Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211895 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noerachma Indah Amalia
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja di Indonesia menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain potong lintang (cross-sectional). Data yang digunakan merupakan data SDKI Kesehatan Reproduksi Remaja Tahun 2017 dengan sampel sebanyak 22.986 remaja belum menikah usia 15-24 tahun yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Sebanyak 6,5% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Hasil penelitian multivariat menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status ekonomi keluarga, daerah tempat, sikap terhadap hubungan seksual pranikah, pengaruh teman, pengalaman konsumsi alkohol, perilaku pacaran berisiko, dan perilaku merokok berhubungan signifikan dengan perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja di Indonesia. Faktor paling dominan adalah perilaku pacaran berisiko, yaitu dengan nilai p = 0,000 dan aOR = 27,236 (95% CI: 19,979-37,129).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harun Al Rosyid
"Remaja merupakan fase lanjutan dari fase kanak-kanak sebelum menuju dewasa dengan pertumbuhan dan perkembangan pada aspek biologis, kognitif, psikososial, dan emosional. Pada fase tersebut, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencoba hal-hal baru termasuk terkait perilaku seksual berisiko pada remaja. Berdasarkan laporan SDKI Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) tahun 2017 bahwa remaja pria maupun wanita mencoba melakukan hubungan seksual pranikah pertama kali di usia 15-19 tahun dengan proporsi sebesar 8 persen untuk pria dan 2 persen untuk wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara pendidikan kesehatan reproduksi yang diterima pertama kali di sekolah terhadap perilaku seksual pranikah para remaja pria 15-19 tahun di Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data SDKI KRR tahun 2017 dengan jumlah total sampel sebanyak 7.345 remaja yang sudah disesuaikan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Hasil dari penelitian ini adalah tercatat sebanyak 6.966 (94.8%) remaja laki-laki usia 15-19 tahun yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah sedangkan remaja yang tidak pernah melakukan hanya sebanyak 379 (5.2%) remaja. Berdasarkan hasil bivariat didapatkan bahwa variabel pendidikan kesehatan reproduksi tentang sistem reproduksi manusia (p = 0.000), keluarga berencana (p = 0.000) dan HIV/AIDS (p = 0.002) memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual pranikah remaja. Selain itu, variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja adalah komunikasi dengan guru (p = 0.004) dan tingkat pendidikan (p = 0.000 dan 0.008). Sedangkan variabel tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang signifikan (p = 0.095).

Adolescence is an advanced phase from childhood before heading to adulthood with growth and development in biological, cognitive, psychosocial, and emotional aspects. Within the phase, adolescents have a high curiosity to try or explore new things, including risky sexual behavior in adolescents. Therefore, based on the IDHS report of 2017 on Adolescent Reproductive Health (KRR) that male and female adolescents tried to have premarital sex for the first time at the age of 15-19 years with a percentage of 8 percent for men and 2 percent for women. This study aims to determine the relationship between reproductive health education that received for the first time at school to the premarital sexual behavior of male adolescents aged 15-19 years in Indonesia. The data used in this study is IDHS data for the 2017 KRR with a total sample of 7.345 adolescents who have been adjusted by both of the inclusion and exclusion criteria of the study. This study used a cross sectional study design. The results of this study are there were 6,966 (94.8%) teenage boys aged 15-19 years who had premarital sexual intercourse, while only 379 (5.2%) teenagers who had not. Based on bivariate analysis, It was found that the variables of reproductive health education about the human reproductive system (p=0.000), family planning (p=0.000) and HIV/AIDS (p=0.002) had a significant relationship with adolescent premarital sexual behavior. In addition, variables related to adolescent premarital sexual behavior are communication with teachers (p = 0.004) and education level (p = 0.000 and 0.008). While the variable of residence did not have a significant correlation (p = 0.095)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paskalinda Maria Yosefa Bandur
"Preferensi jumlah anak ideal dan preferensi kontrasepsi remaja saat ini dapat mempengaruhi fertilitas dan pemakaian kontrasepsi dimasa yang akan datang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan preferensi jumlah anak ideal dan preferensi pemakaian kontrasepsi pada remaja usia 15-24 tahun, belum menikah di Indonesia tahun 2017 dengan menggunakan analisis data SDKI-KRR tahun 2017. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa preferensi jumlah anak ideal yaitu sebanyak 69,9% dan preferensi pemakaian kontrasepsi yaitu sebanyak 82,5%. Berdasarkan model multivariat preferensi jumlah anak ideal pada remaja dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, status ekonomi, akses intenet dan diskusi dengan teman sebaya. Pada preferensi pemakaian kontrasepsi pada remaja dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, status ekonomi, akses internet dan diskusi dengan tokoh masyarakat. Dengan demikian, diharapkan kepada pemerintah dalam pelaksanaan program remaja dapat difokuskan pada faktor-faktor tersebut.

The ideal number of child preferences and current adolescents contraceptive preferences can affect fertility and contraceptive use in the future. The purpose of this study was to determine the determination of the number of child preferences and preferences for contraceptive use in adolescents aged 15-24 years, unmarried in Indonesia in 2017, using data analysis of SDKI-KRR in 2017. The design of this study was cross sectional. The results of this study indicate that the ideal number of children preference is 69.9% and the preference for contraception use is 82.5%. Based on the multivariate model, the ideal number of children preference in adolescents is influenced by age, gender, education, knowledge about reproductive health, economic status, internet access and discussions with peers. The preference for contraception among adolescents is influenced by age, sex, education, knowledge about reproductive health, economic status, internet access and discussions with community leaders. Thus, it is expected that the government in creating and implementing youth programs can refer to these factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Amalia Rahmi
"Tingginya angka perilaku seksual pranikah pada remaja pria di Indonesia berisiko terhadap masalah kesehatan. Keluarga khususnya orangtua ikut berperan dalam upaya mencegah hubungan seksual pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran informasi kesehatan reproduksi (kespro) dari keluarga terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria umur 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakananalisis lanjut data SDKI-KRR tahun 2017 yangmenggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 7.030 remajapria yang memenuhi kriteria: remaja pria berumur 15-24 tahun dan belum kawin.Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 11% remaja pria pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan yang pernah mendapatkan informasi kespro dari keluarga hanya sebesar 19,5%.Informasi kesprodari keluarga berperan terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria di Indonesia setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan dan diskusi kespro dengan guru. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan rendah berpeluang hampir 4kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan tinggi berpeluang 3,5kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan tidak pernah berdiskusi dengan guru mengenai kesproberpeluang hampir 4 kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan pernah berdiskusi dengan guru mengenai kespro berpeluang 3,3 kaliuntuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Harapannya, BKKBN melalui program GenRe (PIK R/M, dan BKR) dapat lebih ditingkatkan pemanfaatannya oleh remaja pria dan orang tua remaja terutama ayah, sedangkan program PKPR, Kemenkes perlu lebih banyak menjangkau remaja pria di Indonesia sehingga dapat membantu penurunan angka perilaku seksual pada remaja pria di Indonesia.

The high rate of premarital sexual behavior in male adolescents in Indonesia at risk for health problems. Families, especially parents, play a role in preventing premarital sexual intercouse. This study aims to determine the role of reproductive health information from families on premarital sexual behavior of male adolescents aged 15-24 years in Indonesia. This study is a further analysis of the 2017 IDHS-KRR data using a cross sectional design with a sample of 7,030 male adolescents who meet the criteria: male adolescents aged 15-24 years and unmarried. The results showed that about 11% of male adolescents had premarital sexual intercourse, while only 19.5% had received information on health issues from their families. Reproductive health information from family contribute to adolescent premarital sexual intercouse of male adolescents in Indonesia after being controlled by the level of education and reproductive health discussions with teachers. Adolescents who do not get reproductive health information from their families and have low education are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families, while adolescents who do not get reproductive health information from their families and are highly educated are 3.5 times more likely to have premarital sexual intercouse compared adolescents who get reproductive health information from their families. Adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have never discussed with the teacher about reproductive health are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse than adolescents who get information on health care from their families, while adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have had discussions with teachers about reproductive health have the opportunity 3.3 times for having premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families. The hope is that the BKKBN through the GenRe program (PIK R / M, and BKR) can be further utilized by young men and teenage parents, especially fathers, while the PKPR program, the Ministry of Health needs to reach more young men in Indonesia so that it can help reduce the number of sexual behavior young men in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naila Syifa 'Uttami
"Perilaku seksual pranikah pada remaja wanita merupakan perilaku bermasalah yang dapat mengancam kesehatan dan kesejahteraan remaja di masa mendatang. Terlebih remaja wanita menjadi kelompok berisiko jika harus mengalami kehamilan pada usia remaja. Presentase perilaku seksual pranikah remaja wanita baik pada daerah perdesaan maupun perkotaan mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor penyebab terjadinya perilaku seksual pranikah pada remaja wanita di perdesaan dan perkotaan. Penelitian ini menggunakan sumber data dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dan dengan studi potong lintang. Populasi pada penelitian ini adalah remaja wanita usia 15-24 tahun yang belum menikah. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda usia, konsumsi alkohol, konsumsi narkoba, sikap terhadap perilaku seksual pranikah, pengetahuan kesehatan reproduksi dan pengaruh teman sebaya berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perkotaan. Sementara faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perdesaan meliputi usia, pendidikan, status ekonomi, sikap terhadap perilaku seksual pranikah, paparan media massa, perilaku merokok, konsumsi alkohol, pengalaman pacaran dan komunikasi kesehatan reproduksi dengan tenaga kesehatan. Variabel sikap terhadap perilaku seksual pranikah menjadi faktor yang berhubungan paling dominan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perkotaan maupun remaja wanita di perdesaan.

Premarital sexual behavior in female adolescent is a problematic behavior that can affect negative impact on health. Female adolescent is a risk group if they get pregnant at young age. The percentage of premarital sexual behavior among female adolescents in both rural and urban areas has increased. This study aims to determine the factors associated with premarital sexual behavior among female adolescent adolescent in rural and urban areas. This research used secondary data from Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) 2017 with cross-sectional design. The population in this study were unmarried female adolescent aged 15-24 years. Based on the results of multiple logistic regression, age, alcohol consumption, drug consumption, attitudes towards premarital sexual behavior, knowledge of reproductive health, and peer influence are related to premarital sexual behavior of adolescent girls in urban areas. Meanwhile, factors related to premarital sexual behavior of teenage girls in rural areas are age, education, economic status, attitudes towards premarital sexual behavior, exposure to mass media, smoking behavior, alcohol consumption, dating experience, and reproductive health communication with health workers. The attitude variable towards premarital sexual behavior is the most dominant factor associated with the premarital sexual behavior of female adolescents in urban and rural areas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ma`rifah
"Perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja merupakan permasalahan yang seriun dan penting untuk di perhatikan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh riwayat konsumsi alkohol terhadap perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja dengan menggunakan analisis data SDKI-KRR tahun 2017. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebesar 5.680, sample diambil berdasarkan total samping data yang masuk dalam kriteria inklusi dan eklusi penelitian.
Hasil penelitian ini menujukan bahwa distribusi frekuensi remaja yang telah melakukan hubungan seksual pranikah di Indonesia tahun 2017 sebesar 23,03% (1.308). Hasil analisis multivariat pengaruh riwayat konsumsi alkohol terhadap perilaku hubungan seksual pranikah memiliki p-value 0,000 dengan OR 2,965 CI 95% (2,329-3,774) setelah dikontrol oleh variabel umur, sikap, dan variabel interaksi riwayat konsumsi dengan umur.

Premarital sex behavior in adolescents is a serious and important problem to be approved. The purpose of this study was to study alcohol consumption research on the relationship of premarital sexual relations in adolescents using the 2017 IDHS-KRR data analysis. The research design used in this study was cross sectional with a sample of 5,680, samples taken using total data included in the criteria research inclusion and exclusion.
The results of this study address the distribution of adolescents who have premarital relationships in Indonesia in 2017 of 23,03% (1.308). The results of multivariate analysis of the efect of alcohol consumption to premarital sexual relations had a p value of 0,000 with OR 2,965 CI 95% (2,329-3,774) after being controlled by variables of age, relationship, and alcohol consumption by age.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmadini
"Menurut MDGs pengetahuan komprehensif HIV/AIDS merupakan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang terdiri dari 5 kategori. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan komprehensif HIV/AIDS dengan perilaku berisiko pada remaja belum menikah usia 15-24 tahun di Indonesia. Desain studi penelitian adalah desain cross- sectional dengan menggunakan data SDKI-KRR tahun 2012. Hasil uji penelitian ini menunjukkan persentase perilaku berisiko pada responden adalah 7,4% sedangkan persentase remaja yang mengetahui pengetahuan komprehensif adalah 27,5%. Analisis multivariabel menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan komprehensif HIV/AIDS dengan perilaku berisiko HIV pada remaja belum menikah (P = 0,359).

Comprehensive knowledge of HIV/AIDS is a knowledge about transmission and prevention of HIV/AIDS are elaborated based on 5 things, namely: HIV can be prevented by having sex only with husband/wife, do not needles sharing, using condom when having sex with risky partner, HIV can?t be spread by eating within on plate with the people effected by HIV, and HIV can?t be spread through mosquito bites. This study was conducted to know how the relationship between comprehensive knowledge of HIV/AIDS with risk behavior of HIV in unmarried adolescent age 15 ? 24 years old in Indonesia. Study design is observational study with cross-sectional design, using the Indonesia Demographic and Health Survey ? Adolescent Reproductive Health in 2012. Total respondents are 17.194 adolescents. Chi-squared test result of this study demonstrate is percentage of risky behavior unmarried adolescent was 7,4% while the percentage of comprehensive knowledge was 27,5%. Multivariate analysis showed there no significant relationship between the comprehensive knowledge of HIV/AIDS with risk behavior of HIV in unmarried adolescent (P = 0,359).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rina Sari S.
"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakanpendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional dari data Survei RencanaPembangunan Jangka Menengah 2017. Sampel adalah remaja umur 15-24 tahun diIndonesia dengan total sampel 23.821 responden. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui gambaran perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja 15-24 tahun diIndonesia dan faktor-faktor mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwasebanyak 3,7 responden mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah.Analisis Bivariat diperoleh semua faktor predisposisi berhubungan dengan perilakuhubungan seksual pranikah yaitu umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pengetahuankontrasepsi, pengetahuan KRR dan sikap penerimaan terhadap perilaku hubunganseksual pranikah , semua faktor pemungkin tidak ada yang menunjukkan hubungandengan perilaku seksual pranikah, faktor penguat yang berhubungan dengan perilakuhubungan seksual yaitu pengalaman berpacaran. Hasil analisis multivariat didapatkanbahwa variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksualpranikah adalah pengalaman berpacaran dengan OR sebesar 42,67 95 CI = 34,9152,15 .
This study is an analytical descriptive research using a quantitative approachwith Cross Sectional design that analyzes secondary data of RPJMN Survey in 15 24years old adolescents in Indonesia with a total sample of 23,821 respondents. The aimsof this study were to determine premarital sexual behavior in adolescents 15 24 years inIndonesia and influencing factors based on the data of RPJMN Survey 2017. Findingsthat 3.7 of respondents claimed to have premarital sexual intercourse. Bivariateanalysis results in all predisposing factors related to premarital sexual behavior ie age,sex, shelter, contraceptive knowledge, adolescent reproductive health knowledge andattitudes of premarital sexual behavior , all enabling factors unrelated to premaritalsexual behavior, reinforcing factors related to the behavior of sexual relations is theexperience of dating. Multivariate analysis showed that the most dominant variableassociated with premarital sexual behavior was the experience of dating with OR of42.67 95 CI 34.91 52.15 . "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmadini
"Pernikahan dini didefinisikan sebagai perkawinan seorang anak perempuan atau laki-laki sebelum usia 18 tahun. Pernikahan dini memiliki lebih banyak implikasi negatif terhadap kelangsungan hidup remaja yang mengalaminya seperti kematian ibu, kanker serviks, ketidakmampuan ibu untuk mengambil keputusan untuk kepemilikan anak/penggunaan kontasepsi dan lainnya. Usia pernikahan yang semakin dini akan berdampak pada kesehatan ibu dan anaknya, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tren dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada perempuan muda usia 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data berasal dari sata sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel penelitian ini adalah WUS berusia 15-24 tahun yang sudah menikah berjumlah 4.075 responden. Data dianalisis menggunakan regresi cox untuk mengetahui prevalensi rasio pernikahan dini dengan variabel yang di duga sebagai fakto risiko. Signifikansi dinilai dengan melihat rentang kepercayaan (confident interval/CI) 95%. Sedangkan untuk menganalisis tren digunakan data survei mulai 1987 – 2017. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa tren pernikahan dini pada WUS 15-24 tahun di Indonesia mengalami penurunan yaitu 57,8% menjadi 40,0%. Dari 4.075 WUS 15-24 tahun didapati 40,0% responden yang menikah usia <18 tahun. Responden dengan usia 15-19 tahun memiliki nilai aPR 2,10 (CI 95% : 1,88 – 2,32), Usia pertama berhubungan seksual <15 memiliki nilai aPR 1,75 (CI 95% : 1,51 – 2,02). Tingkat pendidikan sekunder (SMP-SMA) memiliki nilai aPR 5,07 (CI 95% : 3,37 – 7,64), tingkat pendidikan primer (SD) memiliki aPR 7,44 (CI 95% : 4,85 – 11,43) dan responden yang tidak sekolah memiliki aPR 6,43 (CI 95% : 3,33 – 12,43). Responden yang tidak pernah terpaparan internet memiliki aPR 1,16 (CI 95% : 1,05 – 1,30). Responden dengan perbedaan usia dengan pasangan >5 tahun memiliki aPR 1,14 (CI 95% : 1,03 – 1,26). Perbedaan tingkat pendidikan dengan pasangan yang terdiri dari pendidikan suami lebih tinggi dari istri memiliki aPR 0,71 (CI 95% : 0,58 – 0,86), tingkat pendidikan suami dan istri sama memiliki aPR 0,79 (CI 95% : 0,69 – 0,90), dan suami dan istri tidak sekolah memiliki aPR 0,76 (CI 9%% : 0,32 – 1,81). Dalam hal ini terlihat bahwa tingkat pendidikan memiliki angka tertinggi sebagai faktor risiko pernikahan dini sehingga penguatan faktor pendidikan diperlukan untuk menekan angka pernikahan dini pada wanita di Indonesia.

Early marriage is defined as the marriage of a girl or boy before the age of 18. Early marriage has more negative implications for the survival of adolescents who experience it such as maternal death, cervical cancer, the inability of the mother to make decisions about child ownership / use of contraceptives and others. An earlier marriage age will have an impact on the health of the mother and child, as well as increase morbidity and mortality. The study was conducted to look at trends and factors related to early marriage among young women aged 15-24 years in Indonesia. This study used a cross-sectional study design with data sources derived from secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey. The sample of this study was female women aged 15-24 who were married with 4,075 respondents. Data analysis used cox regression to see the ratio of the ratio of early marriage to the variables suspected of being risk factors. Significance can be seen by looking at the 95% confidence range (CI). Whereas to analyze the trends used survey data from 1987 - 2017. The results of the study note that the trend of early marriage on WUS 15-24 years in Indonesia decreased by 57.8% to 40.0%. Of the 4,075 WUS 15-24 years, it was found that 40.0% of respondents were married aged <18 years. Respondents aged 15-19 years have aPR were of 2.10 (95% CI: 1.88 - 2.32), first age having sex <15 with aPR were of 1.75 (95% CI: 1.51-2, 02). Secondary education level (SMP-SMA) has aPR were 5.07 (95% CI: 3.37 - 7.64), primary level education (SD) with aPR 7.44 (95% CI: 4.85 - 11, 43) and respondents who do not go to school have aPR 6.43 (95% CI: 3.33 - 12.43). Respondents who have never been exposed to the internet have aPR 1.16 (95% CI: 1.05 - 1.30). Respondents aged> 5 years had aPR 1.14 (95% CI: 1.03 - 1.26). The difference in education level with partners consisting of husband / wife who has PR 0.71 (95% CI: 0.58 - 0.86), the education level of the couple and wife has aPR of 0.79 (95% CI: 0.69 - 0 , 90), and husbands and schools do not have aPR 0.76 (9% CI%: 0.32 - 1.81). It is seen that the level of education has the highest number as the risk of early marriage so an increase in educational factors is needed to reduce the number of early marriages for women in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfathny Pertiwi
"Besarnya jumlah populasi remaja yang ada tentunya akan membawa konsekuensi pada berbagai masalah sosial dan kesehatan reproduksi remaja termasuk di dalamnya masalah perilaku seksual remaja. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pranikah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMKN X Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer pada 158 remaja di SMKN X Tahun 2018.
Hasil menunjukkan bahwa proporsi perilaku seksual berisiko pada remaja SMKN X adalah 22,8 dengan jenis kelamin responden terbanyak yaitu laki-laki sebanyak 50.6, remaja berpengetahuan rendah sebanyak 76.6, remaja dengan sikap positif 58.2, remaja dengan orangtua bekerja sebanyak 84.2, remaja dengan uang saku cukup 50.6, remaja yang menganggap teman sebaya tidak berperan terhadap perilaku seksual sebanyak 51.3, dan remaja yang terpapar pornografi sebanyak 93.
Berdasarkan analisis bivariat, dapat diketahui dari faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku seksual remaja adalah jenis kelamin laki-laki p Value= 0.045; PR= 2.36; 95 CI= 11.1-5.14, dan peranan teman sebaya p Value= 0.03; PR=3.62; 95 CI=3.62 1.6-8.1.

The large number of adolescent populations will certainly bring consequences on various social and reproductive health issues of adolescents including adolescent sexual behavior issues. This thesis aims to know the description of premarital sexual behavior and factors related to premarital sexual behavior in students of SMKN X Year 2018. This study used a cross sectional study design using primary data on 158 adolescents in SMKN X Year 2018.
The results show that the proportion of risky sexual behavior in adolescent SMKN X is 22,8 with the most respondent 39 s gender is male 50.6, respondents with low knowledge of 76.6, adolescent with positive attitude 58.2, adolescent with working parents 84.2, adolescent with enough pocket money 50.6, adolescents who consider peers do not contribute to sexual behavior as much as 51.3, and adolescents exposed to pornography as much as 93.
Based on bivariate analysis, it can be seen from factors that have significant relationship with teen sexual behavior is gender p Value 0.045, PR 2.36, 95 CI 11.1 5.14, and peer role p Value 0.03 PR 3.62 95 CI 3.62 1.6 8.1.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>