Transmigration Area (KTSb), North Kalimantan Province and its predictions in 2032. The research method used is a combination of spatial analysis methods, statistical analysis, dynamic system modeling and in-depth interviews. The results show that although in 2020 the environmental carrying capacity of KTSb is still at the safe threshold, it has shown signs of environmental pressure with indicators of environmental carrying capacity that are getting closer to the optimal point and are predicted to exceed their carrying capacity after 2021."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Gunthar Riady
"ABSTRACT
Transmigrasi merupakan alternatif penting dalam rangka memecahkan masalah kepadatan penduduk khususnya di Pulau Jawa. Mereka yang ditransmigrasikan itu, pada umumnya adalah dari kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah, tidak mempunyai lahan yang cukup untuk mengembangkan usaha-usaha pertanian. Berdasarkan hal itu maka sudah sewajarnya mereka ini mendambakan adanya tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan kehidupannya di daerah asal. Akan tetapi dalam kenyataannya tidaklah selalu diikuti dengan tingkat keberhasilan seperti yang diharapkan.
Transmigrasi dengan segala dampak permasalahannya adalah . merupakan tantangan yang harus diatasi dalam rangka meningkatkan sumberdaya manusia.Dengan berpindahnya kelompok transmigran dengan sistem budayanya ke daerah lain yang mempunyai kondisi fisik, sosial budaya yang berbeda menimbulkan masalah yang perlu dicermati. Masalah pokok yang dapat timbul dalam kaitannya dengan hal itu adalah masih banyaknya di antara mereka yang belum terangkat ke keadaan yang lebih baik. Dalam hal ini tampaknya adaptasi terhadap daerah pemukiman yang baru merupakan faktor yang menentukan.
Adanya perubahan lingkungan hidup buatan yang ditemui transmigran di tempatnya yang baru, menuntut mereka untuk dapat mengembangkan strategi adaptasi dan kemampuan beradaptasi yang tinggi. Dan menurut asumsi sementara terlihat bahwa tingkat kemampuan adaptasi masyarakat transmigran di daerah pemukiman transmigrasi Kota Bangun adalah rendah. Indikasi dari hal itu ditandai dengan banyaknya warga transmigran yang meninggalkan lokasi pemukiman, disamping secara umum terlihat bahwa tingkat kesejahteraannya yang masih rendah.
Rendahnya kemampuan adaptasi ini diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor tingkat pendidikannya, tingkat teknologi yang dikuasainya, tingkat orientasi pasarnya, tingkat kebutuhan hidupnya, pekerjaan pokok di daerah asalnya dan motivasinya untuk bertransmigrasi.
penelitian ini dilakukan di Unit Pemukiman Transmigrasi Kota Bangun dengan sampel penelitian sebanyak 120 orang kepala Keluarga RT 3, RT 6, RT 7 dan RT 12 Unit Pemukiman Transmigrasi Kota Bangun II. Sampel ini diambil dengan cara two stage cluster sampling.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola dan strategi adaptasi yang dikembangkan transmigran, kondisi sosial ekonominya,serta kemampuannya beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Secara khusus penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui korelasi antara tingkat pendidikan, tingkat teknologi yang dikuasai, tingkat orientasi pasar, tingkat orientasi kerja, tingkat kebutuhan, pekerjaan pokok di daerah asal dan motivasinya bertransmigrasi terhadap kemampuannya adaptasi;
2. Untuk mengetahui korelasi tingkat kemampuan adaptasi transmigran terhadap tingkat pendapatannya.
Untuk mendapatkan data digunakan daftar pertanyaan dan wawancara yang mendalam. Data kuantitatif dianalisis dengan uji statistik Kuadrat Chi dan Roefisien Kontingensi. Sedangkan data kualitatif dianalisis dengan cara interpretasi.
Dari analisis data ditemukan bahwa :
1. Tingkat kemampuan adaptasi transmigran adalah rendah.Hanya 21% dari responden yang mempunyai klasifikasi tinggi. Hal ini diperkuat pula oleh kenyataan bahwa tingkat pendapatan Keluarga transmigran pada umumnya rendah. Hanya 35% dari mereka yang termasuk kategori tidak miskin dengan tingkat pendapatan > Rp 455.900,- perkapita per tahun. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pula kemampuan adaptasi transmigran berkorelasi langsung dengan tingkat pendapatannya (nilai C=0,48), yang berarti bahwa tingkat keeratan korelasi tersebut adalah kuat.
2. Hasil perhitungan kuadrat Chi dan Koefisien Kontingensi dengan (=0,05) maka dapat diketahui bahwa:
(a) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran di pengaruhi oleh tingkat pendidikan (C=0,35), artinya hubungan kedua variabel tersebut tergolong cukup kuat;
(b) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran dipengaruhi oleh tingkat teknologi yang dikuasainya (C=0,55), artinya tingkat keeratan hubungan itu kuat;
(c) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran dipengaruhi oleh tingkat orientasi pasar (C=0,38), artinya tingkat keeratan hubungan itu termasuk cukup kuat;
(d) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan hidupnya (C=0,28), artinya keeratan hubungan itu termasuk cukup kuat;
(e) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran dipengaruhi oleh pekerjaan pokok di tempat asalnya (C=40), artinya tingkat keeratan hubungan itu termasuk kuat;
(f) Tingkat kemampuan adaptasi transmigran dipengaruhi oleh motivasinya bertransmigrasi (C=0,42), artinya tingkat keeratan hubungan tersebut termasuk kuat.
Daftar Kepustakaan: 50 buku, 4 dokumen dan 10 artikel (1974 - 1993)

ABSTRACT
Transmigration is one of the important alternatives in coping with problems of population density, especially on the Island of Java. People who are transmigrated are mostly those of low income, who do not possess sufficient land to develop agriculture. Therefore, they are hoping of getting better level of welfare than what they had in their home village. But the fact is that such hope does not always' come true as expected.
Transmigration with all the impact matters is really a challenge that needs to overcome within the framework of human resource development. By migrating, the transmigration community and its cultural system to a new area with different physical and cultural conditions create new problems that have to be settled. The main problems is that there are still many of the transmigrants who are not jet exercising a better living condition. In this case it seems that adaptation to the new settlement area is the determining factor.
The change man made environment encountered by the transmigrants demand them to develop high adaptation strategies and adaptive ability. The preliminary assumption is that the adaptation level of transmigrants at the transmigration settlement in Rota Bangun is considered low. That is indicated by the fact that a number of transmigrants have left the settlement, besides the level of welfare of the transmigrants is still low.
The low level of adaptation is through to be influenced by several factors such as : education level, level of technology adopted, level of market orientation, level of working orientation, level of living needs, main job in theirs home village, and their motivation to migrate.
This research is done in the Transmigration Settlement Unit at Kota Bangun with the research sample of 120 household heads living in RT (Administrative Neighborhood Association) III, VI, VII, and XII at the Transmigration Settlement Unit of Kota Bangun II. Samples were by drawn using the "two stage cluster sampling". In general, this research aims to see the patterns of adaptation strategies developed by the transmigrants, the social economic conditions and their ability to adapt to the environment. Specifically, this research aims:
1. to know the correlation of the level of education, level of technology adopted, level of market orientation, level of working orientation, level of living needs, main job in the home village and motives to migrate the adaptation ability of the transmigrants.
2. to know the correlation between the adaptation ability of the transmigrants and their level of income.
To get the necessary data, the researcher used questionnaires and in depth interview. The quantitative data were analyzed by using statistical analysis of Contingency Coefficient. While the qualitative data were analyzed through interpretation and logical comprehension.
From the analysis of data is found that:
1. The adaptation level of the transmigrants is low. Only 21% of the respondents belong to the high level of adaptation ability classification. This is also supported by the fact that the income level of the household heads is generally low. Only 35% of them (15 household heads) belong to non poor category with yearly per capita income of > Rp.455,900.O0. The results of this research also shows that the adaptation ability of the transmigrants has direct correlation to the income level (C=0.48) which belongs to high category.
2. The result of Contingency Coefficient computation using (= 0.05) shows that:
(a) the level of adaptation ability of the transmigrants is influenced by level of education (C=0.35)), which means that the correlation between the two variables is medium;
(b) the level of adaptation ability of the transmigrants is influenced by the level of technology adopted (C=0.55), which means that the correlation between the two variables is high;
(c) the level of adaptation ability of the transmigrants is influenced by the level of market orientation (C=0.38), which means that the correlation between the two variables is medium;
(d) the level of adaptation ability of the transmigrants is influenced by the level of living needs (C=0.28), which means that the correlation between the two variables is medium;
(e) the level of adaptation ability of the transmigrants is influenced by the level of main job in the home village (C=0.40), which means that the correlation between the two variables is high;
(f) the level of adaptation ability of the tranmigrants is influenced by the motive to migrate (C=0.42), which means that the correlation between the two variables is high.
Bibliography: 50 literatures, 4 documents and 10 articles (1974 - 1993).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Henriko
"Transmigrasi adalah program pembangunan yang memiliki beberapa dimensi baik dimensi demografi, sosial ekonomi dan politik sekaligus. Program ini diharapkan tidak hanya mampu mengatasi permasalahan distribusi penduduk namun juga mampu mengatasi permaslahan kesejahteraan, ketimpangan pembangunan serta persatuan dan kesatuan bangsa. Namun hingga kini program transmigrasi masih menuai perdebatan apakah program ini dapat dikategorikan berhasil atau malah sebaliknya.
Ukuran yang paling sederhana dalam melihat keberhasilan atau ketidak berhasilan program ini adalah dengan melihat keberadaan unit-unit permukiman transmigrasi yang ada apakah mereka mampu mecapai target dan sasarannya atau malah menjadi beban pembangunan itu sendiri.
Berdasarkan data terdapat lebih kurang 383 UPT yang masih harus dibina dimana 60 persen diantaranya masa pembinaannya sudah lebih dari lima tahun. Pembinaan diatas lima tahun mengindikasikan bahwa terdapat permasalahan yang belum terselesaikan sehingga UPT tersebut masih belum bisa mandiri atau dapat dikategorikan sebagai UPT tertinggal. Salah satunya dan juga menjadi objek penelitian ini adalah UPT Gajah Mati SP.6. UPT ini berlokasi di Kec. Pematang Panggang, Kab. Ogan Komering Ilir, Prov. Sumatera Selatan dengan masa pembinaan lebih dari lima tahun.
Tujuan dari penulisan ini adalah mencoba menghadirkan solusi bagi penanganan permasalahan UPT tersebut melalui pencarian akar masalah sebagai dasar dalam penentuan skala prioritas penyelesaian masalah dengan menggunakan alat bantu Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode AHP ini dipergunakan karena kemampuan metode ini dalam hal pemilihan prioritas dan pemilihan kebijakan khususnya dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang kompleks dan tidak terstruktur. Berdasarkan hasil penelitian upaya penanganan permasalahan air bersih menjadi prioritas utama dalam penanganan permasalahan yang terjadi di lokasi ini.

Transmigration is a development program that has several dimensions such us demographic, socioeconomic and political as well. This program is expected, not only be able to overcome the problems of population distribution, but also the problems of welfare, inequality of development and national unity. However, the transmigration program is still reaping the debate until now whether the program can be categorized as successful or even vice versa.
The simplest measure in view of the success or lack of success of this program is to see the existing condition of the unit of transmigration settlements (UPT), whether they are able to reach the target or even become a burden of development itself.
Based on the data, approximately 383 UPT remains to be fostered, where 60 percent of the time built it was more than five years. Fostered by over five years indicates that there are unresolved issues that UPT is still not able to be independent or may be categorized as under developed UPT. One of them, and also becomes the object of this study is the UPT Gajah Mati SP.6. Unit is located in the district of Pematang Panggang, Ogan Komering Ilir regency in South Sumatra Province with the guidance of more than five years.
The purpose of this paper is trying to present a solution for handling problems of UPT through searching the root problem as the basis for determining priorities in solving the problem using the tools Analytic Hierarchy Process (AHP). AHP method was used because of the ability of this method in the selection of priorities and policies, especially in solving a complex and unstructured problems. Based on this research, efforts to address clean water issues become a top priority in handling problems that occur at this location."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T29509
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Widyastuti
"Skripsi ini membahas mengenai dinamika dalam proses pelaksanaan program transmigrasi bedol desa korban Merapi dan dampaknya. Terjadinya letusan Gunung Merapi pada tahun 1961 menjadi faktor utama yang mendorong dilaksanakannya program transmigrasi bedol desa. Transmigrasi dengan konsep bedol desa merupakan pemindahan penduduk yang meliputi seluruh penduduk desa beserta pejabat-pejabat pemerintah desa ke daerah transmigrasi. Dari peristiwa tersebut, program transmigrasi memindahkan penduduk dari beberapa desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ke wilayah Balau Kedaton, Lampung. Perpindahan penduduk tersebut menyebabkan wilayah Balau Kedaton yang semula jarang memiliki penduduk kemudian menjadi wilayah yang cukup padat penduduk. Dengan adanya program transmigrasi bedol desa yang dilakukan pada tahun 1961 juga terbukti berhasil karena mampu meningkatkan kesejahteraan kehidupan keluarga para transmigran danmampu memajukan wilayah Balau Kedaton melalui peningkatan sarana dan prasarana yang ada di wilayah Balau Kedaton. Penulisan skripsi ini menggunakan empat tahap metode sejarah untuk menjelaskan bagaimana transmigrasi bedol desa korban merapi dapat menimbulkan dampak bagi diri transmigran dan wilayah penempatan.

This thesis discusses the dynamics in the process of implementing the bedol desa transmigration program in the Merapi victims and its impact. The eruption of Mount Merapi in 1961 was the main factor that led to the implementation of thebedol desa transmigration program. Transmigration with the concept of bedol desa is the migration of residents from villages who are invited by the government officials to transmigration areas. From this incident, the program of population movement from several villages in Magelang District, Central Java to the Balau Kedaton area, Lampung. The displacement of the population caused the Balau Kedaton region which had a population to become a fairly densely populated area. With the existence of the bedol desa transmigration program carried out in 1961 it also proved successful in improving the family life of the transmigrants and was able to advance the Balau Kedaton area through the improvement of existing facilities and infrastructure in the Balau Kedaton area. This thesis uses historical methods to explain the transmigration of village bedol victims of Merapi can have an impact on transmigrants themselves and the placement area."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jus Roosmaningsih Asril
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1980
S16504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mirwanto Manuwiyoto
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005
307.2 MIR m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Dinamika program transmigrasi sejak zaman kolonial hingga memasuki era desentralisasi (otonomi daerah) banyak memberikan output dan outcome baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Pada level implementasi program transmigrasi masih ditemui kendala dan persoalan di lapangan. Diperlukan upaya untuk mengkaji kembali mengenai strategi yang komprehensif dan lintas sektor agar implementasi program transmigrasi tidak mengalami kendala. Sebagai upaya pertahanan negara maka ke depan lokasi transmigrasi dapat ditempatkan pada wilayah-wilayah perbatasan negara. Tulisan ini berupaya mengulas perubahan dan peran strategis ketransmigrasian dengan berdasarkan pada paradigma baru.
"
AJMS 4:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Muslih
"Pelaksanaan program transmigrasi sebagai strategi pemberdayaan masyarakat miskin yang tidak memiliki lahan dan keswadayaan masyarakat sebagai dampak dari program transmigrasi di Unit Pemukiman Transmigrasi Sungai Bahar Kabupaten Muara Jambi secara umum berada diatas rata-rata dari desa lainya yang ada di wilayah ini baik untuk kategori desa tradisional maupun desa sejenis (desa transmigrasi), namun hal ini tidak merata terjadi pada masing-masing unit di Pemukiman Transmigrasi Sungai Bahar ini, dimana masih di temukan Unit Pemukiman yang memiliki perkembangan yang sangat lamban dari unit lainnya meskipun fasilitas yang diberikan adalah dengan pet-khan yang sama. Perkembangan yang terjadi pada unit-unit ini setidaknya juga berpengaruh pada pelaksanaan dan wujud keswadayaan yang di hasilkan oleh masyarakat di Unit/desa yang ada di kawasan pemukiman ini.
Untuk memahami dan menjawab perbedaan yang terjadi, mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi, melihat perubahan sosial ekonomi sebagai dampak dari program tersebut serta penemuan model keswadayaan yang berlaku di kawasan pemukiman lid, dilakukan suatu kajian mengenai teori dan konsep keswadayaan yang dibangun oleh para ahlinya seperti, David Caftan, David Morris, covey, Soedjatmoko, Dawan Rahardjo, Soetjipto Wiryosarjono dan Bambang Ismawan. Dengan memperhatikan fenomena yang terjadi dilapangan dilakukan pengelompokkan terhadap konsep dan teori keswadayaan tersebut menjadi keswadayaan internal, keswadayaan internal kolektif dan keswadayaan eksternal.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan pertimbangan wujud keswadayaan yang terjadi dapat diketahui dengan menelusuri kembali proses pemberdayaan yang dialami oleh masyarakat, pengalaman dan upaya yang dilakukan untuk memanfaatkan peluang-peluang dan kesempatan yang diberikan melalui program ini serta motivasi untuk mengubah tingkat kehidupan berdasarkan motif keikutsertaan mereka. Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai keswadayaan masyarakat desa rnaka dilakukan wawancara mendalam tak terstuktur kepada informan yang dianggap relevan, dan pengamatan tak terlibat kepada institusi kelembagaan yang ada sebagai upaya pengumpulan data primer. Sedangkan data sekunder dilakukan dengan mengkaji dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diajukan. Untuk melihat perbedaan tingkat keswadayaan di unit pemukiman ini maka di lakukan komparasi terhadap desa yang merniliki tingkat keswadayaan tinggi (Desa Suka Makmur) dan keswadayaan rendah (Desa Jenang) yang di tetapkan secara purporsive berdasarkan identifikasi perkembangan sarana dan prasanan secara fisik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan program transmigrasi belum secara optimal memberikan dampak pada proses pemberdayaan masyarakat, hal ini terlihat dari pola hubungan yang masih bersifat patron client pada hubungan dan plasma dan berlakunya monopoli kapitalistik pada hubungan tersebut. Disamping itu pengembangan wilayah yang seharusnya di dukung oleh pengembangan terhadap fasilitas penunjang, tidak dilakukan pada unit-unit di kawasan ini. Ketiadaan dukungan ini disebabkan oleh tidak kontinyunya proses monitoring dan evaluasi program dan lepasnya peran leading sector (c.q.pihak transmigrasi), dan ketiadaan lembaga independent yang berperan sebagai perekat antara Tim TP3D dengan pihak perkebunan sebagai pemodal sehingga menghilangkan posisi tawar-menawar bagi petani plasma. Pelaksanaan program hanya mengejar target semata sehingga peserta yang diikutsertakan tidak terseleksi sesuai dengan tujuan program, pembinaan yang dilakukan menjadi tidak optimal karena adanya penduduk yang tidak menetap dan tidak terpenuhinya persyaratan tugas dan unsur pembina yang terjadi di Desa Jenang.
Temuan lainnya memperlihatkan bahwa keswadayaan masyarakat desa di pemukiman transmigrasi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : Motivasi untuk mengubah hidup, Stabilitas dan manajemen kepemimpinan Kepala Desa, berfungsi tidaknya Lembaga Ekonomi Desa dan aktifitas Kelompok Tani. Interaksi sosial antara masyarakat didalam Kelompok Tani di kedua desa ini di pengaruhi oleh aktifitas mereka dan keterlibatan dari masing-masing kelompok serta lestari tidaknya ikatan awal proses penempatan mereka. Namun secara lebih luas interaksi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro sepeni adanya dukungan dari kestabilan pemerintahan desa dan dukungan otoritas desa, perkembangan KUD dan peran lembaga sosial. Dari tingkat pendapatan jika dibandingkan sebelum mereka mengikuti program ini, dari beberapa informan, terjadi peningkatan pendapatan. Kondisi ekonomi keluarga peserta dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ketrampilan yang dimiliki, jiwa kewiraswastaan, biaya pemeliharaan kebun, biaya sekolah anak pada level SLTA dan bantuan buat keluarga dekat. Semakin dominan biaya yang di keluarkan tanpa diikuti dengan ketrampilan dan jiwa kewiraswastaan maka semakin kurang baik kondisi ekonomi keluarga mereka. Perubahan lingkungan pemukiman penduduk yang juga merupakan wujud keswadayaan internal terlihat dari perubahan rumah standar menjadi permanen yang hanya II, 75% terjadi di Desa Jenang dan 85 % di Desa Suka Makmur. Model faktor internal dari temuan penelitian ini adalah merupakan motivasi yang didasarkan pada motif keikusertaan yang diiringi oleh motivasi untuk mengubah hidup, kemampuan adaptasi dan kesadaran untuk mengembangkan fasilitas yang diberikan. Model faktor internal kolektif dari temuan penelitian ini adalah merupakan hubungan antara kelompok tani sebagai wadah keswadayan di tingkat mikro dan KUD sebagai wadah keswadayan di tingkat makro sedang model faktor eksternal merupakan hubungan antara unsur internal kolektif dengan pihak outsider (PTP dan Bank).
Rekomendasi terhadap hasil temuan penelitian ini dalam rangka pengaplikasian perencanaan strategis pada desa transmigrasi yang berbasis keswadayaan disarankan dengan mengupayakan : lebih menekankan kepada pendekatan swadaya internal, internal kolektif dan eksternal, melakukan indentifikasi hasil studi kelayakan berdasarkan target calon transmigran dan lokasi transmigrasi, indentifikasi isu-isu prioritas kebutuhan masyarakat setempat, menetapkan misi program dengan cara menentukan transmigrasi yang akan dilayani dan mekanisme pelaksanaannya secara mikro dan makro, menetapkan visi program dengan cara menentukan situasi ideal program transmigrasi yang ingin dicapai berdasarkan nilai yang berlaku, menetapkan tujuan program dengan memperhatikan gambaran program yang ingin dicapai dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk mempercepat terwujudnya pusat pertumbuhan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Semiati Ibnu Umar
"Penelitian ini bertujuan menemu-kenali nilai peramalan variabel-variabel individual motivasi berprestasi, tingkat pendidikan, pelatihan di transito, sikap terhadap transmigrasi, sikap terhadap pendidikan, sikap terhadap pelatihan, terhadap keberhasilan transmigran. Keberhasilan transmigran ditinjau dari keberhasilan secara ekonomis dan keberhasilan dalam hubungan sosial. Ditinjaunya dua keberhasilan tersebut berpangkal pada keadaan taraf hidup transmigran dan tinggal menetap membentuk masyarakat baru di daerah transmigrasi.
Salah satu kendala dalam pembangunan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan persebaran yang tak merata. Enam puluh persen penduduk Indonesia ada di pulau Jawa, padahal luas pulau Jawa 1/7 dari luas wilayah Indonesia. Transmigrasi merupakan salah satu program utama dalam upaya menanggulangi masalah persebaran penduduk yang tak merata dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Informasi dari jajaran Dep.Transmigrasi dan PPH menyatakan masih ada transmigran yang tak berhasil dalam jumlah yang cukup berarti. Pada hal keberhasilan transmigrasi berkaitan erat dengan keberhasilan transmigran. Karenanya hal tersebut harus ditanggulangi. Untuk itu perlu diadakan penelitian.
Pertanyaannya adalah variabel-variabel individual apa yang mempunyai kaitan dengan unjuk perilaku berhasil transmigran. Berdasarkan teori, variabel tersebut terdahulu mempunyai kaitan yang bersifat intensional dengan perilaku keberhasilan. Perilaku keberhasilan dilihat dari dua segi, yaitu secara ekonomis dan dalam hubungan sosial.
Untuk mendapatkan Jawaban dilakukan studi lapangan, non experimental, irisan potongan, dan merupakan type pengujian relational. Alat pengumpul data dengan kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan cara tatap muka dibantu wawancara. Metode pengolahan dan analisis data : untuk alat penelitian dengan uji keterandalan skala dan uji validitas item dengan korelasi item skor total ; untuk pengujian hipotesis digunakan uji T, uji x, metode analisis diskriminan dan metode regresi ganda.
Sampel penelitian 150 orang transmigran (Kepala Keluarga) Swakarsa PIA-BUN kelapa sawit, di UPT VII & IX Sei Buatan Riau. Daerah pemberangkatan dari Pulau Jawa, waktu kedatangan di daerah transmigrasi Oktvber 89 s/d Maret 90, (berada pada masa pembinaan periode II atau pengembangan).
Hipotesis-hipotesis yang di tegakkan: nilai rata-rata variabel bebas pada kelompok berhasil lebih tinggi dari kelompok tidak berhasil; semua variabel bebas membedakan secara maksimal kelompok transmigran berhasil dari yang tidak berhasil secara ekonomis ; semua variabel bebas memberikan sumbangan yang unik terhadap keberhasilan dalam hubungan sosial.
Hasil penelitian secara umum 6 variabel individual tersebut mempunyai nilai peramalan terhadap keberhasilan transmigran. Yang membedakan secara maksimal kelompok transmigran yang berhasil dari yang tidak berhasil secara ekonomis, adalah variabel sikap terhadap transmigrasi, motivasi berprestasi, dan tingkat pendidikan ; yang memberikan sumbangan unik terhadap keberhasilan dalam hubungan sosial adalah variabel sikap terhadap pendidikan, tingkat pendidikan dan motivasi berprestasi. Pelatihan di transito dan sikap terhadap pelatihan tidak terpilih untuk dua keadaan yang disebutkan terakhir.
Saran yang disampaikan : menggunakan skor hasil variabel-variabel sebagai acuan transmigran; mempertimbangkan faktor pelatihan di transito; mengadakan penelitian untuk menetapkan kebijakan yang lebih dalam program transmigrasi; mengkaji ulang berbagai dalam lanjut mengenai pembinaan transmigran dari individual. Pengukuran untuk pembinaan pendidikan formal aspek lebih mantap aspek variabel."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
D416
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>