Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86343 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adila Kestibawani
"Metode pengeringan beku digunakan untuk menyiapkan matriks kitosan-xanthan gum bermuatan ekstrak kunyit, kulit manggis, dan jahe untuk pemberian oral. Metode ini dapat meminimalisir kehilangan senyawa bioaktif selama persiapan dan dapat memberikan yield dan pemuatan yang tinggi. Kurkumin pada kunyit, α-mangostin pada kulit manggis, dan 6-gingerol pada jahe termasuk kedalam senyawa fenolik, maka dari itu memiliki aktivitas antioksidan yang bermanfaat bagi Kesehatan manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi suplemen dengan pelepasan lambat sampai ke daerah usus halus, dimana penyerapan senyawa bioaktif dapat terjadi secara maksimal. Teknik enkapsulasi digunakan untuk melindungi ekstrak senyawa bioaktif dilepaskan didaerah yang ditargetkan. Teknik enkapsulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah pembentukan kompleks polielektrolit. Kitosan dipilih sebagai drug carrier karena memiliki sifat biodegradabel, biokompatibel, non-toksik dan mukoadesif, namun mudah larut pada kondisi asam. Xanthan gum (XG) digunakan sebagai polimer aditif karena dapat melindungi kitosan dalam suasana asam. Seluruh formulasi memiliki yield diatas 90% dan pemuatan sekitar 12% (ekstrak kunyit), 1% (ekstrak jahe), dan 8% (ekstrak kulit manggis). Penambahan XG dapat membuat pelepasan senyawa bioaktif menjadi lebih lambat. Formulasi dengan 0,1XG merupakan yang paling baik untuk dijadikan suplemen antioksidan, karena dapat menahan pelepasan pada medium SGF dan paling banyak melepas senyawa bioaktif di SIF.

Freeze drying method is used to prepare the chitosan-xanthan gum (XG) matrices containing turmeric, mangosteen peel, and ginger extracts for oral administration. This method can minimize loss of bioactive compounds (BC) during preparation and provide high yield and loading. Curcumin in turmeric, α-mangostin in mangosteen peel, and 6-gingerol in ginger are phenolic compounds that have antioxidant activity which is beneficial to human health. The purpose of this study is to obtain extended release supplement formulations for small intestine, where absorption of BC can occur optimally. Encapsulation techniques can protect the BC to be released in targeted area, encapsulation technique used in this study is the formation of polyelectrolyte complex. Chitosan chosen as a drug carrier, because its biodegradable, biocompatible, non-toxic and mucoadesive properties, but dissolved under acidic conditions. XG is used as an additive polymer because it can protect chitosan at acidic condition. All formulations have yields above 90% and loading around 12% (turmeric), 1% (ginger), and 8% (mangosteen peel). The addition of XG can extend the release of BC. Formulation with 0.1XG is the best to be used as an antioxidant supplement, because it sustained the release in SGF Medium and releases the most bioactive compounds in SIF."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Octafiona Darussalam
"Ekstrak kunyit, kulit manggis, dan jahe mengandung senyawa fenolik yaitu kurkumin, α-mangostin, dan 6-gingerol yang memiliki aktivitas antioksidan. Ketiga senyawa bioaktif tersebut dapat dijadikan suplemen antioksidan untuk kesehatan, namun senyawa-senyawa ini sangat rentan terhadap kondisi lingkungan pencernaan sehingga mudah terdegradasi sebelum diserap oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi mikropartikel kitosan-gum arab-ekstrak agar dapat lepas secara lambat pada daerah usus halus. Enkapsulasi senyawa bioaktif dilakukan dengan pembentukan kompleks polielektrolit kitosan-gum arab. Kitosan digunakan sebagai carrier karena bersifat biodegradabel, biokompatibel, non-toksik, dan mukoadhesif. Namun, kitosan mudah larut dalam asam sehingga diperlukan penambahan gum arab sebagai polimer aditif untuk melindungi kitosan dalam suasana asam. Metode pengeringan beku digunakan untuk preparasi mikropartikel kitosan-gum arab yang dimuati ketiga ekstrak karena dapat meminimalisir kehilangan senyawa bioaktif selama proses preparasi dan diharapkan memberikan yield dan pemuatan yang tinggi. Seluruh formulasi menghasilkan yield di atas 90% dan memiliki pemuatan sekitar 12% (ekstrak kunyit), 8% (ekstrak kulit manggis), dan 1% (ekstrak jahe). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gum arab memiliki dampak yang signifikan dalam menahan pelepasan senyawa bioaktif sehingga didapatkan profil extended release. Berdasarkan hasil uji pelepasan secara in-vitro, formulasi dengan komposisi 0,1 gram gum arab terbukti dapat dijadikan sediaan guna penghantaran bertarget usus halus.

Turmeric, mangosteen peel, and ginger extracts contain substances such as curcumin, α-mangostin, and 6-gingerol which can be used as an antioxidant supplements, but they are very susceptible to the digestive environment and easily degraded before being absorbed by the body. This research aims to obtain a formulation of chitosan-arabic gum microparticles loaded bioactive compounds so that it could be released in small intestine. Encapsulation of the bioactive compounds was carried out by chitosan-arabic gum polyelectrolyte complex. Chitosan is used as a carrier because it has biodegradable, biocompatible, non-toxic, and mucoadhesive properties. However, chitosan is easily dissolved in acidic conditions so arabic gum is needed to protect chitosan under acidic environment. The preparation used freeze-drying method because it can minimizes the loss of bioactive compounds during preparation and it is also expected to provide high yields and loading. All formulations resulted yields percentage above 90% and loading capacity around 12% (turmeric extract), 8% (mangosteen peel extract), and 1% (ginger extract). The results showed that arabic gum had an important significant in the release of bioactive compounds to obtain extended release profile. Based on the in-vitro release test, formulation with 0.1 gram arabic gum can be regarded as a promising candidate for intestinal targeted drug delivery.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Dwi Alfahri
"Pola hidup yang praktis dan instan memiliki dampak negatif untuk kesehatan karena peningkatan radikal bebas dalam tubuh. Suplemen antioksidan diperlukan untuk menangkal radikal bebas pada tubuh. Ekstrak Rimpang kunyit (Curcuma longa), jahe (Zingiber Officinale), dan kulit manggis (Gracinia mangostana L.) telah terbukti kaya akan antioksidan dalam senyawa bioaktif yang dikandungnya. Teknik enkapsulasi digunakan untuk melindungi senyawa bioaktif agar stabil dan tidak terdegradasi pada kondisi keasaman pencernaan untuk penghantaran senyawa bioaktif secara oral. Kitosan-pektin digunakan sebagai enkapsulan karena aman dikonsumsi dan stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi matriks kitosan-pektin optimal dengan metode pengeringan beku yang dimuati senyawa bioaktif (curcumin, 6-gingerol, dan α-mangostin) untuk pelepasan usus halus. Hasil penelitian didapatkan nilai yield relatif tinggi dengan metode pengeringan beku. Pengujian pelepasan senyawa bioaktif penambahan pektin berhasil menahan pelepasan senyawa bioaktif pada kondisi asam. Matriks kitosan:pektin rasio 1:0,3 tiap jenis ekstrak melepaskan senyawa bioaktif paling optimal pada kondisi SIF. Matriks kitosan:pektin rasio 1:0,5 memiliki profil pelepasan rilis tertinggi pada kondisi SCF. Hasil pengamatan uji pelepasan in vitro menunjukan matriks kitosan-pektin menghasilkan profil pelepasan terkendali yang bagus dan memiliki potensi digunakan sebagai suplemen ekstrak rimpang kunyit, jahe dan kulit manggis dengan target sistem pencernaan.

Habit of instant living have a negative impact on health causing variety of diseases due to an increase free radicals in the body. Antioxidant supplements are needed to ward off free radicals in the body. Curcuma longa, Zingiber Officinale, and Gracinia mangostana extracts have been shown rich antioxidants in the bioactive mixture. Encapsulation techniques are used to protect bioactive compounds that make bioactive compound more stable and not degraded under acid digestive conditions for oral delivery. Chitosan-pectin is used as an encapsulant because stable and safe for consumption. This study aims to obtain optimal formulation of chitosan-pectin matrix with freeze drying method loaded with bioactive compounds (curcumin, 6-gingerol, and α-mangostin) for small intestinal release. The research results obtained relatively high yield values ​​with freeze drying method. Testing the release of bioactive compounds successfully released bioactive compounds in acidic conditions. Chitosan: pectin matrix ration of 1: 0.3 for each type of extract releases are the most optimal bioactive under SIF conditions. Chitosan:pectin matrix 1: 0.5 ratio has highest release profile under SCF conditions. The results of observations in vitro release test showed that the chitosan-pectin matrix showing good results of the controlled release profile.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fauzia
"Matriks kitosan telah disiapkan sebagai pengantar senyawa asetogenin dari daun sirsak (Annona muricata L.) untuk alternatif obat antikanker berbasis bahan alam. Matriks dipreparasi dengan mengeringkan secara beku larutan kitosan murni dan fraksi metanol ekstrak daun sirsak. Matriks kitosan-asetogenin yang diperoleh tidak menunjukkan terjadinya separasi fasa, mengindikasikan bahwa seluruh asetogenin terjerat dalam matriks kitosan. Profil pelepasan asetogenin dari matriks pada berbagai kondisi sistem pencernaan kemudian dievaluasi. Kondisi sistem pencernaan disimulasikan secara in vitro pada media fluida sintetik berbagai pH dan penambahan enzim.
Pengujian pelepasan dilakukan paralel pada setiap jam hingga jam ke 8 dan ke 24. Teramati suatu pelepasan terkendali asetogenin melalui pola sustained release yang mirip setelah jam pertama pada seluruh media. Pelepasan maksimum diperoleh pada media pH 1,2, serta pelepasan media pH 6,8 lebih tinggi dibandingkan dengan pH 7,4. Terdapat indikasi pelepasan yang lebih baik dari matriks pada media pH 6,8 dengan keberadaan enzim, sehingga matriks berpotensi dikembangkan lebih jauh untuk pengantar target kolon.

Chitosan-based matrices have been developed for delivery of acetogenins from soursop leaves (Annona muricata L.) as alternative natural-based anticancer drug. Matrices have been prepared through freeze drying process of pure chitosan and methanol fraction of soursop leaves extract solution. Freeze-dried system was obtained as single solid phase, indicating optimum acetogenins entrapment in chitosan matrices. Release behavior of acetogenins from matrices on gastrointestinal condition then being evaluated.
In vitro release study has been carried out separately in simulated gastrointestinal fluid at different pH and enzyme activities for 8 and then 24 hour. The controlled release behavior was obtained as similar sustained release trend in all simulated fluids. Maximum release was obtained at pH 1.2; while the release at pH 6.8 is higher than at pH 7.4. Furthermore, matrices have shown potent higher release at pH 6.8 with enzyme activity and were potential to be developed for colon-targeted delivery.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicki Rachman
"Metode pengeringan beku atau liofilisasi, digunakan dalam preparasi matriks kitosan-alginat yang dimuati oleh ekstrak kulit manggis untuk sediaan oral. Metode ini tidak melibatkan proses pencucian dan pemanasan. Oleh karena itu, cocok untuk enkapsulasi senyawa bioaktif sensitif sejenis xanthone. Metode pengeringan beku juga dapat menghasilkan matriks dengan pemuatan yang cukup tinggi, serta dengan komposisi yang tepat dari biopolimer dapat mencapai pelepasan yang ditargetkan, misalnya di usus besar. Beberapa variasi komposisi kitosan dan alginat telah digunakan dalam preparasi sistem sediaan obat secara oral. Mangostin, yang merupakan senyawa turunan xanthone dalam ekstrak manggis, dikenal karena aktivitas antioksidan yang tinggi dan dapat menghambat proliferasi kanker usus besar. Scanning electron microscopy, spektroskopi inframerah, dan spektroskopi ultra violet, telah digunakan untuk mengkarakterisasi matriks dan mangostin yang dilepaskan. Pelepasan mangostin dari matriks dalam cairan sintetis gastrointestinal diteliti untuk menetapkan pengaruh komposisi alginat chitosan pada profil pelepasan mangostin. Pengurangan rasio berat kitosan terhadap alginat meningkatkan interaksi matriks-mangostin, yang ditunjukkan dengan rendahnya akumulasi pelepasan mangostin dalam simulasi cairan asam lambung. Pengamatan uji pelepasan in-vitro menggunakan cairan gastrointestinal menunjukkan bahwa matriks kitosan-alginat dapat digunakan untuk menghantarkan pelepasan mangostin ke target. Dengan demikian, metode pengeringan beku memungkinkan pemuatan mangostin yang tinggi dalam matriks kitosan-alginat.

Lyophilisation method was selected for preparing chitosan alginate matrices loaded with the extract of mangosteen pericarp for oral administration. This method does not involve washing and heating processes, and therefore, suitable for the encapsulation of sensitive bioactives such as xanthones. Freeze drying also facilitates a high bioactives loading, and with a proper composition of biopolymers could achieve targeted release in the colon. Various composition of chitosan and alginate have been used in the preparation of the oral delivery system. Mangostins, xanthones in the mangosteen pericarp extract, are known for their high antioxidant activity and that can inhibit the proliferation of colon cancer. Scanning electron microscopy, infrared spectroscopy, and ultra violet spectroscopy, have been used to characterize the matrices and the mangostins released. The release of mangostins from the matrices in the simulated gastrointestinal fluids was studied in order to establish the influence of chitosan alginate composition on the mangostins profile release. Decreasing chitosan to alginate weight ratio increased the matrix mangostins interactions, which is shown with the low accumulated release of mangostins in acidic simulated gastric fluids. The in vitro release study using gastrointestinal fluids indicated that the matrices of chitosan alginate can be used to facilitate the targeted release of mangostins. Furthermore, freeze drying method allows the high loading of mangostins in the matrices of chitosan alginate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashilla Safiya
"Metode pengering beku dilakukan untuk preparasi matriks kitosan-alginat yang dimuati ekstrak oleoresin dari jahe merah untuk administrasi oral. Metode ini memiliki keuntungan dimana hilang nya zat aktif dalam proses preparasi dapat diminimalisir serta dapat menghasilkan persentase yield dan loading yang tinggi. Jahe telah diteliti mempunyai peran dalam pengobatan kanker, termasuk kanker kolom. Komponen [6]-gingerol dalam jahe telah diidentifikasi mempunyai peran dalam penekanan terhadap proses transformasi, hiperproliferasi, dan inflamasi di tahapan karsinogenesis, angiogenesis, serta metastasis. Scanning Electron Microscopy, X-Ray Diffraction, dan Infrared Spectroscopy digunakan untuk mengkarakterisasi matriks.
Simulasi pelepasan obat in vitro juga dilakukan dalam simulated gastrointestinal fluids yang menghasilkan profil rilis untuk mempelajari efek komposisi kitosan-alginat terhadap rilis dari oleoresin. Alginate terbukti dapat menahan pelepasan oleoresin pada 2 jam pertama. Komposisi rasio kitosan:alginat terbaik yang didapatkan adalah 1:0.5. Profil rilis dari matriks mengindikasi adanya potensi matriks dapat menjadi sistem penghantar obat terkendali dengan kolon sebagai target hantaran dan metode pengeringan beku telah terbukti untuk menghasilkan persentase yield dan loading yang tinggi.

Freeze drying method was used for preparing chitosan alginate matrices loaded with oleoresin extract of red ginger for oral administration. This method has the benefit of minimalizing the loss of active substance during preparation and was also expected to give a high yield and loading result. Ginger has been researched to act as an active substance in the treatment of cancer, including colon cancer. The 6 gingerol content of ginger has been identified to have a role in suppression of transformation, hyperproliferation and inflammation process in carcinogenesis, angiogenesis, and metastasis steps. Scanning Electron Microscopy, X Ray Diffraction, and Infrared Spectroscopy was used to characterize the matrices.
An in vitro drug release simulation was done in simulated gastrointestinal fluids to obtain profile release in order to study the effect of chitosan alginate composition towards oleoresin release. Alginate was able to suppress the release of oleoresin in the first 2 hours. The best composition of chitosan to alginate ratio in matrix obtained was 1 0.5. The release profile obtained indicates the potential of these matrices being used as a controlled drug carrier for colon targeted delivery and freeze drying method was also proven to produce high yield and loading percentage of matrix. Controlled Release of Drugs, Ginger Oleoresin, Chitosan, Alginate, Colon Cancer, Matrix, Freeze Drying
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Billy Chandra
"Fraksi diklorometana ekstrak metanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) memiliki kandungan xanton (α- mangostin) yang mempunyai aktivitas antioksidan. Fraksi diklorometana diformulasikan menjadi nanoemulsi gel dengan konsentrasi, yaitu 0,5%, 1,0%, dan 1,5%. Penelitian ini bertujuan untuk membuat nanoemulsi gel yang jernih, menguji stabilitas fisiknya, dan menentukan nilai inhibisi radikal bebas (IC50) dari sediaan nanoemulsi gel tersebut. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan penyimpanan pada suhu kamar (28 ± 20C), suhu tinggi (40±20C), suhu rendah (50C), uji cycling test, dan uji sentrifugasi. Parameter yang diamati adalah organoleptis, pH, viskositas, dan tegangan antar permukaan. Efektivitas nanoemulsi gel ditentukan melalui perhitungan nilai inhibisi (IC50) melalui uji peredaman radikal bebas DPPH.
Dari hasil pembuatan diperoleh nanoemulsi gel mengandung fraksi diklorometana ekstrak kulit buah manggis yang jernih, memiliki ukuran partikel rata-rata sebesar 0,44602 μm, tidak terjadi pemisahan fase, dan homogen secara fisik. Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan ketiga sediaan nanoemulsi gel stabil pada penyimpanan suhu kamar dan suhu rendah. Nilai inhibisi (IC50) sebesar 21.249 ppm menunjukkan bahwa nanoemulsi gel fraksi diklorometana ekstrak kulit buah manggis konsentrasi 0,15% memiliki aktivitas antioksidan terbesar dibanding formula lainnya.

Dichloromethane fraction of methanol extract of mangosteen peel (Garcinia mangostana L.) contains xanthon (α-mangostin) which have antioxidant activity. Dichloromethane fraction was formulated into a nanoemulsions gel with concentration, ie 0.5%, 1.0%, and 1.5%. The aim of this study is to make clear gel nanoemulsions, physical stability test, and determine the value of the free radical inhibition (IC50) of nanoemulsions gel. Physical stability test was performed by storage at room temperature (28 ± 20C), high temperature (40 ± 20C), low temperature (4±20C), cycling test, and centrifugation test. The parameters that were measured organoleptic, pH, viscosity, and surface tension. The effectiveness of this nanoemulsion gel is determined by calculating the inhibition value (IC50) of nanoemulsion gel through free radical DPPH reduction test.
The result showed that nanoemulsion gel containing mangosteen peel extract dichloromethane fraction is clear, there is no phase separation, and physically homogeneous. The test results showed that the three physical stability nanoemulsions gel was stable at room temperature storage (28 ± 20C) and low temperature (4±20C). The inhibition value (IC50) showed that the fraction of dichloromethane nanoemulsion gel mangosteen peel extract has antioxidant activity.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Rafi Narawangsa
"Pada penelitian ini, dilakukan optimasi pada metode ultrasonic-assisted extraction (UAE) untuk meningkatkan yield ekstrak kurkuminoid dari kunyit, temulawak, dan jahe. Selain itu, metode sokletasi juga dilakukan sebagai pembanding. Hasil dari metode UAE yang sudah dioptimasi lalu dibandingkan metode sokletasi yang sudah dilakukan. Optimasi dilakukan dengan membuat beberapa variasi: kandungan air pada pelarut, solid loading, suhu, dan waktu ekstraksi. Hasil yield kurkuminoid kemudian dihitung dengan menggunakan kurva standar kurkumin yang telah dibuat dengan bantuan alat spektrofotometer UV-Vis. Didapatkan hasil tertinggi untuk hasil ekstrak kunyit sebanyak 84,325 mg/g (8,43% b/b), yang didapatkan pada kondisi operasi: kandungan air 20%, solid loading 4%, suhu 55oC, dan waktu 40 menit. Hasil ini sedikit lebih rendah dari hasil sokletasi, yaitu 88,476 mg/g (8,8% b/b). Untuk hasil ekstrak temulawak dan jahe, didapatkan yield sebanyak 2,056 mg/g dan 0,21 mg/g, secara berurutan. Selain itu, dilakukan separasi ekstrak kurkuminoid dari senyawa pengotor dan kristalisasi untuk meningkatkan konsentrasi ekstrak kurkuminoid. Separasi pada kunyit meningkatkan konsentrasi ekstrak kurkuminoid sebanyak 1,36%, sedangkan proses kristalisasi meningkatkan konsentrasi ekstrak sebesar 2,9%. Meskipun begitu, kedua metode tersebut menyebabkan penurunan konsentrasi kurkuminoid pada temulawak dan jahe sebanyak 85,88% dan 67,36%, secara berurutan. Setelah itu, model kinetik ekstraksi dibuat berdasarkan model Peleg dan persamaan transfer massa.

In this study, the ultrasonic-assisted extraction (UAE) method was optimized to increase the yield of curcuminoid extracts from turmeric, Javanese turmeric, and ginger. In addition, the soxhletation method was also carried out as a comparison. The result of the optimized UAE method is then compared to the soxhletation method that has been carried out. Optimization is done by making several variations: water content in the solvent, solid loading, temperature, and extraction time. The yield of curcuminoids was then calculated using a standard curve of curcumin that had been made using a UV-Vis spectrophotometer. The highest curcuminoid extract yield obtained from turmeric was 84,325 mg/g (8,43% w/w), which was obtained under operating conditions: 20% water content, 4% solid loading, temperature of 55oC, 40 minutes extraction time. This result was slightly lower than the soxhletation result, which was 88,476 mg/g (8,8% w/w). For the curcuminoid extracts obtained from Javanese turmeric and ginger, the yields were 2,056 mg/g and 0,21 mg/g, respectively. In addition, the curcuminoid extract was separated from impurities and crystallized to increase the concentration of the curcuminoid extract. The separation of turmeric increased the concentration of the curcuminoid extract by 1,36%, while the recrystallization process increased the concentration of the extract by 2,9%. However, both methods caused a decrease in the concentration of curcuminoids in Javanese turmeric and ginger by 85,88% and 67,36%, respectively. After that, the extraction kinetic model was made based on the Peleg model and the mass transfer equation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eldwin Suwandy
"Riset pencarian senyawa bioaktif yang memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim elastase dan antioksidan dalam menunda proses penuaan pada kulit terus diupayakan agar dapat dikembangkan menjadi kandidat agen anti-aging yang potensial. Tanaman mabolo (Diospyros blancoi A. DC.) merupakan tanaman asli Indonesia yang belum banyak dieksplorasi pemanfaatannya baik secara tradisional maupun ilmiah sebagai anti-aging. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa bioaktif dari ekstrak metanol daun (EDM) atau ekstrak metanol kulit batang (EKM) tanaman mabolo yang memiliki aktivitas anti-elastase dan antioksidan teraktif. Ekstraksi daun dan kulit batang dengan pelarut metanol mengggunakan ultrasound assisted-extraction (UAE). Aktivitas anti-elastase dan antioksidan dari tiap ekstrak, fraksi, subfraksi, dan isolat dievaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EKM memiliki aktivitas anti-elastase dan antioksidan lebih kuat dibanding EDM meskipun keduanya memiliki aktivitas yang sangat kuat dibawah 50 µg/mL. EKM sebagai ekstrak teraktif dilanjutkan fraksinasi padat-cair dan menghasilkan fraksi etil asetat kulit batang mabolo (FEKM) yang memiliki aktivitas anti-elastase dan antioksidan paling kuat dibandingkan dengan fraksi metanol kulit batang mabolo (FMKM) maupun fraksi heksan kulit batang mabolo (FHKM). FEKM sebagai fraksi teraktif difraksinasi lebih lanjut dengan kromatografi kolom menghasilkan 16 subfraksi etil asetat kulit batang mabolo (SEKM A-SEKM P). Hasil identifikasi isolat melalui FTIR dan NMR dibandingkan terhadap literatur. Isolat DB1 yang diperoleh dari isolasi SEKM N diduga asam galat, sedangkan isolat DB2 yang diperoleh dari isolasi SEKM L dan SEKM N diduga asam betulinat. Aktivitas anti-elastase isolat DB2 [IC50 = 8,62 µg/mL (18,88 µM)] lebih kuat dibanding DB1 (IC50 = 93,35 µg/mL (548,70 µM)]. Akan tetapi, aktivitas antioksidan isolat DB1 lebih kuat dibanding isolat DB2. Sementara itu, aktvitas antielastase isolat DB2 menunjukkan jenis inhibisi unkompetitif secara in vitro. Hasil interaksi secara in silico diprediksi isolat DB2 menghambat bukan pada sisi aktif enzim elastase (1B0F) dengan energi bebas ikatan sebesar -5,85 kcal/mol.

Studies on the discovery of bioactive compounds that have inhibitory activity against elastase enzymes and antioxidants in delaying the skin's aging process are still being explored so that potential anti-aging agents could be developed. The mabolo plant (Diospyros blancoi A. DC.) is a native Indonesian plant that has not been widely explored for its traditional and scientific uses as anti-aging. This study aimed to identify bioactive compounds from leaf methanol extract (EDM) or stem bark methanol extract (EKM) of the mabolo plant that have the most active anti-elastase and antioxidant activities. Extraction of leaves and stem bark with methanol solvent using ultrasound assisted-extraction (UAE). Both the anti-elastase and antioxidant activities of each extract, fraction, subfraction, and isolate were evaluated. The results showed that EKM had stronger anti-elastase and antioxidant activities than EDM although both had very strong activities below 50 µg/mL. EKM as the most active extract was followed by solid-liquid fractionation and resulted in ethyl acetate fraction of mabolo stem bark (FEKM) which had the strongest anti-elastase and antioxidant activities compared to methanol fraction of mabolo stem bark (FMKM) and hexane fraction of mabolo stem bark (FHKM). FEKM as the most active fraction was further fractionated by column chromatography to obtain 16 ethyl acetate subfractions of mabolo stem bark (SEKM A - SEKM P). The results of isolate identification by FTIR and NMR were compared to the literature. Isolate DB1 obtained from SEKM N isolation was considered gallic acid, while isolate DB2 obtained from SEKM L and SEKM N isolation was considered betulinic acid. The anti-elastase activity of isolate DB2 [IC50 = 8.62 µg/mL (18.88 µM)] was stronger than DB1 (IC50 = 93.35 µg/mL (548.70 µM)]. However, the antioxidant activity of isolate DB1 was stronger than isolate DB2. Meanwhile, the anti-elastase activity of isolate DB2 showed an uncompetitive type of inhibition in vitro. In silico interaction results predicted DB2 isolate inhibits not on the active side of the elastase enzyme (1B0F) with a binding free energy of -5.85 kcal/mol."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferlita Feliana
"ABSTRAK
Trigeminal neuralgia adalah nyeri pada sebagian wajah yang melibatkan nervus trigeminus. Penyakit ini dapat memberikan efek signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya, seperti kehilangan berat badan, isolasi, bahkan depresi. Sebanyak 50% penderita trigeminal neuralgia tidak puas dengan pemberian obat-obatan farmasi karena pengobatan yang diberikan tidak efektif dan menimbulkan berbagai efek samping, seperti pusing dan gangguan gastrointestinal (sakit perut, mual, muntah). Oleh karena itu perlu dicari obat alternatif yang lebih ramah terhadap badan manusia yaitu jamu yang berbahan herbal. Menurut Penelitian Tristantini dkk., tanaman seperti cengkih (Syzygium aromaticum), jahe (Zingiber officinale), dan pala (Myristica fragrans) dapat digabungkan dan diramu sebagai jamu penurun ketegangan saraf. Ekstrak jamu tersebut diketahui mengandung berbagai senyawa fenolik dengan aktivitas antioksidan yang umumnya juga terdapat pada obat-obatan yang digunakan dalam terapi pengobatan trigeminal neuralgia seperti carbamazepine, lamotrigine, dan oxcarbazepine. Formulasi jamu dapat dibuat melalui metode ekstraksi refluks dengan menggunakan pelarut air pada suhu 80oC selama 90 menit yang merupakan suhu dan waktu terbaik ekstraksi jamu. Sementara ekstraksi bahan jamu yaitu pala dan jahe dibuat dengan ekstraksi menggunakan pelarut air, etanol, maupun campuran dari keduanya serta variasi suhu. Penggunaan metode pelarut air-etanol dengan perbandingan 50:50 pada suhu 70oC menghasilkan kadar fenolik tertinggi dari ekstrak pala dan jahe sebesar 23,13 mgGAE/g sampel. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengkaji aktivitas antioksidan dari Jamu Penurun Ketegangan Saraf dengan menggunakan metode DPPH yang menghasilkan nilai IC50 sebesar 234,75 μg/ml.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>