Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ovi Bahriyani Pamungkasih
"Daun Moringa oleifera Lam. memiliki berbagai manfaat dan efek terapeutik seperti anti-inflamasi, antikanker, antitumor, antimikroba, antioksidan dan antidiabetes. Manajemen Diabetes Mellitus (DM) sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi. Terapi antidiabetes oral sering menimbulkan efek samping yang cukup serius. Pemberian daun kelor pada hewan menunjukkan efek antidiabetes yang kuat, tetapi efektivitas konsumsi sediaan daun kelor pada manusia menunjukan hasil yang berbeda-beda. Review ini bertujuan untuk meninjau efek konsumsi berbagai bentuk sediaan daun kelor terhadap kadar glukosa darah pada pasien DM dan kemungkinan pengembangan formulasi bentuk sediaan sebagai antidiabetes. Pencarian literatur dilakukan terkait topik selama 10 tahun terakhir, dan beberapa artikel lebih dari 10 tahun yang dapat mendukung teorinya. Hasil review menunjukkan bahwa senyawa bioaktif metabolit sekunder (kuersetin, terpenoid, dan asam klorogenat) dalam daun kelor yang berperan sebagai antidiabetes, perubahan signifikansi pada kadar glukosa darah dari intervensi daun kelor yang paling baik sebesar 28,6% dengan dosis 2 tablet per hari, dan strategi pengembangan formulasi yaitu sediaan kapsul dari ekstrak etanol daun kelor yang dapat meningkatkan efektivitas aktivitas oral antidiabetes.

Moringa oleifera Lam. leaves has various benefits and therapeutic effects such as anti-inflammatory, anticancer, antitumor, antimicrobial, antioxidants and antidiabetic agents. Diabetes Mellitus (DM) management is very important to prevent complications. Oral antidiabetic therapy often causes quite serious side effects. Giving Moringa leaf to experimental animals showed a strong antidiabetic effect, but effectiveness of consuming Moringa leaf preparations in humans showeds different results. This review aims to review the effects of consuming various Moringa leaf dosage forms on blood glucose levels in humans and the possibility of developing an antidiabetic dosage form. A literature search was carried out related to research on the effectiveness of consumption of various dosage forms of Moringa leaves in DM patients during the last ten years, and several articles over ten years that can support the theory. The result of the review showed that the secondary metabolites (quercetin, terpenoids, and chlorogenic acid) in Moringa leaves that act as antidiabetic, indicate a significant change in blood glucose levels and the best Moringa leaf intervention was 28.6% at a dose of 30 tablets every 15 days for 90 days. Formulation development strategy was capsuled preparation of ethanol extract of Moringa leaves that was increasing the effectiveness of the oral antidiabetic activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiqoh Zaqladi
"Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi penduduk di negara maju maupun berkembang. Penyebab tertinggi anemia adalah kekurangan zat besi. Anemia Defisiensi Besi (ADB) dapat menyebabkan gangguan perkembangan perilaku, kognitif, dan keterampilan psikomotori anak. Daun kelor dapat menjadi alternatif potensial dalam memenuhi kebutuhan zat besi karena memiliki kandungan zat besi 9 kali lebih banyak daripada bayam. Suplementasi bubuk daun kelor terbukti dapat menurunkan prevalensi anemia sedang dan berat berturut-turut sebesar 68,2% dan 77,9% pada anak-anak berusia di bawah 2 tahun. Pemanfaatan daun kelor sebagai tanaman obat yang memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan umumnya masih secara tradisional. Rasa pahit pada kelor menyebabkan anak-anak tidak menyukai daun kelor. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan formula sediaan sirup ekstrak daun kelor yang memiliki stabilitas fisik dan kimia yang baik. Ekstrak daun kelor diperoleh dengan Microwave Assisted Extraction (MAE). Formula sirup dibuat dengan 3 konsentrasi propilen glikol sebagai kosolven dan pengawet. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa formula 1 memiliki stabilitas fisik yang baik, dan stabilitas kimia yang paling baik dengan kandungan zat besi yang paling tinggi yaitu 2,83 mg / 30 gram ekstrak / 100 ml sediaan. Kadar zat besi yang disarankan untuk anak adalah 8-10 mg/hari sehingga ekstrak yang dibutuhkan yaitu 84,80-106,00 gram ekstrak / hari dan dosis sediaan sirup yang dibutuhkan yaitu 283-353 ml/hari.

Anemia is one of the health problems that affect people in both developed and developing countries. The highest cause of anemia is iron deficiency. Iron Deficiency Anemia (IDA) can cause impaired development in behaviour, cognition, and psychomotor skills of children. Moringa leaves can be a potential alternative in meeting iron needs because they contain 9 times more iron content than spinach. Moringa oleifera Lam. leaf powder supplementation can reduce the prevalence of moderate and severe anemia in the by 68.2% and 77.9% in children below two years. The use of Moringa oleifera Lam. leaves as a medicinal plant with health benefits is still generally traditional. The bitter taste of Moringa oleifera Lam. leaves causes children to dislike Moringa oleifera Lam leaves. The purpose of this work was to obtain syrup formula for antianemia using Moringa leave’s extract that has physical and chemical stability. Moringa leave’s extract was obtained with Microwave-Assisted Extraction (MAE). Syrup formula was made in 3 concentration of propylene glycol as a cosolvent and preservatives. Result of this study showed that formula 1 has good physical stability, and the best chemical stability with the highest iron content, 2.83 mg/30 gram extract/100 ml. The recommended iron level for children is 8-10 mg / day, so the required extract is 84.80-106.00 grams of extract / day and the required dosage of syrup is 283-353 ml/day"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghaisani Fadiah Qisthina
"ABSTRAK
Daun kelor (Moringa oleifera Lam.) berpotensi sebagai tanaman obat. Daun kelor mengandung senyawa flavonoid yang dapat beraktivitas sebagai antiinflamasi, maka dari itu daun kelor dapat dikembangkan sebagai antiinflamasi. Obat antiinflamasi baik golongan non-setroid maupun steroid memiliki banyak efek samping apabila dipakai dalam jangka panjang. Banyak masyarakat menggunakan sedian bahan alam sebagai alternatif pengobatan inflamasi, antara lain sediaan ekstrak daun kelor. Tujuan penulisan review ini untuk mengkaji pengembangan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi. Berdasarkan beberapa penelitian saat ini, sediaan antiinflamasi yang ada berbentuk gel dan krim. Artikel yang direview diperoleh dari penelusuran literatur pada platform seperti Google Scholar, PubMed, dan NCBI, yaitu artikel ilmiah yang melaporkan hasil formulasi sediaan gel dan formulasi sediaan krim antiinflmasi, evaluasi sediaan, dan pengujian daya antiinflamasi. Dari hasil review didapatkan formulasi yang sesuai untuk dikembangkan pada pembuatan sediaan gel dan krim ekstrak daun kelor antiinflamasi.

ABSTRACT
Moringa oleifera Lam. (Moringa oleifera) leaves have potential as medicinal plants. Moringa leaves contain flavonoid compounds that can act as an anti-inflammatory, therefore Moringa leaves can be developed as an anti-inflammatory. Anti-inflammatory both steroid and steroids have many side effects when used in the long run. Many people use natural dosage form as an alternative for inflammatory medication, such as Moringa leaf extract preparations. The aim of this review is to examine the development of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream. Based on some current research, existing anti-inflammatory preparations are gels and creams. The articles reviewed was obtained from literature searches on platforms such as Google Scholar, PubMed, and NCBI, namely scientific articles that report the results of formulataion of gel and cream anti-inflammatory, evaluation of preparation, and testing of anti-inflammatory activity. From the results of the review, it was found that a suitable formulation was developed for the preparation of anti-inflammatory Moringa leaf extract gel and cream."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Kartika Ratri
"Biji tanaman Moringa oleifera atau kelor memiliki berbagai aktivitas farmakologis dan dapat dikembangkan menjadi produk topikal. Penggunaan minyak biji kelor secara langsung ke kulit berpotensi iritasi sehingga perlu diinkorporasikan ke dalam sistem pembawa, salah satunya krim nanoemulsi. Krim dapat menghidrasi kulit secara kontinyu dan sering digunakan secara luas oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik dan aktivitas antioksidan minyak biji kelor, kemudian diformulasikan menjadi krim nanoemulsi yang selanjutnya akan dievaluasi secara fisik, stabilitas, kadar asam oleat, dan aktivitas antioksidannya. Minyak biji kelor yang sudah dikarakterisasi dibuat menjadi nanoemulsi menggunakan optimasi segitiga fase pseudoterner, dengan memvariasikan sukrosa monopalmitat sebagai surfaktan, propilen glikol sebagai kosurfaktan, dan minyak biji kelor. Setelah itu dipilih satu formula nanoemulsi optimum untuk diinkorporasikan ke dalam sediaan krim. Sediaan krim dievaluasi secara fisik, dilakukan penetapan kadar asam lemak dengan kromatografi gas, diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH, dan uji stabilitas berupa uji mekanik, cycling test, dan penyimpanan selama 12 minggu. Nanoemulsi optimum memiliki komposisi 6% minyak biji kelor; 5,25% sukrosa monopalmitat; 8,75% propilen glikol; dan 80% air. Sedangkan sediaan krim optimum mengandung 10% nanoemulsi. Uji mekanik berupa sentrifugasi dan uji cycling menunjukkan krim tidak mengalami perubahan fisik sebelum dan setelah uji. Setelah dilakukan uji stabilitas dan penyimpanan selama 12 minggu, didapatkan hasil bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor tidak banyak mengalami perubahan fisik tetapi mengalami peningkatan viskositas dan distribusi ukuran partikel. Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada minggu ke-0 menyatakan bahwa krim nanoemulsi minyak biji kelor memiliki nilai IC50 sebesar 29.360,69 µg/mL dan minggu ke-12 memiliki nilai IC50 sebesar 49.166,1 µg/mL. Nilai ini berbeda jauh dengan standar asam askorbat yang memiliki IC50 sebesar 9,707 µg/mL. Hasil evaluasi tersebut menunjukkan bahwa belum didapatkan formula optimum krim nanoemulsi minyak biji kelor.

Seeds from Moringa oleifera have various pharmacological activities and can be developed into topical products. The use of Moringa seed oil directly on the skin might cause irritation, hence needs to be incorporated into a carrier system, one of which is nanoemulsion cream. A cream can hydrate the skin and is still widely used. This study aims to obtain the characteristics and antioxidant activity of Moringa seed oil, then it is formulated into a nanoemulsion cream which will then be evaluated for stability and antioxidant activity. In this study, the characterized Moringa seed oil was optimized into nanoemulsion using pseudoternary phase diagram by varying sucrose monopalmitate as the surfactant, propylene glycol as cosurfactant, and moringa seed oil. Then, the optimum formula was selected to be incorporated into the cream preparations. Cream preparations were then evaluated physically, fatty acid content was determined by gas chromatography, antioxidant activity was tested by DPPH method, and the stability was tested by mechanical test, cycling test, and storage for 12 weeks. The optimum nanoemulsion had a composition of 6% Moringa seed oil; 5.25% sucrose monopalmitate; 8.75% propylene glycol; and 80% water. The optimum cream preparation contains 10% nanoemulsion. Mechanical tests (centrifugation) and cycling tests showed that the cream did not experience any physical changes. After testing the stability and storage for 12 weeks, the results showed that the cream did not experience physical change but increased viscosity and particle size distribution. The antioxidant activity test conducted at week 0 showed the IC50 value of the cream is 29.360.69 g/mL and at week 12 the IC50 value is 49.166.1 g/mL. Those values are quite different from the standard ascorbic acid which has an IC50 of 9.707 g/mL. The evaluation results indicate that the optimum formula for Moringa seed oil nanoemulsion cream had not been obtained."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Sari Wardana
"Stunting adalah kondisi tinggi badan anak yang terlalu pendek berdasarkan usia karena kekurangan gizi kronis dan atrofi usus. Daun kelor direkomendasikan sebagai makanan pendamping untuk menekan stunting karena mengandung protein dan zat besi yang tinggi. Namun, zat besi dalam ekstrak daun kelor dapat membentuk kompleks dengan zat anti nutrisi dan polifenol yang menyebabkan ukuran molekul lebih besar sehingga sulit diabsorpsi. Fitosom adalah teknologi untuk meningkatkan absorpsi fitokonstituen. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan fitosom yang mengandung ekstrak daun kelor untuk meningkatkan absorpsi pada saluran cerna. Tiga formula fitosom dikembangkan yaitu F1, F2, F3 dengan rasio bobot ekstrak dan fosfatidilkolin masing-masing 1:1; 1:1,5; 1:2, kemudian fitosom dikarakterisasi meliputi morfologi, distribusi ukuran partikel, potensial zeta, efisiensi penjerapan, dan FTIR. Formula tebaik digunakan pada formulsi serbuk instan. Serbuk instan dibuat dua formula, yaitu serbuk instan fitosom (SF) dan serbuk instan non fitosom (SNF), kemudian dilakukan uji absorpsi in vitro menggunakan metode kantong usus terbalik. Hasil karakterisasi menunjukkan F1 adalah formula fitosom terbaik dengan ukuran partikel 93,20 ± 4,84 nm, indeks polidispersitas 0,230 ± 0,03, potensial zeta -30,93 ± 0,67 mV, dan efisiensi penjerapan tertinggi. Spektrum IR menunjukkan terjadi pembentukan fitosom karena adanya ikatan hidrogen antara fitokonstituen dan fosfatidilkolin dengan adanya puncak baru pada bilangan gelombang 1600,71 cm-1 dan 1377,11 cm-1. Berdasarkan hasil uji absorpsi in vitro SF memiliki jumlah kumulatif zat besi terabsorpsi tertinggi yaitu 6,5 ± 0,05 μg. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa SF dapat meningkatkan absorpsi zat besi melewati usus.

Stunting is a condition height of child is too short for age due chronic malnutrition and intestinal atrophy. Moringa leaves are a complementary food to suppress stunting because high content of protein and iron. However, iron in Moringa leaf extract can be formed complexes with anti-nutritional substances and polyphenols causes larger molecular size that is difficult to absorb. Phytosomes are technology to enhance the absorption of phytoconstituents. The purpose of this study was developed phytosomes containing Moringa leaf extract to increase absorption in gastrointestinal tract. Three phytosome formulas were developed F1, F2, F3 with a weight ratio extract and phosphatidylcholine 1:1; 1:1.5; 1:2, then characterized including morphology, particle size distribution, zeta potential, entrapment efficiency, and FTIR. The best formula used in instant powder formulations. The instant powder was made into two formulas instant phytosome powder (SF) and instant non-phytosome powder (SNF), an in vitro absorption test was carried out using everted gut sac method. The characterization results showed that F1 was the best phytosome formula with a particle size 93.20 ± 4.84 nm, polydispersity index 0.230 ± 0.03, zeta potential -30.93 ± 0.67 mV, and the highest entrapment efficiency. The IR phytosome spectrum showed formation due hydrogen bonding between phytoconstituents and phosphatidylcholine with new peaks at wave numbers of 1600.71 cm-1 and 1377.11 cm-1. Based on in vitro absorption test, SF had the highest cumulative amount of absorbed iron was 6.5 ± 0.05 mg. Based on these results, it concluded that SF increase iron absorption through the intestine."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfirah Anastamia Mariska
"Peningkatan insidensi infeksi S. aureus melatarbelakangi peningkatan penggunaan antibiotik yang melawan S. aureus, sehingga kejadian resistensi antibiotik semakin meningkat. Ekstrak tanaman M. oleifera Lamk. telah diteliti di berbagai negara dan didapatkan hasil berupa efek antibakteri terhadap S. aureus. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek antibakteri ekstrak daun M. oleifera Lamk. terhadap bakteri S. aureus. Penelitian dikerjakan di laboratorium Departemen Mikrobiologi FKUI dengan rancangan eksperimental dan menggunakan metode makrodilusi tabung. Konsentrasi ekstrak yang diuji efek antibakterinya adalah 3.200 mg/mL, 1.600 mg/mL, 800 mg/mL, 400 mg/mL, dan 200 mg/mL. Selain kelompok uji, juga terdapat 6 kelompok kontrol, yaitu brain heart infusion (BHI); BHI dan bakteri; BHI, dimethyl sulfoxide (DMSO), dan bakteri; BHI dan esktrak; eritromisin; dan eritromisin dan bakteri. Hasil pertumbuhan bakteri setiap tabung dinilai sebagai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan pertumbuhan pada agar nutrisi dinilai sebagai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Setiap konsentrasi juga dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada plate count agar (PCA) menggunakan colony counter. Percobaan dilakukan dengan enam kali pengulangan. Ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki KHM 800 mg/mL dan KBM pada konsentrasi1.600 mg/mL terhadap S. aureus. Jumlah koloni bakteri pada KHM dari pengamatan PCA adalah 55,83±10,685 (rerata±SD) dan pada KBM adalah steril (0 CFU/mL). Hasil uji ANOVA dan Post Hoc Bonferroni adalah terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) baik antarkelompok uji maupun antara kelompok uji dan kontrol, sementara tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) antarkelompok kontrol positif. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun M. oleifera Lamk. memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus.

The increasing incidence of S. aureus infection is the background for the increasing use of antibiotics against S. aureus, so the occurrence of antibiotic resistance is increasing. M. oleifera Lamk. plant extract has been studied in several countries and the results revealed that there was an antibacterial effect againsts S. aureus. The aim of this research is to discover antibacterial effect of M. oleifera Lamk. leaves extract against S. aureus bacteria. Research conducted at Microbiology Department Laboratory of FKUI with an experimental study design and using tube macrodilution method. The extract concentrations tested for its antibacterial effect were 3.200 mg/mL, 1.600 mg/mL, 800 mg/mL, 400 mg/mL, and 200 mg/mL. There were also six control groups, i.e. brain heart infusion (BHI); BHI and bacteria; BHI, dimethyl sulfoxide (DMSO), and bacteria; BHI and extract; erythromycin; and erythromycin and bacteria. Result of bacterial growth of each tube was determined as Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and on nutrient agar was determined as Minimum Bactericidal Concentration (MBC). Each concentration also planted on plate count agar (PCA), so the number of colonies were counted using colony counter. The experiment was repeated six times. The result revealed that MIC and MBC of M. oleifera leaves extract against S. aureus are 800 mg/mL and 1.600 mg/mL. The number of bacterial colonies of MIC through PCA observation was 55,83±10,685 (mean±SD) and on MBC was sterile. According to One-way ANOVA and Post Hoc Bonferroni test, there were statistical difference (p<0,05) between test and control groups, and between test groups, while there were no statistical difference between control groups itself. This research conclude that M. oleifera Lamk. leaves extract has an antibacterial effect against S. aureus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Atqiya Qutrunnada
"Minyak biji kelor memiliki potensi antioksidan yang baik, namun secara topikal dapat menyebabkan iritasi dan rasa tidak nyaman pada kulit. Minyak biji kelor dirancang menggunakan sistem penghantaran Solid Lipid Nanoparticle (SLN). Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan dan menguji aktivitas antioksidan minyak biji kelor dalam bentuk topikal dengan sistem penghantaran SLN pada sediaan lotion. Minyak biji kelor dilakukan karakterisasi, lalu dijadikan zat aktif pada pembuatan SLN. Formula SLN dikarakterisasi dan dipilih satu formula untuk diinkorporasikan ke dalam sediaan lotion. Lotion dievaluasi serta diuji aktivitas antioksidan metode DPPH dengan spektrofotometer UV-Vis. Formula SLN minyak biji kelor dengan konsentrasi gliseril monostearat 2,5% menunjukkan karakterisasi dengan ukuran globul (Dv90) 141 nm, indeks polidispersitas 0,174, zeta potensial -35,4 mV dan efisiensi penjerapan sebesar 22,6887%. Formula lotion yang mengandung SLN sebanyak 10% memiliki ukuran globul 322 nm, indeks polidispersitas 0,350, dan zeta potensial sebesar -35,9 mV. Hasil uji aktivitas antioksidan pada minyak biji kelor menunjukkan nilai IC50 sebesar 147,027 µg/mL dan nilai IC50 sediaan lotion pada minggu ke-0 dan ke-12 menunjukkan penurunan aktivitas yaitu dari 11.993,868 µg/mL menjadi 37.661,615µg/mL. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sediaan lotion yang mengandung 10% SLN minyak biji kelor tidak memiliki aktivitas antioksidan.

Moringa seed oil has good antioxidant potential, but topically it can cause irritation and discomfort in the skin. Moringa seed oil is designed using a Solid Lipid Nanoparticle (SLN) delivery system that can form a film layer on the skin and can increase stability. This study aims to formulate and test antioxidant activity of Moringa seed oil in topical form with the SLN delivery system. Moringa seed oil was characterized, then used as an active substance in the preparation of SLN. The SLN formula was characterized and one formula was selected to be incorporated into the lotion preparation. Lotion preparations were evaluated and tested for antioxidant activity by the DPPH method with a UV-Vis spectrophotometer. The SLN formula of Moringa seed oil with a glyceryl monostearate concentration of 2.5% showed characterization with a globul size (Dv90) of 141 nm, a polydispersity index of 0.174, a potential zeta of -35.4 mV and entrapment efficiency of 22.6887%. The lotion formula containing 10% SLN had a globul size of 322 nm, a polydispersity index of 0.350, and a potential zeta of -35.9 mV. Lotion preparations showed good physical stability for 12 weeks at various temperatures, but were unstable at testing for viscosity, globul size, and potential zeta. The antioxidant activity of Moringa seed oil showed an IC50 value of 147.027 μg/mL and the IC50 value of Moringa seed oil SLN lotion preparations at the 0th and 12th weeks showed a decreased activity, namely from 11.993.868 μg/mL to 37.661.615μg/mL. It can be concluded that lotion preparations containing 10% SLN of Moringa seed oil does not have antioxidant activity.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saintica Luthfia Utama
"Minyak biji kelor mengandung berbagai senyawa antioksidan dapat menangkal radikal bebas, namun aplikasinya secara topikal menyebabkan terjadinya iritasi kulit dan ketidaknyamanan akibat efek berminyak. Minyak biji kelor bersifat hidrofobik sehingga diformulasikan dalam sistem pembawa nanoemulsi. Serum mengandung agen farmasetik dalam jumlah tinggi dan efek hidrasi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi dan mengetahui sifat antioksidan dari minyak biji kelor kemudian memformulasikanya menjadi serum nanoemulsi, melakukan uji stabilitas dan aktivitas antioksidan dari sediaan. Komponen kimia minyak dianalisis dengan kromatografi gas. Aktivitas antioksidan minyak dan sediaan diukur dengan metode peredaman DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Area optimum nanoemulsi pada diagram fase pseudo-ternary diperoleh berdasarkan hasil optimasi formula yang disusun terdiri campuran minyak dan smix mulai 1:9 hingga 9:1 dan dianalisis menggunakan software chemix 7.0. Formula optimum dimasukkan ke dalam formula serum dalam konsentrasi 10%, 20% dan 30%, formula terbaik dipilih berdasarkan hasil pengamatan stabilitas selama 1 minggu untuk selanjutnya diuji stabilitas selama 12 minggu dan uji aktivitas antioksidan. Minyak memiliki kandungan total asam lemak 65% b/b dengan kandungan asam oleat yang dominan hingga 72,341%. Minyak memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan IC50 147,0277 µg/mL. Formula nanoemulsi memiliki ukuran partikel Dv90 241 nm, PDI 0,474 dan zeta potensial -35,4 mV, nilai efisiensi penjerapan 58,59%. Uji stabilitas dilakukan terhadap sediaan serum dengan 10% kandungan nanoemulsi. Serum nanoemulsi stabil pada pengujian cycling test, uji mekanik dan penyimpanan pada berbagai suhu, namun terjadi peningkatan viskositas dan ukuran partikel. Aktivitas antioksidan serum sangat lemah dengan nilai IC50 14601,76 µg/mL dan mengalami penurunan menjadi 61642 µg/mL setelah penyimpanan selama 12 minggu.

Moringa seed oil contains various antioxidant compounds that can counteract free radicals, but its topical application causes skin irritation and discomfort due to the oily effect. Moringa seed oil is hydrophobic so it is formulated in a nanoemulsion carrier system. The serum contains a high amount of pharmaceutical agents and a good hydrating effect. The objective of this study was to characterize and determine the antioxidant properties of Moringa seed oil and then formulate it into a nanoemulsion serum, and test its stability and antioxidant activity. The chemical components of the oil were analyzed by gas chromatography. The antioxidant activity of was measured by the DPPH reduction method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). The optimum area of ​​nanoemulsion on the pseudo-ternary phase diagram was obtained based on the results of the optimization of the formula which was composed of a mixture of oil and smix from 1:9 to 9:1 and analyzed using chemix 7.0 software. The optimum formula was put into the serum formula in concentrations of 10%, 20%, and 30%, the best formula was selected based on the observation of stability for 1 week to be further tested for stability for 12 weeks and antioxidant activity test. The oil has a total fatty acid content of 65% w/w with a dominant oleic acid content of up to 72.341%. The oil has moderate antioxidant activity with an IC50 of 147.0277 g/mL. The nanoemulsion formula had a particle size of 241 nm, PDI 0.474, and zeta potential -35.4 mV, the adsorption efficiency value is 58.59%. A stability test was carried out on serum formula with 10% nanoemulsion content. Serum nanoemulsion was stable in the cycling test, mechanical test, and storage at various temperatures, but there was an increase in viscosity and particle size. Serum antioxidant activity was very weak with an IC50 value of 14601.76 g/mL and decreased to 61642 g/mL after 12 weeks of storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dekvita Ara
"Moringa oleifera L. (Moringaceae) mengandung fenolat dan flavonoid sebagai konstituen utama, ekstrak daun telah dilaporkan menunjukkan aktivitas antioksidan. Untuk mendapatkan hasil maksimal dari senyawa ini, membutuhkan proses ekstraksi yang sesuai. Microwave Assisted Extraction (MAE) merupakan salah satu cara ekstraksi yang memberikan hasil ekstraksi lebih tinggi dan cepat dengan penggunaan pelarut yang sedikit dan melindungi bahan-bahan yang termolabil. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum MAE meliputi tingkat kekuatanmicrowave, waktu ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan dan perbandingan serbuk-pelarut, ekstrak diujiaktivitas antioksidannya.
Ekstrak yang diperoleh dari microwave dengan kondisi optimum kemudian dipilih untuk dilakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan kemudian diuji kandungan total fenol dan flavonoid. Kondisi optimum untuk MAE dari hasil optimasi adalah tingkat kekuatanmicrowave P100%, waktu ekstraksi selama 3 menit, pelarut etanol 96%, dan perbandingan serbuk-pelarut 1:10.
Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak kondisi optimum pada Microwave Assisted extraction memiliki aktivitas sebagai antioksidan dengan IC505.29 mg/ml. Kandungan total fenolik ekstrak kondisi optimum adalah 20.08 g asam galat equivalents/100 g ekstrak. Kandungan total flavonoid ekstrak kondisi optimum adalah 6.4172 g kuersetin equivalents/100 g ekstrak.

Moringa oleifera L. (Moringaceae) contain phenolics and flavonoids as major constituents, the leaf extract has been reported to exhibit antioxidant activity. To obtain the maximum yields of these compounds, requires an appropriate extraction.Microwave Assisted Extraction(MAE) is one high and fast extraction performance ability with less solvent consumption and protection offered to thermolabile constituents.This study was intended to determine the optimum conditions of MAE include levels of microwave power, extraction time, type of solvent used and power-solvents ratio, the extract was evaluated antioxidant activity.
Extracts obtained at the optimum conditions of microwavethen selected for antioxidant activity with DPPH method and then tested the content of total phenolic and flavonoid.The optimum conditions for MAE of optimization results is the level of P100% microwave power, extraction time for 3 minutes, 96% ethanol solvent, and powder-solvents ratio 1:10.
The result of antioxidant activity test showed that extract optimum conditions on Microwave-Assisted Extraction have activity as antioxidant with IC505.29 μg/ml. Total phenolic content of optimum conditions extract was 20.08 g gallic acid equivalents/100 g extract. Total flavonoid content of optimum conditions extract was 6.4172 g quercetin equivalents/100 g extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Triandita
"Moringa oleifera tersebar di berbagai negara tropis dan subtropis. Tanaman ini termasuk dalam suku Moringacea, ia memiliki berbagai hal yang mengesankan dalam bidang pengobatan dengan nilai gizi yang tinggi. Daun kelor kaya akan mineral penting, diantaranya zat besi dan kalsium. Proses ekstraksi diperlukan untuk memperoleh zat besi dan kalsium yang terkandung dalam daun kelor. Microwave Assisted Extraction (MAE) adalah prosedur ekstraksi sederhana dan cepat, dikembangkan dan dioptimalkan untuk dua mineral, zat besi dan kalsium dalam daun kelor.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut, waktu, tingkat kekuatan dan perbandingan jumlah padat dan cair pada efisiensi ekstraksi zat besi dan kalsium. Penentuan kuantitatif dilakukan dengan spektrofotometri serapan atom (SSA). Sampel dekstruksi dengan menggunakan campuran asam nitrat dengan asam perkolat. Kalsium dianalisis pada panjang gelombang 422,7 nm dan zat besi dianalisis pada panjang gelombang 248,3 nm.
Hasil tertinggi untuk ekstraksi kalsium yaitu menggunakan air dengan perbandingan jumlah serbuk dan pelarut 1: 10 dan tingkat kekuatan 450 watt (P50%) selama 5 menit, diperoleh nilai kalsium 22727,93 mg/kg atau 2272,79 mg/100g. Kondisi optimum untuk ekstraksi zat besi menggunakan air dengan perbandingan jumlah serbuk dan pelarut 1: 12,5 dan tingkat kekuatan 630 watt (P70%) selama 3 menit, diperoleh nilai zat besi 164,17 mg/kg atau 16,42 mg/100g.

Moringa oleifera is distributed in tropics and subtropics countries. This plant belonging to the family Moringacea. It has a impressive range of medicinal uses with high nutritional value. The moringa plant provides a rich of important mineral including iron and calsium. Extraction process required to obtain iron and calcium contained in the moringa leaves. A simple and rapid microwave assisted extraction (MAE) procedure was developed and optimized for two mineral, iron and calsium in moringa leaves.
Experiments were carried out to determine the effect of type of solvent, time, levels of power and the amount of solid and liquid on extraction efficiency of iron and calcium. The quantitative determination was using atomic absorption spectrophotometric (AAS). Sampel was digseted by using nitric/percholic acid mixtures. The calsium was analyzed at wavelength 422.7 nm and iron was analyzed at 248.3 nm.
The highest results for extraction of calcium was using water with the amount of solid and liquid 1 : 10 and levels of power 450 watt (P50%) for 5 minutes. Obtained value of calcium 22727.93 mg/kg or 2272.79 mg/100g. The optimum conditions for extraction of iron was using water with the amount of solid and liquid 1 : 12.5 and levels of power 630 watt (P70%) for 3 minutes. Obtained value of iron 164.17 mg/kg or 16.42 mg/100g.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>