Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204249 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winarsih
"

Inovasi yang dilakukan oleh karyawan berperan penting untuk performa dan kelangsungan organisasi, sehingga mahasiswa sebagai calon karyawan diharapkan dapat memupuk perilaku kerja inovatif sejak di perguruan tinggi. Namun, penelitian tentang perilaku kerja inovatif masih belum banyak ditemukan pada kalangan mahasiswa. Maka dari itu penelitian ini mencoba melihat salah satu faktor internal individu, yaitu kepribadian proaktif dan hubungannya dengan perilaku kerja inovatif di mahasiswa. Penelitian kuantitatif ini dilakukan pada 539 mahasiswa program sarjana di Universitas Indonesia dengan rentang usia 18-25 tahun, yang setidaknya sedang menjalani tahun kedua perkuliahan. Kepribadian proaktif diukur menggunakan skala yang dikembangkan oleh Bateman dan Crant (1993). Perilaku kerja inovatif diukur menggunakan skala yang dikembangkan oleh Janssen (2000) dan dimodifikasi agar sesuai dengan kehidupan mahasiswa. Teknik analisis Pearson Correlation digunakan untuk menguji hipotesis. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel tersebut, r(539) = 0,64, p < 0,01, one tailed. Dengan demikian, mahasiswa dengan tingkat kepribadian proaktif yang relatif lebih tinggi akan lebih sering melakukan perilaku kerja inovatif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan dorongan bagi pihak perguruan tinggi untuk mengembangkan kepribadian proaktif mahasiswa agar dapat meningkatkan perilaku kerja inovatif.


Employee innovation plays an important role in organizational performance and survival, consequently today's students as future’s workers are expected to be able to cultivate innovative work behavior since in college. However, research on innovative work behavior still not widely found among college students. Therefore, this research aimed to investigate the correlation between one of the internal individual factors, namely proactive personality and its relationship with innovative work behavior among college students. This quantitative research conducted on 539 undergraduate students in Universitas Indonesia, with ages ranging from 18-25 years and the students should at least in their second year of university. Proactive personality was measured using a scale developed by Bateman and Crant (1993). Innovative work behavior was measured using a scale developed by Janssen (2000) with some modification to ensure that the scale was suitable for college students. The hypothesis was tested using Pearson Correlation. This study finds that there is a positive and significant relationship between proactive personality and innovative work behavior, r(539) = 0,64, p < 0,01, one-tailed. Thus, college students who have a relatively higher level of proactive personality will engage in innovative work behavior more often. This result can be used as an input and encouragement for the universities to develop the students’ proactive personality so they can engage in innovative work behavior more often.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolla Chintya Pitaloka
"

Penelitian sebelumnya terhadap lulusan universitas di Indonesia menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara keahlian lulusan dengan yang dibutuhkan industri saat ini dan tertinggal dari negara lainnya, terutama negara ASEAN, dalam kemampuan berinovasi. Kemampuan berinovasi dapat dikembangkan sejak menjadi mahasiswa melalui penentuan variabel yang tepat, sehingga mahasiswa dapat fokus mengembangkan kemampuan diri. Penelitian kuantitatif korelasional dilakukan untuk melihat hubungan antara kemampuan belajar dari pengalaman dengan kemampuan berinovasi. Alat ukur yang digunakan yaitu Innovative Work Behavioral Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) dan alat ukur Learning Agility Assessment Scale yang dipublikasikan dalam Gravett dan Caldwell (2016). Kedua alat ukur tersebut dimodifikasi untuk menyesuaikan pada kondisi mahasiswa. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswa Perguruan Tinggi Universitas Indonesia yang berada di masa studi minimal semester 3 sebanyak 539 orang. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis statistik Pearson’s Correlation. Didapatkan hasil bahwa learning agility berhubungan positif secara signifikan dengan perilaku kerja inovatif, r(537) = 0,61, p < 0,001. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan oleh universitas dalam mengembangkan program yang dapat membantu mengasah kemampuan learning agility sehingga meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berinovasi.


Previous research has shown that university graduates in Indonesia face significant skill gap and behind from any country, spesifically among ASEAN countries, in term of innovation ability. Innovative ability can be developed for university students with the right variables. Thus, it might help student to focus on their self-development. Quantitative and correlational research conducted to know how learning agility might related to innovative work behavior. Innovative Work Behavioral Scale developed by Janssen (2000) and Learning Agility Assessment Scale, developed and published by Gravett and Caldwell (2016), were used in study. Both scales were adapted and translated so they would fit with the undergraduates’ context. In result, 539 of minimum Second year/3rd semester University Indonesia students were chosen. The statistics analysis technique used for hypothesis testing was Pearson’s Correlation. The result showed that learning agility is positively correlated with the innovative work behavior, r(537) = 0,61, p < 0,001. After this study, the result might be used as one of the references for university to develop program where student could develop their learning agility and become more innovative.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahla Salma Nabilah
"Dalam kondisi pasar dan situasi bisnis yang dinamis, perusahaan dituntut untuk melakukan perubahan. Dalam prosesnya, karyawan mengalami hambatan dalam memberikan inovasi dan ide yang dibutuhkan guna menjaga performa dan keberlangsungan perusahaan. Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui apakah keamanan psikologis berperan sebagai mediator dalam hubungan antara kepemimpinan perubahan dan perilaku inovatif karyawan dalam bekerja. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan korelasional yang bersifat prediktif dengan metode regresi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur kepemimpinan perubahan, Psychological Safety Scale, dan Skala Perilaku Kerja Inovatif. Penelitian ini melibatkan 109 orang partisipan dengan rentang usia 22 – 40 tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepemimpinan perubahan mampu memprediksi keamanan psikologis (β = 0,48, t = 5,59, p < 0.05) dan perilaku kerja inovatif (β = 0.27, t = 2,92, p < 0,05). Keamanan psikologis ditemukan tidak mampu memprediksi perilaku kerja inovatif (β = 0,181, t = 1,90, p > 0.05). Keamanan psikologis ditemukan tidak berperan sebagai mediator dalam pengaruh kepemimpinan perubahan terhadap perilaku inovatif dalam bekerja (β = 0,06, t = 0,63, p > 0.05). Dengan ini, perusahaan diharapkan mampu memahami dan merancang praktik serta strategi khusus terkait bagaimana seorang pemimpin perubahan berperan dan menjalankan tugasnya saat suatu perubahan sedang berlangsung.

Amidst the dynamic and unpredictable market and business development, companies are required to take action and do certain practice of changes. During organizational changes, employees become hesitant in giving ideas and innovation, in order to benefit the company. This study aims to determine whether psychological safety mediates the effect of change leadership on employee innovative work behavior. This research is a quantitative study with predictive correlational and regression methods. The instruments used in this study are Change Leadership Scale, Psychological Safety Scale, and Innovative Work Behavior Scale. This study involved 109 participants with an age range of 22-40 years old. The results of the analysis show that change leadership can predict psychological safety (β = 0,48, t = 5,59, p < 0.05) and innovative work behavior of employees (β = 0.27, t = 2,92, p < 0,05). On the contrary, psychological safety not act as a predictor of innovative work behavior (β = 0,181, t = 1,90, p > 0.05). Psychological safety does not act as a mediator in the impact of change leadership on innovative behavior at work (β = 0,06, t = 0,63, p > 0.05). With this study, companies should develop the strategy on how leaders carry out their roles and duties when certain changes are taking place."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Windiarsih
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kepribadian proaktif dan perilaku kerja inovatif. Penelitian dilakukan terhadap 135 karyawan BUMN X yang terdiri dari empat divisi kerja yang sedang mengembangkan inovasi pada aktivitas pekerjaannya. Pengukuran perilaku kerja inovatif mengacu pada alat ukur Skala Perilaku Kerja Inovatif dan terbukti reliabel ?= 0,97, sedangkan pengukuran kepribadian proaktif menggunakan alat ukur Skala Kepribadian Proaktif yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan terbukti reliabel ?=0,73.
Hasil analisis Pearson's Product Moment Correlation menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian proaktif dan perilaku kerja inovatif r=0,49, p< 0,05. Dengan demikian, semakin tinggi kepribadian proaktif yang dimiliki karyawan, maka semakin tinggi intensitas karyawan dalam menampilkan perilaku kerja inovatif. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara faktor demografi berupa jenis kelamin dan masa kerja terhadap perilaku kerja inovatif.

This study investigates the correlation between proactive personality and innovative work behavior. This study was conducted among 135 employees working in 4 departemens in BUMN X that has been developing an innovation in their work activity. Measurement of IWB refers to Innovative Work Behavior Scale, with 0,97, and measurement of proactive personality used Proactive Personality Scale with 0,73.
The results using Pearson's Product Moment Correlation showed there is a significant relationship between proactive personality and innovative work behavior r 0,49, p 0,05. Thus, the higher the proactive personality, the higher intensity in displaying innovative work behavior. This study also found there are correlations between demografic factors such as gender and tenure organization with innovatif work behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Unversitas Indonesia, 2017
S67198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyah Fauziah Ramadhanti
"Inovasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perusahaan pada era globalisasi saat ini dan tentunya tidak terlepas dari peran karyawan yang bekerja secara inovatif pula. Namun, perilaku kerja inovatif ini perlu dipersiapkan ketika berada di perguruan tinggi sebelum memasuki dunia kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku pencarian informasi dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa Universitas Indonesia yang berjumlah 539 mahasiswa. Penelitian ini merupakan perilaku korelasional dengan menggunakan alat ukur perilaku pencarian informasi yang dikonstruksi oleh peneliti dan tim, serta menggunakan Innovative Work Behavior Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) dan telah diadaptasi oleh Etikariena & Muluk (2014). Data partisipan pada penelitian dianalisis menggunakan Pearson's Correlation, Independent Sample T-Test, dan One-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara perilaku pencarian informasi dan perilaku kerja inovatif. Keenam dimensi perilaku pencarian informasi juga berkorelasi secara signifikan dengan perilaku kerja inovatif, yaitu kebutuhan informasi, sumber informasi, pengevaluasian informasi, pengambilan informasi, penggunaan informasi, dan etika informasi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan oleh tenaga pendidik atau universitas untuk mengembangkan perilaku pencarian informasi yang dapat memunculkan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa.

Innovation is important for organization in this globalization era and surely it cannot be separated from employee's innovative work behavior. However, innovative work behavior needs to be prepared when in college before entering the world of employment. This study was conducted to examine the relationship between information-seeking behavior and innovative work behavior on University of Indonesia students involved 539 students. This research was quantitative research that using an information-seeking behavior instrument constructed by researcher and team, also using Innovative Work Behavior Scale from Janssen (2000) and has been adapted by Etikariena & Muluk (2014). Data were analyzed using the Pearson's Correlation, Independent Sample T-Test, and One-way ANOVA. Results from this research indicates that there is significant relationship between information-seeking behavior and innovative work behavior. The six dimensions of information-seeking behavior also correlate significantly with innovative work behavior, that are information need, information source, information evaluation, information retrieval, information utilization, and information ethics. This research hopefully can be considered by educators to develop student's information-seeking behavior that can lead to innovative work behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiya Faiza Yumna
"Di tengah era digitalisasi dan persaingan industri global, perilaku kerja inovatif karyawan menjadi kunci dari kesuksesan perusahaan, khususnya perusahaan berbasis digital. Dalam mengimplementasikan ide-ide inovatif, karyawan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama atasan. Dibutuhkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk mendukung perilaku kerja inovatif karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan salah satu gaya kepemimpinan, yaitu benevolent leadership dengan perilaku kerja inovatif karyawan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional yang menggunakan alat ukur Benevolent Leadership Scale dari Cheng dkk. 2004 dan The Innovatiove Work Behavior Scale dari Janssen 2000. Pearson Product Moment dan Hierarchical Regression digunakan dalam menganalisis hasil penelitian ini.
Hasil penelitian terhadap 217 karyawan di perusahaan berbasis digital menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara benevolent leadership dan perilaku kerja inovatif r 215 = 0.48, p < 0.01 . Lebih lanjut, penelitian ini juga menemukan adanya hubungan antara perilaku kerja inovatif dan beberapa variabel demografis seperti usia dan lama kerja karyawan.

In the midst of digitization era and global industry competition, employees rsquo innovative work behavior is key to the success of a company, especially for digital based company. In order to implement innovative ideas, employees need support from various parties, specifically from their leaders. It takes a certain style of leadership that suitable to support employees rsquo innovative work behavior. This study aims to describe the relationship between one of the leadership styles, that is benevolent leadership, and innovative work behavior.
This study is a quantitave research with correlational design using Benevolent Leadership Scale from Cheng et al. 2004 and The Innovative Work Behavior Scale from Janssen 2000. Pearson Product Moment and Hierarchical Regression were used to analyze the result of this study.
The results carried out among 217 employees from various digital enterprises showed that there was a positive and significant correlation between benevolent leadership and innovative work behavior r 215 0.48, p 0.01 . Furthermore, this study also showed the relationship between innovative work behavior and some demographic variables, such as age and employees rsquo tenure.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabiah Firdausiah
"Sekarang ini perusahaan membutuhkan karyawan dengan perilaku kerja inovatif, oleh karenanya sangat penting untuk mempersiapkan karyawan memiliki perilaku ini sejak mereka masih mahasiswa. Penelitian korelasional ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan antara efikasi diri kreatif dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa. Efikasi diri kreatif diukur dengan alat ukur yang dibuat oleh Tierney dan Farmer (2002). Perilaku kerja inovatif diukur dengan alat ukur yang dikembangkan oleh Janssen (2000) yang kemudian item-itemnya dimodifikasi agar sesuai dengan keadaan responden yaitu mahasiswa. Responden penelitian yang datanya dapat dianalisa berjumlah 539 mahasiswa jenjang sarjana S1 di Universitas Indonesia dan merupakan mahasiswa yang minimal sedang menempuh semester empat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan menggunakan teknik statistik Pearson Correlation. Ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara efikasi diri kreatif dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa, r(538) = 0,67, p= 0,00 (p < 0,01, one-tailed). Effect size untuk analisis ini dapat dikatakan termasuk large effect karena r> 0,5. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi efikasi diri kreatif mahasiswa, maka semakin tinggi pula perilaku kerja inovatif mereka. Hasil ini dari penelitian ini bisa memberikan manfaat yaitu, menambah literatur tentang perilaku kerja inovatif pada mahasiswa dan memberikan masukan kepada pihak kampus untuk meningkatkan efikasi diri kreatif mahasiwanya agar perilaku kerja inovatifnya bisa meningkat pula, dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan program pelatihan.

Nowadays, companies need employees with innovative work behavior. Therefore, it is very important to prepare employees to have this behavior since they are still in college. This correlational research was then conducted to look at the relationship between creative self-efficacy and innovative work behavior among college students. Creative self-efficacy is measured by a measurement by Tierney and Farmer (2002). Innovative work behavior is measured by a measurement by Janssen (2000), the items were modified to correspond with the condition of college students. The data that can be analyzed were from 539 undergraduate students at Universitas Indonesia and were at least taking their fourth semester. This research is a quantitative study, using the Pearson Correlation statistical technique the researcher found that there is a positive and significant relationship between creative self-efficacy and innovative work behavior among college students, r(538) = 0.67, p= 0.00 (p<0.01, one-tailed). The effect size for this analysis can be included as a large effect, because r> 0.5. Thus, it can be said that the higher the students' creative self-efficacy, the higher their innovative work behavior. These results can provide benefits such as adding literature on innovative work behavior among college students and providing input for the universities to improve the students' creative self-efficacy so that their innovative work behavior can also improve, by joining extracurricular activities and training programs."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatina Zahra Aurelia
"ABSTRAK
Persaingan antar perusahaan pada masa ini membutuhkan ide inovatif dari karyawannya. Kemampuan inovatif karyawan dapat dilihat sejak individu masih menjadi mahasiswa. Salah satunya dalam bagaimana mahasiswa mempersepsikan kemampuan, potensi, dan peran yang dimilikinya dalam lingkungan belajar, dikenal juga sebagai pemberdayaan pembelajar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pemberdayaan pembelajar dengan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada 539 mahasiswa Universitas Indonesia yang berada di atas semester 3. Penelitian kuantitatif ini menggunakan dua instrumen, yaitu Innovative Work Behavior Scale dari Janssen (2000) dan Learner Empowerment Scale dari Frymier dkk. (1996). Teknik analisis yang digunakan adalah Pearson Correlation, Independent Sample T-Test, dan One-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Pemberdayaan Pembelajar dan Perilaku Kerja Inovatif pada mahasiswa. Ketiga dimensi pemberdayaan pembelajar (meaningfulness, competence, impact) juga secara signifikan berhubungan dengan perilaku kerja inovatif, dengan dimensi impact sebagai penentu terkuat. Penelitian lanjutan yang dapat dilakukan adalah mencari faktor yang mampu menjelaskan hubungan kedua variabel ini.

ABSTRACT
Competition between companies nowadays relies on innovations from their employees. Potential of innovative employees could be seen since they were college students. One of the many ways to see their potential is by looking at how they perceive their capabilities, impacts, and meaning in academic settings, also known as learner empowerment. This study aims to look at the relationship between Learner Empowerment and Innovative Work Behavior in University of Indonesia college students. This research was conducted to 539 students from the University of Indonesia who are above freshman year. This quantitative research uses two instruments, the innovative work behavior scale by Janssen (2000) and the learner empowerment scale by Frymier et al. (1996). Analysis techniques used are Pearsons Correlation, Independent Sample T-Test, and One-way ANOVA. Results showed that there's a significant relationship between learner empowerment and innovative work behavior. Also the three dimensions of learner empowerment (meaningfulness, competence, impact) have significant relationships to innovative work behavior, with impact as the strongest determinant. Further research that can be done is to explore factors that explains the relationship between these two variables."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Mayang Sari
"Dalam menjalani perkuliahan, mahasiswa dituntut mandiri saat dihadapkan dengan berbagai pilihan dan permasalahan yang mampu menghambat proses pendidikannya. Mahasiswa membutuhkan kemandirian belajar yang merupakan dorongan dan motivasi internal untuk mengarahkan diri menyelesaikan berbagai permasalahan secara mandiri (Song, 2007). Kemandirian belajar ini pada dasarnya dipengaruhi oleh conscientiousness dan extraversion yang merupakan personality traits. Bateman dan Crant (1993) menemukan bahwa conscientiousness dan extraversion merupakan personality traits yang disebut sebagai kepribadian proaktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepribadian proaktif dan kemandirian belajar pada mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan Proactive Personality Scale untuk mengukur kepribadian proaktif, sedangkan Student Self-Directed Learning Questionnaire untuk mengukur kemandirian belajar.
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat hubungan antara kepribadian proaktif dan kemandirian belajar dengan r= 0,546 signifikan pada P < 0,01 (2-tailed). Artinya, ada hubungan antara kepribadian proaktif dan kemandirian belajar pada mahasiswa Universitas Indonesia.. Implikasi dari penelitian ini agar perguruan tinggi menyadari pentingnya mahasiswa mengetahui peran kepribadian proaktif dan kemandirian belajar dalam keberhasilan studi mahasiswa.

When in studying, student needs independently to choose from another options and solve the problem that inhibit the process academic success. Student needs self-directed learning that is internal drive and motivation to solve problem independently (Long, 2007). Self-directed learning is influenced by conscientiousness and extraversion as personality traits. Bateman dan Crant (1993) found that conscientiousness and extraversion as personality traits which named proactive personality. This research aim to see correlation between proactive personality and self-directed learning among undergraduates students in Universitas Indonesia. Proactive personality was measured using Proactive Personality Scale and self-directed learning was measured using Student Self-Directed Learning Questionnaire.
This research found that significant correlate between proactive personality and self-direceted learning with r= 0,546, P < 0,01 (2-tailed). There is correlation between proactive personality and self-directed learning among undergraduates students in Universitas Indonesia. The implication of this research is University give information to undergraduates students that need proactive personality and self-directed learning in order success in their studies.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Novi Sulistiawati
"Perkembangan teknologi dalam konteks Revolusi Industri 4.0 semakin mengalami peningkatan dan berdampak pada kinerja organisasi yang semakin kompleks. Hal ini mendorong mahasiswa sebagai calon karyawan untuk mempersiapkan kemampuan yang dapat memberikannya keterampilan untuk mengaplikasikan gagasan baru dalam penyelesaian masalah dan bertahan di dalam lingkungan kerja yang penuh dengan tantangan, yaitu perilaku kerja inovatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara resiliensi dengan perilaku kerja inovatif. Data diperoleh dari populasi mahasiswa dengan sampel mahasiswa Universitas Indonesia program sarjana (S1). Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling berdasarkan kedekatan dan kemudahan peneliti dengan populasi. Setiap variabel yang ada dalam penelitian ini diukur dengan skala Innovative Work Behavior (IWB) dari Janssen (2000) dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) dari Connor & Davidson (2003) yang telah diadaptasi terhadap konteks perkuliahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku kerja inovatif. Berdasarkan hasil tersebut, resiliensi terbukti berhubungan dengan perilaku kerja inovatif, saat mahasiswa memiliki tingkat resiliensi yang tinggi maka akan cenderung memperlihatkan perilaku kerja inovatif yang juga tinggi. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk merancang program pelatihan yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa lebih awal, mempersiapkan mereka untuk sebelum masuk ke lingkungan kerja dalam organisasi.

The rapidly increasing technology in the context of Industrial Revolution 4.0 affects all the aspects of organizational performance as it gets more complex. This condition challenges college students as future employees to prepare the skill that can give them the ability to apply new strategies for problem solving and be resilient in the dynamic working environment of an organization, that is innovative work behavior. The intention of this research paper is to analyze the correlation between resilience and innovative work behavior in college students. The data is collected from the population of college students with the sample college students of Universitas Indonesia. Sampling technique that is applied is convenience sampling based on the proximity and convenience of the researcher. Both variables in this study are measured using Innovative Work Behavior (IWB) Scale from Janssen (2000) and Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) from Connor & Davidson (2003) that has been reviewed and adapted with college contexts. The result of this study shows that resilience has a significant correlation with innovative work behavior. Based on that result, resilience is proven to be correlated with innovative work behavior, when a college student has a high score on resilience that means they tend to show innovative work behavior that is also high. This result can be used as a reference for training programs to build the competence of college students early before they get into an organization working environment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>