Ditemukan 146303 dokumen yang sesuai dengan query
Thalia Sabrina Atmanagara. author
"Heterotopia, sebuah konsep oleh Michel Foucault digambarkan sebagai ruang yang berbeda dan menciptakan ruang ilusi di dalam ruang nyata. Istilah heterotopia sering digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu yang mengganggu atau tidak cocok dengan lingkungan disekitarnya. Karakteristik heterotopia dapat ditemukan pada
speakeasy.
Speakeasy atau perusahaan minuman ilegal tersebar luas selama
Prohibition Era pada 1920-an di Amerika Serikat. Karena pemerintah Amerika Serikat melarang konsumsi, produksi, dan distribusi alkohol, sifat
underground dari
speakeasy menciptakan lingkungan baru bagi orang bersosialisasi. Tidak ada identifikasi tempat-tempat ini, hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut untuk mendapatkan popularitas mereka. Ojs Tavern di Bandung adalah salah satu contoh penerapan heterotopia yang diungkapkan oleh Foucault. Makalah ini membahas bagaimana heterotopia dapat terbentuk pada
speakeasy melalui wawancara dan observasi data.
Heterotopia, a concept by Michel Foucault is described as a space that is different' and create an illusion space inside a real space. The term heterotopia often used to illustrate disturbance in the surrounding environment. The characteristic of Heterotopia can be found in speakeasy. Speakeasies or illegal drinking establishments were widespread during the Prohibition Era back in the 1920s in the United States of America. Since the US government banned the consumption, manufacture, and distribution of alcohol, the underground nature of the speakeasy created a new environment for people to drink and socialize. There is no identification of these places, solely relying on word of mouth to gain their popularity. Ojs Tavern in Bandung is an example of the displacement expressed by Foucault. This paper examines how heterotopia can be formed in a speakeasy bar, and the social constraints occur from the existence of a speakeasy bar in an urban settlement through interviews and data observations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ranny Monita
"Skripsi ini membahas ruang heterotopia (irisan dari elemen ruang nyata dan ruang utopia) sebagai alternatif ruang sosial yang terjadi di dalam ruang keseharian (everyday space) di Plaza Indonesia, sebuah pusat perbelanjaan elit yang berlokasi di pusat Jakarta. Pertama, Plaza Indonesia sebagai heterotopia of crisis merupakan salah satu bentuk selebrasi akan - kebebasan - kaum yang sebelumnya tak terlihat (marginal) diantara golongan-golongan yang mendominasi pada saat Plaza Indonesia pertama kali dibuka. Kedua, ruang keseharian di Plaza Indonesia yang - nyaman - (memanjakan seluruh panca indera individu yang berada di tempat tersebut) memberikan kesempatan kepada kegiatan lain yang sama sekali berbeda dari kegiatan - menyenangkan - (seperti bekerja) untuk dilakukan secara bersamaan dan berkelanjutan pada ruang heterotopia tersebut.Ketiga, penampilan masyarakat golongan kelas atas di Plaza Indonesia merupakan suatu bentuk realisasi fantasi utopia dan di saat yang sama keberadaan mereka di Plaza Indonesia (ruang keseharian yang nyata) juga menciptakan suatu persepsi ilusi sebagaimana - fantasi-fantasi - yang kita temui pada media komunikasi high class brand fesyen. Terakhir, heterotopia terbentuk akibat adanya - aksi - unjuk kekuasaan dari kaum - central - (yang berkuasa), sehingga memperlihatkan mana yang menjadi - central - dan mana yang termasuk ke dalam - other - . Namun pada heterotopia, permainan kekuasaan yang ditimbulkan oleh - central - tidak memadamkan kehadiran - other - (tidak seperti pemahaman ruang pada era klasik hingga era modernisme, di mana - central - memadamkan kehadiran - other - ). Ruang heterotopia pada Plaza Indonesia memperlihatkan kepada kita bahwa terdapat suatu ruang yang terdiri dari jalinan - jejaring - antara elemen utopia (tidak nyata, mewakili prinsip ideal) serta elemen dystopia (nyata, berupa ruang secara materi, kebutuhan manusia yang terlihat dari kegiatan sehari-sehari).
The Focus of this study is the application of Foucault's concept of heterotopia (created by the spatial imaginaries and material realities) as alternative social space of everyday space in Plaza Indonesia, an elite shopping center in the heart of Jakarta. First, Plaza Indonesia as heterotopia of crisis is a form of celebration of marginal's 'freedom' among the central group at its first time it's established. Second, everyday space in Plaza Indonesia is ordered and involved possibilities for transgression through the heterotopic juxtaposition of material practice of pleasure within and against site of work. Third, heterotopia space in Plaza Indonesia involves an utopian element which is represented by high society people's appearance that contrasted with real space which make the illusionary space looks real and at the same time make the real space (social space) looks as an illusion of fantasy which we see a lot in communication media in fashion industry. Last, heterotopia support the exercise of power role of the 'center' and the 'other'. Nevertheless, the power role of 'center' doesn't try to freeze the power role of 'other''unlike the power role which happened on classic to modernism era where presence of 'center' tried to freeze the presence of 'other'. These heterotopias founded in Plaza Indonesia show us that there's a space which marked by network of utopia and dystopia elements."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52285
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Nur Muhammad Arief Kurniawan
"Pemakaman adalah lahan yang difungsikan sebagai tempat penguburan jenazah. Akan tetapi di samping fungsinya yang sudah jelas, dalam kebudayaan Kristen Eropa yang berlangsung selama berabad-abad, pandangan terhadap pemakaman sejatinya selalu mengalami perubahan, sehingga fungsi pemakaman seringkali dicampurkan dengan fungsi ruang lain yang sama sekali tidak berkaitan. Fenomena tersebutlah yang disoroti oleh Foucault dalam teorinya mengenai ruang heterotopia (1967). Berkenaan dengan hal tersebut, penelitian ini bermaksud untuk melihat ruang-ruang lain berdasarkan fenomena yang terdapat pada Pemakaman Belanda di Kebun Raya Bogor. Pemakaman tersebut menarik untuk dikaji menggunakan teori heterotopia Foucault karena letaknya yang relatif berbeda dari Pemakaman Belanda di Hindia-Belanda pada zamannya, yang umumnya terletak di lingkungan gereja atau di lahan terbuka. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa di Pemakaman Kebun Raya Bogor terdapat ruang-ruang lain pada pemakaman tersebut yang terwujud dalam tiga prinsip heteropologi, yaitu: adanya konsep ruang heterotopia krisis dan deviasi, perubahan fungsi pemakaman, dan penggabungan ruang-ruang lain yang tidak berkaitan.
Cemetery is an area that designated as a place for burial of the dead body. However, despite its obvious function, in European Christian culture that lasted for centuries, the view of the cemetery was actually always changing, so that the function of the cemetery was often mixed with other completely unrelated functions of space. This phenomenon is highlighted by Foucault in his theory of heterotopia (1967). In this regard, this study intends to look at other spaces of phenomena found in the Dutch Cemetery in the Bogor Botanical Gardens. The cemetery is interesting to study using Foucault's heterotopia theory because of its relatively different location from the Dutch cemeteries in the Dutch East Indies at that time, which were generally located in churches or in open fields. Based on the results of the study, it was concluded that at the Bogor Botanical Gardens Cemetery there are other spaces in the cemetery which are manifested in three heteropological principles: the concept of space of heterotopia crisis and deviation, changes in the function of the cemetery, and the incorporation of other unrelated spaces."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Agus Dwi Setianto
"Pemakaman mengalami perubahan jenis heterotopia yang disebabkan oleh berubahnya pengertian dan pemahaman manusia mengenai kematian, yang pada akhirnya mempengaruhi sudut pandang manusia terhadap norma yang berlaku di dalamnya. Hadirnya aktivitas-aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan aktivitas pemakaman merupakan salah satu dampak dari perubahan sudut pandang tersebut. Padahal heterotopia sebagai ruang yang membentuk pemakaman memiliki karakterisitiknya sendiri, mulai dari norma, kelompok pengguna, dan aktivitas yang terdapat di dalamnya. Selain itu, pemakaman juga memiliki perimeter yang berfungsi untuk mencegah masuknya aktivitas lain guna menjaga kesakralan pemakaman.
Dalam melihat penambahan aktivitas lain pada heterotopia di dalam pemakaman, saya menggunakan pemakaman Jeruk Purut sebagai studi kasus. Pemakaman Jeruk Purut merupakan salah satu pemakaman di Jakarta Selatan yang terdapat penambahan aktivitas lain tersebut. Perubahan prinsip-prinsip pada heterotopia di dalam pemakaman ini membuka peluang bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas lain yang sebenarnya merupakan aktivitas menyimpang. Hal ini dikarenakan ketidaksesuaian aktivitas tersebut dengan norma yang berlaku di dalam pemakaman. Aktivitas menyimpang di dalam pemakaman Jeruk Purut ini dilakukan oleh sebuah kelompok baru yang mempunyai pemahaman yang berbeda dan sering kali bertentangan dengan norma yang berlaku. Perbedaan pemahaman ini selain dijadikan sebagai landasan mereka untuk melakukan aktivitas menyimpang, juga mereka gunakan sebagai cara untuk menciptakan ruang di dalam pemakaman. Tidak terdapatnya penolakan terhadap aktivitas menyimpang membuat aktivitas ini menjadi rutinitas yang pada akhirnya mengubah jenis heterotopia di dalam pemakaman.
Cemeteries undergo changes in form of heterotopia which is caused by the alteration of human’s perception and understanding towards death, which eventually affects human’s perspective of norms that are being applied on it. The presence of other activities unrelated to the burial rites in one of the impacts from the shift of the aforementioned point of view. The fact is, heterotopia as a field that formed cemeteries has its own characteristic, starting from norms, users group, and activities contained within. Besides, cemeteries also have a parameter that serves a function to avoid the entry of other activities, hence conserving the sacredness of a funeral. In order to observe the increase of other heterotopia activities inside the graveyard, I decided to choose Jeruk Purut cemetery as my case study due to the fact that It is one of the cemeteries in South Jakarta where those activities occur. Alter of the activity’s principles opens a wide range of chances for the public to do, hence the custom or law of funerals. These digressions are done mostly by a new group of people that have different understanding which often clash with the existing norms. The differentiation between the group and the norms has been misused as a foundation for the group to apply deviate activities, also as a fundamental to create a space inside the cemetery. The fact that there's no appropriate action of renunciation and protest towards it makes those behaviours become a routine which eventually changes the kind of hetrotopia inside the cemetery."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52594
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rizki Julianto Wibowo
"Identitas Kristen Ortodoks dan Gereja Ortodoks di Rusia telah sangat menyatukan Rusia sebagai satu kesatuan, secara pemerintahan dan secara agama. Vladimir I dianggap telah berhasil memberikan pengaruh Ortodoks di negaranya. Identitas Kristen Ortodoks yang telah lama melekat dengan kuat tetapi dilarang oleh gerakan antiagama pada masa komunisme di Rusia dan sekarang identitas ini memiliki makna persatuan yang berbeda. Gereja Kristen Ortodoks ini menjadi sebuah Heterotopias dalam spasialitas sosial masyarakat, yang mana Gereja ini memiliki fungsi sebagai ruang bagi umat beragama seperti yang dijelaskan dalam teori Michel Foucault mengenai ruang yang lain dalam masyarakat modern. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendefinisikan spasialitas sosial heteropik dalam identitas Kristen Ortodoks Rusia sebagai alat pemersatu bangsa Rusia.
The identity of Orthodox Christianity and Orthodox Church in Russia has greatly united Russia in one government and one religion. Vladimir is considered successful in giving Orthodox influence in his country. The identity of Orthodox Chritianity which has long been inherently strong but was banned by the anti-religious movement in the days of communism in Russia and now the identity has a different meaning of unity.The Orthodox Christian Church has become a heterotopic in the social spatiality of society, where the church has a function as a space for religious people as explained in Michel Foucaults theory of other spaces in modern society. The purpose of this research is to define the heterotypic social spatiality of the Russian Orthodox Christian identity as the unifying tool of the Russian nation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Faris Syauqi
"Perkembangan teknologi merupakan sebuah bidang yang terus menerus berkembang. Salah satu contohnya dengan adanya sebuah konsep yang memisahkan arti dari dunia nyata dan dunia maya yaitu Metaverse. Metaverse merupakan suatu wadah interaksi dan sosialisasi dengan pengguna lainnya berupa ruang virtual reality. Konsep ruang ini kemudian memiliki keterikatan kuat dengan konsep ruang heterotopia yang disebutkan oleh Michel Foucault seperti kepemilikan aturan serta kualitas yang ruang. Pengalaman ruang dan aturan tersebut kemudian dapat dimanfaatkan terhadap sistem pariwisata yang terhalang oleh adanya pandemi COVID-19 yang membatasi ruang interaksi antar manusia dan tempat. Namun, apakah berwisata pada ruang Metaverse memberikan arti dan pengalaman yang sama dengan berwisata secara konvensional? Pada penulisan ini, diharapkan dapat memberikan gambaran kualitas seperti apa yang dapat diimplementasikan dalam berwisata dalam ruang Metaverse.
Technological development is a field that is constantly evolving. One example is the existence of a concept that separates the meaning of the real world and the virtual world, namely Metaverse. Metaverse is a place for interaction and socialization with other users in the form of virtual reality space. This concept of space then has a strong connection with the concept of heterotopian space mentioned by Michel Foucault such as the creations of rules and the qualities of space. The experience of space and rules can then be utilized for the tourism system which is hindered by the COVID-19 pandemic hence limits the space for interaction between people and places. However, does experiencing tourism in the Metaverse provide the same meaning and experience as travelling conventionally? In this paper, it is hoped that it can provide an overview of what qualities can be implemented by experiencing tourism in the Metaverse."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Bintang Gemilang
"Ruang-ruang yang digunakan untuk aktivitas hiburan seks pada suatu kawasan kota kerap kali dipersepsikan sebagai ruang-ruang yang ?tersembunyi?. Skripsi ini mengkaji bagaimana fenomena ini dapat terjadi di suatu kawasan kota dengan menelusuri dinamika seksualitas dalam masyarakat serta melihat ruang-ruang untuk aktivitas seksual sebagai suatu dimensi yang lain, yang dikenal sebagai ruang heterotopia.
The Spaces which accommodate sexual activities in a city, especially commercialized ones, are often perceived as ?hidden? or ?discreet? spaces. This Thesis analyzes how this phenomena could occur in a city by tracing the dynamics of sexuality in the society and also by recognizing this kind of spaces for sexual activities as another dimension of spaces, which is wellknown as heterotopian spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59129
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hetherington, Kevin
London: Routledge, 1997
304.23 HET b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Sabrina Burhanudin
"Kompleksitas masalah perkotaan telah menyebabkan tidak terakomodasinya kepentingan dasar warga kota. Sebagai reaksi atas model partisipasi demokratis kota Jakarta yang cenderung tidak inklusif serta fenomena ketidakadilan penataan ruang, gerakan akar rumput hadir untuk memperjuangkan hak atas ruang kota yang dimilikinya. Dalam rangka melengkapi studi-studi sebelumnya, penelitian ini berargumen;
Pertama, kegiatan pengorganisasian yang berasal dari kelompok miskin kota guna mempertahankan ruang permukimannya tidak sekedar hanya dilihat sebagai hasil dorongan individual (
survival), melainkan lebih bersifat politis.
Kedua, pengorganisasian struktur gerakan yang berupa pengembangan jaringan menjadi faktor utama yang mendorong terciptanya mobilisasi dan dampak politis bagi suatu gerakan akar rumput kota. Penelitian ini mencoba menempatkan studi gerakan sosial kota dalam konteks analisa mikro-meso, dimana perubahan struktural kota merupakan implikasi dari aktivitas pengorganisasian yang dilakukan oleh antar aktor dalam mekanisme struktur gerakan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen untuk mendeskripsikan dinamika pengorganisasian struktur gerakan mempertahankan kampung kota yang terjadi di kampung Tongkol Kelurahan Ancol Kecamatan Pademangan Jakarta Utara.
The complexity of urban problems has resulted in the inaccessibility of peoples’ basic interests. In reaction to the Jakarta’s democratic participation model that doesn’t inclusive enough and the phenomenon of spatial inequality, grassroots movements are present to claims their right to the city. In order to complement the previous studies, this study argues; First, the organizing activities that come from the urban poor communities to maintain their settlement are not only seen as the outcome of individual encouragement, but rather political. Second, structures’ movement organizing in the form of network development has become the main factor that encouraged the creation of mobilization and political impact for the urban grassroots movement. This study attempts to put the study of urban social movements in the context of micro-meso analysis, where urban structural change is the implication of the organizing activities undertaken by inter-actors in the mechanism of the movement structure. This study uses qualitative research methods, data collected through in-depth interviews, observations and document analysis to describe the dynamics of movement structures’ organizing that occurred in Kampung Tongkol, Ancol, Pademangan, North Jakarta as a part of citizens’ efforts to maintain their settlements."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ellen Suryanegara
"Pada masa pandemi COVID-19, penyediaan air bersih, sanitasi, dan lingkungan yang higienis sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat. Meskipun demikian, Kota Jakarta Utara masih menghadapi permasalahan pemenuhan kebutuhan air penduduknya. Pandemi COVID-19 meningkatkan tantangan yang dihadapi oleh kelompok dan individu rentan, terutama perempuan, yang ada di garis kemiskinan dan tidak memiliki akses ke layanan kesehatan, air, sanitasi, dan perumahan layak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kerentanan dan ketahanan perempuan dalam upaya mewujudkan pengelolaan air adaptif dan berkelanjutan di lingkungan permukiman perkotaan masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis gabungan (mix-methods). Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan korelasi negatif yang cukup signifikan (-0,275) antara variabel kerentanan perempuan dengan ketahanan perempuan terhadap kondisi keterbatasan air. Terdapat variasi kerentanan dan ketahanan perempuan pada beberapa kecamatan di lokasi penelitian. Pengelolaan air rumah tangga berkelanjutan dapat diwujudkan dengan mendorong peran pemerintah, pengelola air perpipaan, dan rumah tangga untuk dapat menurunkan kerentanan serta meningkatkan ketahanan dan kapasitas adaptif perempuan.
During the COVID-19 pandemic, providing clean water, sanitation, and a hygienic environment is essential to protect public health. Even so, North Jakarta still needs to fulfil the water demands of its residents. The COVID-19 pandemic increases the challenges faced by vulnerable groups and individuals, especially women, who live in poverty and do not have access to health services, water, sanitation and decent housing. This study analyzed women's vulnerability and resilience in identifying adaptive and sustainable water management in urban settlements during the COVID-19 pandemic. This study uses a quantitative approach with mixed analysis methods. The study results showed a significant negative correlation (-0.275) between women's vulnerability and resilience to water shortages. There are variations in the vulnerability and resilience of women in several sub-districts in the study locations. Sustainable household water management can be admitted by encouraging the government, piped water administrators and households to reduce vulnerability and increase women's resilience and adaptive capacity."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library