Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163668 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauzy Primawati Gusniarni
"

Tekanan panas dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia, seperti tekanan darah, kecepatan denyut jantung ataupun nadi, ketahanan fisik, dan daya konsentrasi. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik, darah akan mendapatkan beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Selain itu juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal tersebut merupakan beban tambahan bagi jantung harus memompa darah lebih banyak lagi. Penelitian ini betujuan untuk menganalisis tekanan panas, karakteristik (usia, masa kerja, durasi kerja, riwayat keturunan tekanan darah tinggi, indeks masa tubuh, aktivitas fisik), dan perilaku pekerja (penggunaan APD, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, status hidrasi) dengan tekanan darah tinggi. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional pada 60 responden di unit water pump. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan panas (P value 0,012 ; OR 9,545 ; 95% CI 1,627-55,989) dan riwayat keturunan tekanan darah dengan tekanan darah tinggi (P value 0,001 ; OR 25,8 ; 95% CI 2,785-238,985).

Kata Kunci:Tekanan Panas, Tekanan Darah Tinggi, Iklim Kerja

 


Heat stress can affect human body functions, such as blood pressure, heart rate or pulse, physical endurance, and concentration. When workers are doing physical endurance, blood will geat an additional burden because they have to carry oxygen to the muscles that are working. It also carry heat from the body to the surface of the skin. This is an additional burden for the heart to pump more more blood. This study aims to analyze heat stress, characteristics (age, work period, work duration, history of hereditary high blood pressure, body mass index, and physical activity) and worker behavior (personal protective equipment, smoking habits, alcohol drinking habits, hyration status) with high blood pressure. The research design used a cross-sectional on the 60 workers at Water Pump. Chi square test results showed that there was a significant relationship between heat stress (P value 0,012 ; OR 9,545 ; 95% CI 1,627-55,989) and heritary history of blood pressure with blood pressure  (P value 0,001 ; OR 25,8 ; 95% CI 2,785-238,985).

Keyword: Heat Stress, High Blood Pressure, Work Climate

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzra Dhiya Jannati
"Kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu pendengaran manusia. Kebisingan salah satu bahaya fisik yang paling umum terjadi di beberapa lingkungan kerja. Dampak dari kebisingan lebih umum diketahui dapat mengganggu fungsi pendengaran atau auditori. Tetapi pada pajanan dengan waktu yang lebih lama, efeknya dapat bersifat kumulatif yang mempengaruhi gangguan non-auditori salah satunya adalah tekanan darah tinggi (hipertensi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asosiasi antara tingkat kebisingan dengan kejadian tekanan darah tinggi (hipertensi) pada pekerja di unit water pump PT X tahun 2020. Metode yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportionate stratified random sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengolahan data dilakukan dengan analisis univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat asosiasi yang signifikan secara statistik antara tingkat kebisingan pada intensitas >79,57 dBA dengan kejadian tekanan darah tinggi (hipertensi) pada pekerja unit water pump di PT X (nilai p = 0,025<0,05; OR 9,481: 95% CI). Selain itu, terdapat asosiasi yang signifikan antara usia dan riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) pada keluarga terhadap tekanan darah tinggi (hipertensi) (nilai p<0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan, responden yang terpajan kebisingan pada intensitas >79,57 dBA memiliki perbedaan risiko tekanan darah tinggi (hipertensi) 7 kali lebih besar dibanding responden yang terpajan <79,57 dBA setelah dikontrol dengan variabel riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) pada keluarga, usia dan masa kerja. Maka dari itu, perusahaan perlu meningkatkan promosi kesehatan dalam hal pengendalian kebisingan untuk mencegah risiko komplikasi akibat tekanan darah tinggi (hipertensi) di lokasi kerja dengan tingkat kebisingan di atas rata-rata.

Noise is unwanted and hearing-disturbing sounds. Noise is the most common physical hazards in various working environments. The impacts of noise are commonly known to disturb hearing or auditory functions. However, long-term exposure may pose cumulative effects that influence non-auditory disorders, such as hypertension. The study aimed to discover the association between noise level and hypertension incidence on workers at the water pump unit of PT X of 2020. The method used was cross-sectional with a quantitative approach. The sampling technique utilized the proportionate stratified random sampling based on inclusion and exclusion criteria. Data processing was carried out using univariate and bivariate analyses with the Chi-Square test and multivariate analysis with the logistic regression test. The study results show a statistically significant association between noise level in intensity of >79,57 dBA with hypertension incidence on workers at water pump unit of PT X (p-value = 0,025<0,05; OR 9,481: 95% CI). Furthermore, there was a significant association between age and hypertension history in the family with hypertension incidence (p-value<0,05). In the multivariate analysis, respondents exposed to >79,57 dBA intensity had a 7-fold hypertension risk than respondents exposed to <79,57 dBA intensity after being controlled with hypertension history in the family, age, and working period. Therefore, the company should improve health promotion regarding noise control to prevent complication risks due to hypertension in working environments with over-average noise levels."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shendy Glenfano Salean
"Tekanan panas merupakan gabungan dari beberapa faktor seperti, suhu udara, kelembapan udara, kecepatan udara yang merupakan pembentuk tekanan panas. Pajanan dari tekanan panas yang tinggi dapat menyebabakan peningkatan detak jantung dan tekanan darah atau dikenal dengan hipertensi. Menurut WHO, hipertensi menyebabkan kematian sebanyak 8 juta kematian pertahun diseluruh dunia. Menurutu Riskesdas (2018) di Indonesia hipertensi memiliki prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8% pada tahun 2013 kemudian menjadi 34,1% pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah tinggi pada pekerje di unit casting dan pressing PT. X. Penelitian ini melibatakan 60 responden yang diambil menggunakan accidentaly sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan pekerja yang terkena tekanan darah tinggi pada unit casting dan pressing PT. X sebesar 33 (55%) orang. Berdasarkan analisis multivariat dapat diketahui faktor yang berhubungan signifikan dengan tekanan darah tinggi adalah tekanan panas (P value = 0,000; OR=19,640; 95% CI= 7,714-81,832) dan riwayat keturunan (P value = 0,011; OR=11,802; 95% CI= 1,760-79,112) dimana faktor yang paling berpengaruh adalah tekanan panas. Pekerja yang terpapar tekanan panas berisiko untuk mengalami tekanan darah tinggi. Resiko tersebut menjadi lebih besar jika memiliki riwayat keturunan.

Heat pressure is a combination of several factors such as air temperature, air humidity, air velocity which is a forming of heat pressure. Exposure to high heat pressure can cause an increase in heart rate and blood pressure, also known as hypertension. According to the WHO, hypertension causes the deaths of as many as 8 million deaths a year worldwide. According to Riskesdas (2018) in Indonesia hypertension has a high prevalence, which is equal to 25.8% in 2013 and then becomes 34.1% in 2018. This study used a cross-sectional study design. This study aims to see the relationship between heat pressure and high blood pressure on workers in the casting and pressing units of PT. X Works. This study included 60 respondents taken using accidentaly sampling. The results of this study indicate that workers exposed to high blood pressure in the casting and pressing units of PT. X is 33 (55%) people. Based on multivariate analysis, it can be seen that the factors that are significantly associated with high blood pressure are heat pressure (P value = 0,000; OR = 19,640; 95% CI = 7,714-81,832) and hereditary history (P value = 0,011; OR = 11,802; 95% CI = 1,760-79,112) where the most influential factor is heat pressure. Workers exposed to heat stress are at risk of developing high blood pressure. The risk becomes greater if you have a history of heredity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erviana Indriani
"Pajanan kebisingan secara terus-menerus di tempat kerja dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. PT. X merupakan pabrik tekstil yang memiliki mesin yang dapat menimbulkan kebisingan tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pajanan kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja di departemen spinning dan weaving. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan besar sampel 103 pekerja yang dipilih dengan cara proportionate stratified random sampling. Variable independen pada penelitian ini adalah tingkat kebisingan dan variable dependen adalah kejadian hipertensi, dengan variable perancu yaitu karakteristik dan perilaku individu. Intensitas kebisingan di PT. X diketahui berada diatas NAB. Dari 103 pekerja, terdapat 35 (34%) pekerja mengalami hipertensi. Analisis intensitas kebisingan dengan kejadian hipertensi pada pekerja mnggunakan uji chi square diketahui tidak terdapat hubungan yang signifikan (p value: 0,136). Hasil yang signifikan dengan tekanan darah tinggi pada pekerja yaitu variable usia value: <0,033 dan kebiasaan merokok value: 0,036). Hasil analisis multivariate menunjukan bahwa pekerja yang bekerja pada intensitas kebisingan diatas NAB memiliki risiko mengalami hipertensi 3,172 kali lebih besar dibandingkan pekerja yang tidak bekerja pada intensitas kebisingan diatas NAB setelah dikontrol variable usia dan kebiasaan merokok. Pekerja yang terpapar kebisingan, memiliki usia >40 tahun, dan memiliki kebiasaan merokok berisiko mengalami hipertensi. Rekomendasi yang diberikan yaitu melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, melakukan rotasi kerja dan menggunakan peredam suara pada area produksi

Repeated noise exposure in the workplace may increase the blood pressure of workers. PT. X is a textile factory that has a machine that can cause high noise. This study aimed to determine the association between noise exposure with high blood pressure in workers in the department spinning, weaving, and dyeing. This study used cross sectional design with a sample size of 103 workers selected by proportionate stratified random sampling. The independent variable in this study is the noise exposure and the dependent variable is the high blood pressure, with confounding variables are individual characteristics and lifestyle. The result of noise exposure at PT. X above the threshold limit value (TLV) of noise. 35 (34%) out of 103 workers had hypertension. The result of statistic analysis with chi squre test showed no significant relationship between noise exposure with high blood pressure (p value: 0,136). High blood pressure has a significant relationship with age (p value: 0.033) and smoking habits (p value: 0.036). Multivariate analysis showed that workers exposed to noise above the TLV had a 3,172 times risk of hypertention han workers who were not exposed to noise above the TLV after being controlled by age and smoking habits. Workers who are exposed to noise, over 40 years old and have smoking habits have a risk of hypertension. Recommendations in this study are to measuring blood pressure routinely, rotating job, and using sound-absorbing material in the production area."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meivita
"Latar belakang dan tujuan: Tekanan panas merupakan masalah penting dalam industri manufaktur. Paparan tems menerus akan menyebabkan kelelahan. Kelelahan kerja berkepanjangan yang berlangslmg minimal enam bulan tanpa pemulihan yang optimal, akan menyebabkan kelelahan kronis, da.n selanjutnya akan mengakibatkan penurunan kernampuan kelja dan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara tekanan panas dan kelelahan kronis Serta faktor-faktor lain yang berhubungan pada peke1ja bagian produksi di perusahaan pemintalan benang PT "X" Karawang.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana secara manual. Data dikumpulkan melaiui kucsioncr rncngcnai lcaraktcristik pekcija dan masa kclja, kucsioncr kclclahan (SSRT dari IFRC), pengukuran tinggi dan berat badan, dan penilaian Indeks Suhu Bala dan Basah untuk mengukur tekanan panas, serla pengukuran intensitas bising dengan sommd level meter oleh dinas kesehatan.
Hasil: Prevalensi kelelahan kronis pada pekelja di bagian produksi adalah 68,8%. Prevalensi kelelahan kronis di bagian dengan tekanan panas Iebih dari 30°C sebesar 84,0%, dan tekanan panas kurang atau sama dengan 30°C sebesar 4O,9%. Tekanan panas Iebih dari 30°C, masa kerja lcbih dari lima tahun, usia lcbih dari 30 tahun dan IMT tidak normal merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan tcljadinya kclelahan kronis. Tckanan panas Iebih dari 30°C mcningkatkan resiko kelelahan kronis 40,28 kali lipat (Adj OR 40,28, 95% CI: 7,42;2l8,5, p = 0,000). Masa kerja Iebih dari 5 tahun meningkatkan risiko kelelahan kronis 7,6 kali lipat (Adj OR 7,64, 95% CI: l,59;36,68, p >= 0,011). Usia Iebih dari 30 tahun meningkatkan risiko kelelahan kronis 6,7 kali lipat (Adj OR 6,69, 95% CI:1,37;32,54, p = 0,0l9). IMT tidak normal meningkatkan risiko kelelahan kronis 4,5 kali lipat (Adj OR 4,45, CI: l,3l;I5,l8, p = 0,01 7).
Kesimpulan: Prevalensi kelclahan kronis pada pekezjaan di bagian produksi adalah 68,8% dan Iebih banyak terjadi pada pekerja terpajan panas Iebih dari 30°C Tekanan panas Iebih dari 30°C, masa kerja lebih dari lima tahun, usia Iebih dari 30 tahun dan [MT tidak normal didapat berhubungan dengan terjadinya kelelahan kronis.

Background and Aim: Heat stress is an important problem in manufacturing industry. Continues exposure can cause fatigue. Long lasting fatigue for minimally six months without optimal recovery will produce chronic fatigue. Which at the end will decrease working capability and productivity. This study aim to assess the relation between heat stress and others related factors with chronic fatigue in production workers at yarn manufacture "X" Karawang.
Methods: A cross sectional study was used. Sample was selected by manual simple random method. Data were collected through questionnaire that covered workers characteristics and working variables , fatigue questionnaire (SSRT trom IFRC), measurement of body height and weight, and Wet Bulb Globe Temperature Index for measuring heat stress, and noise level mesurement with Sound Level Meter by Local Health Office.
Result: The prevalence of chronic fatigue in production worker was 68.8%. The prevalence of chronic fatigue in area with heat stress >30°C was 84.0%, while in areas with heat stress S30 C it was 40.9%. Heat stress >3o°c, working period >5 years, age >30 years old and abnormal BMI were risk factors to chronic fatigue. Heat stress >30°C increases chronic fatigue risk by 40,28 times (Adj OR 40,28, 95% CI: 7,42;218,5, p = 0,000). Working period >5 years increases risk by 7,6 time (Adj OR 7,64, 95% CI: l,59;36,68, p = 0,011). Age >30 years old increases risk by 6,7 times (Adj OR 6,69, 95% CI: l,37;32,54, p = 0,019). Abnormal BM] increases risk by 4,5 times (Adj OR 4,4S, CI: 1,31;l5,l8, p = 0,017).
Conclusion: The overall chronic fatigue prevalence was 68.8%. Heat stress >30°C, Working period >5 years, age >30 years old and abnormal BMI were related with chronic fatigue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T29203
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rizkon Nurhasanah
"Kombinasi dari faktor lingkungan kerja, faktor pekerjaan, faktor pakaian, serta faktor karakteristik individu dapat menyebabkan tekanan panas (heat stress) bagi pekerja water blasting dan AFR di area preheater industri semen PT.X. Tekanan panas memiliki potensi untuk menyebabkan gangguan kesehatan (heat related disorders) yang diawali respon fisiologis tubuh (heat strain) berupa gejala yang dirasakan secara subjektif oleh responden. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross-sectional.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 24 pekerja (100%) water blasting dan 19 pekerja AFR (52,8%) mengalami tekanan panas. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 7 keluhan yang dirasakan oleh >50% responden yaitu banyak mengeluarkan keringat (100%), merasa cepat haus (100%), kulit terasa panas (83,3%), merasa cepat lelah (66,7%), lemas (66,7%), tidak nyaman (65%), dan merasa pusing atau berkunang-kunang (51,7%). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pengendalian baik secara teknis, administratif, maupun personal untuk meminimalisasi keluhan dan risiko kesehatan akibat tekanan panas.

The combination of environment and work factor, clothing, and individual's characteristic could generate heat stress for water blasting and AFR workers at preheater industry cement PT.X. Heat stress has the potential to cause heat related disorders which started with physiological responses (heat strain) manifested in workers`s subjective complaints. This study used observational method with cross sectional study design.
This study showed that 24 water blasting workers (100%) and 19 AFR workers (52,8%) experienced heat stress. The study also showed that seven complaints felt by >50% are sweating (100%), feeling thirsty gradually (100%), skin feels hot (83,3%), feeling tired (66,7%), limp (66,7%), feel uncomfortable while working (65%) and dizziness (51,7%). Therefore, effort such as engineering control, administrative control, and personal protective equipment are needed to minimize the subjective complaints and adverse health effect of heat stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ovitya Nivo Firdareza
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan intensitas kebisingan dengan tekanan darah pekerja konstruksi di proyek A PT. X tahun 2022 dengan adanya variabel-variabel confounding berupa karakteristik pekerja (usia, riwayat keturunan, masa kerja, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan stress) dan perilaku pekerja (kebiasaan merokok, konsumsi garam, dan penggunaan APD). Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 175 orang pekerja. Data intensitas kebisingan didapatkan dari pengukuran langsung menggunakan sound level meter. Data tekanan darah didapatkan dengan mengunakan data primer menggunakan tensimeter digital. Berdasarkan uji chi-square, terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah pekerja (P-value = 0,001 OR = 5,772 ). Variabel lain yang diamati tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tekanan darah.

This study aims to analyze the relationship between noise intensity and blood pressure of construction workers in project A PT. X in 2022 with confounding variables in the form of worker characteristics (age, hereditary history, years of service, Body Mass Index (BMI), and stress) and worker behavior (smoking behavior, salt consumption, and use of PPE). The study used quantitative research methods with a cross-sectional study design. The number of samples in this study were 175 workers. Noise intensity data obtained from direct measurements using a sound level meter. Blood pressure data was obtained using primary data using a digital sphygmomanometer. Based on the chi-square test, there is a significant relationship between noise intensity and worker’s blood pressure (P-value = 0.001 OR = 5.772 ). Other variables observed did not show a significant relationship with blood pressure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cheryl Khairunnisa Miyanda
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat kebisingan di lingkungan kerja, faktor karakteristik pekerja (umur, masa kerja, durasi kerja, riwayat keturunan, dan IMT), serta perilaku pekerja (pemakaian APT, perilaku merokok, dan aktivitas fisik) dengan tekanan darah pada pekerja di Unit Utilities dan Oil Movement PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectioal. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 72 pekerja pada unit Utilities dan Oil Movement. Data kebisingan didapatkan dari pengukuran langsung menggunakan sound level meter. Data tekanan darah pekerja didapatkan melalui pengukuran langsung menggunakan sphymomanometer digital. Berdasarkan uji chi-square, terdapat hubungan yang signifikan antara kebisingan > 85 dBA dengan tekanan darah tinggi pada pekerja (p-value=0,011, OR=4,474). Terdapat pula hubungan yang signifikan antara variabel umur (pvalue=0,001, OR=7,048), masa kerja (p-value=0,019, OR=6,650), durasi kerja (p-value=0,012, OR=4,250), riwayat keturunan (p-value=0,021, OR=4,607), indeks masa tubuh (p-value=0,002, OR=5,714), penggunaan APT (p-value=0,011, OR=0,208) dan aktivitas fisik (p-value=0,004, OR=6.333). Sedangkan variabel merokok tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tekanan darah pekerja (p-value=0,660, OR=1,477).

This study aims to analyze the relationship of noise levels in the work environment, factors of worker characteristics (age, length of work, duration of work, hereditary history, and BMI), worker behavior (use of PPE, smoking behavior, and physical activity) with blood pressure on workers in Utilities and Oil Movement Units of PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan in 2020. This study uses quantitative research methods with cross sectional study design. The number of samples of this study are 72 workers in the Utilities and Oil Movement Units. Data of noise is obtained from direct measurements using a sound level meter. Data of worker blood pressure is obtained through direct measurements using a digital sphymomanometer. Based on the chi-square test, there was a significant relationship between noise > 85 dBA and high blood pressure in workers (p-value = 0.011, OR = 4.474). There is also a significant relationship between age variables (p-value = 0.001, OR = 7.048), years of service (p-value = 0.019, OR = 6.650), duration of work (p-value = 0.012, OR = 4,250), hereditary history (pvalue = 0.021, OR = 4.607), body mass index (p-value = 0.002, OR = 5.714), use of PPE (p-value = 0.011, OR = 0.208) and physical activity (p-value = 0.004, OR = 6,333). While the smoking variable does not have a significant relationship with workers' blood pressure (p-value = 0.660, OR = 1.477).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meriza Wulandari
"Tekanan panas di tambang bawah tanah PT Cibaliung Sumberdaya terjadi karena kombinasi dari temperatur lingkungan kerja, panas metabolik tubuh, pakaian kerja, dan karakteristik pekerja. Tekanan panas dapat menimbulkan berbagai keluhan kesehatan yang dirasakan secara subjektif oleh pekerja. Penelitian dilakukan pada 52 pekerja dengan desain studi cross-sectional. Dari 9 titik pengukuran di underground menunjukkan indeks WBGT indoor berkisar antara 29,1°C hingga 35,5°C. Setelah dilakukan analisis berdasarkan Permenkes No. 70 Tahun 2016, didapatkan hasil bahwa dari 52 responden, terdapat 48 responden 92,3 mengalami tekanan panas. Sebanyak 50 responden 96,2 merasa temperatur lingkungan kerja mereka panas dan 46 responden 88,5 merasa tidak nyaman dengan kondisi panas tersebut. Seluruh responden menyatakan pernah mengalami keluhan subjektif akibat pajanan tekanan panas dengan frekuensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan berbagai upaya pengendalian tekanan panas untuk meminimalisasi risiko keluhan kesehatan yang dirasakan pekerja.

Heat stress in underground mining at PT Cibaliung Sumberdaya happens because of combination of workplace temperature, body metabolic heat, clothing, and workers rsquo characteristics. Heat stress can cause various health complaints that perceived by workers. This study performed on 52 workers using cross sectional study design. The measurement result of 9 points in underground showed that WBGT indoor index range from 29,1°C until 35,5°C. After analyzing based on Permenkes No. 70 Tahun 2016, the result showed that from 52 respondents, there are 48 respondents 92,3 experiencing heat stress. Besides that, 50 out of 52 respondents 96.2 feel that their workplace temperature is hot and 46 respondents 88.5 feel uncomfortable with that hot conditions. All respondents claimed experiencing subjective complaints due to heat stress exposure with different frequencies. Therefore, company needs to undertake various efforts of heat stress control and prevention to minimize the risk of health complaints that perceived by workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldy Dharma Putra
"Industri manufaktur telah banyak menggunakan mesin dan peralatan canggih sebagai pengganti tenaga manusia. Akibatnya timbul bahaya kebisingan yang berdampak kepada emosi pekerja menjadi tidak stabil sehingga mengakibatkan stress. Stress yang cukup lama menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, sehingga memacu jantung untuk bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh dan terjadilah kenaikan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara dosis pajanan kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja di unit produksi PT. X tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Sampel penelitian ini adalah pekerja unit produksi PT. X sebanyak 60 orang. Instrumen penelitian berupa Sound Level Meter, data medical check up dan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukan didapatkan sebanyak 25% pekerja berusia lebih dari sama dengan 30 tahun memiliki tekanan darah tidak normal. Secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara usia pekerja dengan tekanan darah dengan nilai p-value=0.039.

The manufacturing industry has many uses advanced machinery and equipment as a replacement for human labor. As a result there is a danger of noise which affects the worker becomes unstable emotions that causing stress. Considerable stress causes constriction of blood vessels, those stimulate the heart to work harder to pump blood throughout the body and there was a rise in blood pressure. This study was conducted to analyze the relationship between noise dose with blood pressure on workers in the production unit of PT. X 2014. Study uses cross-sectional study design. The sample of this research is the production unit workers PT. X as many as 60 people. The research instrument is a Sound Level Meter, medical check-up of data and questionnaires. The results indicate obtained as much as 25% more than the same old worker with 30 years of having abnormal blood pressure. There is a statistically significant relationship between age workers with blood pressure with p-value = 0.039.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>