Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130443 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raisa Ratriananda
"Kebayoran Baru, Jakarta Selatan merupakan kota satelit pertama di selatan Jakarta dan merupakan wilayah yang terencana. Akan tetapi sejak sepuluh tahun terakhir terjadi perubahan pesat dengan kemunculan komersial, kafe dan restoran hampir di setiap jalan lingkungan dan kolektor yang berada dan menggantikan fungsi hunian. Kemunculan secara cepat "ruang publik" komersil yang eksklusif, atau ruang publik semu berupa kafe dan restoran merupakan salah satu penanda terdapatnya gentrifikasi pada suatu kawasan. Consumer class lifestyle mengubah kondisi wilayah yang tergentrifikasi dan berkontribusi terhadap kenaikan harga lahan sehingga warga yang sejak dulu tinggal di situ tak mampu lagi dan akhirnya pindah ke tempat lain. Bila dilihat sekilas, hal ini mirip dengan apa yang terjadi di Kebayoran Baru. Akan tetapi wilayah tersebut sejak awal sudah menjadi lingkungan kaum menengah ke atas sehingga yang terjadi di wilayah tersebut merupakan gentrifikasi gelombang ke dua. Melalui penelusuran arsip dan pengamatan lapangan secara spasial, kajian ini akan mencoba memahami transformasi spasial tersebut dan kaitannya dengan social production of public space yang demokratis.
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan is the first satellite city in the southern part of Jakarta and is a planned area. In the last ten years, there has been a rapid transformation within the area due to the land use change from what is predominantly residential to commercial; cafes and restaurants in almost every street. The rapid growth of these commercial and exclusive “public space” or quasi-public space in the form of cafes and restaurants is one of the signs of gentrification. Consumer class life-style changes the condition of the gentrified neighbourhood and contributes to the increase of the land value, making it unaffordable for the residents and causing them to seek housing areas with lower cost. This is similar to what has been happening in Kebayoran Baru. However, the area has always been a relatively middle-class neighbourhood from the beginning. This indicates that what is currently happening in Kebayoran Baru is actually second wave gentrification. Through archival studies and spatial on-site observation, this research aims to understand the spatial transformation and its relation to social production of public space that considers democracy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Grace Matiur
"Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerbitkan Keputusan No. D.IV-60991dI33/1975 tentang Penetapan Daerah Kebayoran sebagai Lingkungan Pemugaran untuk mempertahankan fungsi Kawasan Kebayoran Baru sebagai kawasan hunian. Berdasarkan penggolongan bangunan pemugaran, lingkungan pemugaran Kebayoran Baru digolongkan menjadi empat golongan yaitu golongan A, B, C, dan D.
Namun, perkembangan kola yang berjalan cepat mendorong perubahan pemanfaatan ruang di lingkungan pemugaran Kebayoran Baru, terutama di sekitar jalan arteri sekunder. Salah satu kawasan tersebut adalah di sekitar jalan arteri sekunder di Blok Q Kebayoran Baru, yaitu di Jalan Cikajang dan Ciranjang Permasalahan perubahan pemanfaatan ruang di Jalan Cikajang dan Ciranjang scat ini berkembang pesat. Kaveling untuk rumah tinggal berubah menjadi lokasi untuk kegiatan usaha dari bisnis. Kondisi ini merubah karateristik dan fungsi bangunan di sepanjang Jalan Cikajang dan Ciranjang.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasikan pola perubahan pemanfaatan ruang dengan melakukan tinjauan terhadap sebaran lokasi, jenis perubahan dan bentuk perubahan pemanfaatan kaveling tanah di Jalan Cikajang dan Ciranjang. Untuk mendukung tujuan penelitian tersebut informasi yang dibutuhkan antara lain identifikasi dan kompilasi berbagai kebijakan pemerintah tentang pemanfaatan ruang, identif ikasi faktor yang berpengaruh dan akibat yang terjadi dan perubahan pemanfaatan ruang.Varibel-variabel yang dianalisis adalah variabel perkembangan ekonomi kota dan perkembangan kebijakan pemerintah kota.
Variabel perkembangan ekonomi kota terdiri dari perkembangan pola pita yang terjadi jalan arteri sekunder, nilai tukar tanah, dan gaya sentrifugal. Hagget berpendapat bahwa gaya sentrifugal terjadi karena adanya proses penyebaran (diffusion) yang bergerak sesuai dengan perkembangan waktu pada suatu lokasi tertentu Sementara untuk variabel perkembangan kebijakan pemerintah kota dengan memperhatikan kebijakan rencana tata ruang dan kebijakan pemugaran.
Proposisi utama penelitian ini yaitu perubahan fungsi pemanfaatan ruang di kawasan hunian cenderung terjadi pada jalan arteri sekunder yang mendorong peningkatan kegiatan di jalan lingkungan karena nilai tukar lahan di jalan arteri sekunder cenderung lebih tinggi. Untuk mengungkapkan masalah perubahan pernanfaatan ruang di lingkungan pemugaran Kebayoran saya menggunakan strategi penelitian studi kasus. Yin mengatakan metode studi kasus dapat mengungkap masalah di bidang kebijakan publik dan perencanaan kota dan wilayah.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perubahan pemanfaatan ruang di Jalan Cikajang dan Ciranjang diprakarsai oleh terjadinya pola perkembangan pita di jalan arteri sekunder di Blok Q, yaitu Jalan Wolter Monginsidi.
Hasil penelitian juga menunjukkan di sekitar pertemuan antara Jalan Cikajang dan Jalan Wolter Monginsidi, dan Jalan Ciranjang dan Jalan Wolter Monginsidi terjadi perubahan fungsi pemanfaatan kaveling tanah dan intensitas bangunan. Meningkatnya kegiatan ekonomi dan bisriis di sepanjang Jalan Cikajang dan Ciranjang mendorong nilai tukar tanah di Jalan Cikajang dan Ciranjang juga turut meningkat. Kondisi ini terlihat dari perkembangan nilai jual tanah di jalan tersebut sejak tahun 1995. Hasil penelitian memperlihatkan pula adanya kecenderungan terjadinya gaya sentrifugal terhadap perubahan pemanfaatan kaveling tanah di Jalan Cikajang dan Ciranjang dari tahun 1985-2004. Terjadi penyebaran perubahan pemanfaatan kaveling tanah di Jalan Cikajang dan Ciranjang.
Kesimpulan penelitian ini adalah pola penyebaran perubahan fungsi pemanfaatan kaveling tanah di Jalan Cikajang dan Ciranjang cenderung lebih banyak terjadi di sekitar lokasi pertemuan antara Jalan Wolter Monginsidi dengan Jalan Cikajang dan Jalan Ciranjang. Perubahan fungsi pemanfaatan kaveling tanah di Jalan Cikajang berjalan lebih cepat dibandingkan dengan di Jalan Ciranjang. Perubahan itu ditandai dengan peningkatan nilai tukar tanah di Jalan Ciranjang dan Jalan Cikajang dari tahun 1996 hingga tahun 2003. Jenis perubahan fungsi pemanfaatan kaveling tanah di Jalan Cikajang cenderung lebih bervariasi dibandingkan dengan perubahan fungsi pemanfaatan kaveling tanah di Jalan Ciranjang. Perubahan fungsi pemanfaatan kaveling tanah di Jalan Cikajang lebih banyak untuk fungsi pelayanan kegiatan lingkungan di sekitarnya dan kawasan lain. Sementara perubahan fungsi pemanfaatan kaveling tanah di Jalan Ciranjang cenderung lebih banyak digunakan untuk kantor.

The Provincial Government of DKI Jakarta has issued a policy No. D. IV-60991d13311975 about the determination of Kebayoran Baru as a restoration area to maintain the function of Kebayoran Baru area as a residence. Based on the classification of restoration building, Kebayoran Barn area is divided into four, they are group A, 13. C and D.
However, as a result of city development which runs very fast, it pushed the alteration of space use restoration area in Kebayoran Baru especially around secondary road. Two of this area around secondary road at Block Q Kebayoran Baru is Cikajang and Ciranjang Street. Set of problem about the alteration of space use on Cikajang and Ciranjang Street now days grows speedy. Land lot for residence changed to be trading and business area. This condition changed the characteristic and the function of building along Cikajang and Ciranjang Street.
The purpose of this research is to identify the alteration of space use by analysing the location, kinds of alteration and the type of alteration of land lot use on Cikajang and Ciranjang Street. To support the purpose of this research, the information needed are identification and compilation government policy about space use and also identification factor that influence and the result exist from the alteration of space use.
Variables analyzed are economic city development and government city policy development variables. Economic city development variable consist of the ribbon pattern development that exist in secondary road, land exchange value and centrifugal style. According to Hagget, centrifugal style happen because of diffusion process which move accordance with time development in a location. Meanwhile, for government city policy development variable is by to pay attention about city planning and restoration policy.
The main proposition of this research is the alteration function of space use in residence which tends to exist in secondary road pushed the raising activity on the local street area because the land exchange value in secondary road is higher. To express the problem about alteration of space use restoration Kebayoran area, the writer use the strategy of case study research. According to Yin, case study is able to express the problem in a public policy and also urban and regional planning.
The result shown that the alteration of space use on Cikajang and Ciranjang Street initiated by the development of ribbon pattern in secondary road at Block Q on Wolter Monginsidi Street. This result also shown that the junction between Cikajang and Wolter Monginsidi Street and also Ciranjang and Wolter Monginsidi Street create the alteration of land lot use and building intensity. The increase of economic and business activity along Cikajang and Ciranjang Street push the land exchange value in those area. This is shown by the developing of land selling since 1995. Moreover, this research also shown the centrifugal style toward the alteration of land lot use on Cikajang and Ciranjang Street from 1995 to 2004. The alteration of land lot use has already exist on Cikajang and Ciranjang Street.
The conclusion of this research that the diffusion pattern of land lot use on Cikajang and Ciranjang Street is more exist around the junction between Wolter Monginsidi Street and Cikajang and Ciranjang and Wolter Monginsidi Street. The alteration function of land lot use on Cikajang Street is faster than Ciranjang Street. This is signed by the increase of land exchange value on Ciranjang and Cikajang Street from 1996 to 2003. The kind of alteration of land lot use on Cikajang Street tend more various than Ciranjang Street. The alteration of land lot use on Cikajang Street is to serve surrounding activity in that area and another area. Meanwhile the alteration of land lot use on Ciranjang Street is used to office.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dana Puspita Arum
"Keberadaan Wilayah Hijau pada daerah perkotaan sangat penting, karena wilayah hijau memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, antara lain adalah fungsi sosial, fungsi ekonomi serta fungsi ekologi. Kebayoran Baru adalah kota taman tropis pertama di Indonesia karya arsitek lokal, Moh. Soesilo (1948). Kebayoran Baru merupakan adaptasi kota taman bergaya Eropa (Belanda) dengan konsep pembangunan kota yang melibatkan alam di dalamnya dan memiliki taman-taman di sekitar pusat kota, dan dikelilingi sabuk hijau berupa tanah pertanian.Tujuan skripsi ini untuk melihat perubahan wilayah hijau di Kebayoran Baru tahun 1975-2005 dan kaitan antara perubahan wilayah hijau tersebut dengan penggunaan tanah lain, kerapatan jalan, dan rencana peruntukkan tanah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif secara dinamis atau historical (spatial temporal) yang terbagi atas 3 periode dan 2 kawasan yaitu Kawasan Kebayoran Baru dan Non Kawasan Kebayoran Baru. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa perubahan wilayah hijau Kebayoran Baru pada periode I, II dan III sebagian besar terjadi di Non Kawasan Kebayoran Baru dan semakin mendekati Kawasan Kebayoran Baru terutama terjadi di jalanjalan arteri dan jalan utama. Pada periode I,II dan III sebagian besar perubahan penggunaan tanah selain dari wilayah hijau berubah menjadi komersil, juga ada kecenderungan mengarah ke Non Kawasan Kebayoran Baru, sedangkan perubahan wilayah hijau sebagian besar berkurang menjadi perumahan dan terjadi di Non Kawasan Kebayoran Baru. Kerapatan jalan pada periode I, II, dan III mengalami peningkatan yang sebagian besar terjadi di Non Kawasan Kebayoran Baru dan cenderung mengarah ke Kawasan Kebayoran Baru. Rencana peruntukan tanah pada periode I, II dan III yang sesuai dengan perubahan wilayah hijau cenderung mengarah ke Kawasan Kebayoran Baru. Perubahan wilayah hijau yang tidak sesuai dengan rencana peruntukan tanah pada periode I, II dan III semakin berkurang.

Existence green open space at urban area of vital importance, because green open space own various function for life of vinicity society, for example is social function, economic function and also ecology function. Kebayoran Baru is first tropical garden town in Indonesia local architect masterpiece, Moh. Soesilo (1948). Kebayoran Baru represent the dressy garden town adaptation of Europe(Belanda) with the concept of town development entangling nature in it and own the garden [of] around downtown, and encircled by the green belt in the form of land ground .Target of skripsi to see the green open space in Kebayoran Baru at year 1975-2005 and bearing of green open space change of the green with the land use is other, closeness walke, and plan to destine the land use. This research is research qualitative with the descriptive approach dynamicly or historical ( spatial temporal). Result of this research depict that green open space change the Kebayoran Baru at period I, II and III of most happened in Non Kawasan Kebayoran Baru and progressively come near the Kawasan Kebayoran Baru and happened in taking the air artery and especial. At period of I,Ii and III of most change of land use of besides green open space turn into commercial and tend to to aim to the Non Kawasan Kebayoran Baru, while green open space shange most decreasing to become the housing and happened in Non Kawasan Kebayoran Baru. Closeness walke at period I, II, and III experience of the improvement ismostly happened in Non Kawasan Kebayoran Baru and tend to to aim to the Kawasan Kebayoran Baru. Plan the land use allotment of at period I, II and III matching with regional change become green to tend to to aim to the Kawasan Kebayoran Baru. Green open space change which is disagree with plan of land use allotment at period I, II and III on the wane."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34185
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Risha Aisyah
"Taman kota sebagai bagian dari ruang terbuka publik, memiliki peran penting dalam menyelaraskan pola kehidupan kota yang sehat. Taman kota memiliki fungsi ganda yaitu fungsi sosial dan fungsi estetika, yang memberikan manfaat yaitu sebagai wadah aktivitas sosial, paru-paru kota, dan juga memperindah wajah kota. Kebayoran Baru merupakan kota taman (Garden City) pertama di Indonesia yang dirancang oleh arsitek lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas taman kota di Kecamatan Kebayoran Baru, baik sebagai fungsi sosial maupun sebagai fungsi estetika serta untuk melihat hubungan kualitas taman kota dengan karakteristik lokasi pelayanan publik, yang dilihat dari locational efficiency, locational accessibility, dan personal accessibility dari taman tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan keruangan.
Hasil penelitian didapatkan kualitas taman kota sebagai ruang publik di Kecamatan Kebayoran Baru, sebagian besar memiliki kualitas fungsi sosial dan kualitas fungsi estetika yang termasuk kategori sedang. Hubungan kualitas taman kota dengan karakteristik lokasi pelayanan publik beragam. Hal ini disebabkan kualitas fungsi sosial juga terpengaruh dari kualitas fungsi estetikanya. Namun, kualitas fungsi estetika yang baik saja tidak cukup untuk menjadi penentu keberhasilan taman sebagai fungsi sosial, apabila tidak disertai dengan lokasi yang efisien dan mudah dicapai oleh pengguna ruang publik.

As a part of public open space, city parks have an important role in aligning the pattern of a healthy city life. City park has double functions those are social function and aesthetic function, which provide various benefits such as a place for doing social activities, city lungs, and also beautify the city faces. Kebayoran Baru is a first garden city in Indonesia who designed by local architect. This study aims to determine the quality of the city parks in the District of Kebayoran Baru, both as social function and aesthetic function, and also to see the correlations of city parks quality with characteristics of public services location, which is explored from ‘locational efficiency, locational accessibility, and personal accessibility’ of the parks. This research is a descriptive study using a spatial approach.
The study results showed the quality of city parks as public spaces in the District of Kebayoran Baru, mostly have quality both of the social function and aesthetic function are classified as moderate quality. The correlations between quality of city parks and characteristics of public services locations are diverse. This is due to the quality of social function was also detracted from the quality of aesthetic function. However, the good quality of aesthetic function alone is not enough to be a determinant of successful parks as social function, if not accompanied by an efficient location and easily accessible by public space users.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mujiarjo
"Studi ini mengungkap apa sebenarnya Pedagang Kaki Lima (PKL) terkait tindakan okupasi ruang publik perkotaan yaitu trotoar dan jalan. PKL sebagai pelaku usaha sektor informal adalah elemen bagi bergulirnya ekonomi perkotaan. Keberadaannya ikut mendukung kegiatan sektor formal di samping menjadi penyedia komoditas berharga murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Karena disadari bahwa PKL ikut berperan dalam ekonomi perkotaan, Pemerintah Kota merasa perlu membina mereka agar berkembang dan mandiri dan mampu menembus 9pasar bersama usaha di sektor formal.
Regulasi Pemerintah dalam legalisasi PKL sangat rinci namun tidak diimplementasikan dalam kebijakan spasial, sehingga PKL mengokupasi ruang publik perkotaan. Tindakan ini berstatus illegal karena tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Kota. Namun karena ruang publik yang diokupasi adalah lokasi ideal bagi PKL, mereka akan tetap bertahan dengan cara berlindung kepada aparat pemerintah dengan memberikan imbalan sesuai kesepakatan. Meskipun demikian okupasi tetap merupakan tindakan melanggar peraturan yang rawan terpinggirkan.
Keberadaan PKL diruang publik ini juga merupakan bentuk ruang yang dipersepsikan berbeda dari yang dikonsepsikan. Okupasi trotoar dan jalan juga merupakan representasi ruang sosial yang terbangun dari praktik pertukaran antara PKL dengan pelanggan masyarakat perkotaan yang tidak terwadahi dengan tepat. Maka dengan mengacu pada teori Lefebvre : Produksi Ruang, gejala ini dapat dijelaskan sebagai masukan untuk acuan dalam proses konsepsi ruang, yang akan mengarahkan pada wujud lingkung bangun yang memberi persepsi akan guna ruang yang sesuai untuk merepresentasikan hubungan sosial yang diwadahinya.

This study reveals what actually hawkers or Pedagang Kaki Lima (PKL) related to occupational measures of urban public space and street pavement. PKL as informal sector businesses are the elements for the passing of the urban economy. Supporting the existence of formal sector activities in addition to low-cost commodity providers for Poor People. Since it was realized that the PKL participating in the urban economy, the city felt the need to nurture them to grow and self-reliant and able to penetrate the market with the formal business sector.
Government Regulation in the legalization of PKL are very detailed but not although conscious violation of the rules remain as PKL who occupied the location is most ideal for his business. Strategies to survive in the preferred location to do the street vendors to government officials is to take refuge with the reward according to agreement.
The presence of PKL is also a form of public room space is perceived is different from that conceived. Occupational sidewalks and roads are also a representation of social space that is built up from the practice of exchange between the PKL with customers but is not contained properly. Referring to the theory of Lefebvre: Production of Space, this phenomenon can be explained as an input for reference in the conception of space, thus leading to a form suitable environment up to represent social relationships.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30085
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1988
01 Wid p-19
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Fitriana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
01/Wid/p-3
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Indah Wulandari
"Setiap perusahaan yang ingin melebarkan lahan usahanya membutuhkan suatu strategi pemasaran. Strategi menjadi salah satu unsur terpenting yang menentukan keberhasilan suatu usaha dalam menghadapi persaingan dunia bisnis. Dengan strategi yang tepat, suatu usaha akan dapat mencapai tujuan program yang direncanakan.
Tesis ini membahas mengenai strategi pemasaran dengan mengambil studi kasus di Blenger Burger yang berlokasi di jalan Lamandau, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Tujuan penelitian ini selain untuk mengetahui strategi pemasaran Blenger Burger, juga untuk mengetahui alternatif strategi pemasaran yang disarankan untuk Blenger Burger. Alasan memilih Blenger Burger untuk dijadikan tempat penelitian karena saat ini Blenger Burger merupakan salah satu usaha makanan yang mengalami perkembangan cukup pesat, bahkan mampu mengungguli para pesaingnya yang sudah lebih dulu terjun.
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Adapun metode yang digunakan adalah metode studi kasus yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan lengkap dari suatu objek yang diteliti tanpa mementingkan generalisasi secara luas. Analisis data dilakukan berdasarkan analisis PLC (Product Life Cycle).
Sebelum suatU strategi pemasaran disusun, perusahaan harus siap dengan perencanaan rincian dari bauran pemasarannya. Dalam studi kasus ini, strategi pemasaran yang dilakukan menggunakan konsep bauran pemasaran 5P yaitu produk (product), harga (price), temppat atau distribusi (place), promosi (promotion), dan Manusia (People).
Strategi pemasaran yang sudah diterapkan oleh Blenger Burger yaitu: (1) Strategi pemasaran untuk produk yang dilakukan oleh Blenger Burger adalah dengan melakukan diferensiasi produk, (2) Strategi pemasaran untuk harga, Blenger Burger menetapkan harga dengan dengan harga yang berlaku (going-rate pricing), (3) Strategi pemasaran untuk promosi, bauran promosi yang dipakai adalah penjualan personal (personal selling) dan hubungan masyarakat yang didalamnya termasuk publisitas, (4) Strategi pemasaran untuk distribusi yaitu dengan memakai saluran langsung dari produsen ke konsumen, delivery service, serta distribusi selektif yang membatasi jumlah outlet, dan (5) Strategi pemasaran untuk manusia (pegawai) adalah dengan memberikan pelatihan dan training, serta kompensasi yang sesuai untuk pegawai.
Setelah dianalisis dengan menggunakan analisis Product Life Cycle (PLC) yang diukur dengan metode Polli & Cook, maka didapatkan kesimpulan bahwa produk burger milik Blenger Burger berada dalam tahap kedewasaan yang menurun (decaying maturity stage). Karena itu alternatif strategi yang yang disarankan yang sesuai dengan posisi produk pada saat ini diantaranya adalah dengan modifikasi pasar, produk, dan bauran pemasaran. Modifikasi pasar dilakukan untuk menambah jumlah konsumen, modifikasi produk dilakukan dengan mengubah penampilan atau kemasan produk serta menambah menu makanan, modifikasi bauran pemasaran dilakukan dengan mencakup modifikasi atas harga dan promosi. Modifikasi harga dilakukan dengan cara menurunkan harga, sedangkan modifikasi promosi dilakukan dengan mempergunakan strategi promosi lain seperti periklanan serta promosi penjualan untuk membantu memperkenalkan produk.

Any company wishing to expand its business lines needs a marketing strategy. Strategy has been one of the most important elements to confirm the success of a business in facing against business world's competition. Through art accurate strategy, a business shall achieve the program purpose it plans.
This thesis discusses the marketing strategy by exposing a case study of Blenger Burger, located on Jalan Lamandau, Kebayoran Baru, South Jakarta. The purpose of this research, besides to know the marketing strategy of Blenger Burger, also in order to get an idea of alternative marketing strategies suggested for Blenger Burger. The reason for taking Blenger Burger as the place of research is because currently Blenger Burger is one of the food businesses which experiences fast development, and even it is able to beat the competitors coming earlier to the field.
In performing the research, the author applies qualitative approach with descriptive type of research. The method incorporated is case study, which is aimed at obtaining deeper and more complete picture of the object under research putting aside broader generalization. Data analysis is performed through Product Life Cycle (PLC) analysis.
Prior to preparing a marketing strategy, a company shall be ready with the detailed planning of its marketing mix. Marketing mix is defined as a set of tactical, reliable marketing tools, which are synergized by the company in order to obtain expected response from the targeted market. In this case study, the marketing strategy applied incorporates the marketing mix concept called 5P's namely product, price, place or distribution, promotion, and people.
The marketing strategy already implemented by Blenger Burger includes: (1) Marketing strategy for the products performed by Blenger Burger is through product differentiation, (2) Marketing strategy for price, Blenger Burger applies the price now prevailing (going-rate pricing), (3) Marketing strategy for promotion: the promotion mix applied is personal selling and mass communication which includes publicity, (4) Marketing strategy for distribution is through incorporating direct channel from the producer to the consumer, called delivery service, and selective distribution which limits the number of outlets, and (5) Marketing strategy for the people (employees), which is through giving training plus compensation in compliant with the employees.
After being analyzed using PLC (Product Life Cycle) analysis and measured with Polli & Cook method, it's concluded that the burger product produced by Blenger Burger is now in the decaying maturity stage. Therefore, the alternative strategy suggested, which will be appropriate with the product position at this time includes, among others, modifying the product, market, and marketing mix.
Market adjustment modifying can be done to increase the customer volume. Product adjustment modifying can be done by changing the product appearance or product packaging and also by adding the various menus. Marketing mix adjustment modifying can be done by completing the price and promotion modifying. Price adjustment modifying can be done by decreasing the price, while promotion modifying can be done by using another promotion strategies, such as : advertising and personal selling. The aim is to promote the product to the market or customer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T17307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriwan Rajab
"Penelitian ini membahas mengenai dinamika politik perkotaan terkait preman di ibu kota. Peneliti melakukan penelitian di kawasan Blok M Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan bertujuan ekplanasi. Dengan menggunakan pendekatan politik perkotaan dan keruangan, kekerasan yang ada di daerah Blok bisa diurai dalam penelitian ini. Hasil temuan yang diperoleh adalah adanya kelompok Preman di kawasan Blok M yakni Preman Surabaya, Preman Ambon, Preman Flores, Preman Palembang, Preman Bugis-Makassar, Preman Medan dan Preman Padang. Kelompok preman ini memiliki wilayah kekuasaan tersendiri yang kemudian menjadi identitas mereka. Kemudian dalam relasi dengan pengusaha dan alat negara, aktor-aktor yang terlibat menjalin hubungan yang menggantungkan diri satu sama lain. Penelitian ini mempunyai kesimpulan bahwa hubungan yang terjalin adalah kekerasan itu sendiri dan ruang bagi produksi kekerasan. Oleh karena itu produk yang dihasilkan juga tak lepas dari kekerasan.

This study discusses the political dynamics of urban-related gangster in the capital. Researchers conducted the study in Blok M, South Jakarta Kebayoran Baru. The method used is qualitative and aims explaination. By using the approach of urban and spatial politics, violence in the region block can be parsed in this study. The findings obtained are a group of thugs in Blok M that Surabaya gangsters, gangsters of Ambon, gangster of Flores , gangsters of Palembang, gangsters of Bugis-Makassar, gangsters of Medan and gangsters of Padang. This gangsters have its own territory and later become their identity. Then in relation to the employer and the state apparatus, the actors involved in a relationship that interdependence. And the resume of the researche that the relationship is violence itself and the space for the production of violence. Thus the resulting product is also not free from violence."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>