Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179795 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novrina Ariij Aisyti
"Salah satu perkembangan menarik dalam pengobatan kanker adalah target terapi kanker, yaitu pemberian obat yang ditargetkan secara molekuler untuk menginhibisi protein onkogenik tirosin kinase. Tirosin kinase adalah enzim kinase yang berperan dalam proses seluler seperti pertumbuhan, diferensiasi, migrasi, dan apoptosis sebuah sel. Mutasi atau ekspresi berlebih dari tirosin kinase dapat mengakibatkan perubahan fungsi seluler tirosin kinase yang memicu pembentukan sel tumor dan kanker, sehingga inhibisi dari protein tersebut dapat memperlambat proliferasi dan angiogenesis dari sel kanker. Pada penelitian ini, permodelan secara in silico digunakan untuk mengetahui aktivitas inhibisi senyawa propolis yang berasal dari lebah tak bersengat Tetragonula biroi aff. Indonesia pada target protein tirosin kinase penyebab non-small cell lung cancer (NSCLC), kanker payudara, dan leukemia myeloid. 18 senyawa uji propolis yang memiliki potensi antikanker diujikan sebagai inhibitor untuk menghambat aktivitas protein Anaplastic Lymphoma Kinase (ALK), Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2), dan Brutons Tyrosine Kinase (BTK) penyebab NSCLC, kanker payudara, dan leukemia myeloid secara berturut-turut. Penambatan dikomputasikan menggunakan AutoDock Vina®, dengan LigPlot+ dan PyMOL untuk memvisualisasikan interaksi molekuler antara kompleks inhibitor-protein yang dihasilkan. Hasil menunjukkan bahwa kurarinon adalah inhibitor yang paling kuat terhadap ALK dengan skor -8,8 kkal/mol, yang berinteraksi dengan Met1199 sebagai residu utama untuk menghambat ALK. Sementara itu macarangin memiliki skor penambatan tertinggi untuk target HER2 dengan nilai sebesar -11,3 kkal/mol, dan Derrubone sebagai inhibitor paling kuat untuk BTK dengan skor -9,4 kkal/mol. Maka dari itu, studi ini menunjukkan bahwa kurarinon berpotensi untuk menjadi inhibitor ALK, dengan macarangin berpotensi sebagai inhibitor HER2, dan derrubone berpotensi untuk menjadi inhibitor BTK sehingga ketiga senyawa tersebut dapat diteliti dan dievaluasi lebih lanjut untuk studi in-vitro dan in-vivo sebagai novel inhibitor ALK, HER2, dan BTK.

 


One of the interesting developments in cancer treatment is the use of cancer targeted therapy, a molecular targeted drugs that are given to inhibit the oncogenic protein of tyrosine kinases. The tyrosine kinases is a group of kinase enzyme that plays a role in cellular processes such as cell growth, differentiation, migration, and apoptosis. Mutation or overexpression of tyrosine kinases can result in disruption of tyrosine kinase cellular function which triggers the formation of tumor and cancerous cells, where the inhibition of these proteins can slow down the proliferation and angiogenesis of cancer cells. In this study, in-silico modeling was used to determine the inhibitory activity of propolis compounds derived from Indonesian Tetragonula biroi aff. targeting tyrosine kinase protein that causes non-small cell lung cancer (NSCLC), breast cancer, and myeloid leukemia. 18 propolis compounds that have anticancer potential are tested as inhibitors to block the activity of Anaplastic Lymphoma Kinase (ALK), Human Epidermal Growth Factor Receptor 2 (HER2), and Bruton's Tyrosine Kinase (BTK) protein that causes NSCLC, breast cancer, and myeloid leukemia respectively. Docking was computed using AutoDock Vina®, with LigPlot+ and PyMOL to visualize molecular interactions between the resulting inhibitor-protein complex. The result show that kurarinone is the most potent inhibitor towards ALK with a score -8,8 kcal/mol, interacting with Met1199 as a key residues for inhibiting ALK. Meanwhile macarangin has the highest docking score for HER2 target resulting in -11,3 kcal/mol, and derrubone as the most potent inhibitor for BTK with a score of -9,4 kcal/mol. This study suggest that kurarinone has the potential as ALK inhibitor, with macarangin has the potential to inhibit HER2, and derrubone has the potential as BTK inhibitor so that the three compounds can be further investigated and evaluated for in-vitro and in-vivo studies as novel ALK, HER2, and BTK inhibitors.

"

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafidha Irdiani
"Coronavirus disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome 2 (SARS-CoV-2). Saat ini, Covid-19 menjadi masalah kesehatan global dan ditetapkan sebagai pandemic pada Maret 2020. Kompleksitas dan mutasi ssRNA virus yang sangat cepat menyebabkan dibutuhkan waktu lama untuk menghasilkan vaksin yang efektif. Sementara itu, angka kematian yang terus meningkat mengiringi peningkatan angka kasus setiap harinya membuat tingginya urgensi penemuan obat. Terdapat dua target pengobatan Covid-19 yang menjanjikan, yaitu protease SARS-CoV-2 dan ACE-2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi propolis Tetragonula aff. biroi sebagai obat Covid-19 melalui studi in silico. Dalam penelitian ini, penambatan molekuler antara senyawa propolis dengan masing-masing protease SARS-CoV-2 dan ACE-2 dilakukan. Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa senyawa yang berpotensi menghambat aktivitas protease SARSCoV-2 adalah glyasperin A dan broussoflavonol F, dengan docking score -7,8 kcal/mol dan dengan persentase kemiripan profil interaksi masing-masing dibandingkan dengan inhibitor 13b sebagai kontrol positif sebesar 63% dan 75%. Sementara itu, senyawa yang berpotensi menghambat aktivitas ACE-2 adalah glyasperin A, broussoflavonol F, dan sulabiroins A dengan docking score secara berurutan -10,8 kcal/mol, -9,9 kcal/mol, dan -9,5 kcal/mol serta persentase kemiripan profil interaksi dibandingkan dengan inhibitor MLN-4760 sebagai kontrol positif secara berurutan sebesar 77%, 23%, dan 38%.

Coronavirus disease 2019 (COVID-19), a respiratory disease caused by severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), is a global health concern, as the World Health Organization declared this outbreak to be a global pandemic in March 2020. The need for an effective treatment is urgent because the development of an effective vaccine may take years given the complexity of the virus and its rapid mutation. Two promising treatment targets for COVID-19 are SARS-CoV-2 main protease and ACE-2. Thus, this study examined whether Sulawesi propolis compounds produced by Tetragonula aff. biroi can inhibit the enzymatic activity of both proteins. In this study, molecular docking was performed to analyze the interaction profiles of propolis compounds with SARS-CoV-2 main protease and ACE-2 severally. Based on the research, two compounds, namely glyasperin A and broussoflavonol F, are potential inhibitor for SARS-CoV-2 protease with docking score -7.8 kcal/mol and binding similarities compared to inhibitor 13b as positive control 63% and 75% respectively. Furthermore, glyasperin A, broussoflavonol F and sulabiroins A are also considered as potential inhibitors for ACE-2 with docking score -10.8 kcal/mol, -9.9 kcal/mol and -9.5 kcal/mol respectively, and binding similarity compared to inhibitor MLN-4760 as positive control 77%, 23% and 38% respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lia Kusuma Dewi
"COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 telah menjadi isu global dan menimbulkan kasus infeksi dan korban jiwa diseluruh dunia. Penemuan obat sangat diperlukan untuk menghambat infeksi virus dan dampak yang ditimbulkannya. Namun, penelitian dan pengembangan molekul obat baru membutuhkan waktu yang sangat lama dan memakan biaya yang sangat besar.  Studi in silico merupakan salah satu alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini, uji in silico dilakukan untuk menentukan interaksi antara senyawa propolis dengan protease utama serta protein spike SARS-CoV-2 sebagai protein target. Protease utama berperan dalam replikasi virus sementara protein spike berperan penting dalam proses invasi virus ke dalam sel.  Kedua protein ini dijadikan target pengembangan obat dengan mencari inhibitor keduanya melalui proses penambatan molekuler terhadap 20 senyawa bioaktif propolis yang berasal dari lebah tanpa sengat Tetragonula sapiens. Senyawa propolis yang digunakan yaitu senyawa yang memenuhi aturan Lipinski’s Rule of Five. Adapun piranti lunak utama yang digunakan dalam metode penambatan molekuler pada penelitian ini yaitu AutoDock Vina. Hasil simulasi penambatan molekuler menunjukkan senyawa propolis yang berpotensi menghambat aktivitas protease utama adalah Sulabiroins A, Broussoflavonol F dan (2S)-5,7-dihydroxy-4'-methoxy-8-prenylflavanone dengan nilai penambatan masing-masing sebesar -8.1, -7.9, dan -7.9 kcal/mol. Sementara itu, Broussoflavonol F dan Glyasperin A merupakan senyawa propolis yang menunjukkan aktivitas inhibis terkuat terhadap protein spike SARS-CoV-2 dengan energi ikatan masing-masing sebesar -7.6 dan -7.3 kcal/mol. Senyawa-senyawa propolis tersebut juga terbukti dapat berikatan dengan asam amino kunci pada sisi aktif protein target sehingga berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai kandidat obat COVID-19.

COVID-19 caused by SARS-CoV-2 is a global health issue and resulting in morbidity and mortality across the world. There is an urgent need to find the treatments to inhibit the virus infections and its consequences. However, research and development of new drug molecules takes years and is very expensive. In silico research is an alternative solution to overcome these problems. Here we conducted in silico study to examine the interaction between propolis compounds with SARS-CoV-2 main protease and spike protein as target proteins. Main protease is responsible for the virus replication while spike protein mediates viral entry. Their important roles makes it an interesting target for developing SARS-CoV-2 potential drugs by developing the inhibitor using molecular docking toward 20 propolis active compounds from Tetragonula sapiens. Those propolis compounds then selected based on Lipinski’s Rule of Five (Lipinski’s RO5). The main software that used to conduct molecular docking in this research are AutoDock Vina. Docking results showed that propolis compound which has the high potential to inhibit SARS-CoV-2 main protease activity was Sulabiroins A, following by broussoflavonol F and (2S)-5,7-dihydroxy-4'-methoxy-8-prenylflavanone with docking score -8.1, -7.9, dan -7.9 kcal/mol, respectively. Broussoflavonol F and Glyasperin A were the most promising compounds that showed inhibition activity towards SARS-CoV-2 spike protein with binding affinity  -7.6 dan -7.3 kcal/mol. Those compounds were able to bind with the key residu on the active site of the target protein so that they could be potential to be further developed as COVID-19 drug candidates."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alliya Niandra Diva
"ABSTRACT
Kanker serviks dan payudara adalah dua jenis kanker terjadi pada wanita dan termasuk yang paling mematikan. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, kanker serviks dan payudara terjadi cukup banyak di Indonesia, yaitu dengan angka 0,8 dari seluruh jenis kanker. Terapi yang menarget sel kanker secara spesifik sangat diperlukan. Penelitian ini mengeksplor efek propolis Indonesia dari lebah Tetragonula biroi terhadap sel kanker serviks HeLa dan payudara MCF-7. Ekstrak etanol propolis didapatkan dari propolis padatan dan karang. Sebanyak 250 ppm ekstrak propolis ditambahkan kepada sel kanker untuk analisis. Aktivitas anti kanker propolis diuji menggunakan metode MTT Assay, kemudian didapatkan nilai persentase inhibisi pertumbuhan sel kanker. Ekstrak propolis tersebut juga dianalisis dengan sistem LC-MS/MS untuk mengidentifikasi komponen antikanker yang ada, serta dengan Spektrofotometer UV-Vis untuk kuantifikasi flavonoid dan polifenol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa propolis karang memiliki efek sitotoksik yang lebih tinggi dengan persentase inhibisi sebesar 92,42 untuk MCF-7 dan 86,81 untuk HeLa, sedangkan propolis padatan menginhibisi pertumbuhan MCF-7 dan HeLa sebesar 87,60 dan 77,27. Pada kedua jenis propolis dapat ditemukan senyawa antikanker dari golongan flavonoid, fenol, sesquiterpene, dan steroid. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa propolis memiliki potensial untuk terapi antikanker, namun masih harus dilaksanakan penelitian lanjutan.

ABSTRACT
Cervical and breast cancer are some of the deadliest forms of cancer that may occur in women. According to the Indonesian Ministry of Health, cervical and breast cancer makes up 0,8 of all cancer cases in Indonesia. A form of therapy that specifically targets cancer cells has been a hot topic in novel researches. This research explores the effect of propolis from Indonesian bee Tetragonula biroi on human cancer cell lines HeLa and MCF 7. Ethanolic extract of the Propolis was obtained from raw propolis. 250 ppm of the samples were added to the cell lines. Subsequently, propolis rsquo activity in inhibiting cell growth was analyzed using the MTT Assay method. The inhibition percentage was then obtained. The propolis extracts were also analyzed by LC MS MS to identify anticancer components that exist, also with Spectrophotometer UV Vis to identify the amount of flavonoids and polifenols present in the extract. The results show that rough propolis has the higher cytotoxic effect with inhibition percentages of 92.42 for MCF 7 and 86.81 for HeLa cells, while smooth propolis inhibits MCF 7 growth by 87.60 and HeLa by 77.27. Anticancer components were also found in both types of propolis in forms of phenols, flavonoids, sesquiterphenes, and steroids. It may be concluded in this study that while propolis has potential as an anticancer agent, future research is still very much needed."
2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Wiratama
"

Gout atau penyakit asam urat merupakan penyakit inflammatory arthritis yang dapat memberikan rasa sakit pada persendian serta mengakibatkan kelumpuhan permanen akibat penumpukan kristal monosodium urate yang disebabkan oleh hiperurisemia. Penyakit ini terjadi pada sekitar 0,1% sampai 10% orang dewasa, di mana umumnya terjadi pada kelompok usia 30-50 tahun untuk laki-laki dan pada kelompok usia pasca menopause untuk perempuan. Di Indonesia, gout merupakan salah satu dari 12 besar penyakit tidak menular.  Pengobatan yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan Allopurinol yang bekerja sebagai inhibitor kompetitif Xantin Oxidase (XO) untuk mengurangi sintesis asam urat, namun karena efek samping serta sifat inhibitor kompetitif Allopurinol, pendosisan Allopurinol menjadi kompleks, yang mana menjadikan perlunya pengembangan inhibitor XO yang bersifat non-kompetitif. Senyawa yang dapat menjadi kandidat adalah sebuah senyawa baru yang ditemukan dalam propolis dari Tetragonula biroi aff. dari golongan kumarin. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa senyawa tersebut memiliki aktifitas inhibisi XO yang mendekati Allopurinol namun bekerja secara non-kompetitif. Pada penelitian ini, senyawa baru serta senyawa turunannya tersebut dilakukan uji molecular docking secara in silico terhadap XO untuk mengetahui profil energi bebas ikatan senyawa pada allosteric site XO. Hasil penelitian mendapatkan skor energi ikatan terendah adalah pada Senyawa Turunan 1, dengan nilai -8,9 kcal/mol. Nilai ini lebih baik dibandingkan dengan senyawa baru pada -8,2 kcal/mol. Inhibisi XO terjadi karena terdapat interaksi hidrofobik ligan dengan Ser344, Val66, Phe68, ikatan hidrogen pada Lys57 dan interaksi hidrofobik dan hidrogen dengan Ser306. Senyawa Turunan 1 memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi obat anti-gout bersifat inhibitor XO non-kompetitif.


Gout is an inflammatory arthritis that could give pain on joints that could lead to permanent disability due to uric acid crystal deposits caused by hyperuricemia. Gout prevalence in adults is 0,1% to 10% which mostly happens in 30 to the 50-year-old age group for men and in post-menopause age for women. In Indonesia, Gout is one of the top 12 highest of non-infectious disease prevalence. One of the common methods to cure gout is by reducing uric acid formation, which could be done by using Allopurinol to disrupt Xanthine Oxidase (XO) enzyme in synthesizing uric acid, but since Allopurinol is a competitive inhibitor, the dosing become complex in addition to the drug’s side effect. Therefore, a non-competitive XO inhibitor needs to be developed. One of the promising candidates of non-competitive XO inhibitor is a novel compound of coumarin from propolis of Tetragonula biroi aff. Previous research found that this novel compound has non-competitive inhibitory activity against XO. In this research, we use in silico molecular docking to find the free binding energy of this novel compound and its derivate towards XO at an allosteric site. It is found that the lowest binding energy was at -8,9 kcal/mol for “Senyawa Turunan 1” (Derivate 1). This binding energy is lower than the novel compound at -8,2 kcal/mol. XO inhibition occurs due to ligand hydrophobic interaction at Ser344, Val66, Phe68, hydrogen bond at Lys57, and hydrophobic and hydrogen interaction with Ser306 This result shows that the Derivate 1 have a high potential to be developed as a non-competitive XO inhibitor for gout treatment.

"
2018
T52532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Husnia Al Haq
"ABSTRACT
Latar Belakang: Pada beberapa tahun terakhir, terjadi kenaikan insidensi infeksi jamur yang diiringi dengan kenaikan resistensi terhadap flukonazol sebagai salah satu pilihan obat untuk infeksi jamur. Sehingga perlu dipertimbangkan adanya alternatif obat yang efektif dan diharapkan juga memiliki efek samping minimal, salah satunya adalah propolis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas propolis Indonesia dari lebah Tetragonula biroi terhadap pertumbuhan Candida sp. dan Cryptococcus neoformans. Metode: Penelitian eksperimental untuk menguji sensitivitas propolis dengan menggunakan teknik difusi cakram yang dilakukan pada enam jenis jamur yaitu Candida albicans, Candida glabrata, Candida parapsilosis, Candida krusei, Candida tropicalis, dan Cryptococcus neoformans. Sampel yang diuji adalah emulsi propolis Indonesia dari lebah Tetragonula biroi dengan konsentrasi 10 mg/ml, 50 mg/ml, dan 70 mg/ml. Hasil: Propolis jenis ini tidak efektif dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans, Candida tropicalis, Candida parapsilosis, dan Candida krusei, namun berpotensi dalam menghambat pertumbuhan Candida glabrata dan Cryptococcus neoformans. Kenaikan konsentrasi tidak berpengaruh terhadap daya hambat propolis. Diskusi Konsentrasi propolis Indonesia dari lebah Tetragonula biroi yang lebih rendah dari 10 mg/ml dapat dipertimbangkan untuk memberikan hasil yang lebih optimal.

ABSTRACT
Background: In recent years, there has been an increase in the incidence of fungal infections accompanied by an increase in resistance to fluconazole as one of the drug choices for fungal infections. So that it needs to be considered the existence of an alternative drug that is effective and also expected to have minimal side effect, one of which is propolis. This research was done to determine the activity of Indonesian Propolis from Tetragonula biroi Bee on the growth of Candida sp. and Cryptococcus neoformans. Methods: An experimental study to test the susceptibility of propolis using disc diffusion technique performed on six types of fungi, they are Candida albicans, Candida glabrata, Candida parapsilosis, Candida krusei, Candida tropicalis, and Cryptococcus neoformans. The samples tested were Indonesian propolis emulsion from Tetragonula biroi bee with concentration of 10 mg/ml, 50 mg/ml, and 70 mg/ml. Results: This type of propolis is not effective in inhibiting the growth of Candida albicans, Candida tropicalis, Candida parapsilosis, and Candida krusei, but has the potential to inhibit the growth of Candida glabrata and Cryptococcus neoformans. The increase in concentration does not affect the inhibition of propolis. Discussion: The lower concentration than 10 mg/ml of Indonesian propolis emulsion from Tetragonula biroi bee can be considered to provide more optimal results. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Candra Asih
"Sejak pertama kali diidentifikasi pada akhir Desember 2019, COVID-19 menjadi perhatian utama dunia. Sampai saat ini baru ada 2 obat yang disetujui oleh FDA, sehingga masih terbuka kesempatan eksplorasi obat untuk COVID-19. Enzim RNA-dependent RNA polymerase (RdRp) dan p21-activated kinase (PAK1) menjadi kandidat protein target untuk pencarian obat COVID-19. RdRp sendiri terlibat dalam replikasi virus SARS-CoV-2 di dalam tubuh sedangkan PAK1 terlibat dalam patogenesis dan fibrosis paru pada pasien COVID-19. Kedua protein target ini dijadikan strategi pencarian obat dengan mencari inhibitor dari keduanya menggunakan metode penambatan molekuler terhadap 30 senyawa yang ada dalam propolis Tetragonula sapiens yang telah terbukti di beberapa penelitian memiliki efek farmakologis. Sebelum dilakukan penambatan molekuler, 30 senyawa propolis dipastikan telah memenuhi aturan Lipinski & SwissADME. Hasil yang didapatkan berdasar analisis docking score, konstanta inhibisi, dan profil interaksi adalah bahwa senyawa propolis yang berpotensi menjadi inhibitor PAK1 adalah glyurallin B dan glyasperin A. Sedangkan untuk RdRp adalah 1,5-Dimethyl-4-[[(2-methyl-6-phenylthieno[2,3-d]pyrimidin-4-yl)hydrazinylidene]methyl]pyrrole-2 carbonitrile. Berdasarkan analisis studi literatur, senyawa-senyawa dalam propolis cenderung bersifat sinergis sehingga akan lebih baik digunakan secara kolektif dibanding secara individu. Hasil penelitian ini juga menunjukkan potensi propolis dikembangkan menjadi terapeutik untuk COVID-19 dalam bentuk nutritional foods.

Sejak pertama kali diidentifikasi pada akhir Desember 2019, COVID-19 menjadi perhatian utama dunia. Sampai saat ini baru ada 2 obat yang disetujui oleh FDA, sehingga masih terbuka kesempatan eksplorasi obat untuk COVID-19. Enzim RNA-dependent RNA polymerase (RdRp) dan p21-activated kinase (PAK1) menjadi kandidat protein target untuk pencarian obat COVID-19. RdRp sendiri terlibat dalam replikasi virus SARS-CoV-2 di dalam tubuh sedangkan PAK1 terlibat dalam patogenesis dan fibrosis paru pada pasien COVID-19. Kedua protein target ini dijadikan strategi pencarian obat dengan mencari inhibitor dari keduanya menggunakan metode penambatan molekuler terhadap 30 senyawa yang ada dalam propolis Tetragonula sapiens yang telah terbukti di beberapa penelitian memiliki efek farmakologis. Sebelum dilakukan penambatan molekuler, 30 senyawa propolis dipastikan telah memenuhi aturan Lipinski & SwissADME. Hasil yang didapatkan berdasar analisis docking score, konstanta inhibisi, dan profil interaksi adalah bahwa senyawa propolis yang berpotensi menjadi inhibitor PAK1 adalah glyurallin B dan glyasperin A. Sedangkan untuk RdRp adalah 1,5-Dimethyl-4-[[(2-methyl-6-phenylthieno[2,3-d]pyrimidin-4-yl)hydrazinylidene]methyl]pyrrole-2 carbonitrile. Berdasarkan analisis studi literatur, senyawa-senyawa dalam propolis cenderung bersifat sinergis sehingga akan lebih baik digunakan secara kolektif dibanding secara individu. Hasil penelitian ini juga menunjukkan potensi propolis dikembangkan menjadi terapeutik untuk COVID-19 dalam bentuk nutritional foods."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Davita Kristabel
"ABSTRACT
Infeksi jamur adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Infeksi jamur yang banyak terjadi berupa kandidiasis dan kriptokokosis yang disebabkan oleh jamur Candida sp dan Cryptococcus sp. Kedua tipe infeksi jamur seringkali menyerang orang dengan sistem imun rendah, seperti penderita AIDS. Penyakit infeksi ini dapat diobati dengan senyawa antijamur. Propolis mengandung senyawa dengan sifat antijamur terhadap Candida sp. dan Cryptococcus sp. Namun, kandungan propolis berbeda tergantung pada sumber propolis, jenis lebah penghasilnya, dan lingkungannya. Propolis yang digunakan dalam penelitian merupakan propolis Indonesia dari lebah Tetragonula biroi dalam dua tipe yaitu propolis karang dan propolis padatan. Potensi antijamur propolis Indonesia dapat diketahui dengan melihat aktivitas antijamur propolis pada beberapa spesies jamur Candida dan Cryptococcus. Propolis Indonesia dalam bentuk ekstrak etanol propolis EEP diujikan pada jamur Candida albicans, C. krusei, C. glabrata, C. parapsilosis, C. tropicalis, dan Cryptococcus neoformans dengan metode difusi cakram. Hasil antijamur menunjukkan bahwa propolis Indonesia dalam bentuk EEP memiliki potensi sebagai antijamur untuk seluruh tipe jamur dan bahkan memiliki diameter hambat lebih tinggi dibandingkan flukonazol untuk jamur Candida krusei, Candida glabrata, dan Cryptococcus neoformans, serta propolis karang memiliki potensi lebih besar untuk mayoritas tipe jamur yang diujikan. Kandungan flavonoid dan polifenol dari propolis Indonesia diperoleh dengan penggunaan quercetin sebagai standar flavonoid dan asam galat sebagai standar polifenol. Didapatkan propolis padatan memiliki keunggulan dalam kedua kategori yakni pada 17,45 flavonoid dan 18,32 polifenol dibandingkan dengan 7,83 flavonoid dan 14,72 polifenol pada propolis karang. Kandungan senyawa aktif propolis Indonesia sendiri dapat diketahui dengan metode spektroskopi massa kromatografi cair LC-MS dimana didapatkan senyawa antijamur yang terkandung dalam propolis Indonesia berupa dehydroabetic acid, ziyuglycoside II, muscanone, 6,7-dihydroxycoumarin, coronalolide, montecristin, plakevulin A, dan asam shikimate.

ABSTRACT
Fungal infection is one of the existing diseases in Indonesia. Most common fungal infections are the candidiasis and cryptococcosis disease which is caused by Candida sp and Cryptococcus sp fungi respectively. Both type of fungal infection often attacks people with low immune system, such as AIDS patients. This disease can be treated with antifungal compounds. Propolis contains compounds that has antifungal properties to Candida sp. and Cryptococcus sp. However, the compounds contained in propolis differs accoding to its source the bee that produces it, and its environment. The propolis used in the study is Indonesian propolis produced by Tetragonula biroi bee with two types of propolis, rough propolis and smooth propolis. The antifungal potential of Indonesian propolis can be discovered by observing its antifungal activity to a few species of Candida and Cryptococcus. Indonesia propolis in the form of etanol extract propolis EEP is tested on Candida albicans, C. krusei, C. glabrata, C. parapsilosis, C. tropicalis, dan Cryptococcus neoformans with the disc diffusion method. Indonesian propolis is discovered to have antifungal properties for all the fungi types tested with even higher diameter of inhibition compared to flukonazol on Candida krusei, Candida glabrata, and Cryptococcus neoformans, and on most fungal type, rough propolis shows a higher potential to inhibit the growth of fungi. The flavonoid and polyphenol content of Indonesian propolis which is categorized into smooth and rough propolis was discovered by using quercetin as the flavonoid standard and gallic acid as the polyphenol standard. The result shows that smooth propolis excels more in the two contents with 17,45 flavonoid dan 18,32 polyphenol compared to the 7,83 flavonoid dan 14,72 polyphenol on rough propolis. The active compounds of Indonesian propolis itself is done with the liquid chromatography mass spectroscopy LC MS method where it is discovered that Indonesian propolis has dehydroabetic acid, ziyuglycoside II, muscanone, 6,7 dihydroxycoumarin, coronalolide, montecristin, plakevulin A, and shikimic acid as its antifungal compounds. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aretha Amelia Budiman
"Pendahuluan: Prevalensi periodontitis di Indonesia mencapai 74,1% berdasarkan data Riskesdas tahun 2018. Bakteri penyakit periodontitis dapat menembus lebih dalam ke jaringan sekitar gigi. Hal ini dapat memicu respons host dalam upaya bertahan melawan bakteri yang menyerang, salah satunya adalah respon dari TLR-2. Salah satu obat yang memiliki kandungan antiinflamasi dan saat ini sedang banyak diperhatikan oleh masyarakat adalah propolis. Tujuan: Meneliti interaksi dan afinitas antara senyawa pada propolis dengan reseptor Toll-Like Receptor 2 melalui studi penambatan molekuler. Metode: Studi in silico dengan penambatan molekuler untuk menguji interaksi molekuler dari ligan bahan aktif propolis terhadap reseptor TLR-2. Hasil interaksi yang didapat akan dianalisis dan diintrepretasikan untuk mengetahui afinitas ikatan dari interaksi antara ligan dengan reseptor. Hasil: terdapat interaksi antara ligan bahan aktif propolis terhadap reseptor TLR-2. Kesimpulan: Propolis berpotensi menjadi agen antibakteri pada terapi periodontitis yang dapat menghambat inflamasi melalui inaktivasi TLR-2. Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara in vitro untuk pengamatan lebih lanjut terkait interaksi yang terjadi.

Background: The prevalence of periodontitis in Indonesia reached 74.1%. (Riskesdas, 2018). Periodontitis bacteria can penetrate deep into the gum. This can trigger a host response in an effort to defend against invading bacteria, including responses from TLR-2. Propolis has been shown to have antiinflammatory properties and is currently getting a lot of attention from the public. Purpose: To examine the interaction and affinity between compounds in propolis and the Toll-Like Receptor 2 receptor through molecular docking studies. Methods: To investigate the molecular interactions of propolis active ingredient ligands on the TLR-2 receptor, a molecular docking was conducted. The interaction results obtained will be analyzed and interpreted to determine the binding affinity of the interaction between the ligand and the receptor. Results: There is an interaction between the ligand of the active ingredient of propolis and the TLR-2 receptor. Conclusions: Propolis has the potential to be an antibacterial agent in periodontitis therapy that can inhibit inflammation through inactivation of TLR-2. However, further research needs to be carried out with in vitro studies to further observe the interactions that may occur."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>