Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161746 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Resti Dwi Hasriani
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian pada kelompok kardiovaskular. Obesitas dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap progresivitas dari prediabetes menjadi DM tipe 2 dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Kondisi prediabetes dengan obesitas meningkatkan risiko kejadian PJK berdasarkan Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). Penelitian ini menggunakan desain studi kohor retrospektif dengan data sekunder studi kohor faktor risiko PTM tahun 2011-2018. Sampel adalah 493 penduduk penduduk dewasa yang obesitas yang menjadi responden Studi Kohor Faktor Risiko PTM, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil analisis multivariat menggunakan cox regression setelah dikontrol dengan usia dan durasi obesitas menemukan bahwa prediabetes memiliki nilai HR=0,80 (95%CI:0,462-1,387), p=0,429, yang berarti hubungan prediabetes dengan kejadian PJK pada penduduk dewasa yang obesitas tidak bermakna secara statistik.

Coronary Heart Disease (CHD) is a leading cause of death in the cardiovascular group. Obesity could increase a person's risk of progression from prediabetes to type 2 DM and increase the risk of cardiovascular disease. Prediabetes with obesity increases the risk of CHD events based on Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). This study was used a retrospective cohort study design using secondary data on NCD Risk Factor Cohort Study in 2011-2018. The sample was 493 obese adult respondents in population of NCD Risk Factor Cohort Study whom met this study inclusion and exclusion criteria. The results of multivariate analysis using cox regression after being controlled by age and duration of obesity found that prediabetes had HR = 0.80 (95% CI: 0.462-1.387), p = 0.429 which means the relationship between prediabetes with CHD events in obese adult respondents was not statistically significant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Maulidya Sari
"Penyakit Jantung Koroner merupakan prevalensi yang cukup tinggi di masyarakat umum maupun pekerja, serta menyebabkan kematian sebesar 36,5 kesakitan dan tidak mampu kerja. Prevalensi PJK tahun 2013 sebesar 1,5.Salah satu faktor risiko PJK adalah hiperglikemia yang berperan penting dalam proses aterosklerosis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan hiperglikemia dengan risiko PJK pada pekerja sektor formal dengan menggunakan pendekatan Framingham Risk Score untuk menentukan risiko PJK pada pekerja. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan berkala Pekerja Sektor Formal di Indonesia tahun 2015-2016. Analisis data yang digunakan adalah Cox Regressi. Hasil analisis menemukan bahwa pekerja yang hiperglikemia berisiko 3,818 kali 95 CI 2,451-5,950) berisiko PJK dibandingkan dengan yang tidak hiperglikemia setelah dikontrol dengan kadar trigliserida. Pekerja dapat menerapkan pola makan sehat dan rutin melakukan pemeriksaan kadar gula darah serta pemeriksaan kesehatan lain untuk mencegah hiperglikemia dan mengetahui risiko PJK"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Febriani
"Menurut badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, sebanyak 70% penyebab kematian pada penyakit jantung disebabkan oleh penyakit jantung koroner (PJK). Tercatat 17,5 juta kematian atau setara dengan 30,0 % dari total kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung koroner (WHO, 2017). Penyakit jantung koroner merupakan gangguan fungsi jantung yang disebabkan adanya plaque yang menumpuk di dalam pembuluh darah arteri sehingga mengganggu supply oksigen ke jantung. Hal ini menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang dan terjadi defisiensi oksigen. Pada keadaan yang lebih serius dapat mengakibatkan serangan jantung. Faktor risiko penyakit jantung koroner diantaranya adalah Usia, Jenis Kelamin, Hipertensi, Kolesterol, Riwayat Keluarga dan sebagainya. Jika kemungkinan seseorang untuk menderita penyakit jantung koroner dapat diprediksi sejak awal berdasarkan faktor risiko yang ada, maka tingkat kematian akibat penyakit jantung koroner dapat ditekan menjadi lebih rendah.
Tesis ini mengusulkan Model Regresi Logistik Fuzzy untuk memprediksi kemungkinan seseorang untuk menderita penyakit jantung koroner. Tahap pertama dari penelitian ini adalah membangun model prediksi, kemudian mengestimasi nilai parameter dengan menggunakan metode least square. Selanjutnya pada tahap ketiga mengaplikasikan model yang didapatkan untuk memprediksi penyakit jantung koroner. Setelah itu melakukan uji kelayakan atau kesesuaian model dengan metode Mean Degree of Membership dan yang terakhir menghitung akurasi prediksi dengan menggunakan Confusion Matrix.

According to the World Health Organization (WHO) in 2015, as many as 70% of the causes of death in heart disease were caused by coronary heart disease (CHD). It was recorded that 17.5 million deaths or the equivalent of 30.0% of the world's total deaths were caused by coronary heart disease (WHO, 2017). Coronary heart disease is a disorder of heart function caused by plaque that builds up in the arteries so it interferes with oxygen supply to the heart. This causes blood flow to be reduced and oxygen deficiency occurs. In more serious situations it can prevent heart attacks. Risk factors for coronary heart disease are Age, Gender, Hypertension, Cholesterol, Family History and so on. If there is someone who is a victim of coronary heart disease can be predicted from the beginning, then there is likely to arise more.
This thesis proposes a Fuzzy Logistic Regression Model to predict the possibility of a person suffering from coronary heart disease. The first stage of this research is to build a predictive model, then estimate the parameter values using the least square method. Furthermore, in the third stage, apply a model to predict coronary heart disease. After that, test the feasibility or suitability of the model with the Mean Degree of Membership method and finally calculate the prediction accuracy using the Confusion Matrix.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel
"Latar belakang: Penyakit jantung koroner (PJK) masih menjadi masalah di Indonesia bahkan di dunia. Berdasarkan patofisiologinya, PJK dibagi menjadi sindrom koroner akut (SKA) dan kronik (SKK). Salah satu tatalaksana PJK adalah revaskularisasi otot jantung. Namun sangat penting untuk mengetahui viabilitas miokardium untuk kepentingan pengembalian fungsi kontraktilitas miokardium. Saat ini, magnetic resonance imaging (MRI) jantung adalah baku emas yang digunakan untuk mengevaluasi viabilitas miokardium. Namun ketersediaan modalitas ini sangat terbatas. Dobutamine stress echocardiography (DSE) juga dapat mengevaluasi viabilitas miokardium dan memiliki ketersediaan yang lebih luas di Indonesia. Tujuan: Meta analisis ini bertujuan membandingkan sensitivitas dan spesifisitas DSE terhadap MRI kardiak pada pasien dengan SKK. Metode: Meta analisis ini mencari literatur dari empat database yaitu Pubmed, Embase, Cochrane dan Scopus. Meta analisis ini mengacu pada Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses (PRISMA) 2020 dan Cochrane Handbook for Systematic Reviews of Diagnostic Test Accuracy. Forest plot menampilkan sensitivitas dan spesifisitas DSE dan MRI kardiak. Hasil: Terdapat tiga belas studi yang diinklusi. Dari penyusunan forest plot didapatkan DSE memiliki sensitivitas 75% (CI 0,61 – 0,86) dan spesifisitas 87% (CI 0,82 –0,91), dimana MRI kardiak memiliki sensitivitas 93% (CI 0,88 – 0,96) dan spesifisitas 77% (CI 0,61 – 0,87). Walaupun demikian, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menyebabkan overestimation pada sensitivitas dan spesifisitas DSE dan underestimation pada sensitivitas dan spesifisitas MRI kardiak. Kesimpulan: DSE memiliki sensitivitas yang lebih rendah dan spesifistas yang lebih tinggi dibandingkan MRI kardiak. Dengan mempertimbangkan overestimation dan underestimation kedua modalitas tersebut, MRI kardiak memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan DSE. Kata kunci: Sindrom koroner kronik, viabilitas miokardium, dobutamine stress echocardiography, magnetic resonance imaging kardiak.

Background: Coronary heart disease (CHD) still becomes a health problem in Indonesia, even in the world. Based on its pathophysiology, CHD is classified to acute coronary syndrome (ACS) and chronic coronary syndrome (CCS). One of the treatment of CHD is myocardial revascularization, however it’s important to know the myocardial viability in prior in order to reverse the contractility function of the myocardium. Nowadays, cardiac magnetic resonance imaging (MRI) is the gold standard for evaluating myocardial viability. Nevertheless, the availibility of MRI is limited. Dobutamine stress echocardiography (DSE) is also able to evaluate myocardial viaiblity and widely available across Indonesia. Purpose: This meta analysis compares the sensitivity and specificity of DSE and cardiac MRI in patients with CCS. Method: This meta analysis searches literatures from four database: Pubmed, Embase, Cochrane and Scopus. We used Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses (PRISMA) 2020 dan Cochrane Handbook for Systematic Reviews of Diagnostic Test Accuracy as references. Forest plot is constructed to show the sensitivity and specificity of DSE and cardiac MRI. Result: Thirteen studies were included. The Forest plot shows that DSE has sensitivity of 75% (CI 0,61 – 0,86) and specificity of 87% (CI 0,82 – 0,91), while cardiac MRI has sensitivity of 93% (CI 0,88 –0,96) and specificity of 77% (CI 0,61 – 0,87). Conclusion: DSE has lower sensitivity yet higher specificity than cardiac MRI. Considering the overestimation and underestimation of these modalities, cardiac MRI has higher diagnostic accuracy than DSE.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusinantika Metta Prawitasari
"Hasil Riskesdas (2018) menunjukkan 1,5% penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner, artinya 15 dari 1000 penduduk Indonesia menderita penyakit ini dan 1,2% dari data tersebut adalah karyawan swasta. Faktor yang paling berpengaruh terhadap PJK adalah kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar trigliserida karyawan PT. X. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Pada penelitian ini, pendekatan studi yang digunakan adalah study cross sectional. Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh hasil bahwa variabel umur, obesitas, aktifitas fisik, perilaku merokok, riwayat penyakit keluarga, pola makan karbohidrat, protein, lemak, dan serat berhubungan dengan kadar trigliserida karyawan PT. X karena p-value lebih kecil dari alpha (α=0,05). Sedangkan Variabel jenis kelamin diperoleh p-value (0,215) lebih besar dari nilai alpha (α=0,05) artinya tidak ada hubungan jenis kelamin terhadap kadar trigliserida. Pada hasil analisis univariat menunjukkan semua responden penelitian tidak mengonsumsi alkohol. Tetapi, dapat diketahui 17,3% responden memiliki kadar trigliserida lebih dari batas normal. Pada penelitian ini nilai p-value tidak terlihat karena semua responden tidak mengonsumsi alkohol. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kadar trigliserida adalah variabel umur.

The results of Riskesdas (2018) show that 1.5% of Indonesia  population suffers from coronary heart disease, meaning that 15 out of 1000 Indonesians suffer from this disease and 1.2% of the data are private employees. The most influential factor on CHD is cholesterol and triglyceride levels in the blood. This study aims to analyze the factors associated with the triglyceride levels of PT. X employees. This type of research is a descriptive analytic study. In this study, the study approach used is cross sectional study. Based on the Chi Square Test results obtained that the variables of age, obesity, physical activity, smoking behavior, family history, carbohydrate, protein, fat, and fiber diet are related to the triglyceride levels of PT. X employees because the p-value is smaller than alpha (α = 0.05). While the sex variable obtained p-value (0.215) is greater than the alpha value (α = 0.05) meaning that there is no gender relationship to triglyceride levels. On the results of univariate analysis showed all study respondents did not consume alcohol. However, it is known that 17.3% have triglyceride levels more than normal. In this study the p-value was not seen because all respondents did not consume alcohol. The results of multivariate analysis showed that the most dominant variable affecting triglyceride levels is age.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Harmawan
"Data WHO menunjukkan 17.9 juta orang meninggal diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler dimana salah satunya adalah penyakit jantung koroner yang memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sindrom metabolik merupakan masalah kesehatan serius yang akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner karena proses aterosklerosis. Berdasarkan data MCU PT XYZ tahun 2020-2022 didapatkan peningkatan angka kejadian sindrom metabolik sebesar 2.5% yang akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan risiko penyakit jantung koroner pada pekerja PT XYZ di tahun 2022 berdasarkan sindrom metabolik. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi potong lintang dengan 161 sampel responden. Sumber data yang digunakan adalah melalui kuesioner dan juga data hasil MCU tahun 2022. Hasil penelitian diketahui untuk faktor genetik didapatkan data bahwa variabel umur dan jenis kelamin pekerja mempunyai hubungan dengan risiko penyakit jantung koroner. Faktor lingkungan (shift kerja) tidak terdapat hubungan dengan risiko penyakit jantung koroner dan untuk faktor gaya hidup didapatkan data bahwa pola makan konsumsi karbohidrat dan lemak, indeks massa tubuh serta kebiasaan merokok mempunyai hubungan dengan risiko penyakit jantung koroner. Oleh karenanya perlu adanya tindakan pencegahan baik primer, sekunder maupun tersier untuk meminimalkan risiko penyakit jantung koroner baik pada individu pekerja maupun kepada perusahaan.

WHO data shows that 17.9 million people died due to cardiovascular disease and coronary heart disease has a high morbidity and mortality rate. Metabolic syndrome is a serious health problem that increases the risk of CHD due to atherosclerosis. Based on PT XYZ MCU data for 2020-2022, found that there was increasing the incidence of metabolic syndrome by 2.5% which would increase the risk of CHD. The purpose of this study was to analyze the factors associated with the risk of CHD in PT XYZ workers in 2022 based on metabolic syndrome. This study used a cross-sectional study approach with 161 sample respondents. The data source used was through a questionnaire and also data on the MCU results in 2022. The results of the study revealed that for genetic factors, found that the age and gender of workers had a relationship with the risk of CHD. Environmental factors (work shifts) had no relationship with the risk of CHD and for lifestyle factors, found that dietary patterns of carbohydrates and fats consumption, BMI also smoking habits had a relationship with the risk of CHD. Therefore it is necessary to have preventive measures both primary, secondary and tertiary to minimize the risk of CHD both to individual workers and to companies."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Pratiwi
"Penyakit kardiovaskular adalah penyebab nomor satu kematian akibat PTM, menurut WHO pada tahun 2015 kematian akibat penyakit kardiovaskular mewakili 31 17 juta dari total semua kematian secara global dan 7,4 juta diantaranya disebabkan oleh PJK. Di Indonesia, peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat PTM mendapat sumbangsih terbesar dari penyakit kardiovaskular, dimana PJK adalah penyakit kardiovaskular yang memiliki angka kejadian tertinggi. PJK disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi. Angka kejadian PJK dapat dikendalikan apabila faktor risiko dapat terkendali, mengingat terdapat faktor risiko dari PJK yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan kondisinya. DKI Jakarta menjadi daerah kedua tertinggi dengan kejadian PJK di Indonesia. Namun, hubungan antara faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan kejadian PJK serta faktor risiko yang paling dominan diantaranya masih belum diketahui di DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi dengan kejadian PJK di DKI Jakarta serta menelusuri faktor risiko yang paling berhubungan dominan dari kejadian PJK tersebut dengan melakukan analisa lanjutan data Posbindu PTM tahun 2015-2018. Desain penelitian menggunakan desain cross sectional dan analisa dilakukan sampai tahap analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik. Dari 30.459 responden usia ge;15 tahun diperoleh prevalensi PJK sebesar 3,4 . Perilaku merokok p value= 0,000; OR= 6,53 95 CI 4,826 ndash; 8,838, kurang aktivitas fisik p value= 0,045; OR= 0,745 95 CI 0,558 ndash; 0,993, konsumsi alkohol p value= 0,000; OR= 3057,076 95 CI 1786,92 ndash; 5230,06, diabetes melitus p value= 0,000; OR= 0,161 95 CI 0,161-0,508, dan hipertensi p value= 0,000; OR= 0,284 95 CI 0,284-0,526 menjadi faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian PJK. Faktor risiko dominan dari kejadian PJK di DKI Jakarta adalah konsumsi alkohol. Upaya promotif dan preventif diharapkan lebih digencarkan guna menekan angka kejadian PJK serta perlu adanya survey lebih lanjut terkait konsumsi alkohol masyarakat mengingat konsumsi alkohol menjadi faktor dominan pada penelitian ini dan menurut literatur pengaruhnya memang besar terhadap kerusakan fungsi jantung.

Cardiovascular disease is the number one cause of death from NCD, according to WHO in 2015 deaths from cardiovascular disease represent 31 17 million of total all deaths globally and 7.4 million are caused by CHD. In Indonesia, the increase in morbidity and mortality due to NCD has the greatest contribution from cardiovascular disease, where CHD is the highest prevalence of cardiovascular disease. CHD is caused by modifiable risk factors and unmodifiable risk factors. The prevalence of CHD can be controlled if risk factors can be controlled, considering there are risk factors from CHD that can be modified. DKI Jakarta becomes the second highest area with the prevalence of CHD in Indonesia. However, the relation between modifiable risk factors and CHD and the most dominant risk factors among them remains unknown in DKI Jakarta. The aim of this study is to know how the relation between some risk factors that can be modified with CHD in DKI Jakarta and find the most dominant risk factor associated with PJK by doing further analysis of data Posbindu PTM 2015 2018. This study used cross sectional design and the analysis was done until multivariate analysis stage using logistic regression test. From 30.459 respondents aged ge 15 years, the prevalence of CHD was 3.4. Smoking behavior p value 0,000 OR 6,53 95 CI 4,826 ndash 8,838 , physical inactivity p value 0,045 OR 0,745 95 CI 0,558 ndash 0,993, alcohol consumption p value 0,000 OR 3057,076 95 CI 1786,92-5230,06, diabetes mellitus, value 0,000 OR 0,161 95 CI 0,161 ndash 0,508, and hypertension p value 0,000 OR 0,284 95 CI 0,284 ndash 0,526 are factors that have significant relations with CHD. The dominant risk factor of CHD in DKI Jakarta is alcohol consumption. Promotive and preventive efforts are expected to be intensified in order to reduce the incidence of CHD and the need for further surveys related to alcohol consumption because alcohol consumption is the dominant factor in this study and according to the literature it has great effect on heart function damage."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiny Faudah Amin
"Background: Infeksi Endodontik dapat menjadi faktor prediktor penyakit jantung koroner (PJK) aterosklerosis. Penyakit ini terjadi karena merespon proses inflamatori akibat infeksi bakteri Porphyromonas endodontalis. Beberapa literatur mengatakan bahwa etiologi penyakit kardiovaskular disebabkan infeksi kronik. Diduga bakteri Porphyromonas endodontalis yang ada dalam Infeksi Endodontik (IE) dapat juga menjadi faktor prediktor PJK aterosklerosis. Objective: Mengetahui peran dan potensi IE sebagai faktor predikdi PJK aterosklerosis dan juga peran sitokin inflamatori, IL-1 , IL-6, hsCRP, TNF- dalam kaitannya akan hubungan IE dan PJK aterosklerosis. Method: Dilakukan riset rancangan kasus kontrol dengan mengamati ada terpaparnya IE pada penderita PJK aterosklerosis. Dibagi menjadi kelompok subjek PJK aterosklerosis dengan IE sebagai kasus dan kelompok subjek bukan PJK aterosklerosis dan tanpa IE sebagai kontrol. Subjek dilihat intra oralnya terutama jaringan periapikal dan jaringan periodontal, dicatat faktor-faktor tradisional penyebab PJK serta diukur kadar IL-1 , IL-6, hsCRP, TNF- di dalam darah sirkulasi. Dicatat juga adanya gastritis, psoriosis, dan periodontitis. Results: Dianalisis dengan regresi logistik terlhat ada peran yang potensial (p < 0,041) Infeksi Endodontik sebagai penyebab penyakit jantung koroner aterosklerosis. IL-1, IL-6, dan CRP di dalam darah sirkulasi tidak berbeda bermakna setelah dianalisis denam tes Mann- Whitney, walaupun median setiap kelompok variabel lebih tinggi pada kelompok kasus daripada kontrol. Hanya TNF- yang berbeda bermakna (p < 0,019) setelah danalisis dengan uji-t. Conclusion: Infeksi Endodontik mempunyai peran yang potensial menjadi faktor prediktor penyakit jantung koroner aterosklerosis dan mungkin hanya TNF- yang terlibat dalam mekanisme terjadinya PJK karena IE.

Endodontic infection can be a predictive factor of atherosclerosis coronary heart disease (CHD). This disease occurs because it responds to the inflammatory process caused by infection of Porphyromonas endodontalisbacteria. Several literature state that the etiology of cardiovascular disease is caused by chronic infection. Porphyromonas endodontalis bacteria inside Endodontic Infection (EI) is also assumed to be a predictive factor of atherosclerosis CHD. The purpose of this research is to determine the role and potential of EI as a predictive factor of atherosclerosis CHD as well as the role of inflammatory cytokines, IL-1 , IL-6, hsCRP, TNF- in relation to the relationship of EI and atherosclerosis CHD. This research used a case control design research method by observing EI exposure in atherosclerosis CHD patients. Subjects were divided into atherosclerosis CHD subjects with IE as case and non-atherosclerosis CHD subjects without IE as the control. On the subjects, their intraoral was observed, specifically the periapical tissue and periodontal tissue, the traditional factors causing CHD were recorded and the level of IL-1 , IL-6, hsCRP, TNF- in circulating blood was measured. The presence of gastritis, psoriasis, and periodontitis was also recorded. The results of data analysis in this research with logistic regression showed that there was a potential role (p <0.041) of endodontic infection as a cause of atherosclerosis CHD. IL-1, IL-6, and CRP in circulating blood do not differ significantly after being analyzed by Mann- Whitney test even though the median of each group was higher in the case than the control group. It was only TNF- that was significantly different (p <0.019) after being analyzed by t-test. Therefore, the researcher concludes that endodontic infection has a potential role as a predictive factor of atherosclerosis CHD and probably it is only TNF- that is involved in the mechanism of CHD incidence due to IE."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Guna Dharma
"Perilaku sedentari, ditandai dengan adanya kegiatan dalam jangka waktu yang lama yang melibatkan duduk atau berbaring, telah dilaporkan terkait dengan adanya peningkatan risiko jantung dan pembuluh darah. Duduk lebih dari 10 jam sehari dibandingkan dengan duduk kurang dari 5 jam sehari dikaitkan dengan peningkatan risiko terhadap penyakit kardiovaskular. Tingkat permasalahan yang ada di perusahaan ini, karena dari hasil pemeriksaan berkala pada 1 departemen didapatkan angka yang cukup signifikan terhadap faktor-faktor risiko PJK. Sedangkan pada departemen lainnya tidak ada sama sekali penilaian terhadap faktor-faktor risiko PJK.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat stratifikasi risiko PJK pada pekerja main office dan pekerja site dengan menggunakan Skor Kardiovaskular Jakarta, untuk masukan bagi manajemen perusahaan sebagai rekomendasi menggunakan skor tersebut untuk menilai risiko PJK pekerja, khususnya pekerja yang berada di main office. Metode penelitian menggunakan disain potong lintang dengan analisis komparatif. Hasil yang paling berhubungan dengan stratifikasi risiko kardiovaskular Jakarta adalah faktor risiko riwayat penyakit keluarga p=0.021, OR=1334.3, dan 95 CI=147.1-12103.6.

The sedentary behaviour, characterized by long term activities involving sitting or lying down, has been reported to be associated with an increased risk of cardiovascular disease. Sitting more than 10 hours a day compared to sitting less than 5 hours a day is associated with increased risk of cardiovascular disease.The underlying problems in this company, is that the periodic check results in one department obtained a significant number of risk factors for cardiovascular disease. While in other departments there is no assessment of cardiovascular disease risk factors.
The purpose of this research was to determine the level of cardiovascular disease risk stratification using Jakarta cardiovascular score, as an input for company management to recommend using this score to assess workers cardiovascular disease risks, especially for workers in the main office. A cross sectional study was used as a design for this research, with comparative analysis. The most closely related result with cardiovascular risk stratification is a family history with cardiovascular disease p 0.021, OR 1334.3, dan 95 CI 147.1 12103.6.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Hendri Apul
"Ambulasi dini merupakan suatu prosedur untuk mempercepat kemampuan pasien berjalan atau bergerak secara normal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh ambulasi dini 2 jam dan 8 jam terhadap kejadian perdarahan pada pasien pascaangiografi koroner diagnostik di bangsal kardiologi, ruangan RB3 dan VIP RSUP Haji Adam Malik, Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi experimental dengan consecutive sampling, terdiri dari 18 responden diberikan ambulasi dini 2 jam sebagai kelompok intervensi dan 17 responden diberikan ambulasi 8 jam sebagai kelompok kontrol. Data dianalisis secara univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon dan Kolmogorov- Smirnov.
Hasil penelitian ini menunjukkan semua responden tidak mengalami perdarahan pada kedua kelompok baik sebelum maupun sesudah ambulasi (p=1; 𝛂=0,05). Kesimpulan tidak ada perbedaan ambulasi dini 2 jam dan 8 jam terhadap kejadian perdarahan pada pasien pascaangiografi koroner diagnostic. Hasil penelitian ini dapat dilaksanakan sebagai intervensi keperawatan pada pasien pascaangiografi koroner diagnostic untuk mengurangi rasa tidak nyaman seperti sakit punggung, masalah eliminas.

Early ambulation is a procedure to expedite the patient's ability to walk or move normally. The purpose of this study was to assess the effect of early ambulation 2 hours and 8 hours on the incidence of bleeding in patients with coronary pascaangiografi diagnostics in cardiology ward, and a VIP room, RB3 room In general hospital center Medan Haji Adam Malik. This study uses Quasiexperimental research design with a consecutive sampling, consisted of 18 respondents provided an early ambulation two hours as the intervention group and 17 respondents provided ambulate 8 hours as a control group. Data were analyzed by univariate and bivariate analysis using Wilcoxon test and Kolmogorov-Smirnov.
The results of this study showed all of the respondents did not experience bleeding in both groups both before and after ambulation (p = 1; α = 0.05). The conclusion there was no difference in early ambulation 2 hours and 8 hours on the incidence of bleeding in patients with coronary diagnostic pascaangiografi. The results of this study can be implemented as a nursing intervention in patients with coronary diagnostic pascaangiografi to reduce discomfort such as back pain, the problem of elimination.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>