Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145310 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fransiscus Januar Widjaja
"Awak pesawat memiliki lingkungan kerja yang dapat meningkatkan risiko terjadinya nyeri punggung bawah (NPB). Tujuan dari studi ini adalah untuk mencari tahu apakah lama bekerja seorang awak pesawat komersial berpengaruh terhadap NPB. Studi ini adalah sebuah laporan kasus berbasis bukti, dengan pencarian literatur yang dilakukan pada database PubMed, Cochrane, dan Ingenta. Kriteria inklusi dalam pencarian ini adalah literatur dengan subyek penelitian awak pesawat dan adanya kejadian NPB. Penilaian kritis dilakukan sesuai dengan metode pada literatur yang diperoleh. Seleksi literatur mendapatkan tiga literatur. Ketiganya adalah studi prevalensi dengan metode potong lintang. Berdasarkan penilaian kritis, hanya ada satu studi yang memiliki kualitas yang paling baik, dimana hasil studi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan jumlah penderita NPB pada periode lama bekerja 10-24 tahun (Rasio Odds: 0,93 dan Interval Kepercayaan 95%: 0,78-1,03). Bukti-bukti yang kami dapatkan masih belum cukup untuk membuktikan bahwa semakin tinggi lama bekerja seorang awak pesawat berpengaruh terhadap kejadian NPB, karena level of evidence dari semua studi yang kami dapatkan adalah rendah.

Flight crew has a work environment that can increase the risk of low back pain (LBP). The aim of this study is to find out whether the length of work resulted in commercial flight crews suffering from LBP. This study is an evidence-based case report, with literature searches conducted in the PubMed, Cochrane, and Ingenta databases. The inclusion criteria in this search were literature with research subjects as crew members and the presence of LBP. Critical appraisal was carried out in accordance with the methods in the articles. We found three literatures after selecting literatures based on inclusion and exclusion criteria. The selected articles applied cross-sectional method. Only one study has the best quality, where the results of the study showed that there was no increase in the number of LBP sufferers within the 10-24 years working period (Odds Ratio: 0.93 and 95% Confidence Interval: 0.78-1.03). These evidences are still insufficient to prove that the longer length of work increases the risk of LBP in commercial flight crews, because the articles were low level of evidence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bonnie Medana Pahlavie
"Nyeri punggung bawah menduduki 10% kondisi penyebab pelemahan yang mengakibatkan perubahan usia harapan hidup akibat kecacatan. Nyeri punggung bawah bukan merupakan keganasan dan merupakan kondisi yang dapat sembuh dengan sendirinya, akan tetapi pasien selalu mencari terapi untuk mengurangi keparahan dari gejala yang dialami. Nyeri Punggung Bawah Kronis (Chronic Low Back Pain) dapat mengubah gaya hidup dan peningkatan angka absensi yang berkepanjangan saat bekerja hingga mengakibatkan keterbatasan fisik. Ketidaknyamanan akibat nyeri punggung bawah kronis merupakan pertanda membutuhkan penanganan yang segera. Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini adalah untuk mendapatkan jawaban yang tepat tentang latihan McKenzie dalam menurunkan nyeri punggung bawah pada pekerja perkantoran. Pencarian artikel dilakukan melalui PubMed, Embase dan Cochrane Library. Kriteria inklusi adalah Tinjauan Sistematis, Meta-Analisis, Randomized Control Trial (RCT), Dewasa atau Usia Produktif, Nyeri Punggung Bawah Kronik Non Spesifik dan Latihan McKenzie. Kemudian ditelaah secara kritis menggunakan kriteria CEBM oxford untuk studi intervensi-terapi. Dari hasil pencarian artikel didapatkan 1 artikel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dengan jenis Randomized Control Trial (RCT). Hasil telaah kritis menunjukkan bahwa latihan McKenzie dapat mengurangi keluhan nyeri punggung bawah pada 5 minggu perlakuan, namun latihan ini tidak menunjukkan efek klinis perupa pengurangan keluhan nyeri punggung bawah setelah dilaksanakan selama 3,6 dan 12 bulan.

Low back pain is a 10% debilitating condition that results in a change in life expectancy due to disability. Low back pain is not a malignancy and is a self-limiting condition, but patients always seek treatment to reduce the severity of their symptoms. Chronic Low Back Pain can alter lifestyle and increase the rate of prolonged absenteeism at work resulting in physical limitations. Discomfort due to chronic low back pain is a sign that requires immediate treatment. The purpose of this evidence-based case report is to get the right answer about McKenzie exercise in reducing low back pain in office workers. Article searches were conducted through PubMed, Embase and Cochrane Library. Inclusion criteria were Systematic Review, Meta-Analysis, Randomized Control Trial (RCT), Adult or Productive Age, Non Specific Chronic Low Back Pain and McKenzie Exercise. Then critically reviewed using Oxford CEBM criteria for intervention-therapy studies. From the results of the article search, 1 research article was obtained that met the inclusion criteria with the type of Randomized Control Trial (RCT). The results of the critical review showed that McKenzie exercise can reduce complaints of low back pain at 5 weeks of treatment, but this exercise did not show a clinical effect in the form of a reduction in complaints of low back pain after being implemented for 3,6 and 12 months."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Garry Anthony
"Menurut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dan otoritas penerbangan Indonesia,pilot DM yang mendapat terapi insulin dianggap tidak layak terbang karena risiko hipoglikemia. Beberapa negara seperti Kanada, Inggris, Irlandia, Austria, dan Amerika Serikat memberikan sertifikasi aeromedis pilot tersebut. Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini adalah meninjau risiko hipoglikemiapada pilot DM yang diterapi insulin.Pencarian literatur dilakukan melalui Cochrane, PubMed, Scopus dan Ingentaconnect. Kriteria inklusi adalah studi pada pilot sipil dengan DM yang diterapi insulin dalam bentuk studi case report studies, case series, systematic reviews, case controls, cohorts, and randomized control trials. Literatur dinilai secara kritis menggunakan kriteria Oxford Center for Evidence-based Medicine.Terdapat 2 literatur sesuai kriteria inklusi.Studi kohort oleh Mitchell, dkk (2017) menunjukkan tidakada perubahan signifikan kadarglukosa darah pada pilot DM dengan insulin sebelum dan sesudah mendapat sertifikasi aeromedis,studi kasus-kontrol oleh Mills, dkk (2017) menyatakan pilot DM dengan insulin yang diberikan sertifikasi aeromedis tidak signifikan menjadi penyebab kecelakaanpesawat.Hasil studi terdapat risiko inkapasitasi pada pilot DM yang diterapiinsulin karena efek samping hipoglikemianamun risiko dapat dihindari dengan menerapkan protokol khusus seperti pemeriksaan kesehatan berkala oleh dokter spesialis penyakit dalam dan pemeriksaan glukosa darah sebelum dan selama menerbangkan pesawat.

According to International Civil Aviation Organization and Indonetian national aviation authorities, diabeticpilots withinsulin are considered unfit due to risk of hypoglycemia. Several countries such as Canada, UK, Ireland, Austria, and the US provide aeromedical certification to these pilots. The purpose of this evidence-based case report is to review the risk of hypoglycemia in insulin-treated DM pilots.Literature search was conducted through Cochrane, PubMed, Scopus and Ingentaconnect. Inclusion criteria were studies of insulin treated diabetic civilian pilots in the form of case report, case series, systematic reviews, case controls, cohorts, and randomized control trials. Literature is critically appraised using Oxford Center for Evidence-based Medicine criteria.Twoliterature selected according to the inclusion criteria. Cohort study by Mitchell, et al (2017) showed no significant changes inblood glucose levels before and after receiving aeromedical certification, case-control study by Mills, et al (2017) stated that diabetic pilots with insulin who were given aeromedical certification were not the cause of aircraft accidents.Study results show there arisk of incapacitation in insulin-treated DM pilots because of hypoglycemia, risk can be avoided by implementing special protocols such as periodic medical examinations by internal medicine specialists and blood glucose checks before and during flight."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Manuel
"ABSTRAK
Nyeri punggung bawah merupakan keluhan umum pada pekerja dan
membutuhkan biaya besar. Penggunaan tenaga manusia di dunia industri
Indonesia masih dominan. Salah satu intervensi yaitu latihan fisik. Telaah artikel
diperlukan untuk mengetahui efektifitas latihan fisik terhadap nyeri punggung
bawah. Tujuan yang ingin dicapai yaitu memperoleh bukti bahwa latihan fisik
dapat mengurangi terjadinya nyeri punggung bawah pada pekerja. Pencarian
artikel dilakukan dengan menggunakan PubMed. Kriteria inklusi yaitu artikel
diatas tahun 2000, berbahasa Inggris, berkaitan dengan office work, dan
menggunakan systematic review dari randomized controlled trial atau berupa
randomized controlled trial itu sendiri. Kriteria eksklusi yaitu bila artikel lengkap
tidak bisa didapatkan. Artikel ditelaah kritis berdasarkan kriteria penilaian
validitas, kepentingan, dan aplikatif/kemamputerapan dari Critical Appraisal
Systematic reviews, PICO-FAST Analysis. Sebagai hasil didapatkan tiga artikel
systematic review dari randomized controlled trial dengan hasil baik dan bisa
dipercaya. Latihan fisik terbukti efektif dan berdampak positif terhadap nyeri
punggung bawah di tempat kerja, seperti mengurangi gangguan aktivitas,
mengurangi ijin sakit, dan menghemat biaya. Kesimpulan yang bisa diambil yaitu
latihan fisik mengurangi intensitas dan insiden nyeri punggung bawah di tempat
kerja.

ABSTRACT
Low back pain has been a common complaint found in workers, which made a
high cost to cure. Man power used in Indonesia is dominant. One of the
intervention is physical exercise. Article review is needed to know physical
exercise effectivity to low back pain. The aim for this article is to gain evidence
that physical exercise can decrease the onset of low back pain in workers. Studies
selected by using PubMed. Inclusion criterias are year 2000 and above articles,
English written, office work, and using systematic review of randomized
controlled trial or randomized controlled trial itself. Exclusion criteria is when
the complete article cannot be found. The articles were analyzed by using criteria
of validity, importance, dan applicability from Critical Appraisal Systematic
reviews, PICO-FAST Analysis. The result is three articles systematic review of
randomized controlled trial with good and trustable result. Physical exercise is
effective and have positive impact to prevent low back pain in the workplace, such
as decreasing the activity disturbance, decreasing sick leave, and cost saving. The
conclusion is physical exercise can reduce intensity and insidence of low back
pain in workplace.
"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Parmadi Komalajaya
"Latar Belakang: Kejadian Nyeri Punggung Bawah yang muncul tiba-tiba, tidak dapat diprediksi, dan kekambuhan yang dapat sering terjadi berisiko terjadinya ketidaknyamanan serta disabilitas pada pilot yang bahkan dapat meningkatkan resiko inkapasitasi yang dapat mengancam keselamatan penerbangan. Tujuan Penelitian ialah untuk mengetahui hubungan NPB dengan faktor risiko yang dialami oleh pilot fixed-wing penerbangan komersial di Indonesia.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada pilot fixed-wing penerbangan komersial yang melaksanakan pengujian kesehatan di Balai Kesehatan Penerbang pada bulan September-Oktober 2021. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner yang telah disiapkan dan melalui rekam medis. Untuk parameter penelitian penentuan nyeri punggung bawah, digunakan kuesioner ODI (Oswestry Disability Index) bahasa Indonesia yang sudah divalidasi pada penelitian lainnya.
Hasil: didapatkan jumlah reseponden sebesar 410 orang, yang terdiri dari 394 responden laki-laki dan 16 responden perempuan. Dari keseluruhan didapatkan 24 responden (5,85%) mengalami NPB. Analisis lebih lanjut menunjukkan faktor jenis kelamin memiliki hubungan yang bermakna terhadap NPB (p = 0,01) dibandingkan dengan faktor lainnya (usia, index masa tubuh, dan total jam terbang).
Kesimpulan dan saran: Penerbang perempuan memiliki resiko lebih besar daripada penerbang laki-laki untuk mengalami NPB, sebaiknya menjaga kondisi tubuh baik dari aktivitas maupun berat badan agar dapat mengurangi resiko terjadinya NPB

Background: The incidence of low back pain that appears suddenly, unpredictable, and often relapses has the risk of discomfort and disability for pilots which can even increase the risk of incapacitation which can threaten flight safety. Aim of this study was to determine the correlation between NPB and its risk factors among fixed-wing commercial flight pilots in Indonesia.
Methods: Cross-sectional study was conducted on fixed-wing commercial flight pilots who conducting medical examination at Civil Aviation Medical Center in September-October 2021. Data collection was carried out through filling out prepared questionnaires and through medical records. For research parameters determining low back pain, the Indonesian language Oswestry Disability Index questionnaire was used which has been validated in other studies.
Results: among 410 respondents, consisting of 394 male respondents and 16 female respondents, 24 respondents (5.85%) experienced LBP. Further analysis showed that gender had a significant relationship with LBP (p = 0.01) compared to other factors (age, body mass index, and total flight hours).
Conclusions and suggestions: Female pilots have a greater risk than male pilots to experience LBP, it is better to maintain their condition both from activity and body weight in order to reduce the risk of LBP.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Hidayat
"Latar belakang. Paparan organofosfat (OP) telah diketahui menyebabkan beberapa penyakit neurologis. Paparan OP yang tinggi dapat ditemukan pada pekerjaan seperti pekerja pestisida. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa paparan OP kronis juga dapat menyebabkan gangguan mental, seperti depresi.
Metode. Pencarian literatur dilakukan pada database seperti Pubmed, Cochrane Library, dan Science Direct dengan kata kunci pekerja pestisida, organofosfat, dan depresi. Tiga artikel dipilih dan dinilai secara kritis.
Hasil. Satu studi kasus-kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan depresi memiliki rasio odds sebanyak 1,34 untuk terkena OP. Satu studi kohort prospektif menunjukkan bahwa pekerja yang terpapar OP 1,17 lebih mungkin menderita depresi di masa depan. Satu studi cross-sectional menunjukkan bahwa pasien dengan depresi memiliki rasio odds prevalensi sebanyak 5,39 untuk terkena OP.
Kesimpulan. Paparan organofosfat kronis merupakan faktor risiko untuk mengembangkan depresi pada pekerja pestisida.

Background. Organophosphate (OP) exposure has been well known to cause several neurological diseases. High OP exposure can be found at occupations such as pesticide workers. Current research suggests that that chronic OP exposure may also cause mental disorder, such as depression.
Method. Literature searching was done on database such as Pubmed, Cochrane Library, and Science Direct with pesticide workers, organophosphate, and depression as the keywords. Three articles were selected and critically appraised.
Result. One case-control study showed that patients with depression had odds ratio as much as 1.34 to be exposed to OPs. One prospective cohort study showed that OP-exposed workers were 1.17 more likely to suffer from depression in the future. One cross-sectional study showed that patients with depression had prevalence odds ratio as much as 5.39 to be exposed to OPs.
Conclusion. Chronic organophosphate exposure is a risk factor for developing depression in pesticide workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arief Budiman
"Pendahuluan. WHO menyatakan bahwa kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Radiasi dapat menyebabkan leukemia, kanker payudara, dan kanker tiroid. Untuk kondisi yang lebih spesifik, radiasi pada masa kanak-kanak meningkatkan risiko kanker tiroid dan peningkatan risiko kanker payudara telah diamati setelah radiasi pada wanita pra-menopause. Berdasarkan data kanker Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2020, kanker tiroid termasuk dalam 10 besar penyakit keganasan di Indonesia. Pekerja radiasi medis terpapar radiasi di tempat kerjanya dan pekerja tersebut pasti mempunyai kompetensi profesional/sertifikat terkait pengetahuan paparan radiasi, sehingga paparan radiasi harus dikendalikan dan Serendah yang Dapat Dicapai (ALARA). Sejauh ini hanya sedikit yang diketahui tentang etiologi kanker tiroid; paparan radiasi pengion (terutama selama masa kanak-kanak) adalah salah satu dari sedikit faktor risiko karsinoma tiroid. Meskipun International Agency for Research on Cancer (IARC) telah menyatakan bahwa radiasi bersifat karsinogenik pada kanker tiroid, pengetahuan terkini mengenai radiasi dan kanker tiroid didasarkan pada penelitian terhadap paparan akut tunggal (penyintas bom atom). Namun, dampak paparan radiasi di tempat kerja yang berkepanjangan dan berdosis rendah terhadap petugas layanan kesehatan masih belum jelas. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara petugas kesehatan yang terpapar dan tidak terpapar radiasi dengan risiko kanker tiroid. Metode. Pencarian literatur dilakukan melalui PubMed dan ProQuest dan juga dilengkapi dengan pencarian tangan. Kriteria inklusi adalah tinjauan sistematis, kohort dan kontrol kasus, melibatkan petugas kesehatan, artikel teks lengkap tersedia, dan dalam bahasa Inggris. Kriteria eksklusi adalah artikel yang tidak dapat diakses dan tidak relevan. Artikel-artikel yang dipilih dari pencarian online dinilai secara kritis untuk mengevaluasi apakah penelitian tersebut memenuhi aspek validitas, kepentingan dan penerapan pada pasien menggunakan kriteria yang relevan untuk studi etiologi oleh Oxford Centre for Evidence-based Medicine. Hasil. Terdapat tiga artikel terpilih yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, semuanya merupakan penelitian kohort. Salah satunya dilakukan di Norwegia pada perawat Norwegia yang tidak menunjukkan hubungan yang jelas antara paparan radiasi pengion di tempat kerja dan risiko kanker tiroid. Penelitian lain dilakukan di Finlandia pada dokter yang bekerja dengan radiasi dibandingkan dengan dokter yang tidak terpapar radiasi. Rasio risiko kanker tiroid adalah 1,5 (0,4-6,3) untuk dokter yang dimonitor radiasi dibandingkan dengan dokter yang tidak dimonitor radiasi. Artikel terakhir dilakukan di Tiongkok pada pekerja rontgen diagnostik medis yang dibandingkan dengan spesialis medis lainnya. Tidak terdapat peningkatan risiko paparan radiasi terhadap kanker tiroid secara signifikan [Risiko Rasio 1,6 95% CI (0,9 - 2,6)]. Kesimpulan. Bukti saat ini menunjukkan bahwa, jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak terpajan,pekerja medis dengan paparan radiasi di tempat kerja tidak mengalami peningkatan risiko kanker tiroid. Kesimpulan ini dibuat dari tiga studi kohort (bukti tingkat 2b).

Introduction. WHO stated that cancer is one of the leading causes of death worldwide Radiation could cause leukaemia, breast cancer, and thyroid cancer. For more specific conditions, radiation during childhood increase the risk of thyroid cancer and increase in breast cancer risk has been observed after irradiation of pre-menopausal women. Based on cancer data from World Health Organization (WHO) in 2020, thyroid cancer included in the top 10 malignancies in Indonesia. Medical radiation workers exposed to radiation in workplace and these workers definitely have professional competences / certificates related to radiation exposure knowledge, so the radiation exposure should be controlled and As Low As Reasonably Achievable (ALARA). Little is known about thyroid cancer etiology so far; exposure to ionizing radiation (especially during childhood) is one of few well-established risk factors for thyroid carcinomas. Despite of International Agency for Research on Cancer (IARC) had stated that radiation as carcinogenic for thyroid cancer, the current knowledge of radiation and thyroid cancer are based on studies of single acute exposures (A-bomb survivors). However, the effects of protracted and low dose occupational radiation exposure in healthcare workers remains unclear. The purpose of this paper is to evaluate the associations between exposed and non-exposed radiation of healthcare workers and the risk of thyroid cancer. Method. Literature search was conducted through PubMed and ProQuest and also complemented with the hand searching. The inclusion criteria were systematic review, cohort and case control, involving healthcare workers, full text article available, and in English. The exclusion criteria were inaccessible and irrelevant articles. The selected articles from online search were critically appraised to evaluate whether the study meet the aspect of validity, importance and applicability to the patient using relevant criteria for etiological study by the Oxford Center for Evidence-based Medicine. Result. There were three selected articles that fit the inclusion and exclusion criteria, all of them are cohort studies. One was conducted in Norway among Norwegian nurses which showed no clear association between nurses’s occupational exposure to ionizing radiation and risk of cancers of thyroid. Another one was conducted in Finland among physicians working with radiation was compared to that of unexposed physicians. The risk ratio for thyroid cancer was 1.5 (0.4-6.3) for physicians monitored for radiation compared to physicians not monitored for radiation. Last article was conducted in China among medical diagnostic x-ray workers who are compared with other medical specialists. There was no significant increase of radiation exposure risk to thyroid cancer [Risk Ratio 1.6 95% CI (0.9 - 2.6)]. Conclusion. The current evidences show that, when compared with the unexposed group, medical workers with occupational radiation exposure was not in an increased risk of thyroid cancer. The conclusion was made from three cohort studies (evidence level 2b).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Bernath Obet
"Latar Belakang. Keluhan nyeri punggung bawah (LBP) adalah masalah kesehatan yang dapat menyebabkan pembatasan kegiatan kerja. Getaran sepeda motor dan lama duduk pada sepeda motor dapat menyebabkan nyeri punggung bawah kronis. Pengendara ojek pangkalan menerima paparan getaran sepeda motor saat mengendarai sepeda motor. Dengan banyaknya pengemudi sepeda motor pangkalan di Indonesia, masalah kesehatan khusus (LBP) dalam kelompok ini perlu diteliti. 
Metode. Metode Penelitian  ini menggunakan desain studi cross sectional untuk meneliti hubungan pajanan getaran motor dan lama duduk terhadap kejadian keluhan nyeri punggung bawah  kronik dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Consecutive sampling. Consecutive sampling adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih sampel yang memenuhi kriteria inklusi sampai kurun waktu tertentu sehingga jumah sampel terpenuhi.31 Kurun waktu pengambilan sampel dalam penelitian ini selama 2 hari. Variabel yang diukur adalah nyeri punggung bawah kronis, getaran, lama duduk, usia, IMT, merokok, dan waktu kerja. Analisis data menggunakan SPSS Statistics versi 25.0.
Hasil. Sebanyak 95 subjek dilibatkan dalam penelitian ini. Berdasarkan uji Fisher, hasil korelasi keluhan nyeri punggung bawah kronis dengan getaran motorik > 0,5 m / s2 diperoleh p = 0,102; OR = N / A). Sedangkan untuk waktu duduk lama > 4 jam menghasilkan p = 0,717; OR 0,85; CI 95% = 0,34-2,09. Tidak ada perbedaan dalam keluhan nyeri punggung bawah kronis terkait usia. Pada usia> 35 tahun p = 0,722; OR 1,57; CI 95% = 0,31-7,9. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara IMT dan nyeri punggung bawah kronis. Pada kelompok IMT> 25, p = 0,103 diperoleh; OR 2,14; 95% CI = 0,85-5,36. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada keluhan nyeri punggung bawah kronis berdasarkan status merokok, di mana kelompok merokok memiliki p = 0,451; OR 1,45; CI 95% = 0,55-3,78. Menurut uji Fisher, tidak ada perbedaan keluhan nyeri punggung bawah kronis berdasarkan usia kerja, di mana kelompok dengan> 4 tahun kerja memiliki nilai p = 0,908; OR 1,07; CI 95% = 0,31-3,91.
Kesimpulan. Dalam penelitian ini hipotesis ditolak. Tidak ada hubungan antara paparan getaran sepeda motor dan terjadinya nyeri punggung bawah kronis pada pengemudi sepeda motor pangkalan di kota Bekasi. Tidak ada hubungan lama duduk dengan terjadinya nyeri punggung bawah kronis pada pengemudi motor di kota Bekasi.

Bacground. Lower back pain (LBP) complaints are a health issue that may lead to restrictions on work activities. Motorcycles vibrations and long sitting duration on the motorcycles can cause chronic lower back pain complaints. Base motorcycles drivers receive motorcycles vibration exposure while riding a motorcycle. With the large number of base motorcycles drivers in Indonesia, the specific health problems (LBP complaints) in this group need to be examined. This research method uses a cross sectional study design to examine the relationship of motor vibration exposure and length of sitting to chronic low back pain  with sampling technique used is Consecutive sampling. Consecutive sampling is a way of taking samples by selecting samples that meet the inclusion criteria until a certain time period so that the number of samples is met. The sampling period in this study is 2 days. The variables that measured were chronic lower back pain complaints, vibration, long sitting time, age, IMT, smoking, and working time. Data analysis using SPSS Statistics version 25.0.
Results. A total of 95 subjects were included in this study. Based on Fisher's test, the result of the correlation of chronic lower back pain complaints with motor vibrations > 0.5 m/s2 was obtained p = 0.102; OR = N / A). While for long sitting time of >4 hours results in p = 0.717; OR 0.85; CI 95% = 0.34-2.09. There is no difference in age-related chronic lower back pain complaints. At age> 35 years of age p = 0.722; OR 1.57; CI 95% = 0.31-7,9.No significant association between IMT and chronic lower back pain was found. In the IMT group> 25, p = 0.103 was obtained; OR 2.14; 95% CI = 0.85-5.36.There was no significant difference in chronic lower back pain complaints based on smoking status, where smoking group had p = 0.451; OR 1,45; CI 95% = 0.55-3.78. According to the Fisher test, there was no difference in chronic lower back pain complaints based on working age, where groups with> 4 years of work had a p = 0.908 value; OR 1.07; CI 95% = 0.31-3.91.
Conclusion. In this study the hypothesis was rejected. There is no association between motorcycles vibration exposure and the occurrence of chronic lower back pain complaints in the base motorcycles driver in Bekasi city. There is no accociation long sitting time with the occurrence of chronic lower back pain complaints  in the base motorcycles driver in Bekasi city.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Lina Wahyuni
"Prevalensi nyeri punggung bawah pada perawat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang sering terjadi pada perawat di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang risiko nyeri punggung bawah terhadap keluhan nyeri punggung bawah di Rumah Sakit Premier Jatinegara. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden sebanyak 107 dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling.
Hasil menunjukkan ada hubungan tingkat pengetahuan (p=0,006), jenis kelamin (p = 0,001) dan masa kerja (p=0,031) terhadap keluhan nyeri punggung bawah. Sedangkan karakteristik responden indeks massa tubuh tidak ada hubungan terhadap keluhan nyeri punggung bawah (p>0,05). Saran untuk penelitian selanjutnya agar memperluas instrumen penelitian dengan variabel yang lebih bervariasi dengan jumlah sample yang lebih banyak dan untuk rumah sakit membuat kebijakan, Standar Prosedur Operasional, dan pelatihan tentang cara bekerja sesuai dengan prinsip ergonomi.

The prevalence of low back pain in nurses who work in hospitals are increasing from year to year. Low back pain is one of the occupational diseases which often occur in nurses in hospitals. This study aims to determine the correlation between level of nurses knowledge and motivation toward low back pain complaint in the Premier Hospital Jatinegara. The study design used descriptive correlative with cross sectional approach. 107 respondents using Stratified Random Sampling technique.
Results showed correlation level of nurses knowledge (p= 0,006), gender (p = 0,001), and work period (p=0,031) toward low back pain complaint. While respondent characteristic body mass index no correlation toward low back pain complaint (p>0,05). Suggestions for further research is to expand the research instrument with more varied variable and samples and for hospitals establish of policies, Standard Operating Procedures, and training how to work in accordance with the principles of ergonomics.
"
Depok: Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46282
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Kamal
"Nyeri punggung bawah acute merupakan keluhan terbanyak kelima di fasilitas pelayanan kesehatan di Amerika Serikat, dan 30% berkembang menjadi nyeri kronis. Sebesar 60-90% penduduk Amerika Serikat mempunyai keluhan nyeri punggung bawah, dan 50% diantaranya mengeluhkan nyeri yang berulang dalam satu tahun. Nyeri punggung bawah memiliki efek psikologis dan sosial terhadap pasien. Secara ekonomi nyeri punggung bawah ini membebani negara terkait biaya yang harus dikeluarkan dalam penanganan nyeri punggung bawah. Penilaian derajat nyeri penting dilakukan pada setiap pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah dan American Pain Society menetapkan menyertakan nyeri sebagai tanda vital kelima dalam pemeriksaan terhadap nyeri punggung bawah sejak tahun 1990. Penilaian terhadap nyeri memberikan informasi yang lebih baik terhadap efek terapi, atau keberhasilan dari terapi nyeri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi derajat nyeri dengan Numeric Rating Scale (NRS) pada kasus nyeri punggung bagian bawah (low back pain) yang mendapat intervensi nyeri di Departemen Bedah Saraf RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012 -2014. Penelitian dilakukan menggunakan desain Cross Sectional Analitik, terhadap data sekunder berupa data rekam medis pasien dengan kasus nyeri punggung bawah yang berkunjung ke poliklinik Bedah Saraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, dalam periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Responden dalam penelitian ini berusia 17 tahun ke atas. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Dari hasil analisis data diperoleh 57,2% pasien nyeri punggung bawah yang mendapat intervensi nyeri berusia 40 - 59 tahun, dan 52,4% diantaranya berjenis kelamin perempuan. Dari hasil pemeriksaan MRI didapatkan 66,7% dengan gambaran protrusion diskus dengan penekanan. Sebesar 71,4% pasien mendapatkan terapi kombinasi LESI dan MBN dan 95,2% pasien yang mendapatkan intervensi nyeri mengalami perbaikan skala nyeri dan dapat bertahan sampai dengan 1 tahun. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa Tidak terdapat hubungan bermakna antara gambaran MRI dengan prosedur intervensi nyeri dan jenis nyeri, tapi terdapat hubungan bermakna antara jenis nyeri dengan prosedur intervensi nyeri.

Acute lower back pain is the fifth most complaints in health care facilities in the United States, and 30% develop into chronic pain. Amounting to 60-90% of the US population has low back pain, and 50% of them complained of recurring pain in one year. Lower back pain has psychological and social effects on patients. Economically lower back pain is related to the state burdening costs to be incurred in the treatment of lower back pain. Assessment of the degree of pain is important in any patient with low back pain and the American Pain Society set to include pain as the fifth vital sign in the examination of lower back pain since 1990. Assessment of pain provide better information to the therapeutic effect, or the success of therapy pain.
This study aims to know the results of the evaluation of the degree of pain with Numeric Rating Scale (NRS) in the case of lower back pain (low back pain) who received the intervention of pain in the Department of Neurosurgery Cipto Mangunkusumo in 2012 -2014. The study was conducted using Analytical cross sectional design, due to the secondary data from medical records of patients with low back pain who visited the clinic Neurosurgery Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta, in the period of 2012 to 2014. The respondents in this study aged 17 above. Analysis of data using univariate and bivariate analyzes. From the analysis of the data obtained 57.2% of patients with low back pain who received the intervention pain aged 40-59 years, and 52.4% of them were female.
From the results obtained 66.7% of MRI examinations with a disc protrusion with 71.4% of patients receive combination therapy LESI and MBN and 95.2% of patients who received the pain intervention experienced decreasing scale of pain scale and last up to 1 year. Multivariate analysis showed that there is no significant relationship between MRI image with pain interventional procedures and types of pain, but there is a significant relationship between the type of pain with pain interventional procedures.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>