Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155229 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shabrina Jeihan Mazaya
"Toleransi menjadi hal yang penting untuk ditelusuri lebih lanjut, melihat semakin maraknya kasus-kasus intoleransi yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi empati dan pendidikan terhadap toleransi dan menentukan prediktor yang paling kuat diantara keduanya. Sebanyak 297 partisipan pada tahapan emerging adulthood dengan pendidikan mahasiswa dan lulusan SMA mengikuti penelitian ini. Penelitian ini menggunakan Miville Guzman Universality Diversity Scale Short Form M-GUDS-S untuk mengukur toleransi partisipan, dan David Interpersonal Reactivity Index IRI untuk mengukur empati partisipan. Analisis regresi berganda digunakan untuk melihat kontribusi empati dan pendidikan terhadap toleransi dan melihat manakah yang memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap toleransi. Hasil penelitian menunjukan empati dapat memengaruhi terbentuknya toleransi secara signikan, namun tidak diikuti oleh pendidikan yang ditemukan tidak dapat memengaruhi terbentuknya toleransi. Empati memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap terbentuknya toleransi dibandingkan pendidikan, dimana dimensi perspective taking ditemukan sebagai prediktor terkuat dalam toleransi keberagaman. Dengan demikian, pembelajaran dan peningkatan faktor intrapersonal seperti empati dapat menjadi salah satu cara untuk mencegah dan menghentikan perilaku intoleran yang terjadi sekarang maupun di kemudian hari. Kelemahan dari penelitian ini adalah pemilihan partisipan yang kurang tepat yaitu individu lulusan SMA dan mahasiswa dimana partisipan memiliki kompetensi yang tidak setara dan individu lulusan SMA yang kebanyakan telah bekerja.

Tolerance to diversity is important to explore further. This study aims to look at the influence of empathy and education on tolerance and determine the strongest predictor of the two variable. A total of 297 emerging adulthood participants with an educational background as a college student and high school graduates participated in this study. This study uses the Miville Guzman Universality Diversity Scale Short Form M-GUDS-S to measure tolerance, and the David Interpersonal Reactivity Index IRI to measure empathy. Multiple regression analysis is used to see the effect of empathy and education on tolerance and see which one has a greater contribution to tolerance. The results showed that empathy can significantly influence the formation of tolerance, but not followed by education that was found to not be able to influence the formation of tolerance. Empathy has a greater contribution to the formation of tolerance than education, where the perspective taking dimension is found as the strongest predictor of tolerance to diversity. The limitation of this study comes from the selection of participants that are not quite accurate, like high school graduates and college students as participants have unequal competencies and for high school graduates that most of whom have worked."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diza Adistya Tanri
"Berdasarkan contact theory (Allport, 1954), individu yang berada pada lingkungan yang heterogen memiliki tingkat toleransi yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk megetahui hubungan antara kontak antar grup dengan toleransi pada dua variasi kelompok partisipan, yaitu mahasiswa universitas heterogen dan mahasiswa universitas homogen di Jabodetabek. Kontak antar grup diukur dengan General Intergroup Contact Quantity and Contact Quality (CQCQ; Islam & Hewstone, 1993). Sedangkan toleransi diukur dengan Miville-Guzman Universality-Diversity Scale Short Form (M-GUDS-S; Fuertes, Miville, Mohr, Sedlacek, Gretchen, 2000). Terdapat 247 mahasiswa yang berpartisipasi pada penelitian ini, yaitu 152 orang dari universitas heterogen dan 95 orang dari universitas homogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kontak antar grup dengan toleransi baik pada kelompok mahasiswa universitas heterogen maupun pada kelompok mahasiswa universitas homogen. Namun, tidak terdapat perbedaan hubungan yang signifikan antara kontak antar grup dengan toleransi pada kedua variasi kelompok partisipan.

According to contact theory (Allport, 1954), when people are engaged in heterogenous environment, they will have higher tolerance level. This study aimed to investigate the relationship between intergroup contact and tolerance in two variance groups of participants, they were the students of heterogenous university and homogenous university in Jabodetabek. Intergroup contact were measured by General Intergroup Contact Quantity and Contact Quality (CQCQ; Islam & Hewstone, 1993) while tolerance were measured by Miville-Guzman Universality-Diversity Scale Short Form (M-GUDS-S; Fuertes, Miville, Mohr, Sedlacek, Gretchen, 2000). There were 247 students participated in this study, 152 of them were from heterogenous university and 95 of them were from homogenous university. The results showed that intergroup contact and tolerance have a significant and positive relationship both in heterogenous university's students and in homogenous university's students. However, there were no significant difference between intergroup contact and tolerance in both variance groups of participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sengon buto (Enterolobium cyyclocarpum Griseb) is one of the potential plant species for land reclamation and possibly for phytoremediation because of its fast growing even on poor soil, and its ability to fertilize soil through nitrogen fixation....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Solo: Jaringan intelektual muda Muhammadiyah, 2004
179.9 MEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Kemajemukan memiliki potensi ganda. Pertama,ketika kemajemukan suku, agama, dan budaya dimengerti sebagai karunia atau rahmat yang di berikan Tuhan dari mulanya,maka ini berarti kekayaan atau harta yang dapat di jadikan modal pembangunan bangsa kita secara luar biasa. Kedua bahwa dalam kemajemukan tersebut juga tersimpan potensi konflik,yakni ketika melaui isu kesukuan/kedaerahan, isu perbedaan atau atsa nama agama dan isu kebudayaan,yang kemudian di jadikan kendaraan politik untuk kepentingan seseornag/sekelompok orang...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dearni Thalia
"Mempraktikkan toleransi beragama masih menjadi masalah di Kota Depok. Toleransi beragama sendiri dapat dipahami sebagai perilaku menghormati atau menghargai individu lain yang memiliki kepercayaan berbeda, serta tidak menghalangi penganut kepercayaan lain dalam menjalankan agamanya. Penelitian terdahulu menemukan bahwa kerendahan hati intelektual sebagai suatu kebajikan berkaitan dengan toleransi beragama. Akan tetapi, belum mempertimbangkan keberagaman agama dalam penelitian yang dilakukan. Kerendahan hati intelektual tersebut dapat dipahami sebagai kesadaran individu bahwa dirinya bisa saja salah tanpa merasa terserang oleh pendapat-pendapat lain yang berbeda dengannya. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerendahan hati intelektual dengan toleransi beragama pada emerging adult yang menjalani pendidikan di Kota Depok. Partisipan dalam penelitian ini adalah emerging adult berusia 18–25 tahun (M = 21.33 dan SD = 1.26) yang pernah atau sedang menjalani pendidikan di Kota Depok dengan lingkungan yang terdiri dari keberagaman agama (N = 146). Instrumen penelitian yang digunakan adalah Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) dan Religious Tolerance Measurement. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kerendahan hati intelektual dan toleransi beragama r(146) = 0.257, p < 0.01, one-tailed. Implikasi penelitian ini adalah institusi pendidikan diharapkan dapat lebih mempromosikan kerendahan hati intelektual dan toleransi beragama karena tidak hanya memungkinkan pelajar untuk dapat terbuka pada pengetahuan-pengetahuan baru, namun juga dapat menghindari konflik-konflik interpersonal dalam lingkungan yang terdiri dari keberagaman dan perbedaan.

Practicing religious tolerance still becomes an issue in Depok. Religious tolerance itself can be understood as respectful behaviours and attitudes toward individuals from different beliefs and does not interfere with their religious practices. Previous research found intellectual humility as a virtue related to religious tolerance. However, they have not considered religious diversity in their research. Intellectual humility can be understood as one's non-threatening awareness of their intellectual fallibility. This study aims to determine the relationship between intellectual humility and religious tolerance in emerging adults who have attended education in Depok. Participants in this study were emerging adults aged 18–25 years old (M = 21.33 and SD = 1.26) who had or are currently studying in Depok with an environment consisting of religious diversity (N = 146). The research instruments used were the Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) and the Religious Tolerance Measurement. The result shows that there is a positive and significant relationship between intellectual humility and religious tolerance r(146) = 0.257, p < 0.01, one-tailed.. This research implies that educational institutions are expected to promote intellectual humility because not only does it allow students to be open to new knowledge, but also to avoid interpersonal conflicts in an environment consisting of diversity and differences."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Eka Pratiwi
"ABSTRAK
Sistem pendidikan dan sekolah memiliki kontribusi besar untuk mendorong toleransi beragama siswa. Salah satu cara termudah untuk mendorong toleransi beragama adalah dengan memberikan pengetahuan yang cukup mengenai kepercayaan dan keragaman. Di Indonesia, nilai keragaman dan toleransi diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Idealnya, semakin baik nilai PKn seorang siswa, semakin baik pula probabilitas siswa menunjukkan toleransi beragama. Namun, ketika menyangkut sikap, pengaruh lingkungan dan nilai-nilai yang dianut subjek juga patut dipertimbangkan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bukti-bukti tentang bagaimana sikap yang ditanamkan di rumah dan sekolah berkontribusi pada sikap siswa. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya intellectual humility sebagai virtue untuk mendorong sikap positif seperti toleransi beragama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar peran nilai PKn, toleransi beragama orang tua, toleransi beragama guru, dan intellectual humility dalam memprediksi toleransi beragama siswa. Penelitian ini dilakukan pada 182 partisipan siswa SMA, 182 orang tua siswa, dan 62 guru. Penelitian ini menggunakan alat ukur Toleransi Beragama untuk mengukur variabel sikap toleransi beragama siswa, orang tua, dan guru, serta menggunakan alat ukur Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) untuk mengukur variabel IH. Pengambilan sampel pada penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan metode convenience sampling. Data dianalisis menggunakan multiple regression analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel secara bersama-sama dapat memprediksi toleransi beragama siswa SMA (F(4, 177) = 15,05, p < 0,000), R2 = 0,254. Namun, ketika dilakukan regresi parsial, hanya toleransi agama orang tua dan intellectual humility yang signifikan memprediksi toleransi beragama sampel. Ini menyiratkan bahwa sikap orang tua lebih berperan daripada kontribusi sekolah. Namun, fakta bahwa intellectual humility berkontribusi secara signifikan dapat dianggap sebagai peluang bagi sekolah atau institusi pendidikan lainnya untuk menerapkan virtue ini ke dalam sistem. Penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi sekolah atau lembaga pendidikan untuk mendorong siswa agar memiliki virtue dan sikap positif, terutama intellectual humility dan toleransi beragama. Keterbatasan yang ditemukan dari penelitian ini adalah adanya penolakan yang terjadi terkait pengukuran toleransi beragama yang disebabkan oleh karakteristik budaya partisipan.

ABSTRACT
The education and school system have a major contribution to encourage religious tolerance of students. One of the easiest ways to encourage religious tolerance is to provide sufficient information regarding beliefs and diversity. In Indonesia, the value of diversity and tolerance is well introduced in civic education. Ideally, the better the subject's performance score, the better the probability of students showing religious tolerance. However, in terms of attitudes, the influence of the community and the virtues of the subjects are also worth considering. Previous research has shown numerous evidence of how shared attitudes at home and school contributes to student attitudes. Recent research also shows the significance of intellectual humility as a virtue to promote positive attitudes such as religious tolerance. This study aims to see how much civic education performance, parents' religious tolerance, teachers' religious tolerance, and intellectual humility can predict students' religious tolerance. This research was conducted on 182 participants of high school students, 182 parents, and 62 teachers. This study uses the Religious Tolerance measurement to measure the variable of religious tolerance of students, parents, and teachers, wereas using the Comprehensive Intellectual Humility Scale (CIHS) to measure the IH variable. Sampling method used by this study was convenience sampling. Data were analyzed using multiple regression analysis. The results of this study indicate that all variables together can predict the religious tolerance of high school students (F (4, 177) = 15.05, p <0.000), R2 = 0.254. Interestingly, the partial regression analysis shows that only parents' religious tolerance and intellectual humility can significantly predict the sample's religious tolerance. This implies that parents' attitudes matter more than school contributions. However, the fact that intellectual humility contributes significantly can be seen as the opportunity for schools to implement the virtue into their systems. This study provides some implications for schools or educational institutions about virtue and positive attitude encouragement, especially regarding intellectual humility and religious tolerance. A few limitations found in this study is including the refusal that occurs related to the measurement of religious tolerance caused by the cultural characteristics of the participants."
2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Zamzami
"Di tengah intoleransi yang sedang berkembang di Tasikmalaya, Jawa-Barat, yang sedang berkembang, mulai muncul penanaman nilai-nilai toleransi. Beberapa studi sebelumnya menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh adanya peran institusi negara, kurikulum formal dalam institusi pendidikan, dan peran dari guru dalam menanamkan nilai-nilai toleransi kepada peserta didik. Namun, kami melihat bahwa toleransi itu juga ditanamkan oleh lembaga pendidikan berbasis Islam (pesantren) kepada peserta didik (santri) melalui kurikulum terselubung. Kurikulum terselubung yang diterapkan yaitu ajaran tanbih yang merupakan pedoman pesantren yang mengajarkan nilai-nilai luhur hidup rukun antar sesama umat manusia. Tanbih disebarkan melalui saluran pendidikan kepada para santri dan sekolah rintisan pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa dalam berbagai kasus tertentu, dalam institusi pendidikan berbasis agama seperti pesantren, nilai-nilai toleransi diajarkan melalui kurikulum terselubung. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, studi pustaka, dan wawancara mendalam dengan pimpinan pesantren, guru, peserta didik, dan santri dari salah satu pesantren yang memiliki pengaruh cukup penting di Tasikmalaya, pada Pondok Pesantren Suryalaya. Berdasarkan temuan data di lapangan bahwa penanaman tanbih kepada peserta didik masih menemukan keragaman dampak terhadap sikap toleransi. Secara analisis teoritik melalui kurikulum terselubung, penanaman nilai-nilai tanbih di lingkungan Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Suryalaya perlu dioptimalkan kembali karena pada dasarnya terdapat kondisi nilai-nilai tradisional yang melekat kuat pada komunitas agama di Tasikmalaya dan secara umum di Indonesia.

In the midst of the growing intolerance in Tasikmalaya, West Java, the values of tolerance are beginning to emerge. Several previous studies explained that this was due to the role of state institutions, the formal curriculum in educational institutions, and the role of teachers in instilling values of tolerance in students. However, we see that tolerance is also instilled by Islamic-based educational institutions (pesantren) in students (santri) through a hidden curriculum. The hidden curriculum that is implemented is the tanbih teaching which is the guideline for Islamic boarding schools that teach the noble values of living in harmony among human beings. Tanbih is disseminated through educational channels to students and pesantren pilot schools. This study aims to explain that in certain cases, in religion-based educational institutions such as Pesantren, the values of tolerance are taught through a hidden curriculum. The data in this study were obtained through observation, literature study, and in-depth interviews with pesantren leaders, teachers, students, and students from one of the Islamic boarding schools that have a significant influence in Tasikmalaya, at Pondok Pesantren Suryalaya. Based on the findings of data in the field, planting tanbih for students still found a variety of impacts on tolerance. In theoretical analysis through a hidden curriculum, the cultivation of tanbih values within the Suryalaya Islamic Boarding School Education Foundation needs to be re-optimized because basically there are conditions for traditional values that are strongly attached to the religious community in Tasikmalaya and general in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Toleransi merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mencapai kehidupan bersama yang damai. Kegiatan pengajaran nilai toleransi dirancang untuk anak usia 4-6 tahun, mengingat sikap tidak toleran mulai berkembang sejak anak usia dini. Aktivitas dalam kegiatan pengajaran ini disimpulkan dari program Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), living values and education for mutual education program. Evaluasi kegiatan ini menggunakan metode observasi sistematis yang dikombinasi dengan checklist yang dilakukan pengajar.
"
JPSU 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Binsar Antoni
"Artikel yang berjudul‚ Tingkat Toleransi Antaragama di Masyarakat Indonesia‛ini akan mengukur tingkat toleransi antaragama di Indonesia. Pengukuran tingkat toleransi ini didasarkan pada pendapat organisasi mahasiswa di Jakarta. Sampel ini dipilih karena organisasi mahasiswa merupakan kelompok yang paling terlibat dalam persoalan hubungan antaragama. Sampel yang digunakan untuk mewakili populasi organisasi mahasiswa adalah lima organisasi mahasiswa beratribut keagamaan, yakni: Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Himpunan Mahasiswa Buddha Indonesia (HIKMAHBUDHI), Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), dan Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Pendapat organisasi mahasiswa ini diharapkan dapat menjadi alat ukur tingkat toleransi antaragama dalam masyarakat di Indonesia, yang amat penting untuk memelihara keutuhan bangsa Indonesia. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dalam bentuk skala Likert, dan juga wawancara terstruktur. Analisis data dilakukan dengan metode triangulasi, sehinggadiharapkan validitas data dapat terjaga dengan baik"
Jakarta: Pusat Pengkajian Reformed, 2016
SODE 3:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>