Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155027 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Hanifa
"Bencana banjir, yang salah satu penyebabnya adalah kondisi cuaca, semakin sering terjadi sejak akhir 1990-an. Banjir yang sering terjadi di Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu disebabkan oleh karakteristik fisik cekungan yang berbentuk seperti basin. Ditambah curah hujan tinggi terjadi secara terus-menerus untuk jangka waktu tertentu dalam sehari. Pengamatan curah hujan dilakukan dengan metode penginderaan jauh, yaitu menggunakan algoritma PERSIANN CCS. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis perbedaan distribusi wilayah banjir di DAS Citarum Hulu serta distribusi spasial dan temporal curah hujan penyebab kejadian banjir tersebut. Penelitian ini menggunakan data curah hujan per jam satelit yang telah diolah menggunakan algoritma PERSIANN CCS<. Dalam pengolahan data tersebut, dilakukan metode statistik untuk memperoleh nilai akurasi dan metode aritmetika untuk mengklasifikasikan nilai curah hujan satelit. Hasil spasial menunjukkan wilayah banjir aktual tersebar di setiap sub-DAS Citarum Hulu, yaitu di bagian hulu dan hilir sub-DAS. Secara temporal, banjir selalu terjadi pada Sub-DAS Cisangkuy dan jarang terjadi di Sub-DAS Ciwidey. Distribusi spasial curah hujan di DAS Citarum Hulu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bagian utara dan selatan. Rata-rata curah hujan per jam kelompok sub-DAS tersebut memiliki pola yang sama. Secara temporal, distribusi curah hujan di DAS Citarum Hulu memiliki kesamaan pola pada setiap tahunnya. Curah hujan penyebab banjir adalah hujan yang terjadi selama lebih dari enam jam. Hujan tersebut turun beberapa hari sebelum kejadian banjir. Kejadian hujan terjadi pada siang hingga sore hari.

Floods, which one of its cause is weather condition, are often happened since late 90s. Floods in Upper Citarum Watershed are caused by watershed’s physical characteristics which basin-like-shaped. In addition, high level rainfall happened continuously for a long term in a day. Rainfall observation is done by remote sensing method. It is PERSIANN CCS algorithm. This research aims to analyse spatio-temporal actual flood area in Upper Citarum Watershed and spatio-temporal rainfall distribution which are the caused of floods. This research used hourly rainfall data of PERSIANN CCS algorithm to obtain rainfall distribution in Upper Citarum Watershed. In data processing, statistical method had been done to generate data accuracy and arithmetic method to classify rainfall. Spatial result shows actual flood area are spreaded in every sub-watershed of Upper Citarum, which are in its upstream and downstream. Temporally, floods frequently happen in Cisangkuy Sub-Watershed and infrequently happen in Ciwidey Sub-Watershed. Spatial rainfall distribution in Upper Citarum Watershed is divided into two categories which are north and south region. The average hourly rainfall of each categories has the same pattern regionally. Temporal rainfall distribution also has the same pattern every year. The rainfall, which is causing floods, is a more-than-six-hours-long rain. The rain falls several days before the floods happened. It happened in the afternoon up to evening."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Mahdi
"Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat bervariasi terhadap ketinggian dalam distribusi spasial dan temporalnya. Distribusi curah hujan spasial dan temporal didapatkan dari radar cuaca dan stasiun observasi. Melalui pemetaan spasial dan temporal penelitian ini akan mengungkapkan perbandingan distribusi curah hujan antara radar cuaca dengan stasiun observasi curah hujan terhadap ketinggian.
Hasil pengolahan data menunjukan distribusi curah hujan terbanyak pada ketinggian 500-1.000 mdpl dimana semakin tinggi ketinggian tempat maka distribusi curah hujannya semakin menurun baik dari hasil radar cauca maupun stasiun observasi. Analisis temporal memberikan hasil kesamaan waktu kejadian curah hujan tertinggi dari radar cuaca dan stasiun observasi pada pukul 12:00 sampai 18:00.

Rainfall is one of the climate element that highly variable from elevation in spatial and temporal distribution. The spatial and temporal rainfall distribution obtained from weather radar and observation stations. This research will reveal rainfall distribution comparison between weather radar with rainfall observation station of elevation. Through spatial and temporal mapping of.
The results of data processing shows rainfall distribution at an altitude 500-1.000 meters above sea level where the higher altitude of the distribution of rainfall decreases both from the weather radar and observation stations. Temporal analysis provides results in common occurrence time of the highest rainfall weather radar and weather observation station at 12:00 to 18:00.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kezia Sharon Utama
"Banjir merupakan bahaya hidrometeorologis dengan risiko paling tinggi dan luas secara global termasuk di Indonesia. DAS Citarum Hulu yang berada di Provinsi Jawa Barat, memiliki kondisi fisik dan iklim yang berpengaruh terhadap kejadian banjir. Model Soil and Water Assessment Tool (SWAT) merupakan semi-distributed dan continuous-time model mampu memperhitungkan bahaya banjir secara spasial dan temporal. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis variasi spasial dan temporal debit aliran hasil simulasi model SWAT dan tingkat bahaya banjir di DAS Citarum Hulu periode 2000-2020. Pengolahan data berlangsung pada model SWAT dengan menggunakan variabel iklim, penggunaan lahan, jenis tanah, dan topografi. Model SWAT menghasilkan debit aliran untuk pengolahan tingkat bahaya banjir menggunakan Flood Exceedance Probability Index. Analisis spasial dan temporal adalah variasi debit dan tingkat bahaya banjir antara sub-sub DAS, serta antara periode simulasi (2000-2010 dan 2010-2020). Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa debit hasil simulasi tertinggi berada di Sungai Citarum dengan variabilitas tertinggi berada di elevasi tertinggi dari DAS Citarum Hulu. Periode simulasi 2000-2010 memiliki variabilitas lebih tinggi. Variasi spasial tingkat bahaya banjir menunjukkan bahwa tingkat bahaya banjir tertinggi berada pada sepanjang Sungai Citarum, sub-sub DAS Cikapundung, serta hulu sub-sub DAS Ciwidey. Secara temporal, terjadi kenaikan dan penurunan tingkat bahaya banjir dari periode 2000-2010 hingga 2010-2020.

Flood is a hydrometeorological hazard with the highest and most widespread risk globally, including in Indonesia. The Citarum Upper Watershed in West Java Province, has physical and climatic conditions that influence flood events. The Soil and Water Assessment Tool (SWAT) model is a semi-distributed and continuous-time model capable of calculating flood hazard spatially and temporally. The purpose of this study was to analyze the spatial and temporal variations in flow discharge from the SWAT model simulation and the level of flood hazard in the Upper Citarum watershed for the 2000-2020 period. Data processing takes place in the SWAT model using climate, land use, soil type, and topography variables. The SWAT model generates flow rates for processing flood hazard levels using the Flood Exceedance Probability Index. Spatial and temporal analysis is the variation of discharge and flood hazard level between sub-watersheds, as well as between simulation periods (2000-2010 and 2010-2020). The results of data processing show that the highest discharge from the simulation results is in the Citarum River with the highest variability in the highest elevation of the Upper Citarum watershed. The 2000-2010 simulation period has higher variability. Spatial variations in the level of flood hazard indicate that the highest level of flood hazard is along the Citarum River, the Cikapundung sub-watershed, and the upstream of the Ciwidey sub-watershed. Temporarily, there has been an increase and decrease in the level of flood hazard from the 2000-2010 to 2010-2020 period."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Prameswari
"Tanah longsor di Kabupaten Kebumen dipengaruhi oleh beberapa faktor dan sebagai pemicunya adalah hujan lebat. Curah hujan yang dinilai mempengaruhi terjadinya tanah longsor adalah curah hujan kumulatif sepuluh harian sebelum tanah longsor (CH H -10), curah hujan kumulatif lima harian sebelum tanah longsor (CH H -5), curah hujan kumulatif tiga harian sebelum tanah longsor (CH H -3), dan curah hujan saat terjadinya kejadian tanah longsor (CH H). Sebanyak 247 kejadian tanah longsor di Kabupaten Kebumen selama 2010-2016, dianalisis secara spasial-temporal dengan basis pewilayahan curah hujan menggunakan metode Poligon Thiessen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik curah hujan pemicu tanah longsor di Kabupaten Kebumen dengan CH H -10 adalah 101-200 mm, CH H -5 adalah 81-160 mm, CH H -3 adalah 71-140 mm, dan CH H adalah 51-100 mm; terutama curah hujan yang paling berpengaruh di kondisi fisik Kabupaten Kebumen adalah CH H -10.

Landslides in Kebumen are influenced by several factors and as the trigger is a heavy rain. Rainfall affecting landslides are cumulative rainfall ten days before landslide (CH H -10), cumulative rainfall five days before landslide (CH H -5), cumulative rainfall three days before landslide (CH H -3), and the current rainfall of landslide occurrences (CH H). A total of 247 occurrences of landslides in Kebumen during 2010-2016 are analyzed by spatial-temporal with rainfall zoning base using Thiessen Polygon method.
The results show that characteristics of rainfall triggered landslides in Kebumen with CH H -10 is 101-200 mm, CH H -5 is 81-160 mm, CH H -3 is 71-140 mm, and CH H is 51-100 mm; especially the most influential rainfall in physical conditions are CH H -10.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Alif Renaldy
"Curah hujan ekstrim diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pemanasan global di sebagian besar dunia dikarenakan adanya peningkatan konsentrasi uap air atmosfer. Amplikasi curah hujan ekstrim dapat meningkatkan intensitas dan frekuensi banjir yang merugikan di berbagai sektor. Melaui investigasi spasial dan temporal berdasarkan indikator hujan ekstrem yaitu meliputi aspek frekuensi, persistensi, absolut maksimal dan rata-rata per kejadian. Penelitian ini mengungkap kecenderungan hujan ekstrem dan karakteristik hujan ekstrem di DAS Citarum Hulu periode 1980-2022. Analisis yang digunakan dikenal dengan metode non-parametrik yaitu Mann-Kendall Test sebagai salah satu metode yang paling populer digunakan untuk mengevaluasi ada tidaknya kecenderungan pada data rentang waktu hidrologi. Hasil menunjukkan bahwa secara spasial kecenderungan hujan ekstrem di DAS Citarum Hulu terdeteksi terdapat 5 titik stasiun penakar curah hujan dengan kenaikan/penuruan trend secara signifikan dalam periode 1980-2022. Sedangkan secara termporal bulanan, memperlihatkan trend kenaikan/penurunan signifikan terjadi pada 12 lokasi stasiun curah hujan di DAS Citarum. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa kondisi topografi dan fenomena iklim (ENSO & IOD) terindikasi mempengaruhi intensitas curah hujan di DAS Citarum Hulu. Hasil dari visualisasi spasial curah hujan dan curah hujan ekstrem berdasarkan indikator hujan ekstrem juga menampilkan kecenderungan hujan ekstrem relatif tinggi di ketinggian >1000 mdpl dan berdasarkan analisis temporal bersama fenomena iklim ditemukan peningkatan curah hujan di tahun-tahun La Nina kuat IOD negatif, namun untuk curah hujan ekstrem tidak semua parameter menunjukkan keterkaitan terhadap fenomena iklim.

Extreme rainfall is expected to continue increasing along with global warming in most parts of the world due to an increase in the concentration of atmospheric water vapor. The application of extreme rainfall can increase the intensity and frequency of floods, which is detrimental in various sectors. Through spatial and temporal investigations based on extreme rain indicators, which include aspects of frequency, persistence, absolute maximum, and average per event, this study reveals the trend of extreme rainfall and the characteristics of extreme rain in the Citarum Upper Watershed for the period 1980-2022. The analysis used is known as the non-parametric method, namely the Mann-Kendall Test, as one of the most popular methods used to evaluate whether there is a trend in hydrological time span data. The results show that spatially, the trend of extreme rain in the Upper Citarum watershed was detected at 5 rainfall measuring stations with a significant increase/decrease trend in the 1980-2022 period. Meanwhile, on a monthly basis, a significant increase/decrease trend occurred in 12 rainfall station locations in the Citarum watershed. In this study, it is also known that topographical conditions and climatic phenomena (ENSO & IOD) are indicated to affect the intensity of rainfall in the Upper Citarum watershed. The results of the spatial visualization of rainfall and extreme rainfall based on extreme rain indicators also show a tendency for relatively high extreme rain at altitudes > 1000 meters above sea level. Based on a joint temporal analysis of climatic phenomena, it is found that there is an increase in rainfall in strong La Nina years when IOD is negative. However, for extreme rain, it does not show all parameters related to climate phenomena."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Dharmawan
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernando, Xavier
"DAS Citarum Hulu merupakan kawasan yang mengalami banjir tahunan. Banjir tahunan yang dialami oleh DAS Citarum Hulu karena faktor perubahan tata guna lahan. Dari kejadian itu banjir tahunan, akan ada tingkat kerugian yang dialami oleh masyarakat yang terkena dampak banjir. Banjir yang terjadi di DAS Citarum Hulu dapat dilihat dari hasil digitalisasi visual banjir di Hulu DAS Citarum, sehingga dapat diperoleh informasi daerah yang terkena banjir dan ketinggiannya banjir dari setiap daerah yang terkena banjir. Untuk mengetahui kerugian akibat banjir diperlukan tingkat resiko banjir, yang merupakan hasil overlay dari tingkat bahaya banjir dan kerentanan banjir. Tingkat bahaya banjir dapat diperoleh dari pengolahan digitalisasi model banjir dan survei lapangan. Sedangkan tingkat kerentanan banjir diperoleh dari pengolahan data penggunaan tanah yang diubah menjadi nilai ekonomi dari setiap penggunaan lahan. Tingkat resiko Banjir yang diakibatkan, maka dapat diketahui besarnya resiko masing-masing banjir. Tingkat Risiko didominasi oleh tingkat risiko banjir sedang sebesar 44.15%, kemudian tingkat risiko tinggi sebesar 42,25%, dan tingkat risiko banjir rendah sebesar 13,60%. Tingkat resiko banjir yang tinggi didominasi di Kabupaten Bojongsoang dan Kabupaten Dayeuhkolot. Mulai dari setiap tingkat risiko banjir kemudian dikonversi menggunakan nilai ekonomis penggunaan tanah dari setiap area tingkat risiko banjir, untuk setiap kerugian penggunaan yang akan diperoleh tanah di dalam area berisiko banjir. Berdasarkan luasan wilayah rawan banjir yang telah dihasilkan maka dapat diperoleh tingkat kerugian pada tiap level wilayah Tingkat risiko rendah memiliki kerugian terbesar yaitu Rp11.976.035.911.890. Sedangkan tingkat risiko sedang memiliki tingkat kerugian terkecil yaitu sebesar Rp1.104.198.881.270.

The Upper Citarum Watershed is an area that experiences annual flooding. The annual flooding experienced by the Upper Citarum watershed is due to land use change factors. From the event that it is an annual flood, there will be a level of loss experienced by the affected communities flood. Floods that occur in the Upper Citarum Watershed can be seen from the results of visual digitization of floods in the Upper Citarum Watershed, so that information can be obtained from the affected areas and the height of the floods from each flood-affected area. To determine the loss due to flooding, a flood risk level is required, which is the overlay result of the flood hazard level and flood vulnerability. The flood hazard level can be obtained from the processing of digitization of the flood model and field surveys. Meanwhile, the level of flood vulnerability is obtained from the processing of land use data which is converted into the economic value of each land use. The level of risk caused by flooding, it can be seen the amount of risk for each flood. Level The risk was dominated by a moderate flood risk level of 44.15%, then a high risk level of 42.25%, and a low flood risk level of 13.60%. The high level of flood risk is dominated in Bojongsoang Regency and Dayeuhkolot Regency. Starting from each flood risk level, then it is converted using the economic value of land use from each flood risk level area, for each use loss that will be obtained by land in the flood risk area. Based on the extent of the flood-prone areas that have been produced, the level of loss at each regional level can be obtained. The low risk level has the largest loss, namely Rp. 11,976,035,911,890. Meanwhile, the moderate risk level has the smallest loss level, which is IDR 1,104,198,881,270.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Gardian Sudarman
"Variabilitas curah hujan diuji dengan metode Mann-Kendall untuk mengetahui signifikansi tren curah hujan dan metode Sen's Slope Estimator untuk mengetahui besarnya nilai tren tersebut. Secara spasial wilayah pegunungan di Jawa Barat menunjukan peningkatan curah hujan seperti di Gunung Mas, Bogor sebesar 72,3 mm/tahun dan wilayah pesisir mengalami penurunan curah hujan seperti di Ciwangi, Cianjur bagian selatan sebesar 31,8 mm/tahun. Penurunan curah hujan sebesar 51,3 mm/tahun terjadi di wilayah pesisir pada saat musim hujan. Musim kemarau di propinsi Jawa Barat juga terindikasi bertambah panjang diikuti dengan jumlah hari hujan yang semakin berkurang utamanya di wilayah pesisir. Menurut uji korelasi dan regreasi variabilitas curah hujan tidak memberikan pengaruh secara langsung terhadap produksi padi, namun secara tidak langsung variabilitas curah hujan tetap memberikan pengaruhnya. Hal ini disebabkan oleh teknik pengairan yang semakin modern melalui irigasi teknis, varietas unggul dan teknologi budidaya yang semakin maju dan adaptif terhadap iklim.

Rainfall variability is tested by the Mann-Kendall method to determine the significance of rainfall trends and by Sen's Slope Estimator method to determine the value of the trend. Spatially, mountainous region in the West Java indicate an increasing of precipitation such as in Gunung Mas, Bogor for 72,3 mm / year and in coastal areas indicate decreasing of rainfall such as in Ciwangi and Southern Cianjur for 31.8 mm / year. Rainfall decreasing for 51,3 mm / year occur in coastal areas during the rainy season. Lenght of dry season in West Java province also indicated increased, followed by the number of rainy days which are decrease mainly in coastal areas. According regression and correlation methods, rainfall variability is not directly contribute on rice production, but indirectly it still give an effect. This is caused by the more modern irrigation techniques through technical irrigation, improved varieties and cultivation technology which more advance and adaptive to climate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43293
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tristan Arminius
"Tulisan ini membahas tentang tren dan erosivitas hujan di DAS Batanghari. Fenomena erosivitas merupakan isu penting dalam pengelolaan DAS, dan sangat penting untuk menentukan tren erosivitas hujan dan dampaknya terhadap lingkungan. Meningkatnya frekuensi dan intensitas kejadian hujan, akibat perubahan iklim, telah menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap erosi tanah di DAS Batanghari. Data Curah hujan dari data CHIRPS bersamaan dengan data dari stasiun hujan di seluruh DAS Batangahri periode 1981-2021 dipakai untuk menghitung nilai erosivitas hujan di DAS Batangahari. Metode BOIS merupakan metode persamaan yang digunakan untuk menghitung indeks erosivitas hujan. Erosivitas hujan adalah kemampuan hujan untuk mengeroskan suatu daerah, semakin besar hujan didaerah tersebut maka indeks erosivitas hujan nya akan semakin besar juga. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya tren signifikan dalam erosivitas hujan dari tahun 1981 hingga 2021. Namun, mayoritas stasiun hujan di daerah tersebut mengalami penurunan erosivitas hujan.

This paper discusses trends and rainfall erosivity in the Batanghari watershed in Indonesia is an important issue in watershed management, and it is critical to determine trends in rainfall erosivity and its impact on the environment. The increasing frequency and intensity of rainfall events, due to climate change, has raised concerns about its impact on soil erosion in the Batanghari watershed. Rainfall data from CHIRPS data together with data from rainfall stations across the Batangahri watershed for the period 1981-2021 were used to calculate rainfall erosivity values in the Batangahari watershed. Rainfall erosivity is the ability of rain to erode an area, the greater the rainfall in the area, the greater the rainfall erosivity index. The results showed no significant trend in rainfall erosivity from 1981 to 2021. However, the majority of rainfall stations in the area experienced a decrease in rainfall erosivity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Indratmoko
"Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat bervariasi, baik dalam skala ruang maupun waktu. Variasi curah hujan ini berdampak pada penentuan awal masa tanam khususnya tanaman padi. Melalui penghitungan statistik dan pemetaan data spasial, penelitian ini akan mengungkapkan pola awal musim tanam sebagai respon terhadap variabilitas curah hujan di Kabupaten Kebumen selama periode tiga puluh tahun, yaitu tahun 1981 - 2010. Analisis spasial yang diperkuat dengan pendekatan statistik mengungkapkan bahwa wilayah pesisir di Kabupaten Kebumen memiliki variabilitas curah hujan yang tinggi dengan rata rata curah hujan rendah. Semakin tinggi tempat, variabilitas curah hujannya semakin menurun diikuti rata-rata curah hujan yang semakin tinggi. Selain itu, Awal musim tanam padi dimulai pada wilayah dengan variabilitas curah hujan yang rendah (perbukitan) menuju wilayah variabilitas curah hujan tinggi (pesisir). Pada periode 1981 - 2000, awal musim tanam padi dimulai dari utara dan bergerak menuju Selatan Kabupaten Kebumen. Sedangkan pada periode 2001-2010, awal musim tanam padi dimulai dari barat laut dan bergerak menuju tenggara dan selatan Kabupaten Kebumen.

Rainfall is one element of climate that varied, both in space and time scale. These variations of rainfall affect the beginning of paddy growing season. Through a statistical calculation and mapping of spatial data, this research reveal a pattern of early growing season in response to rainfall variability in Kebumen Regency over a period of thirty years from 1981 to 2010. Spatial analysis with a reinforced approach statistics reveal that the coastal region in Kebumen Regency has high rainfall variability with an average of rainfall is low. The higher variability of annual precipitation, followed by the higher rainfall. In addition, the beginning of paddy planting season from the areas with low rainfall variability (the hills) to the region's high rainfall variability (coastal). In the period 1981-2000, paddy planting season move from the North and South Kebumen Regency. While from 2001-2010, paddy planting season move from Northwest to the Southeast and South Kebumen Regency."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1424
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>