Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 228343 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dania Labira
"Selama operasi peleburan bijih nikel menjadi matte dan slag di dalam electric furnace, dibutuhkan aktivitas rutin yang disebut kontrol slag level. Model perhitungan untuk pengukuran tinggi slag menggunakan pendekatan densitas diperoleh dari penelitiaan ini. Slag nikel terdiri dari berbagai elemen dengan jumlah kadarnya yang berbeda-beda, sehingga dapat mempengaurhi sifat densitas slag. Elemen yang digunaakan pada penelitian ini adalah Nikel dan Besi dengan temperatur slag konstan sebesar 1520oC. Beberapa betuk variabel yang digunakan untuk mengatahui hubungannya dengan densitas adalah %Ni, %Fe, %(Ni+Fe), dan rasio (Ni+Fe)/SiO2. Hasil penelitian ini menyatakan peningkatan jumlah besi akan meningkatkan densitas slag nikel, namun pada keadaan jumlah nikel yang sedikit tidak dapat memengaruhi densitas slag nikel. Pengujian ini juga menghasilkan suatu persamaan prediksi densitas slag nikel yang menggunakan variabel rasio (Ni+Fe)/SiO2. Dengan menggunakan persamaan prediksi densitas tersebut, hasil pengujian menyatakan bahwa peningkatan rasio (Ni+Fe)/SiO2 dari 0,48 – 0,62 di dalam slag nikel akan mengurangi ketinggian slag sebesar 19,63 inch
.During the nickel ore smelting into matte and slag in the Electric Furnace, daily activity called slag level control is needed. A calculation model for slag level measurement in furnace was established in this work, based on the density of the slag itself. Nickel slag consists of various elements with different contents and thus can influence the density behavior. The elements used in this research are Nickel and Iron with constant slag temperature at 1520oC. Several forms of variable are used to determine its relation with density, which are %Ni, %Fe, %(Ni+Fe), and (Ni+Fe)/SiO2. ratio. The test results state that an increase of Iron content can cause an increase of the nickel slag density but a small amount of Nickel can’t affect the nickel slag density. The test also obtained an equation for nickel slag density prediction using (Ni+Fe)/SiO2 ratio. By using the density prediction equation, the result shown that an increase of (Ni+Fe)/SiO2 ratio from 0,48 – 0,62 in nickel slag leads a decrease of slag level by 19,63 inch."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Winner Lorenzo
"Perhitungan ketinggian slag nikel di dalam Electric Arc Furnace (EAF) dapat dipengaruhi dari densitas yang dimiliki oleh slag tersebut. Slag nikel terdiri dari berbagai elemen penyusun dengan komposisi kadar yang berbeda-beda dan hal ini dapat mempengaruhi perilaku nilai densitas. Sejumlah rangkaian dilakukan dengan melibatkan mesin X-Ray Fluorosence (XRF) untuk mengetahui kadar komposisi dari setiap elemen dan perhitungan densitas dengan metode perhitungan densitas cair. Variasi yang digunakan dalam penelitian adalah Al2O3 dan SiO­2 dengan temperatur yang dianggap konstan yaitu ±1520oC. Hasil pengujian menyatakan bahwa kenaikan kadar komposisi Al2O3 menyebabkan kenaikan nilai densitas namun sebaliknya kenaikan kadar komposisi SiO2 menyebabkan penurunan nilai densitas. Hasil pengujian juga menyatakan bahwa kenaikan densitas dapat menyebabkan penurunan dari ketinggian slag di dalam proses smelting.

The calculation of nickel slag level in Electric Arc Furnace (EAF) can be affected by the density of the slag itself. Nickel slag consists of various constituent elements with different content compositions and thus can affect the behavior of the density values. Experimental works are carried out by involving an X-Ray Fluorence (XRF) machine to determine the composition of each element and calculating the density using the liquid density calculation method. The variations used in this research are Al2O3 and SiO2 with a temperature that is considered to be constant at ±1520oC. The test results state that an increase of Al2O3 composition can cause an increase of the density value but conversely an increase of the SiO2 composition can cause a decrease of the density value. The test results also state that an increase of nickel slag density can cause a decrease of slag level in the smelting process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Darryl Alfariz
"Terak Nikel adalah salah satu hasi dari pemprosesan nikel. dibutuhkan pembelajaran yang lebih lanjut dikarenakan terak nikel masih mempunyai element yang berharga. pada penelitian ini arang cangkang kelapa sawit digunakan sebagai reduktor dikarenakan menjadi opsi yang paling bagus untuk menghindari terjadinya green house effect dan memiliki karakterisik yang ramah lingkungan. Adapun penelitian ini didahului dengan persiapan sampel terak nikel dengan crushing dan sieving sampai berukuran 200 mesh. Serbuk terak nikel kemudian dilakukan penaabahan reduktor dengan rasio 5%,10%,15%,20% dari rasio terak nikel setelah itu dilanjutkan dengan proses pirometalurgi di temperatur 10000C dengan holding time selama 1 jam tanpa penambahan natrium carbonat dan dengan penambahan natrium carbonat dengan rasio 10%. Selanjutnya hasil dari reduksi tersebut dilakukan magnetic separation dan dilanjutkan ke pengujian XRD dan juga AAS untuk melihat perubahan kandungan dari unsur dan senyawa pada terak nikel yang telah dilakukan pengujian. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa kandungan dari pengotor dominan dalam bentuk Si02 semakin menurun seiring dengan bertambahnya penambahan reduktor dan juga besi dari senyawa Fe-rich Forsterite akan mengalami liberasi dan akan berikatan dengan oksigen yang berasal dari natrium carbonat. Hal ini menyebabkan naiknya kandungan dari mineral berharga yang ada pada terak nikel .

Nickel slag is a product of nickel processing. further learning is needed because nickel slag still has valuable elements. in this study palm oil kernel shell was used as reductor because it was the best option to avoid the occurrence of a green house effect and had environmentally friendly characteristics. The research was preceded by preparation of nickel slag samples with crushing and sieving to 200 mesh. Nickel slag powder then done by reducing with palm oil kernell shell charcoal with a ratio of 5%, 10%, 15%, 20% of the nickel slag ratio followed by the pyometallurgical process at 10000C with holding time for 1 hour without adding sodium carbonate and by adding sodium carbonate 10%. Furthermore, the results of the reduction were performed magnetic separation and continued to XRD testing and also AAS to see changes in the content of elements and compounds in nickel slag that had been tested. The results of the study explain that the content of the dominant impurity in the form of SiO2 is decreasing because the addition of reductors and iron from the Fe-rich Forsterite compound will be liberated and will bind to oxygen derived from sodium carbonate. This causes an increase in the content of valuable minerals that exist in nickel slag."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pelita Mu`minatus Sholihah
"Adanya perbedaan tekanan dan tumbukan yang terjadi pada proses granulasi dalam pengolahan nikel membuat ukuran produk yang dihasilkan masuk ke dalam kategori undersize product. Undersize product selama ini di alirkan ke kolam penampungan sementara yang disebut dengan matte settling pond dan menimbulkan permasalahan seperti penyumbatan saluran drainase karena ukurannya yang sangat kecil. Penelitian ini berfokus kepada penanganan undersize granulasi menggunakan magnetic separator. Prototipe magnetic separator yang diusulkan dilakukan pengoptimasian alat berupa penipisan selimut magnetic drum, penggunaan arus listrik DC dan pembuatan sistem talang yang terarah. Dengan variabel kekuatan magnet yakni 660 Gauss, 527 Gauss, dan 396 Gauss dan hubungannya dengan %recovery nikel matte sebagai variable utama yang diperhitungkan. Sampel yang digunakan berasal dari matte settling pond yang dikeringkan untuk memudahkan perhitungan %recovery melalui berat kering. Kekuatan magnet berbanding lurus dengan hasil %recovery, maka semakin tinggi kekuatan magnet maka semakin tinggi pula %recovery yang dihasilkan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini ialah kekuatan magnet 660 gauss yang menghasilkan %recovery hingga 29%, meningkat sebesar 10x lipat dibandingkan dengan hasil sebelum optimasi.

ABSTRACT
The difference pressure and collision that occurs in granulation process in nickel processing makes the size of a result product categorized as an undersized granulation product. Undersized product have been distributed to a temporary storage ponds called matte settling pond. Undersize product has been causing problems such as a blockage of drainage channels due to their very small size. This research focused on handling undersize granulation product using magnetic separator. The proposed magnetic separator prototype is carried out by optimizing the form of prototype such as thinning of the magnetic drum blanket, the use of a DC electric current and the creation of a directional chute system with the magnetic strength variable of 660 Gauss, 527 Gauss, and 396 Gauss and their relationship with the %recovery they produced. This research used dried matte sample to facilitate the accurate calculation of %recovery through dry weight. The magnetic strength is directly proportional to the result of %recovery, the higher the magnetic strength, the higher the %recovery produced. The results obtained from this study are the strength of 660 gauss magnets which produces in %recovery of up to 29%, increased up to 10x compared to the results before optimization.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Rafaeldi Harlin
"Terak nikel merupakan salah satu hasil pengolahan serta peleburan bijih nikel. Di Indonesia sendiri, dibutuhkan adanya pemanfaatan lebih lanjut terhadap pengolahan unsur berharga didalamnya. Kandungan lain yang terdapat didalam terak nikel yaitu fayalite (Fe2SiO4) dimana kandungan unsur nikel dan tembaga tersebar secara merata pada matriks besi silika ini yang kemudian menyulitkan proses peningkatan kadar nikel dan tembaga. Adanya penambahan aditif natrium hidroksida(NaOH) berguna sebagai pengikat silika dapat menjadi metode alternatif untuk meningkatkan kadar unsur nikel dan tembaga pada terak nikel. Pada penelitian ini dilakukan pirometalurgi menggunakan batu bara sebagai reduktor pada temperatur operasi 800°C, 900°C dan 1000°C dan rasio antara terak nikel dengan aditif sebesar 1:1, 1:2, dan 2:1.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa dengan adanya peningkatan temperatur tanpa penambahan aditif masih terdapar silika dalam bentuk Fe-rich Forsterite (FeMgSiO4) serta Olivine (NiMgSiO4). Sedangkan dengan adanya penambahan aditif baik pada perbedaan temperatur maupun rasio terlihat bahwa adanya pembentukan fasa Sodium Magnesiosilicate (Na2MgSiO4), Magnesium Oksida (MgO) serta Wustite (FeO) yang membuktikan terikatnya silika dan telah membebaskan besi yang membantu memudahkan proses peningkatan kadar nikel dan tembaga.

Nickel slag is one of the output from nickel ore smelting. In Indonesia itself, further utilization of valuable elements in it is needed to be processed. Nickel slag also has Fayalite (Fe2SiO4) content where nickel and copper are spread evenly on the iron matrix silica which then complicate the process of increasing nickel and copper content. The addition of Sodium Carbonate (Naoh) is used as a silica binder and as an alternative way to increase nickel and copper content. In this research, pyrometallurgy is done by coal as a reductor in 800°C, 900°C and 1000°C operating temperature and ratio between nickel slag and additive equal to 1:1, 1:2, and 2:1.
Based on this study, it is obtained that with the increasing of temperature without additive, there is still found the presence of silica in a form of Fe-rich Forsterite (FeMgSiO4) and Olivine (NiMgSiO4). Whereas with the presence of additive in slag nickel pyrometallurgy with a different temperature and ratio, it is seen that there is a phase formation of Sdoium Magnesiosilicate (Na2MgSiO4), Magnesium Oxide (MgO) and Wustite (FeO) which proved the binding of silica and has liberate iron that helps the process of increasing nickel and copper content.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prinanda Doni Santoso
"Terak feronikel adalah produk sampingan dari peleburan bijih nikel yang dikategorikan sebagai limbah berbahaya dan beracun bagi lingkungan yang masih mengandung mineral berharga seperti nikel, besi, kobalt, dan beberapa unsur tanah jarang. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjadi solusi dari masalah lingkungan yang disebabkan oleh terak ini dan juga untuk menemukan solusi alternatif terhadap penurunan pasokan mineral dunia dengan menggunakan kembali terak feronikel. Dalam penelitian ini, terak feronikel pertama kali diberikan fusi alkali untuk membuat microcracks dan untuk mengikat silika pada terak dengan mencampurkannya dengan natrium karbonat (Na2CO3) dan memanggangnya pada suhu 1000oC dan tahan selama 60 menit. Kemudian diikuti dengan pencucian air panas untuk memisahkan silika dari terak pada 100oC selama 60 menit. Selanjutnya, terak dilindi dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) dengan konsentrasi 1,5 M dengan variasi suhu pada suhu kamar (40 oC), 50 oC, 60oC, dan 70oC serta variasi waktu yaitu 15, 30, 60, 90, dan 120 menit untuk mendapatkan kondisi yang paling efektif untuk melarutkan nikel dan besi. Dengan dilakukannya pelindian asam menggunakan asam sulfat pada temperatur pelindian 70 oC dengan 120 menit waktu pelindian menghasilkan % recovery nikel dan besi paling tinggi, yaitu sebesar 50,82 % untuk %recovery nikel dan sebesar 31,09 % untuk % recovery besi.

Ferronickel slag is a by-product of nickel ore smelting which is categorized as hazardous and toxic to the environment which still contains valuable minerals such as nickel, iron, cobalt, and some rare earth elements. Further research is needed to be a solution to the environmental problems caused by this slag and also to find alternative solutions to the decline in world mineral supply by reusing ferronickel slag. In this study, ferronickel slag was first given alkaline fusion to make microcracks and to bind silica to slag by mixing it with sodium carbonate (Na2/subCO3) and baking it at a temperature of 1000oC and holding it for 60 minutes. Then followed by washing hot water to separate silica from slag at 100oC for 60 minutes. Furthermore, slag is leached using sulfuric acid (H2SO4) 1.5 M with temperature variations at room temperature (40oC), 50oC, 60oC, and 70oC with a time variation of 15, 30, 60, 90, and 120 minutes to get the condition the most effective way to dissolve nickel and iron. By conducting acid leaching using sulfuric acid at a leaching temperature of 70oC with 120 minutes leaching time resulting in the highest recovery of nickel and iron, amounting to 50.82% for nickel recovery and 31.09% for iron recovery%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Nurjaman
"

Pengolahan bijih nikel menggunakan teknologi peleburan konvensional (blast furnace dan rotary kiln electric furnace) membutuhkan konsumsi energi yang besar serta keekonomisan proses dibatasi hanya untuk bijih nikel kadar tinggi (lebih dari 2% Ni). Proses reduksi selektif merupakan salah satu teknologi alternatif dalam pengolahan bijih nikel laterit (kadar rendah) menjadi konsentrat ferronikel dengan menggunakan temperatur proses (atau konsumsi energi) yang rendah. Namun, rendahnya kadar nikel dan recovery yang dihasilkan masih menjadi permasalahan pada teknologi tersebut. Dalam penelitian ini telah dipelajari mengenai pengaruh basisitas (biner, terner dan kuarterner) dalam proses reduksi selektif bijih nikel laterit (limonit dan saprolit) terhadap (1) kadar dan recovery besi-nikel dalam konsentrat, (2) transformasi fasa, (3) struktur mikro ferronikel yang terbentuk, serta (4) kinetika reaksi reduksi. Proses reduksi bijih nikel laterit dilakukan menggunakan muffle furnace dengan batubara sebagai reduktan dan sodium sulfat sebagai aditif. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa besi dan nikel dalam senyawa magnesium silikat-hidroksida (lizardite) dalam bijih nikel saprolit memiliki tingkat reduksibilitas yang lebih rendah dibandingkan dalam bentuk senyawa oksida-hidroksida (goethite) pada bijih nikel limonit. Modifikasi basisitas dengan penambahan CaO, yaitu basisitas biner (CaO/SiO2) dengan nilai 0,1 merupakan basisitas optimum untuk bijih nikel limonit (menghasilkan konsentrat dengan kadar dan recovery nikel sebesar 6,14% dan 89,94%), sedangkan basisitas terner (CaO+MgO/SiO2) dengan nilai 0,6 untuk bijih nikel saprolit (menghasilkan konsentrat dengan kadar dan recovery nikel sebesar 16,11% dan 50,57%). Penambahan CaO mampu memecah ikatan besi dan nikel dalam senyawa silikat, dimana penambahan dalam jumlah yang optimal memberikan dampak positif terhadap peningkatan kadar dan recovery nikel. Modifikasi basisitas melalui penambahan SiO2 menyebabkan terbentuknya senyawa besi silikat, yang akan menghambat laju reduksi besi oksida, namun efektivitasnya jauh lebih rendah dibandingkan besi sulfida dikarenakan titik leburnya yang tinggi. Penambahan MgO akan menyebabkan semakin banyaknya senyawa forsterite (magnesium silikat) dan diopside yang terbentuk, dimana keduanya juga memiliki titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan troilite. Penambahan Al2O3 akan menyebabkan terbentuknya senyawa alumino-magnesioferrite dengan tingkat reduksibilitas yang rendah. 


Nickel laterite processing by using conventional technology (blast furnace and rotary kiln electric furnace) requires a large amount of energy consumption. Its feasibility is limited to high-grade ores (more than 2% Ni). The selective reduction process is an alternative technology in low-grade nickel ores processing using low temperature (or low energy consumption). Nevertheless, the low nickel grade and recovery of the product are still the main problems in the selective reduction process. In this work, the effect of basicity (binary, ternary and quarternary) in selective reduction of lateritic nickel ore (limonite and saprolite) on (1) grade and recovery of iron-nickel in concentrate; (2) phase transformation; (3) microstructure of ferronickel; and (4) kinetic of reduction has been investigated clearly. The reduction process of nickel laterite was carried out in a muffle furnace with coal and sodium sulfate as reductant and additive, respectively. The result showed that iron and nickel in silicate magnesium-hydroxide (lizardite) in saprolite had lower reducibility than oxide-hydroxide (goethite) in limonite. Modifying the basicity with CaO addition, which was 0.1 of binary basicity (CaO/SiO2), was the optimum basicity for limonite (producing concentrate with nickel grade and recovery of 6.14% and 89.94%, respectively), while the 0.6 of ternary basicity (CaO+MgO/SiO2) for saprolite (producing concentrate with nickel grade and recovery of 16.11% and 50.57%, respectively). The CaO addition could break the iron-nickel bond in silicate magnesium. Its addition in optimal amount had positively affected the increase of nickel grade and recovery. Modifying basicity with SiO2 addition caused the formation of iron silicate, which could inhibit the reduction of iron oxide. However, it has lower effectivity than iron sulfide due to its high melting point temperature. The MgO addition would promote the formation of forsterite (magnesium silicate) and diopside, which also has high melting point than troilite. The addition of Al2O3 would generate the alumino-magnesioferrite, which had low reducibility.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pongtuluran, Marneo
"Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap proses. Pada proses tahap pertama, sampel slag feronikel dicampur aditif Na2CO3, digiling, dikompaksi, dan dibakar sebagai proses benefisiasi sampel untuk melihat perubahan senyawa dan kadarnya yang kemudian dibandingkan dengan slag awal. Variabel yang digunakan adalah 80 % slag : 20 % aditif, digilling dalam ball mill selama 1 jam, dikompaksi dengan beban 3 ton, dan dibakar dalam temperatur 1100oC. Dalam kondisi ini, ditemukan perubahan kadar elemen pada karbon, oksigen, dan natrium. Pada proses tahap kedua, pelindian sampel slag feronikel hasil proses benefisiasi menggunakan natrium hidroksida dilakukan dan pengaruh variabel bebas, yaitu konsentrasi agen pelindi NaOH dan waktu pelindian. Lalu, variabel tetap meliputi kecepatan pengadukan, temperatur pelindian, dan rasio solid/liquid. Hasil dari proses tahap kedua diuji dengan karakterisasi XRD dan SEM-EDS untuk sampel residu, dan ICP-OES untuk sampel filtrat. Pada penelitian kali ini, kondisi optimal ditemukan pada konsentrasi NaOH 6 M, waktu pelindian 6 jam untuk mendapat % recovery Nikel tertinggi.

This study was investigated in two stages of the process. In the first stage of the process, ferronickel slag samples were mixed with additive Na2CO3, milled, compacted, and roasted as a beneficiation process for samples to see changes in their compounds and contents which are then compared to the initial slag. The variables used are 80% slag: 20% additives, grounded in a ball mill for 1 hour, compacted with a load of 3 tons, and roasted at 1100oC. Under these conditions, changes in elemental contents in carbon, oxygen, and sodium were found. In the second stage of the process, leaching of ferronickel slag samples from the beneficiation process using sodium hydroxide was held and effect of independent variables: concentration of NaOH as leaching agent and leaching time. Then, fixed variables include stirring speed, leaching temperature, and solid / liquid ratio. The results of the second stage of the process were tested by XRD and SEM-EDS for residual samples, and ICP-OES for filtrate samples. From this research, optimal condition was found at 6 M NaOH concentration and 6 hour leaching time to get the highest % recovery of Nickel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifanni Wiziarti
"Terak nikel dan abu terbang adalah hasil sampingan produksi dari pengolahan feronikel dan batubara. Penggunaan kembali dan daur ulang material tersebut dalam skala besar untuk proyek yang berhubungan dengan geoteknik, seperti pada fondasi perkerasan jalan, akan menjadikan lebih ekonomis dan mendukung kelestarian lingkungan. Dalam penelitian ini, campuran terak nikel dan abu terbang tipe F diteliti untuk dijadikan alternatif material perkerasan jalan. Penggunaan abu terbang tipe F digunakan sebagai material pengisi dan stabilisasi. Pengujian laboratorium direncanakan untuk komposisi campuran 0%, 5%, 8%, 11%, 14%, 17%, dan 20% FA dengan 5% tanah yang memiliki indeks plastisitas kurang dari 5% dalam kriteria desain berupa pengujian pemadatan (modified proctor), uji CBR, potensi pengembangan (swelling), permeabilitas dan uji DCP. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa komposisi 11% abu terbang dipilih sebagai campuran optimum (CBR unsoaked 47.97%) dengan hasil kecenderungan nilai DCP yang diperoleh. Nilai karakteristik tersebut hanya memenuhi nilai CBR minimum timbunan pilihan yaitu 10%. Pengaruh abu terbang yang bersifat pozzolan dapat meningkatkan nilai kepadatan (2.35 gr/cm3 hingga 2.395 gr/cm3), menurunkan porositas (0.184 hingga 0.171) dan permeabilitas (dari 7.5 x 10-5 m/s hingga 3.9 x 10-5 m/s), menurunkan nilai pengembangan (0.38% hingga 0.28%), menambah daya rekat antar partikel agregat, dan menjadikan campuran lebih keras (nilai CBR 35.21% hingga 47.97%) dan kaku.

Nickel slag and fly ash are by-products of ferronickel and coal processing. Reusing and recycling these materials on a large scale for geotechnical-related projects, such as road pavement foundations, will make it more economical and support environmental sustainability. In this study, a mixture of nickel slag and fly ash type F was investigated to be used as an alternative road pavement material. The use of fly ash F-type is used as a filler and stabilization material. Laboratory testing is planned for the composition of the mixture of 0%, 5%, 8%, 11%, 14%, 17%, and 20% FA with 5% soil having a plasticity index of less than 5% in the design criteria in the form of compaction testing (modified proctor), CBR test, swelling potential, permeability, and DCP test. The study results showed that the composition of 11% fly ash was chosen as the optimum mixture (CBR unsoaked 47.97%) with the tendency of the obtained DCP values. The characteristic value only meets the minimum CBR value for the selected embankment, which is 10%. The effect of pozzolanic fly ash can increase the density value (2.35 gr/cm3 to 2.395 gr/cm3), decrease porosity (0.184 to 0.171) and permeability (from 7.5 x 10-5 m/s to 3.9 x 10-5 m/s ), reduce the swelling value (0.38% to 0.28%), increase the adhesion between the aggregate particles, and make the mixture harder (CBR value 35.21% to 47.97%) and stiffer"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzaky Iman Ajiputro
"Paduan super merupakan material yang memiliki performa baik dalam mempertahankan sifat mekanisnya pada temperatur tinggi. Paduan super berbasis nikel setidaknya memiliki kandungan nikel sebesar 38–76% dan paduan super berbasis besi-nikel memiliki kandungan 15–60% besi serta 25–45% nikel yang umum digunakan pada industri aviasi. Dalam kondisi operasinya, komponen tersebut terpapar temperatur yang sangat tinggi sehingga memengaruhi kekuatan tarik dan titik leburnya. Selain itu, perputaran kecepatan tinggi dan lingkungan yang abrasif menjadi alasan dibutuhkan nilai kekerasan yang tinggi. Oleh karena itu, modifikasi material tersebut diperlukan agar dapat menunjang kebutuhan sifat minimal pada aplikasi mesin turbin gas. Machine learning (ML) dan deep learning (DL) menjadi pilihan yang solutif dalam proses desain rekayasa sifat kekuatan tarik, kekerasan, dan titik lebur material tersebut karena tidak membutuhkan waktu yang panjang. Pada penelitian ini, dua model ML dan satu model DL digunakan untuk menentukan model yang dapat menghasilkan prediksi sifat material yang terbaik. Beberapa parameter divariasikan untuk mencari nilai akurasi prediksi yang paling optimal. Model ANN menjadi pilihan tepat untuk memprediksi sifat-sifat material paduan super. Model tersebut diaplikasikan untuk memodifikasi komposisi INCONEL-718 dan berhasil meningkatkan nilai kekuatan tarik menjadi 1592 MPa, kekerasan menjadi 152 HRB, dan titik lebur menjadi 1665ºC.

Superalloys are materials that preserve their mechanical properties well at high temperatures. Nickel-based superalloys have at least 38-76% nickel, whereas iron-nickel-based superalloys contain 15-60% iron and 25-45% nickel and are widely utilized in the aviation industry. These components are subjected to extremely high temperatures during operation, which affects their tensile strength and melting point. Furthermore, high rotating speeds and an abrasive environment demand high hardness values. As a result, material modification is required to meet the minimum requirements for gas turbine engine applications. Machine learning (ML) and deep learning (DL) are acceptable alternatives in the engineering design process for predicting the tensile strength, hardness, and melting point properties of these materials because they do not require a long time. Two ML models and one DL model are utilized in this research to discover which model can generate the best predictions of material properties. Several parameters are adjusted to achieve the best prediction accuracy. The ANN model is the best option for predicting superalloy material properties. This model is implemented to INCONEL-718 and successfully increasing the tensile strength to 1592 MPa, hardness to 152 HRB, and melting point to 1665ºC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>