Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 226272 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rabbil Pratama Aji
"Penyakit Gaucher merupakan kelainan metabolik langka yang diturunkan secara resesif pada sel tubuh (autosomal). Penyakit Gaucher disebabkan oleh defisiensi enzim glucosylceramidase (GCase) yang menyebabkan senyawa glucosylceramide (GlcCer) tidak terurai dan terakumulasi dalam sel makrofag sehingga menginduksi perubahan sel tersebut menjadi sel Gaucher. Defisiensi enzim GCase terjadi akibat adanya mutasi pada gen glucosylceramidase beta (GBA) yang terletak di lokus 1q22. Gen GBA memiliki banyak varian patogenik, tetapi terdapat varian yang umum ditemukan yaitu N370S dan L444P. Tujuan dari deteksi dan analisis varian gen GBA yaitu supaya menemukan varian patogenik yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis secara klinis pada sampel penderita penyakit Gaucher di Indonesia. Varian N370S dan L444P dapat dideteksi menggunakan teknik Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), sedangkan varian gen GBA lainnya dideteksi dan dianalisis menggunakan teknik automated DNA sequencing. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak tiga varian eksonik (R359Q, p.W417W, dan L444P) dan lima varian intronik (c.454+29G>A, c.454+47T>C, c.454+52G>A, c.999+248T>G, dan c.999+271G>A) telah berhasil dideteksi dan dianalisis dari 3 sampel penderita penyakit Gaucher berkebangsaan Indonesia.

Gaucher disease is an autosomal recessesive metabolic disorder that is caused by a deficiency of the enzyme glucosylceramidase (GCase), leading to accumulation of glucosylceramide (GlcCer) in macrophage cells which transform into Gaucher cells. The GCase enzyme deficiency occurs due to mutations in the glucosylceramidase beta (GBA) gene that is located at locus 1q22. The GBA gene has common pathogenic variants, such as N370S and L444P. The purpose of the detection and analysis of GBA gene variants was to find pathogenic variants that can be used to confirm clinical diagnoses in samples of Gaucher's disease patients in Indonesia. Variants of N370S and L444P could be detected using Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) technique, while other GBA gene variants were detected and analyzed using automatic DNA sequencing technique. As the result, total of 3 exonic variants (R359Q, p.W417W, and L444P) and 5 intronic variants (c.454 + 29G> A, c.454 + 47T> C, c.454 + 52G> A, c.999 + 248T> G , and c.999 + 271G> A) have been successfully detected and analyzed from 3 samples of Gaucher disease of Indonesian people."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Dwi Pratiwi
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang gejala nyeri punggung bawah di antara rumah sakit HGA pekerja terutama perawat dan staf administrasi. Desain penelitian yang digunakan adalah crosssectional dalam populasi 346 orang, dan sampel 135 orang dengan pengumpulan data instrumen dalam bentuk kuesioner QEC dan kombinasi psikososial kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square untuk menunjukkan pola hubungan antara faktor fisik dan psikososial terhadap terjadinya gejala nyeri punggung bawah. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Individu Faktor (usia, jenis kelamin, IMT, riwayat penyakit, masa kerja), Faktor Psikososial (pekerjaan tuntutan, dukungan sosial, pekerjaan monoton, kepuasan kerja, dan stres kerja), dan Faktor Fisik (postur aneh, aktivitas penanganan manual, kekuatan dan durasi). Untuk Demi analisis, Skor Faktor Psikososial dan Skor Faktor Fisik dibuat. Itu analisis dimulai dengan univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor fisik dan faktor psikososial. Hanya jenis pekerjaan yang memiliki hubungan dengan gejala nyeri punggung bawah (p = 0,005). Oleh karena itu perlu untuk mengikuti beberapa metode pendekatan untuk menilai lebih banyak tentang masalah ini.

ABSTRACT
This thesis discusses the symptoms of low back pain among HGA hospital workers, especially nurses and administrative staff. The research design used was cross-sectional in a population of 346 people, and a sample of 135 people with data collection instruments in the form of a QEC questionnaire and a psychosocial combination questionnaire. The statistical test used was Chi-Square to show the pattern of the relationship between physical and psychosocial factors on the occurrence of low back pain symptoms. The independent variables in this study were Individual Factors (age, sex, BMI, history of illness, years of service), Psychosocial Factors (job demands, social support, monotonous work, job satisfaction, and job stress), and Physical Factors (strange postures, manual handling activities, strength and duration). For the sake of analysis, Psychosocial Factor Scores and Physical Factor Scores were made. The analysis begins with univariate, bivariate and multivariate. The results showed that there were
there is no significant relationship between physical factors and psychosocial factors. Only the type of work has a relationship with symptoms of low back pain (p = 0.005). Therefore it is necessary to follow several methods of approach to assess more about this issue.
"
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Mulyantari
"Penyakit paru obstruksif kronik PPOK merupakan penyakit paru dengan karakteristik hambatan aliran udara yang progresif, karena peningkatan reaksi peradangan kronik berlebihan pada saluran napas dan parenkim paru. Stres oksidatif terutama akibat pajanan rokok dalam jangka waktu lama berperan sentral pada patogenesis PPOK. Beta karoten suatu karotenoid punya peran pada stres oksidatif dengan kemampuan mereduksi paling tinggi dan lebih efisien mengikat radikal yang berasal dari dalam dinding liposom pada kompartemen lipofilik dinding sel. Di Indonesia bahan makanan sumber β-karoten mudah didapat. Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara kadar β-karoten dan MDA serum pada penderita PPOK. Penelitian pontong lintang ini mengikutsertakan 47 penderita PPOK melalui metode consecutive sampling. Data sosio-demografi, riwayat merokok, asupan β-karoten secara FFQ semikuantitatif diperoleh dengan wawancara. Data skor CAT, kekerapan kekambuhan dan uji fungsi paru terbaru didapatkan dari rekam medik. Dilakukan pengukuran IMT, kadar MDA serum dengan spektrofotometri dan β-karoten serum dengan HPLC. Subjek paling banyak berusia 60-74 tahun, bekas perokok, dengan IMT normal. Asupan dan kadar ?-karoten serum rendah pada sebagian besar 63,8 subjek. Kadar MDA serum cenderung lebih tinggi daripada orang sehat, menandakan adanya penngkatan stres oksidatif pada penderita PPOK. Tidak didapatkan adanya korelasi antara kadar β-karoten dan MDA serum.

Chronic obstructive pulmonary disease COPD is a lung disease, characterized by progressive air flow resistance, which increase chronic inflammatory reactions of the airways and lung parenchyma. A history of exposure to risk factors, especially smoking, for long term contribute to the central role of oxidative stress in the pathogenesis of COPD. Beta carotene as one of the antioxidants may play a role in oxidative stress among COPD patients, carotene's food source is abandon in Indonesia. This cross sectional study aimed to investigate relationship between levels of serum carotene and MDA in COPD patients. Consecutive sampling was applied to recruit 47 COPD subjects, who mainly subjects elderly with history of heavy smoking. Socio demographic data, smoking history, intake of carotene by semiquantitative FFQ was obtained by interview. CAT score, frequency of exacerbations and lung function tests were obtained from medical records. Nutritional status by BMI, concentration of carotene by HPLC and MDA serum by spectrophotometry were assessed. More than 50 subjects'carotene intake and serum level were lower than reference. Serum MDA level was higher than healthy person's, indicating an increase oxidative stress among COPD patients. There was no correlation between serum carotene and MDA levels. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wutun, Theresia Bunga Palang
"ABSTRAK

Pada penelitian ini diterapkan algoritma FABIAS (Factor Analysis for Bicluster Acquisition: Sparseness Projection) untuk mendeteksi biomarker penyakit Alzheimer pada dataset berupa 54675 data microarray ekspresi gen penyakit Alzheimer dari 161 sampel. Penelitian ini terdiri dari ekstraksi data dan seleksi gen, ekstraksi bicluster, interpretasi biologis untuk setiap bicluster, dan pendeteksian biomarker penyakit Alzheimer pada dataset yang diteliti. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ditemukan pada 3 daerah otak yakni daerah HIP, daerah PC, dan daerah VCX. Gen-gen biomarker penyakit Alzheimer tersebut antara lain gen BIN1, SORL1, dan CLU. Penemuan tiga gen biomarker penyakit Alzheimer dari beberapa bicluster yang dihasilkan dari penerapan algoritma FABIAS ini membuka kemungkinan adanya gen biomarker penyakit Alzheimer yang baru dari bicluster lain dengan sampel berkondisi sakit.


ABSTRACT


In this research, FABIAS algorithm (Factor Analysis for Bicluster Acquisition: Sparseness Projection) was applied to detect biomarkers of Alzheimer`s Disease in a dataset of 54.675 gene expression microarray data from 161 samples. This study consisted of data extraction and gene selection, bicluster extraction, biological interpretation of each bicluster, and biomarker detection of Alzheimer`s disease in the dataset. The results obtained from this study were found in 3 brain regions namely the HIP area, PC area, and VCX area. The biomarker of Alzheimer`s disease include BIN1, SORL1, and CLU genes. The discovery of three biomarker genes from some biclusters resulting from implementation of the FABIAS algorithm opens up the possibility of finding new Alzheimer`s disease biomarker gene from other bicluster with sick condition samples.

"
2019
T53941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Gaol, Hanna Sonia
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang menyebabkan destruksi ligamen periodontal dan tulang alveolar, yang ditandai dengan peningkatan kedalaman poket, resesi, ataupun keduanya. Penyakit periodontal diderita oleh sebanyak 20-50% populasi dunia. Penyakit periodontal juga merupakan penyebab terbesar dari kehilangan gigi dan dipertimbangkan menjadi salah satu dari dua ancaman terbesar pada rongga mulut. Salah satu faktor hospes yang berperan penting dalam periodontitis adalah faktor genetik, dan salah satunya yaitu gen MIF-173 G/C (rs755622). Gen MIF berperan dalam menginisiasi ataupun memodulasi respon inflamasi pada jaringan periodontal. Polimorfisme pada gen ini menyebabkan perubahan fungsi dalam regulasi makrofag dan penurunan glukokortikoid. Penelitian ini juga belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Menganalisis gambaran polimorfisme gen MIF-173 G/C (rs755622) pada Penderita Periodontitis di Indonesia. Metode: Analisis polimorfisme gen MIF-173 G/C (rs755622) yang dilakukan dengan metode PCR-RFLP dan divisualisasikan menggunakan Gel Electrophoresis. Hasil: Penelitian ini menggunakan 155 sampel antara lain 76 sampel non-periodontitis dan 79 sampel periodontitis, ditemukan 70 sampel non-periodontitis memiliki genotip GG dan 6 sampel non-periodontitis memiliki genotip GC. Sedangkan kelompok periodontitis memiliki 73 sampel dengan genotip GG dan 6 sampel dengan genotip GC. Tidak ditemukan genotip CC pada sampel non-periodontitis maupun periodontitis. Sementara frekuensi alel yang muncul yaitu 143 alel G dan 12 alel C. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada distribusi polimorfisme gen MIF-173 G/C antara penderita periodontitis dengan individu sehat (p = 1,0).

Background: Periodontitis is an inflammation in periodontal caused by microoganism. It induces periodontal ligament and alveolar bone destruction, which are marked by pocket increased, recession, or both. Periodontal disease were affected by 20-50% of world’s population. Also, periodontal disease is one of the biggest causes of tooth loss and is considered to be one of the two biggest threats to the oral cavity. One of the host factors that play an important role in periodontitis is genetic factors, and one of them is the MIF-173 G / C (rs755622) gene. The MIF gene is involved in initiating or modulating the inflammatory response in periodontal tissues. Polymorphism in this gene causes a change in function of macrophage regulation and glucocorticoids reduction. This research has also not been conducted in Indonesia. Objective: To analyze the polymorphism of MIF-173 G/C (rs755622) gene in periodontitis patients in Indonesia. Methods: Analysis of MIF-173 G/C (rs755622) gene polymorphism carried out by PCR-RFLP method and visualized using Gel Electrophoresis. Results: This study used 155 samples including 76 healthy control samples and 79 periodontitis samples, were found 70 control samples had GG genotypes and 6 control samples had GC genotypes. While the periodontitis group had 73 samples with GG genotype and 6 samples with GC genotypes. CC genotypes were not found in the control sample or periodontitis. While the frequency of alleles that emerged were 143 G alleles and 12 alleles C. Conclusion: There were no significant differences in the distribution of MIF-173 G/C gene polymorphisms between periodontitis patients and the healthy ones (p = 1.0)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharto Wijaya
"Latar Belakang: Kerusakan jaringan periodontal terjadi karena inflamasi terhadap invasi bakteri. Human beta defensin-1 adalah peptida antimikroba dan pertahanan pertama terhadap infeksi.
Tujuan Penelitian: Membandingkan kadar ekspresi HBD-1 antara kelompok periodontitis kronis, periodontitis agresif dan normal
Bahan dan Metode: Kadar HBD-1 dari 94 sampel CKG subjek periodontitis kronis, periodontitis agresif dan normal diukur dengan ELISA
Hasil: Analisis Mann-Whitney menunjukkan perbedaan kadar HBD-1 antara periodontitis kronis dengan normal (p<0,05) dan tidak terdapat perbedaan signifikan (p>0,05) antara periodontitis agresif dengan normal, dan antara periodontitis kronis dengan periodontitis agresif.
Kesimpulan: Kadar HBD-1 pada CKG menurun pada kondisi periodontitis kronis dan periodontitis agresif.

Background: Periodontal disease is happened because inflammation reaction ro bacterial invasion. Human beta defensin-1 (HBD-1) is antimicroba peptide which regulate the first defense mechanism.
Objectives: To compare level of HBD-1 between chronic periodontitis, aggressive periodontitis, and normal group.
Material and Methods: Level of HBD-1 from GCF sample of chronic periodontitis, aggressive periodontitis, and normal group were assessed with ELISA.
Results: Mann-Whitney analysis show different level of HBD-1 expression between chronic periodontitis and normal (p<0,05) and there was no significant difference (p>0,05) between aggressive periodontitis and normal, and between chronic periodontitis and aggressive periodontitis.
Conclusion: Level of HBD-1 in GCF decreased in chronic periodontitis and aggressive periodontitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisya Sita Marcha
"Latar belakang: Sekitar 50% pasien penyakit Graves mengalami kekambuhan setelah obat antitiroid diberhentikan. Padahal penyakit Graves yang kambuh umumnya bersifat lebih berat, sehingga membutuhkan terapi yang lebih agresif. Dengan demikian penting untuk mengetahui faktor untuk memprediksi kekambuhan penyakit Graves. Faktor risiko kekambuhan penyakit Graves di antaranya adalah usia, tanda klinis, faktor lingkungan, serta faktor genetik. Gen SCGB3A2 merupakan salah satu gen yang berkaitan dengan penyakit Graves. Genotip AA dan GA, serta alel A gen SCGB3A2 rs1368408 diketahui merupakan faktor risiko timbulnya penyakit Graves. Namun, gen SCGB3A2 rs1368408 belum diketahui asosiasinya dengan kekambuhan penyakit Graves.
Tujuan: Mengetahui hubungan polimorfisme gen SCGB3A2 rs1368408 dengan kekambuhan penyakit Graves.
Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan total 77 sampel. Sampel yang digunakan adalah DNA yang telah diisolasi dari pasien yang telah menjalani terapi obat antitiroid selama ≥12 bulan. Sampel dipilih dengan metode consecutive sampling. Data yang diambil yaitu genotip dan alotip gen SCGB3A2 rs1368408 melalui teknik tetra-primer ARMS-PCR. Sampel dikelompokkan sesuai dengan kekambuhannya dan dilihat frekuensi genotip dan alotip dari masing-masing kelompok. Data juga dianalisis dengan uji chi-square atau uji Fisher untuk melihat asosiasi genotip dan alotip gen SCGB3A2 rs1368408 dengan kekambuhan penyakit Graves.
Hasil: Frekuensi genotip pada keseluruhan sampel pasien penyakit Graves didapatkan 98,7% GG dan 1,3% GA. Pada kelompok kambuh didapatkan genotip 97,8% GG dan 2,2% GA, serta alotip 98,9% alel G dan 1,1% alel A. Sedangkan pada kelompok tidak kambuh 100% memiliki genotip GG, sehingga didapatkan frekuensi alotip 100% alel G. Dari analisis menggunakan uji Fisher, tidak didapatkan perbedaan signifikan antara genotip gen SCGB3A2 rs 1368408 dan kekambuhan penyakit Graves (p=1.000). Analisis uji Fisher pada alotip gen SCGB3A2 rs1368408 juga menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan dengan kekambuhan penyakit Graves (p=1.000).
Simpulan: Tidak terdapat asosiasi genotip atau alotip gen SCGB3A2 rs1368408 dengan kekambuhan penyakit Graves.

Background: Approximately 50% of Graves’ disease patients experience a relapse after discontinuation of antithyroid drugs. Relapsed Graves’ disease patients are generally more severe and require more aggressive therapy. Thus, it is important to know the factors that can predict the relapse of Graves’ disease. Age, clinical signs, environment, and genetic are some of the risk factors for Graves’ disease relapse. SCGB3A2 gene is one of the genes associated with Graves’ disease. Genotype GA and AA, as well as alelle A of SCGB3A2 gene rs1368408 are known to be risk factors for Graves’ disease. However, the association between SCGB3A2 gene rs1368408 and relape of Graves’ disease is not yet known.
Objective: To determine the correlation between the polymorphism of SCGB3A2 gene rs1368408 and Graves' disease relapse.
Methods: Study design of this study was cross-sectional with a total of 77 samples. The sample used in this study was DNA that had been isolated from patients who have received antithyroid drug treatment for ≥12 months. Samples were selected through consecutive sampling method. The data taken were genotypes and allotypes of SCGB3A2 gene rs1368408 using tetra-primer ARMS-PCR technique. Samples were grouped according to the incidence of relapse. The genotype and allotype frequency of each group was observed. Data were also analyzed using chi-square test or Fisher’s exact test to determine the association of genotype and allotype of SCGB3A2 gene rs1368408 with Graves’ disease relapse.
Results: The genotype frequency in the entire sample of patients with Graves’ disease was found to be 98.7% GG and 1.3% GA. In the relapse group, the genotype observed was 97.8% GG and 2.2% GA whereas the allotype frequency in this group was 98.9% G allele and 1.1% A allele. All samples in non-relapse group had GG genotype (100%), thus the allotype frequency was 100% G allele. Analysis using Fisher’s exact test showed no significant difference between genotype of SCGB3A2 gene rs1368408 and Graves’ disease relapse (p=1.000). Fisher's exact analysis of SCGB3A2 gene rs1368408 allotype also found no significant difference with Graves' disease recurrence (p=1.000).
Conclusions: There was no association between genotype or allotype of SCGB3A2 gene rs1368408 and Graves' disease relapse.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Nur Ghania
"Latar belakang: Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan masalah kesehatan yang menempati peringkat ketiga penyebab kematian di seluruh dunia. PPOK secara umum dapat terjadi karena adanya paparan zat/partikel secara terus menerus sehingga memicu adanya penyempitan saluran napas. Kabupaten Karawang dan Kota Bogor sebagai wilayah industri dapat memicu peningkatan kejadian PPOK. Selain itu, prevalensi perokok ≥ 35 tahun di Kabupaten Karawang sebesar 63,05% dan Kota Bogor sebesar 56,83% juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya PPOK.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian PPOK pada penduduk usia ≥ 40 tahun di Kabupaten Karawang dan Kota Bogor tahun 2022.
Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang menggunakan data deteksi dini PPOK pada tahun 2022.
Hasil: Penelitian ini memperlihatkan adanya faktor yang berhubungan dengan kejadian PPOK yaitu usia (POR 1,83; 95% CI 0,69 – 4,86; dan POR 17,6; 95% CI 3,60-85,9), riwayat asma (POR 4,84; 95% CI 1,05-22,21), derajat merokok (POR 5,8; 95% CI 2,17-15,50; dan POR 16,61; 95% CI 4,40-62,69), pekerjaan (POR 1,49; 95% CI 0,20-10,68; POR 0,10; 95% CI 0,02-0,46; POR 1,14; 95% CI 0,19-6,91; dan POR 0,03; 95% CI 0,004-0,25) serta konsumsi sayur/buah (POR 8,36; 95% CI 1,93- 36,21).
Kesimpulan: Angka kejadian PPOK yang diketahui sebesar 2,1% memperlihatkan adanya hubungan antara usia, riwayat asma, derajat merokok, pekerjaan, dan konsumsi sayur/buah dengan kejadian PPOK pada penduduk usia ≥ 40 tahun di Kabupaten Karawang dan Kota Bogor tahun 2022.

Background: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a health problem that ranks third as the cause of death worldwide. COPD can generally occur due to continuous exposure to substances/particles that trigger narrowing of the airways. Karawang Regency and Bogor City as industrial areas can trigger an increase in the incidence of COPD. In addition, the prevalence of smokers ≥ 35 years in Karawang Regency is 63.05% and in Bogor City is 56.83%, which can also increase the likelihood of COPD.
Objective: This study aims to determine the factors associated with the incidence of COPD in residents aged ≥ 40 years in Karawang Regency and Bogor City in 2022.
Methods: The method used in this study is a quantitative method with a cross-sectional study design that uses early detection data for COPD in 2022.
Results: This study shows the factors associated with the incidence of COPD, namely age (POR 1,83; 95% CI 0,69 – 4,86; and POR 17,6; 95% CI 3,60-85,9), history of asthma (POR 4.84; 95% CI 1.05-22.21), smoking status (POR 5,8; 95% CI 2,17-15,50; dan POR 16,61; 95% CI 4,40-62,69), occupation (POR 1.49; 95% CI 0.20-10.68; POR 0.10; 95% CI 0.02-0.46; POR 1.14; 95% CI 0.19-6.91; and POR 0.03; 95% CI 0.004-0.25), and consumption of vegetables/fruits (POR 8,36; 95% CI 1,93-36,21).
Conclusion: The incidence rate of COPD is known to be 2.1%, which shows the relationship between age, history of asthma, smoking degree, occupation, and consumption of vegetables/fruits with the incidence of COPD in residents aged ≥ 40 years in Karawang Regency and Bogor City in 2022.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
620FAKS001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Riki Tenggara
"Latar belakang: Pasien dengan HBK yang mendapat terapi antivirus perlu mendapat pemantauan secara teratur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan derajat kekakuan hati dengan transient elastography (TE) dan APRI sebelum dan setelah menjalani terapi minimal 1 tahun pada pasien Hepatitis B kronik dan korelasi antara TE dan APRI.
Metode: Penelitian ini adalah studi before-and-after treatment dengan melihat perubahan nilai derajat kekakuan hati dan APRI antara sebelum dan sesudah terapi. Pasien hepatitis B kronik yang pernah menjalani pemeriksaan TE dan APRI awal dan menjalani terapi antivirus setelah satu tahun dilakukan pemeriksaan TE ulang dan APRI ulang.
Hasil penelitian: Data dari 41 pasien ini didapatkan hasil median derajat kekakuan hati awal adalah 10,8 kPA dan setelah terapi satu tahun terdapat penurunan menjadi 5,9 kPa dan penurunan derajat kekakuan hati ini bermakna dengan p < 0,001. Median APRI awal adalah 1,13 dan setelah terapi antivirus terdapat penurunan menjadi 0,43 dan penurunan ini bermakna dengan p < 0,001.Dari nilai transient elastography dan APRI didapatkan koefisien korelasi pra-terapi dengan r =0,399 dan setelah terapi antivirus koefisien korelasi r = 0,731.
Simpulan: Derajat kekakuan hati yang diukur dengan transient elastography dan APRI turun secara bermakna setelah terapi antivirus satu tahun pada pasien hepatitis B kronik. Nilai Transient elastography dan APRI mempunyai korelasi moderat sebelum terapi dan korelasi yang kuat setelah terapi satu tahun.

Aim: This study was intended to know the changes of the liver stiffness by transient elastography (TE) and APRI before and after treament at least one year in HBV patients for monitoring the treatment result and correlation between TE and APRI.
Methods: Data were collected from 41 HBV patients with and by using before-and-after treatment method to assess the changes of the liver stiffness and APRI after one year of treatment.The patients were perfomed TE and APRI before and after one year of treatment. The patients were excluded if had infection of HCV or HIV, failure of the procedure, the worsening of hepatitis like acute excacerbation and HCC.
Results: The median liver stiffness measured by TE was significanly decreased from 10,8 kPA to 5,9 kPa after one year of antiviral treatment with p < 0,001. The median value of APRI before treatment was 1,13 and decreased significantly after treatment to 0.43 and with p < 0,001. The correlation between liver stiffness and APRI before treatment were moderate with r = 0,399 and after treatment the correlation were stronger with r = 0,731.
Conclusion: The liver stiffness that measured with transient elastography and APRI significantly decrease after one year of antiviral treatment in chronic HBV patients. There was a moderate correlation between TE and APRI before treatment and strong correlation after one year of treatment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>