Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61475 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karina Rahmaningrum
"ABSTRAK
Latar Belakang: Stimulasi ovarium terkendali (SOT) merupakan langkah krusialdalam prosedur fertilisasi in vitro (FIV). SOT dilakukan dengan memberikan hormon gonadotropin eksogen. Pemberian hormon eksogen ini akan menyebabkan kondisi suprafisiologis hormon steroid. Perubahan kadar hormon-hormon steroid ini mempengaruhi reseptivitas endometrium, sehingga berpengaruh pada peristiwa implantasi. Biomarker mucin-1 dapat digunakan sebagai indikator terhadap perubahan yang terjadi dalam jaringan endometrium.
Tujuan: Mengetahuipengaruh prosedurSOT dengan berbagai dosis r-FSH yang berbeda pada ekspresi mucin-1 pada berbagai kompartemen jaringan endometrium dari hewan primata Macaca nemestrina.
Metode: Studi ini menggunakan jaringan uterus Macaca nemestrinayang tersimpan dalam blok paraffin. Subjek terdiri dari 15 kera betina berusiareproduktifdan memiliki riwayat melahirkan. Subjek terbagi dalam empat kelompok; kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang mendapatkan administrasi r-FSH dengan dosis yangberbeda (30, 50, dan 70 IU) sesuai dengan protokol SOT. Immunohistokimia dilakukan pada jaringan endometrium dan ekspresi mucin-1 dihitung menggunakan pluginRGB Measuredari perangkat lunak imageJ dan secara manual. Hasil kemudian dianalisis dengan uji statistik ANOVA satu-arah, uji post-hocTukey HSD, dan uji korelasi bivariat Pearson
Hasil dan Pembahasan: Tedapat perbedaan ekspresi mucin-1 yang bermakna pada kompartemen kelenjar endometrium antara kelompok intervensi dengan uji ANOVA satu arah (F (3,10) = 7,474, p = 0,007). Namun, hasil yang tidak bermakna ditunjukkan dalam luminal (F (3,8) = 1,129, p = 0,394) dan stromal (F (3,11) = 1,129, p = 0,357) endometrium. Hasil yang signifikan dari kelenjar endometrium dapat dijelaskan dengan kondisi suprafisiologis hormon steroid. Sedangkan hasil yang tidak signifikan dapat dijelaskan oleh ekspresi mucin-1 yang terbatasdi bagian stromal, perbedaan 7 hari antara administrasi SOT dan pengambilan jaringan. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sedikitnya jumlah subjek, karena spesies subjek Macaca nemestrina, terbatas untuk pemanfaatan penelitian di negara kami.
Kesimpulan: Perbedaan dosis r-FSH memiliki pengaruh ekspresi mucin-1 pada jaringan endometrium secara signifikan pada bagian glandular namun tidak pada bagian stromal dan luminal.

ABSTRACT
Different r-FSH dosages affects mucin-1 expression on endometrial tissues significantly in glandular parts but not in luminal and stromal parts."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Viola Miranda
"Latar belakang: Meski krusial untuk keberhasilan fertilisasi in vitro (FIV), stimulasi ovarium terkendali (SOT) diketahui dapat menurunkan reseptivitas endometrium dan mempengaruhi keberhasilan prosedur tersebut secara keseluruhan. Hal ini terkait dengan administrasi recombinant follicle stimulating hormone (r-FSH) yang meregulasi ekspresi regulator reseptivitas endometrium, termasuk leptin, melalui perantara estradiol.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai dosis r-FSH pada SOT terhadap perubahan ekspresi leptin pada jaringan endometrium Macaca nemestrina (beruk).
Metode: Penelitian ini menggunakan blok parafin berisi jaringan uterus Macaca nemestrina fase midluteal dari penelitian sebelumnya. Subjek adalah 15 beruk betina usia reproduktif (8-10 tahun) dengan riwayat melahirkan yang dibagi ke dalam empat kelompok: kelompok dengan administrasi r-FSH dosis 30 IU, 50 IU, 70 IU (kelompok intervensi), dan tanpa pemberian r-FSH (kelompok kontrol). Stimulasi ini diberikan selama 10 atau 12 hari pertama siklus haid. Pewarnaan dilakukan secara immunohistokimia. Ekspresi leptin diukur menggunakan plugin IHC Profiler pada software ImageJ serta dihitung secara semikuantitatif sebagai Histological Score (H-score). Analisis statistik untuk data normal dan homogen dilakukan dengan ANOVA satu arah, sedangkan untuk data tidak normal atau tidak homogen dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis.
Hasil dan Pembahasan: Pengaruh SOT pada jaringan endometrium ditemukan pada kompartemen epitel kelenjar, stroma, dan epitel luminal. Perbedaan ekspresi leptin antara keempat kelompok pada ketiga kompartemen tersebut bersifat tidak bermakna secara signifikan (Fkelenjar(3,10) = 0.464, p = 0.714; pstroma = 0.436; pluminal = 0.155). Hasil ini kemungkinan disebabkan oleh hubungan r-FSH dan leptin yang tidak bersifat langsung, tetapi diperantarai oleh estradiol. Limitasi penelitian ini adalah jumlah sampel yang kecil, serta keterbatasan dalam mengukur durasi fase siklus haid dan cadangan ovarium pada subjek penelitian.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Rasyad
"Latar Belakang: Salah satu prosedur dalam fertilisasi in vitro (FIV), yaitu stimulasi ovarium terkendali (SOT), dapat mengurangi reseptivitas dari endometrium. Hal ini disebabkan oleh administrasi dari recombinant follicle stimulating hormone (r-FSH), yang akan menyebabkan tubuh untuk melepaskan beberapa folikel disaat yang bersamaan (supervoulasi). Kondisi ini dapat mempengaruhi ekspresi dari glikodelin-A (GdA), yang memiliki peran dalam mempersiapkan endometrium dalam proses implantasi.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian berbagai kadar r-FSH dalam prosedur SOT pada ekspresi glikodelin-A pada berbagai kompartemen jaringan endometrium dari hewan Macaca nemestrina (beruk).
Metode: Penelitian ini menggunakan jaringan uterus beruk yang tersimpan di dalam blok parafin. Subjek dari penelitian ini terdiri dari 15 beruk betina yang berada di dalam usia reproduksi, sekitar 8-10 tahun, dan telah melahirkan sebelumnya. Subjek kemudian dibagi menjadi empat kelompok; kelompok kontrol yang tidak dilakukan administrasi r-FSH, dan juga kelompok uji yang diberikan administrasi r-FSH dengan berbagai kadar (30, 50, dan 70 IU) sesuai dengan protokol SOT. Jaringan kemudian akan diberi pewarnaan immunohistokimia, dan ekspresinya diukur menggunakan plugin IHC Profiler dari perangkat lunak ImageJ, dimana hasil pengukuran berupa Histological Score (H-Score). Hasil tersebut kemudian dianalisis secara statistik dengan ANOVA satu arah.
Hasil dan Pembahasan: Hasil analisis ANOVA satu arah menunjukkan bahwa perbedaan ekspresi GdA di kelenjar (F(3,10) = 0,80, p = 0,52) dan stroma (F(3,11) = 0,92, p = 0,47) endometrium antar kelompok tidaklah signifikan, dan variasi data di dalam kelompok lebih besar dibandingkan antar kelompok . Ekspresi GdA memiliki variasi perbedaan antar kelompok lebih tinggi, namun tidak signifikan (F(2,8) = 1,80, p = 0,23). Hasil ini dapat disebabkan oleh; Ekspresi GdA yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh administrasi r-FSH, perbedaan fase antar sampel, dan juga jumlah sampel yang kecil.

Background: One of the crucial steps of in vitro fertilization (IVF), the controlled ovarian hyperstimulation (COH), may decrease the receptivity of endometrial tissue. This is due to the administration of recombinant follicle stimulating hormone (r-FSH), which aims to make the body to release multiple follicles at the same time (superovulation). This can alter the expression of Glycodelin-A (GdA), which has a role in preparing the endometrial tissue to go through the implantation process.
Objective: To find out the effects of different r-FSH dosages administration during COH protocol on glycodelin-A endometrial tissue compartments expression in Macaca nemestrina (southern pig-tailed macaque).
Methods: Paraffin-embedded tissue blocks of macaques uterus were used for this study. The subjects that were included consist of 15 female macaques, all on reproductive age of 8-10 years and have given birth beforehand. The subjects were then divided into four groups; the control group were those who had not been administered with r-FSH, and those who had been administered with different dosages of r-FSH (30, 50, and 70 IU) in accordance to the COH protocols. The tissues were then stained using immunohistochemistry, and the expressions were measured using the plugin IHC Profiler of the ImageJ software, where the result of the measurement were in Histological Score (H-Score). The result were then statistically analysed using one-way ANOVA.
Results and Discussion: The result of one-way ANOVA showed, that the differences of glycodelin-A expression in the endometrial glands (F(3,10) = 0.80, p = 0.52) and stromal parts of the tissue (F(3,11) = 0.92, p = 0.47) between the groups were insignificant, the variance of data among the groups were larger than between the groups. Glycodelin-A expression in the four groups of luminal parts however, have higher variances between the groups than among the groups, but the differences were insignificant (F(2,8) = 1.80, p = 0.23). This result were caused by; The expression of GdA which is not directly affected by the administration of r-FSH, different phases of each samples, and also the low number of samples.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andhea Debby Pradhita
"GnRH digunakan dalam program fertilisasi in vitro (FIV) sebagai salah satu regimen stimulasi ovarium. Agonis GnRH memiliki efek langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan endometrium terutama saat fase implantasi. Penggunaan agonis GnRH dapat berefek negatif terhadap perkembangan endometrium setelah pemberian stimulasi ovarium terhadap ekspresi reseptor dan apoptosis sel endometrium. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dampak pemberian agonis GnRH terhadap ekspresi reseptor GnRH dan protein apoptosis sel-sel endometrium fase luteal terhadap perkembangan endometrium. Sampel dari penelitian ini menggunakan bahan biologi tersimpan berupa serum dan jaringan endometrium Macaca nemestrina. Total sampel ada 8 yang terbagi atas 2 kelompok, Stimulasi dan Kontrol. Setiap sampel dilakukan 2 pemeriksaan yaitu Enzym-Linked Immunosorebent Assay (ELISA) untuk serum dan Imunohistokimia (IHK) untuk jaringan endometrium. Jaringan IHK diperiksa dengan 2 jenis antibody, reseptor GnRH dan Caspase 3. Consentrasi diukur menggunakan ELISA reader lalu dikonversi dengan Optical Density (OD) menggunakan software SoftMax Pro. Sel pada jaringan IHK dihitung secara kuantitatif berdasarkan pewarnaan menggunakan software ImageJ lalu dinilai menggunakan IHC Optical Density Score. Tidak ada perbedaan signifikan pada serum GnRH, Reseptor GnRH, dan Caspse 3 diantara kedua kelompok (p> 0,05). Terdapat korelasi negatif pada serum GnRH dengan reseptor GnRH (p=0,014; r=-0,762). Tidak terdapat korelasi antara serum GnRH dengan caspase 3 (p>0,05). Tidak ada korelasi antara reseptor GnRH dengan caspase 3 (p>0,05).

GnRH is widely used in the embryo fertilization program as one of the ovarian stimulation regimens. At the implantation window, GnRH agonists are known to have an effect on the endometrium directly or indirectly. GnRH estimated has a negative effect on the development of endometrial cells after ovarian stimulation. This study is to analyze the impact of GnRH agonist on ovarian stimulation procedures on receptor expression and endometrial cell apoptosis due to endometrial development. The study sample was a stored biological material (BBT) from serum and the endometrial tissue of Macaca nemestrina. The total sample is 8 and divided into 2 groups, the stimulated and control groups. Each sample will be examined 2 types which are the enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) for serum and immunohistochemistry (IHC) for endometrial tissue. IHC was performed with anti-GnRH receptor and caspase 3 antibody. Serum concentration is measured using an ELISA reader and then converts to a concentration using SoftMax Pro Software. Quantitative data of IHC were performed using the Image-J Analyzer programs and scored by IHC Optical Density Score. There is no significant difference between GnRH serum, GnRH receptors, and Caspase 3 in stimulation or control group (p>0,05). There was a strong negative correlation between serum GnRH levels and GnRH receptors (p=0,14; r=-0,762). There was no correlation between GnRH in serum with activation of caspase 3 (p>0,05). There was no correlation between GnRH receptors with activation of caspase 3 (p>0,05)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wa Ode Zulhulaifah
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor proliferasi sel sebagai peyebab ketidaksiapan endometrium untuk implantasi setelah pemberian berbagai dosis rekombinan FSH (rFSH) dengan melihat tingkat ekspresi FSH-Reseptor (FSHR) dan ekspresi protein KI-67. Sampel penelitian ini adalah bahan biologi tersimpan (BBT) dari jaringan endometrium Macaca nemestrina. Total sampel 15, sampel terdiri dari tiga kelompok yang diberikan GnRH agonis dosis tetap dan rFSH dengan dosis stimulasi berbeda, yaitu 30IU, 50IU, dan 70IU dan satu kelompok kontrol. Tidak ditemukan perbedaan signifikan antara berbagai dosis rFSH yang diberikan dengan ekspresi FSHR dan ekspresi protein Ki67 pada sel endometrium Macaca nemestrina. Tingkat ekspresi FSHR dan ekspresi Ki67 ditemukan tidak berkorelasi siginifikan. Dosis rFSH yang lebih tinggi tidak menurunkan ekspresi FSHR dan Ki67 serta tidak terdapat korelasi antara ekspresi FSHR dengan ekspresi Ki67.

This study was conducted to look at cell proliferation factors as causes of endometrial unpreparedness for implantation after administration of various recombinant FSH doses (rFSH) by looking at FSH-receptor (FSHR) expression and expression of KI-67 proteins. The study sample was stored biological material (SBM) from endometrial tissue of Macaca nemestrina. The total sample was 15, the sample consisted of three groups given fixed-dose GnRH agonists and different stimulation doses, namely 30IU, 50IU, and 70IU and one control group. we found not significantly different between various doses of rFSH with FSHR and Ki67 expression in endometrial tissue Macaca nemestrina. We found not correlation significantly between FSHR expression and Ki67 Expression endometrial tissue Macaca nemestrina. Higher rFSH doses did not reduce FSHR expression and Ki67 and there was no correlation between FSHR expression and Ki67 expression."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhuda
"ABSTRAK
Latar belakang. Prosedur stimulasi ovarium terkendali pada program FIV berdampak buruk terhadap reseptivitas endometrium. Efek buruk tersebut terjadi karena perubahan kadar hormon yang tidak fisiologis. Laporan penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan hamil pada program FIV hanya sekitar 30%.
Tujuan penelitian. Menilai dampak pemberian stimulator ovarium terhadap ekspresi petanda reseptivitas endometrium periode implantasi.
Metodologi penelitian. Sebanyak 16 ekor Macaca nemestrina dibagi menjadi 4 kelompok: 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan, berupa pemberian stimulator ovarium dosis 30-70 IU selama 10-12 hari sampai diperoleh puncak sekresi estradiol pada fase folikuler akhir dan dilanjutkan dengan pemberian hCG dosis 3200 IU. Nekropsi jaringan uterus dilakukan hari ke 8-9 setelah puncak sekresi estradiol. Parameter yang dinilai adalah kadar hormon estradiol, progesteron dan ekspresi protein HOXA10, integrin αvβ3 pinopod endometrium dan hubungan hormon steroid dengan ekspresi petanda reseptivitas endometrium.
Hasil dan pembahasan. Berdasarkan uji Anova, variasi dosis stimulator ovarium antara 30-70 IU tidak menunjukkan perbedaan bermakna kadar estradiol, progesteron serta ekspresi protein HOXA10 dan integrin αvβ3 antara kelompok kontrol dengan perlakuan (p > 0,05). Berdasarkan Uji korelasi Pearson terdapat hubungan bermakna antara kadar progesteron dengan ekspresi protein HOXA10 dan integrin αvβ3 terutama pada daerah fungsional endometrium ( p < 0,05), sedangkan dengan hormon estradiol tidak terdapat perbedaan yang bermakna (P>0.05). Perkembangan pinopod yang menunjukkan periode jendela implantasi (tahap perkembangan maksimal) diperoleh pada rasio progesteron/estrogen antara 0,20 ? 0,49 dan periode regresi yaitu pada rasio 0,26 ? 7,34.
Kesimpulan.Variasi dosis stimulator ovarium 30-70 IU tidak mempengaruhi sekresi hormon estrogen, progesteron dan ekspresi petanda reseptivitas endometrium. Berdasarkan uji regresi Pearson terdapat hubungan bermakna antara hormon progesteron fase folikuler akhir dan fase luteal dengan ekspresi petanda reseptivitas endometrium. Lonjakan estradiol fase folikuler akhir tidak berpengaruh terhadap ekspresi petanda reseptivitas endometrium. Rasio progesteron/estradiol antara 0,20-0,49 menunjukan periode jendela implantasi, sedangkan rasio 0,26 ? 7,34 menunjukkan bahwa perkembangan pinopod mengalami regresi.

ABSTRACT
Background.Controlled ovarian stimulation procedure on FIV program adversely affect endometrial receptivity. The adverse effects occur due to non physiological changes in hormone levels. Research reports showed that pregnant success rate of FIV program were only around 30%.
Research objective.To assess the impact of ovarian stimulator on the expression of endometrial receptivity markers of implantation period.
Research methodology.Total of 16 Macaca nemestrinawere divided into four groups, one control group and three treatment groups, ie giving a dose of 30-70 IU ovarian stimulator for 10-12 days to obtain peak estradiol secretion at the end of follicular phase and continued with a dose of 3200 IU of hCG administration. Uterine tissue necropsy was performed 8-9 days after the peak secretion of estradiol. The parameters assessed were levels of the hormones estradiol, progsterone and expression of proteins HOXA10, integrin αvβ3 pinopod endometrium and steroid hormone relationship with the expression of markers of endometrial receptivity.
Results and discussion. Based on analysis of variance (anova), ovarian stimulator dose variation between 30-70 IU showed no significant difference levels of estradiol, progesterone and protein expression of integrin αvβ3 HOXA10 and the control group with treatment (p> 0.05). Based on Pearson correlation test there is a significant correlation between the levels of progesterone with HOXA10 protein expression and integrin αvβ3 especially in the area of functional endometrium (p <0.05), whereas the hormone estradiol no significant difference (P> 0.05). Pinopod development which indicates implantation window period (maximum developmental stage) was obtained in the ratio of progesterone/estrogen between .20 to 0.49 and regression period is the ratio of 0.26 to 7.34.
Conclusion. Variations ovarian stimulator dose of 30-70 IU did not affect the secretion of the hormone estrogen, progesterone and endometrial receptivity marker expression. Based on Pearson regression test there was a significant relationship between the hormone progesterone late follicular phase and the luteal phase endometrial receptivity marker expression. While the surge in late follicular phase estradiol had no effect on the expression of markers of endometrial receptivity. Progesterone/estadiol ratio between 0.20 to 0.49 indicates implantation window period, while the ratio of 0.26 to 7.34 indicates that the development pinopod regresses.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D1969
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaini Aisyah Naser
"Latar Belakang: Kelebihan terapi regeneratif untuk periodontitis dengan kerusakan tulang alveolar horizontal masih belum banyak dilaporkan. Terapi regeneratif periodontitis pada kerusakan tulang alveolar horizontal dengan PDL cell sheet dengan RGD modified chitosan dilaporkan dapat meningkatkan perlekatan jaringan periodontal secara klinis. Hasil tersebut perlu ditunjang dengan menganalisis ekspresi kolagen tipe I secara histologis. Ekspresi kolagen tipe I pada tulang alveolar merupakan salah satu indikator terjadinya regenerasi jaringan periodontal.
Tujuan: Menganalisis ekspresi kolagen tipe I pada tulang alveolar pasca terapi bahan regeneratif dengan RGD modified chitosan dan PDL cell sheet dengan chitosan.
Metode dan Bahan: Bahan uji adalah sediaan biologis tersimpan berupa preparat jaringan tulang alveolar M.nemestrina pada kerusakan tulang horizontal setelah empat minggu terapi dengan bahan PDL cell sheet dengan RGD modified chitosan dan PDL cell sheet dengan chitosan. Ekspresi kolagen tipe 1 dievaluasi dengan teknik imunohistokimia dengan cara deparafinisasi dan rehidrasi, blocking, immunostaining, dehidrasi dan cleaning, serta mounting dan coverslip. Data area ekspresi dan intensitas warna dianalisa dengan metode grid pada ImageJ serta uji statistik menggunakan SPSS.
Hasil: Median(minimum-maksimum) pewarnaan positif pada PDL cell sheet dengan RGD modified chitosan adalah 20,69(8,95-39,98), lebih kecil dari PDL cell sheet dengan chitosan 22,65(10,98-36,27). Uji statistik menunjukan tidak terdapat perbedaan bermakna dari kedua bahan regeneratif.
Kesimpulan: Ekspresi kolagen tipe I memberikan hasil yang setara antara PDL cell sheet dengan RGD modified chitosan dan PDL cell sheet dengan chitosan.

Background: The advantages of regenerative therapy for periodontitis with horizontal alveolar bone damage have not been widely reported. Regenerative therapy of periodontitis in horizontal alveolar bone damage with PDL cell sheet and RGD modified chitosan has been reported to increase clinical periodontal tissue attachment. These results need to be supported histologically by analyzing the expression of type I collagen. The expression of type I collagen in periodontal tissue is one of the indicator for periodontal tissue regeneration.
Objectives: Analyzing the expression of type I collagen in periodontal tissue after using regenerative therapy materials PDL cell sheet with modified RGD chitosan and PDL cell sheet with chitosan. Material and
Methods: The test materials were stored biological preparations in the form of alveolar bone tissue M.nemestrina in horizontal bone damage after four weeks ; therapy with PDL cell sheet with RGD modified chitosan and PDL cell sheet with chitosan. Collagen type 1 expression was evaluated by immunohistochemistry techniques with deparaffinization and rehydration, blocking, immunostaining, dehydration and cleaning, mounting and coverslip. The data of expression area and color intensity were analyzed by grid method in ImageJ and the statistic test using SPSS.
Result: The median(minimum-maximum) of positive staining on PDL cell sheet with RGD modified chitosan is 20.69(8.95-39.98), smaller than PDL cell sheet with chitosan 22.65(10.98-36.27). The statistical test showed that there were no significant differences between the two regenerative materials.
Conclusion: Type I collagen expression gave equivalent results between PDL cell sheet with RGD modified chitosan and PDL cell sheet with chitosan.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virginia Nomida
"Latar Belakang: Kerusakan tulang alveolar horizontal merupakan defek tulang yang umum ditemukan dalam kasus periodontal, namun belum dapat direkontruksi secara optimal. Kemanfaatan Background: sebagai bahan regeneratif pada defek tersebut telah dilaporkan secara klinis dan radiografis, namun evaluasi secara histologis belum banyak dilakukan. Adanya ekspresi kolagen tipe I pada jaringan periodontal merupakan salah satu indikator keberhasilan terapi regeneratif.
Tujuan: Mengevaluasi efektivitas chitosan dan RGD-modified chitosan dalam meningkatkan ekspresi kolagen tipe I secara histologis pada terapi regeneratif dengan pola kerusakan tulang horizontal.
Metode dan Bahan: Sampel adalah sediaan biologis tersimpan berupa jaringan periodontal regio gigi insisivus lateral Macaca nemestrina setelah 4 minggu terapi regeneratif dengan chitosan dan RGD-modified chitosan scaffold. Ekspresi kolagen tipe I dievaluasi dengan imunohistokimia menggunakan antibodi primer COL1A1. Perbedaan area pewarnaan positif dan intensitas warna kolagen tipe I dianalisis dengan metode grid pada ImageJ serta uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua, yaitu kelompok chitosan dan kelompok RGD-modified chitosan.
Hasil: Median area pewarnaan positif chitosan 61,53(46,64-77,67), lebih besar dari RGD-modified chitosan 25,69(17,94-35,20) namun tidak berbeda bermakna secara statistik(p>0,05). Median intensitas pewarnaan lemah 35,40(26,23-50,34), sedang 24,48(3,25-34,95) dan kuat 3,16(0,34-11,65) area pewarnaan positif kelompok chitosan lebih besar dari kelompok RGD-modified chitosan, namun tidak berbeda bermakna secara statistik.
Simpulan: Terapi chitosan scaffold dan RGD-modified chitosan berpotensi meregenerasi jaringan periodontal dengan pola kerusakan tulang horizontal. Penambahan RGD pada scaffold tidak memiliki pengaruh terhadap ekspresi kolagen tipe I.

Horizontal alveolar bone damage is a common bone defect found in periodontal cases, but cannot be reconstructed optimally. The usefulness of the use of chitosan and RGD-modified chitosan scaffold as a regenerative material in the defect has been reported clinically and radiographically, but histological evaluation has not been done much. The presence of type I collagen expression in periodontal tissue is one indicator of the success of regenerative therapy.
Objective: To evaluate the effectiveness of chitosan and RGD-modified chitosan in histologically increasing type I collagen expression in regenerative therapy with horizontal bone damage patterns.
Methods and Materials: Samples were stored biologically in the form of periodontal tissue of the lateral incisor Macaca nemestrina after 4 weeks of regenerative therapy with chitosan and RGD-modified chitosan scaffold. Type I collagen expression was evaluated by immunohistochemistry using primary antibody COL1A1. Differences in positive staining areas and color intensity of type I collagen were analyzed by the grid method on ImageJ and statistical tests using the Mann-Whitney test. The research group was divided into two, namely the chitosan group and the RGD-modified chitosan group.
Results: The median chitosan positive staining area was 61.53 (46.64-77.67), greater than the RGD-modified chitosan 25.69 (17.94-35.20) but did not differ statistically (p> 0, 05). Median intensity of staining is weak 35.40 (26.23-50.34), moderate 24.48 (3.25-34.95) and strong 3.16 (0.34-11.65) positive staining area for chitosan groups is more were large in the RGD-modified chitosan group, but were not statistically significant.
Conclusion: Chitosan scaffold therapy and RGD-modified chitosan have the potential to regenerate periodontal tissue with a pattern of horizontal bone damage. The addition of RGD to scaffold has no effect on the expression of type I collagen.penggunaan chitosan dan RGD-modified chitosan scaffold.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikri
"ABSTRAK
Untuk mengetahui frekuensi simetri-asimetri tipe pola telapak tangan dan kecenderungan tipe pola whorl di daerah interdigital I, II, III dan IV telah dilakukan penelitian dermatoglifi pada Macaca nemestrina (Linnaeus, 1766). Hasil penelitian diharapkan dapat melengkapi data mengenai ciri morfologi Macaca nemestrina. Sampel yang digunakan sebanyak 36 ekor (16 jantan dan 20 betina) dan pengambilan cetakan sulur ujung jari dan telapak tangan menggunakan metode Holt. Kemunculan asimetri di daerah interdigital I, II, III dan IV Iebih besar dibandingkan di daerah Th, Hd dan Hp. Tipe pola Whorl radial (Wi) di daerah interdigital II, III dan IV berbeda sangat bermakna (x = 001), cenderung muncul di telapak tangan kiri, sedangkan di daerah interdigital I berbeda bermakna (x = 0,05), cenderung muncul di telapak tangan kanan. Tipe pola Whorl ulna (Wu) di daerah interdigital II berbeda sangat bermakna (a = 0,01), di daerah interdigital III berbeda bermakna (X = 0,05) dan keduanya cenderung muncul di telapak tangan kanan sedangkan di daerah interdigital I dan IV tidak menunjukkan preferensi lateral."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>