Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174716 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafira Isnani Kurniadewi
"ABSTRAK
Industri ruang kerja bersama tidak dapat disangkal berkembang pesat di Australia dan di
seluruh dunia. Diperkirakan bahwa industru tersebut akan memiliki lebih dari lima juta ruang
pada tahun 2022. Servcorp, salah satu pemain utama dalam industri ini, mungkin memiliki
beberapa keunggulan dalam kompetisi ini karena arus kas positif dan citra merek yang kuat
tetapi mereka mungkin saja menghadapi persaingan yang ketat sekarang dan di masa depan.
Menganalisis dengan menggunakan Poster Five Forces Model dan analisis SWOT untuk
melihat bagaimana industri akan berkembang dan bagaimana Servcorp dapat unggul dalam
kompetisi. Dengan pertumbuhannya yang meningkat, banyak perusahaan memberikan insentif
kepada manajer untuk mencapai target tertentu, namun, itu memungkinkan untuk
memanipulasi dalam akun akuntansi. Dalam hal ini, akun akuntansi dan insentif Servcorp akan
dianalisis untuk menilai transparansi Servcorp

ABSTRACT
The coworking industry is undeniable growing rapidly in Australia and worldwide. It is
estimated that it will have more than five million spaces by 2022. Servcorp, one of the major
player in the industry, might have some advantages in this competition due to their positive
cash flows and strong brand image but they may face a fierce competition now and ahead.
Analysing by using Poster Five Forces Model and SWOT analysis to see how the industry is
going and how Servcorp can excel in the competition. With its upward growth, many
companies give incentives to managers to achieve specific objectives, however, it may include
manipulation in accounting accounts. In this case, Servcorp`s accounting account and
incentives will be analysed to see their transparency."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Azkia Fahrayni
"ABSTRAK
Dengan menggunakan Indeks Revealed Comparative Advantage, penelitian ini
bertujuan untuk membahas mengenai daya saing industri otomotif dari 20 negara
produsen otomotif terbesar di dunia. Hasil penelitian menemukan bahwa dari 20
negara produsen otomotif terbesar di dunia, hanya terdapat 12 negara yang
memiliki daya saing pada industri otomotif. Sedangkan, ada beberapa negara yang
memiliki produksi besar namun tidak memiliki daya saing industri otomotif yang
dikarenakan ekspor mereka lebih rendah dibandingkan konsumsi dalam negeri
pada produk otomotif. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing industri otomotif. Di mana ukuran
industri otomotif, nilai tukar efektif riil dan tingkat suku bunga pinjaman dapat
mempengaruhi daya saing industri otomotif secara signifikan

ABSTRACT
By using Revealed Comparative Advantage Index, this study aimed to examine
automotive industry competitiveness of 20 largest automotive manufacturers
countries all over the world. This study found that from 20 largest automotive
manufacturers countries, there are only 12 countries that have competitive
advantage in automotive industry. Meanwhile, there are several countries that
have large production but does not have competitive advantage in automotive
industry due to the low exports compared to domestic consumption in automotive
products. In addition, this study also aimed to determine the determinants that
affect automotive industry competitiveness. The size of automotive industry, real
effective exchange rate and lending rate may affect the automotive industry
competitiveness significantly"
2016
S63923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Karman
"Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung. Pajak dalam mendanai pengeluaran negara yang terus meningkat jumlahnya membutuhkan dukungan berupa peningkatan kesadaran masyarakat Wajib Pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya secara jujur dan bertanggung jawab serta dibutuhkan suatu kebijakan dalam perpajakan untuk memperoleh suatu pemungutan pajak yang berazaskan keadilan bagi semua pihak.
Kebijakan perpajakan, administrasi perpajakan, dan undang-undang perpajakan juga menyentuh industri sepatu di Indonesia. Industri sepatu di Indonesia yang pada saat sekarang ini mengalami pasang surut mempunyai perbedaan dengau industri pada umumnya, yailu banyak menerima jasa maklon dari perusahaan lain atau memberikan
jasa maklon ke perusahaan lain. Untuk itu terdapat beberapa kebijakan perpajakan pada industri sepatu di Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah metode
deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan
penelitian lapangan melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait.
Ketentuan perpajakan pada induslri sepatu di Indonesia terdapat beberapa
ketentuan khsusus disarnping ketentuan perpajakan pada umumnya seperti untuk jasa
maklon. Yang dimaksud dengan Jasa Maklon (Contract Manufacturing) adalah semua
pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu barang tertentu, dimana proses
pengerjaannya dilakukan pihak pemberi jasa (disubkontrakkan) sedangkan spesifikasi,
bahan baku dan/atau/barang setengah jadi dan/atau bahan penolong/pembantu yang akan
diproses sebagian atau seluruhnya disediakan pihak pemakai jasa.
Dari hasil pembahasan diperoleh kesimpuian bahwa PT XYZ telah
melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PT XYZ
juga berkewajiban dalam memotong PPh1 Pasal 23 terhadap Jasa Pemeliharaan, Sewa,
dan Jasa Maklon. Untuk jasa maklon perusahaan telah melakukan pemotongan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku yaitu sebesar 15% x 40% = 6%. Untuk kegiatan usaha
Jasa Maklon (Contract Manufacturing) Internasional di Bidang Produksi Mainan Anak-
anak dikenakan pajak dengan tarif efektif sebesar 2,1 %.
Alas dasar kesimpulan tersebut di atas maka disarankan Untuk mendorong
industri Sepatu dalam negeri agar dapat hcrsaing dengan negara-negara lain maka
dipcrlukan adanya insentif investasi, termasuk insentif perpajakan. Untuk memenuhi
prinsip keadilan dan untuk menunjang sektor industri sepatu maka ketentuan untuk jasa
maklon (contract manufacturing) internasional dibidang produksi mainan anak-anak
agar diterapkan juga untuk kegiatan jasa maklon lainnya.

A tax is a compulsory contribution from the person to the government to defray the expenses incurred in the common interest of all witout reference to special benefits cortferred. As tax is the most viable source of revenue to comply with the country's increasing expenditure, it needs the support of the citizen as Tax Payer to fulfill their tax obligations according to the current and up dated tax regulations truthfully and in accountable manner. The support can be given by making the just and non-discriminatory tax policy for all parties
Tax policy , tax administration, and tax regulations also has their affects on the shoes industry in Indonesia. Nowadays shoes industry in Indonesia has been through a lot of ups and downs, and this particular industry has distinctiveness hom any other
common industries, which is by taking and giving many contract manufacturing services to another company. For that purpose, there are some tax policies for shoes industry in Indonesia.
The research method that the writer used is qualitative descriptive method, with data collecting by documentation study and field research by interviewing the related parties.
There are some general regulation ; like contract manufacturing service, and particular regulation in lndortesia?s shoes lndustry. The term contract manufacturing deline here as all the rendering of a any kind of services in a finishing process of a particular object, whereas the process of the production is completed by the party who
give that certain services, while the specification, raw materials and/or the in process product andfor the complementary material that will be processed selectively or entirely are provided by the user of the service.
Based on the previous discussion with the related parties, there is a conslucion that XYZ Company already perform and fulfill its tax obligation according to the current and up dated tax regulations. XYZ Company also has the responsibility to withhold Income Tax Article 23 about Maintaining Services, Rental Services, and
Manufacturing Contract Service. For manufacturing contract services. the company already execute the witholding responsibility according to the appropriate regulation,which is I5 % x 40% = 60%. On the other hand, the international Contract Manufacturing Services in Children Toys Production Industry only charge the effective
tax rate 2,1 %
Based on the conclusion above, therefore it is already become a need for an investement incentive, including tax incentive to support and reinforce the national shoes industry to compete with the' shoes industies in another country . To perform the fairness and justice standard and to support the shoes industry, therefore it is
expected that the regulation that is applied in intemational contract manufacaturing service children toys production will also be applied in any other contract manufacturing service for any industry.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdi Hafidz
"Pada tesis ini akan dibahas loyalitas konsumen jasa layanan internet perorangan di jabodetabek. Model hasil penelitian Cheng et al. (2008) diuji secara empiris untuk mengetahui faktor apa saja yang merupakan pcndorong loyalitas konsumen terhadap Internet Service Provider (ISP) di Jabodetabek. Structura1 Equation Modeling (SEM) digunakan untuk mengevaluasi model. Dari 156 responden, terdapat 134 responden yang valid. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa faktor customer satisfaction, corporate image, price, dan switching cost adalah faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan customer loyalty. Walaupun ditemukan bahwa ada hubungan langsung antara service quality dan customer satisfaction yang pada akhimya akan berpengaruh pada customer Ioyalty, ditemukan bahwa tidak ada hubungan langsung antara service quality dengan customer loyalty. Ditemukan juga bahwa service quality mempunyai hubungan dengan corporate image.

In this tesis we examine customer loyalty in retail market in .Iabodetabek area. Previous model from Cheng et al. (2008) was empirically tested to examine the antecedents of customer loyalty towards Internet Service Provider in Jabodetabek. Structural Equation Model (SEM) was used to evaluate the proposed model. 134 valid returns show that customer satisfaction, corporate image, price, dan switching coszare antecedents that lead directly to customer loyalty. Altough we found that service quality is significantly influnces customer satisfaction, which in turns lead to customer loyalty, we did not find direct relationship between service quality and customer loyalty. The result also showed that service quality is directly related to coiporate image."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T33897
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Usep Syaipudin
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap IC disclosure di berbagai negara. Selain itu, penelitian ini juga menguji pengaruh IC disclosure terhadap likuiditas saham dan nilai kapitalisasi pasar perusahaan dan perbedaan pengaruh IC disclosure terhadap likuiditas saham dan nilai kapitalisasi pasar perusahaan di berbagai negara. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor perbankan di 6 (enam) negara yaitu Indonesia, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Singapura, dan Thailand. Lima negara tersebut memiliki struktur keuangan yang berbeda, ada yang market based dan ada yang bank based. Metode yang digunakan adalah regresi dengan pool data analysis.
Beberapa kontribusi penelitian ini adalah: (i) menyajikan pendekatan baru dalam mengukur intellectual capital disclosure dengan cara memberikan skor atas item pengungkapan dengan mempertimbangkan bentuk, isi atau makna, keragaman dan volume informasi dari sebuah pengungkapan IC, (ii) menyajikan pengukuran baru untuk variabel karakteristik komite audit dan variabel independensi komisaris, (iii) menyajikan bukti empiris mengenai pengaruh IC disclosure terhadap likuiditas saham, (iv) menyajikan bukti empiris mengenai perbedaan dampak IC disclosure terhadap likuiditas saham dan nilai kapitalisasi pasar perusahaan di berbagai negara dengan struktur keuangan yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CG indeks, karakteristik komite audit, usia listing, dan nilai kinerja IC perusahaan berpengaruh positif terhadap IC disclosure. Sementara itu, variabel konsentrasi kepemilikan berpengaruh negatif terhadap IC disclosure, dan variabel-variabel ukuran komisaris, independensi komisaris, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan leverage perusahaan tidak berpengaruh terhadap IC disclosure. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa IC disclosure tidak berpengaruh terhadap likuiditas saham, namun struktur keuangan negara berpengaruh terhadap likuditas saham. Sementara itu, IC disclosure berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik ketika diukur dengan market capitalizations maupun market to book ratio.
Hasil penelitian memberikan implikasi bahwa kondisi CG dan struktur keuangan negara merupakan variabel yang harus dipertimbangkan dalam penelitian mengenai IC disclosure. Selain itu, adanya respon pasar terhadap pengungkapan informasi IC memberikan implikasi bahwa perusahaan memiliki insentif untuk melakukan IC disclosure. Penegakan hukum dan praktik CG yang baik dapat mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi IC. Penelitian ini memiliki keterbatasan yang sekaligus merupakan peluang bagi penelitian selanjutnya yaitu pengukuran variabel IC disclosure belum memisahkan pengungkapan yang bersifat mandatory dan voluntary.

This study aims to examine the factors that influence IC disclosure in various countries. In addition, this study also examines the effect of IC disclosure on stock liquidity and the value of the company's market capitalization and the difference in the effect of IC disclosure on stock liquidity and the market capitalization value of companies in various countries. This study was conducted on companies in the banking sector in 6 (six) countries, including Indonesia, Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Singapore, and Thailand. The five countries have different financial structures, some are market based and some are bank based. The method used is regression with pool data analysis.
Some of the contributions of this study are: (i) to present a new approach in measuring intellectual capital disclosure by giving a score on disclosure items by considering the form, content or meaning, diversity and volume of information from an IC disclosure, (ii) to present new measurements for the audit committee characteristic variables and the independence of the board of commissioners, (iii) to present empirical evidence regarding the effect of IC disclosure on stock liquidity, and (iv) to present empirical evidence regarding the different impact of IC disclosure on stock liquidity and the market capitalization value of companies in various countries with different financial structures.
The study found that the CG index variable, audit committee characteristics, listing age, and the company's IC performance value had a positive effect on IC disclosure. Meanwhile, the ownership concentration variable has a negative effect on IC disclosure, and the variables of commissioner size, commissioner independence, institutional ownership, profitability, and leverage company have no effect on IC disclosure. The test results also showed that IC disclosure has no effect on stock liquidity, but the state's financial structure has an effect on stock liquidity. In addition, IC disclosure has an effect on firm value both when measured by market capitalizations and market to book ratio.
The results of this research implies that CG condition and state financial structure are variables that must be considered in study on IC disclosure. In addition, the market response to the disclosure of IC information implies that companies have incentives to carry out IC disclosures. Law enforcement and Good CG practices can encourage companies to disclose IC information. Finally, the study has limitations which are also opportunities for further researches, which are the measurement of the IC disclosure variable that has not separated the disclosures between mandatory and voluntary.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Karunia Mulyono
"Industri Semen dan Industri Tekstil merupakan dua subsektor padat energi dari sektor industri. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian terhadap kebutuhan energi dari keduanya pada tahun 2020 supaya dapat dijadikan dasar bagi Pemerintah dalam mengambil kebijakan yang dianggap perlu. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah permodelan dengan menggunakan sistem dinamik. Setelah dilakukan perhitungan, untuk industri semen dengan tingkat pertumbuhan konsumsi per kapita sebesar 3,4% per tahun maka dibutuhkan tambahan kapasitas pabrik semen sebesar 10.000.000 ton pada awal tahun 2015 sehingga total kebutuhan energi untuk industri semen Indonesia pada tahun 2020 adalah 2.831.647,28 BOE. Untuk industri tekstil dengan tingkat pertumbuhan konsumsi per kapita sebesar 10% per tahun tingkat intensitas energi pada tahun 2020 adalah 109.897,91 BOE/ juta orang.

Cement Industry and Textile Industry are the two energy-intensive subsectors of the industrial sector. Therefore it needs to do a study on energy needs of both in 2020 so that can be used as the basis for government in making policies that are considered necessary. The method used in this study is modeling using dynamic system. After doing the calculations, for the cement industry with a growth rate of consumption per capita of 3.4% per year is required additional capacity of 10 million tonnes cement plant in early 2015 so that total energy demand for Indonesian cement industry in 2020 will be 2.831.647,28 BOE. For the textile industry with a growth rate of consumption per capita by 10 % peryear rate of energy intensity in 2020 will be 109.897,91 BOE / million people ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51687
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Yeriesca
"Penelitian ini menganalisis pengaruh keberadaan FDI terhadap performa ekspor perusahaan di industri garmen Indonesia selama periode 2002 2006 Adanya FDI di suatu negara melalui pendirian perusahaan multinasional MNCs dipercaya dapat meningkatkan produktifitas perusahaan domestik melalui superior knowledge yang dimilikinya Dengan demikian adanya perusahaan MNCs dipercaya dapat memberikan spillover effect yang dapat mempengaruhi performa ekspor perusahaan domestik yang berada disekitarnya Performa ekspor dalam penelitian ini dilihat dari peluang ekspor dan propensitas ekspor
Penelitian ini menyimpulkan bahwa FDI yang masuk ke industri garmen Indonesia melalui perusahaan MNCs terbukti meningkatkan peluang ekspor dan propensitas ekspor perusahaan garmen Hal ini dikarenakan adanya spillover effect yang terjadi melalui persaingan dengan perusahaan ekspor yang membuat peningkatan pada nilai tambah produksi perusahaan yang berada di sekitarnya Selain itu penelitian ini juga menyimpulkan bahwa industri garmen Indonesia masih mengandalkan upah buruh yang rendah dibandingkan produktifitas pekerjanya untuk dapat bersaing di pasar ekspor.

This study examines the effect of FDI on export performance in Indonesian garment industry in a span of year 2002 2006 FDI inflows through multinational corporations are believed to have superior knowledge that can improve domestic firm's productivity Thus the presence of MNCs is believed could bring spillover effect that can affect domestic firm's export performance Export performances here are defined as a firm's export decision and export propensity
This study concludes that FDI which come through the presence of MNCs in garment industry raises the likelihood of domestic firms to enter the export market and also improves their export propensities This improvement results from the spillover through competition with export firms that can increase nearby firms's value added in production Other than this this study also finds that Indonesian garment industry still rely on low labor wages to compete in export market rather than its labor productivity
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S52715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Dyah Paramitha
"Skripsi ini membahas mengenai dampak penerapan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No 16: Aset Tetap dan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No 30: Sewa pada PT ABC yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penyewaan BTS. Perusahaan menggunakan sewa operasi dalam penyewaan Tower Btsnya. Penerapan tersebut akan mempengaruhi pendapatan dan beban perusahaan sehingga akan mempengaruhi juga pada laba kena pajak perusahaan serta koreksi fiskal perusahaan. Dalam penelitian juga membandingkan apabila perusahaan menerapkan finance lease dan dampaknya pada pendapatan dan beban perusahaan serta pengaruhnya terhadap laba kena pajak dan koreksi fiskal perusahaan.
The Focus of this study is discusses the impact of the implementation of Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No 16: Fixed Asset and Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No 30: Rent on PT ABC which is a company engaged in the rental BTS. The Company uses operating leases in its rental BTS Tower. The application will affect the company's revenues and expenses that will affect also the company's taxable profits and the company's fiscal correction. The study also compared when the company implemented a finance lease and its impact on the company's revenues and expenses as well as its effect on taxable income and corporate fiscal correction."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Firdaus Alditama
"Penelitian bertujuan untuk melakukan analisis penerapan pemeriksaan bersama
(joint audit) oleh Satuan Tugas Pemeriksaan Bersama pada industri hulu minyak
dan gas bumi sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 34/PMK.03/2018 (PMK
34/2018). Joint audit merupakan suatu inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah
untuk meningkatkan efisiensi dan memberikan kepastian hukum bagi Kontraktor
dimana sebelumnya pemeriksaan dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) secara
terpisah pada suatu tahun buku yang sama dengan pendekatan dan dasar
pemeriksaan yang berbeda sehingga berpotensi menimbulkan sengketa dan
ketidakpastian hukum. Penelitian berupa studi kasus yang dilakukan dengan
metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini melakukan analisis penerapan joint audit
dengan batasan metode, pembentukan tim Satgas Pemeriksaan Bersama, konsep
dan fokus area audit.

The study aims to analyze the application of joint audits by Satuan Tugas
Pemeriksaan Bersama in the upstream oil and gas industry in accordance with the
Minister of Finance Regulation No. 34/PMK.03/2018 (PMK 34/2018). A joint audit
is an innovation carried out by the Government to increase efficiency and provide
legal certainty for Contractors where previously audits were carried out by Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) and Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi (SKK Migas) separately in the same financial year with a different approach
and basis for audit, thus potentially causing a dispute and legal uncertainty. The
research was case study conducted using descriptive qualitative methods. This
research analyzes the implementation of the joint audit with the limitations of the
method, the formation of the Satgas Pemeriksaan Bersama, the concept and focus
of the audit area
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhlun Adzim
"Pemrosesan ulang kembali sebuah produk adalah hal yang biasa dilakukan didalam industri proses. Hal tersebut merupakan enabler untuk reverse supply chain di industri proses. Namun penelitian mengenai reverse supply chain di industri proses masih terbatas. Penelitian sebelumnya mengelola risiko reverse supply chain di industri proses secara terpisah yang dapat menyebabkan munculnya permasalahan baru.
Penelitian ini mengintegrasikan semua risiko sehingga proses manajemen risiko dilakukan secara menyeluruh. Untuk mengembangkannya, dibutuhkan daftar risiko dari aktivitas reverse supply chain secara menyeluruh di industri proses, dibutuhkan juga kriteria untuk risiko tersebut. Data yang didapat diolah dengan menggunakan AHP (Analytic Hierarchy Process) - PROMETHEE (Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation) berdasarkan preferensi dari ahli.
Telah dikumpulkan 8 kriteria dari penelitian sebelumnya, dengan bobot berdasarkan penilaian ahli sebagai berikut: biaya atau investasi tambahan (0.064), pengelolaan volume barang atau produk (0.040), kerugian karena gangguan (0.047), kecepatan recovery bisnis jika terjadi gangguan (0.111), keunggulan daya saing (0.088), lingkungan (0.241), tanggung jawab sosial (0.097), hukum dan undang-undang (0.312). Selanjutnya, penelitian ini melakukan prioritasisasi risiko dengan pendapat ahli dengan menggunakan PROMETHEE.
Penelitian menemukan urutan risiko dari yang paling tinggi ke rendah dimulai dari risiko regulasi, risiko lingkungan, risiko reputasi dan branding, risiko kualitas dan stabilitas, risiko pemindahan dan penanganan, risiko teknis, risiko informasi, risiko penjadwalan dan kapasitas, risiko kuantitas, risiko persediaan dan risiko perlawanan. Dari hasil analisis sensitivitas didapat bahwa 3 kriteria yang paling mempengaruhi hasil akhir PROMETHEE adalah kriteria biaya atau investasi tambahan, kriteria hukum dan undang-undang dan kriteria keunggulan daya saing.

Reprocessing a product is a common practice in the process industry. This is an enabler for the reverse supply chain in the process industry. But research on the reverse supply chain in the process industry is still limited. Previous research managed the risk of reverse supply chain in the process industry separately which could lead to new problems.
This research integrates all risks so that the risk management process is carried out thoroughly. To develop it, it requires a list of risks from the overall reverse supply chain activities in the process industry, and also the criteria for these risks. The data obtained is processed using AHP (Analytic Hierarchy Process) - PROMETHEE (Preference Ranking of Organization Method for Enrichment Evaluation) based on expert preferences.
8 criteria have been collected from previous studies, with weights based on expert judgment as follows: investment cost (0.064), volume management (0.040), business interruption value (0.047), business recovery time after interruption (0.111), competitive advantage (0.088), environment (0.241), social responsibility (0.097), legislation (0.312). Furthermore, this study prioritizes risk with expert opinion using PROMETHEE.
The research found the order of risk from the highest to the lowest starting from regulatory risk, environmental risk, reputation and branding risk, quality and stability risk, transfer and handling risk, technical risk, information risk, scheduling and capacity risk, quantity risk, inventory risk and risk of resistance. From the results of the sensitivity analysis, it was found that the 3 criteria that most affected the final results of PROMETHEE were the criteria for additional costs or investments, legal and legal criteria and criteria for competitive advantage.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>