Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180477 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fika Farhana Nurman
"Meskipun banyak karya sastra yang telah mendukung pemberdayaan perempuan atau interseksional feminisme, terdapat perbedaan pada representasi antara perempuan dengan perbedaan ras saat berurusan dengan patriarki dalam sastra Amerika Indian. Karakter wanita dalam novel Indian Winter in the Blood (1974) dan The Absolutely True Diary of a Part-Time Indian (2007) selalu dibayangi oleh dominasi laki-laki. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menganalisis karakterisasi kompleks pada karakter minor yang tampak tidak signifikan dari kedua kekasih perempuan dalam novel, yaitu seorang wanita suku Cree Agnes dan seorang gadis kulit putih Penelope, melalui analisis tekstual. Artikel ini mencoba mengidentifikasi negosiasi patriarkal kedua kekasih saat mengalami subordinasi, obyektifikasi, dan bentuk penindasan lainnya yang lebih bermasalah karena protagonis pria sedang mengalami krisis maskulinitas. Temuan awal pada artikel ini menunjukkan bahwa kedua kekasih dalam novel mungkin tidak memiliki kendali atas subordinasi dan pandangan obyektifitas seksual yang dialaminya; pada kenyataannya, mereka selalu berjuang melawan patriarki untuk mempertahankan kekuasaan dan keamanan mereka dengan negosiasi patriarkal sebagai strategi. Oleh karena itu, Agnes dan Penelope, yang memiliki perbedaan identitas ras, kelas, dan usia, menunjukkan pemberdayaan dengan bernegosiasi dengan patriarki dalam mekanisme yang berbeda.

Although many literature works have already supported women empowerment or intersectional feminism, there is a big disparity of representations between women with different races while dealing with patriarchy in Native American literature. Female characters in Native American novels Winter in the Blood (1974) and The Absolutely True Diary of a Part-Time Indian (2007) have been overshadowed due to male domination. The purpose of this article is to analyze the complex characterization of the seemingly insignificant minor characters of the girlfriends in both novels, who are a Cree woman Agnes and a white girl Penelope, through a textual analysis. This article attempts to identify the two girlfriends` patriarchal bargains while experiencing subordination, objectification, and other forms of oppression which are more problematic since the male protagonists are going through masculinity crisis. The preliminary finding on this article suggests that the girlfriends of the two novels may have no control over the subordination and sexual objectifying gaze; in fact, they always have fought patriarchy in order to maintain their power and safety by patriarchal bargains as the strategy. Therefore, Agnes and Penelope, who have differences in terms of race, class, and age, show empowerment by negotiating with patriarchy in different mechanisms."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Manoppo, Adassa Elisheba
"The Absolutely True Diary of a Part-Time Indian 2001 adalah novel Bildungsroman oleh Sherman Alexie yang menceritakan tentang seorang anak Native American yang tinggal di Spokane Reservation Area. Novel ini menekankan perjuangan seorang anak Native American yang miskin dan menginginkan kehidupan yang lebih layak. Banyak yang telah membahas buku ini menggunakan pendekatan budaya seperti racial formation theory, trauma kolektif, dan krisis identitas, namun tidak banyak yang menganalisis novel ini menggunakan psikoanalisis Jung. Dengan menggunakan arketipe pahlawan Jung, artikel ini mencoba untuk meneliti apakah Arnold dapat disebut pahlawan dengan cara mencocokkannya dengan monomyth yang digagaskan oleh Jung dan Campbell. Selain itu, artikel ini juga akan meneliti apakah pascakolonialisme yang dialami oleh para Native American berpengaruh dalam membentuk Arnold menjadi pahlawan. Artikel ini akan membuktikan bahwa seseorang yang disebut pahlawan belum tentu hanya yang menyelamatkan orang lain dan mengorbankan dirinya sendiri, tetapi seseorang yang berjuang untuk keuntungan sendiri adalah pahlawan juga.

The Absolutely True Diary of a Part-Time Indian 2001 is a coming-of-age novel by Sherman Alexie which tells the story of a young Native American boy who lives in the Spokane Reservation Area. This novel emphasizes the struggle of a poor Native American boy who desires a better life. While a lot of scholars have discussed the book using cultural approach like racial formation theory, collective trauma, and crisis identity, not many have analyzed the novel using Jung rsquo;s psychoanalysis. By using Jung rsquo;s hero archetype, this article seeks to discover whether Arnold can be called a hero by matching it with the monomyth stages proposed by Jung and Campbell. Moreover, it will examine whether post-colonialism that the Native American community experiences has anything to do in shaping Arnold as a hero. This article is aimed at proving that a hero is not necessarily someone who saves others and sacrifices his/herself, but someone who fights for own benefits is also considered a hero.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ukhti Qurrata Aini Al Humaira
"Penelitian ini bermula karena adanya permasalahan kesetaraan perempuan di Kaukasus Utara. Kaukasus Utara merupakan salah satu dari distrik federal yang ada di Rusia. Masyarakat Kaukasus Utara menerapkan hukum berdasarkan tradisi, adat, dan interpretasi agama yang patriarkis. Akibatnya, perempuan yang tinggal di daerah rural di Rusia seperti di Kaukasus Utara rentan mengalami kekerasan berbasis gender. Film Разжимая Кулаки/Razzhimaya Kulaki (Unclenching the Fists) tahun 2021 karya Kira Kovalenko mengangkat masalah yang dihadapi perempuan di Kaukasus Utara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana film Razzhimaya Kulaki merepresentasikan tradisi patriarki yang terjadi pada masyarakat Kaukasus Utara. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis film ini adalah penelitian kualitatif Creswell dan mise-en-scène pada sinematografi. Film ini berhasil menunjukkan tradisi patriarki di Kaukasus Utara terutama pada lingkungan domestik yang mengakibatkan adanya ketidaksetaraan gender yang merugikan perempuan.

This research triggered because there are women equality problems in the North Caucasus. North Caucasus is one of the federal districts in Russia. The laws in the North Caucasus society are based on traditions, customs, and religious interpretations that are patriarchal in nature. Therefore, women living in rural areas in Russia, such as the North Caucasus, are vulnerable to gender-based violence. The Film Разжимая Кулаки/Razzhimaya Kulaki (Unclenching the Fists), released in 2021 from the director Kira Kovalenko, addresses the women’s problems in the North Caucasus. This study aims to discover and explain how the film Razzhimaya Kulaki represents the patriarchal tradition that occurs in North Caucasus society. The research methods used to analyze this film are Creswell's qualitative research and mise-en-scène in cinematography. The film successfully shown that there are patriarchal traditions in the North Caucasus especially within the domestic scope that harms the lives of women living in the North Caucasus."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Putri Ramawidjaja
"Pretty Little Liars 2010-2017 adalah serial televisi yang menceritakan kisah tentang empat gadis remaja yang berusaha melawan bentuk-bentuk penyiksaan dan intimidasi dari sosok misterius yang berinisial A . Meskipun serial televisi ini berfokus pada misteri dan drama, serial televisi juga memunculkan isu tentang gender, terutama tentang non-normativitas yang mendobrak batas stereotip gender. Namun, terlepas dari contohnya yang baik, karakter laki-laki yang terkait erat dengan gadis-gadis ini menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi mereka melalui manipulasi, yang merupakan penyalahgunaan psikologis yang berlawanan dengan bentuk kekerasan fisik yang sering terjadi di masyarakat. Dengan menggunakan The Mechanic of Manipulation karya Harriet B. Braiker, makalah ini menganalisis karakter laki-laki dalam Pretty Little Liars dan metode kontrol manipulasi yang digunakan oleh karakter laki-laki ini sebagai penyalahgunaan kekuasaan.

Pretty Little Liars 2010-2017 is a television series that tells the story about four teenage girls who struggle against forms of torture and bullying from a mysterious figure called ldquo;A rdquo;. Even though the show mainly focuses on the mystery and drama, the television series also brings out the issue about gender, especially about non-normativity that breaks the boundary of gender stereotype. However, despite of its exemplary, the male characters who are closely related to the girls abuse their power for their personal gain through manipulation, which is a psychological abuse contrary to physical abuse that frequently happens in the society. By using Harriet B. Braiker rsquo;s The Mechanic of Manipulation, this paper analyzes male characters in Pretty Little Liars and the use of manipulation control methods performed by male characters as abuse of power.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wilda Martin
"Pembajakan film telah tumbuh menjadi epidemi di India meskipun hak kekayaan intelektual telah ditegakkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pembajakan film berdampak pada industri perfilman India dan apakah peranan yang dipegang oleh hak kekayaan intelektual di India menyangkut hal tersebut. Dalam mencapai tujuan penelitian ini, penulis menggunakan literature review. Untuk menyimpulkan, pembajakan film memiliki dampak sosial-ekonomi pada pendapatan, pekerjaan, dan inovasi dan pertumbuhan industri film India. Selain itu, hak kekayaan intelektual India memiliki peran untuk memberikan hak dan perlindungan kepada pemegang hak, namun penegakannya sejauh ini masih dianggap lemah dan karenanya, fungsi ini tidak bisa dicapai dengan optimal. Ini berarti, bahwa pemerintah dan hukum penegak harus meningkatkan mekanisme penegakan hak kekayaan intelektual dan untuk oknum-oknum di industri perfilman India harus menyesuaikan model bisnis mereka untuk beradaptasi dengan situasi ini.

Movie piracy has become an epidemic in India, despite that the intellectual property rights have been enforced. Therefore, this study aims to analyze the extent to which movie piracy impacted the Indian motion picture industry and the role intellectual property rights play. Literature review is used to achieve the aim of this study. To conclude, movie piracy has socio-economic impacts on income, employment, and innovation and growth of the Indian motion picture industry. Furthermore, the Indian intellectual property right has a role on giving rights and protection to the right holders, however the enforcement is deemed weak and hence, the function is not optimized. This implies, that the government and law enforcer should improve its enforcement mechanism and the businesses in the Indian motion picture industry should adjust its business model to adapt to this situation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S65924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julius Widiantoro
"pendahuluan
Robert Spiller kiranya hanya mewakili pendapat umum, ketika ia mengawali bukunya Literary History of the United States (1963) dengan mengatakan: "The literature of this nation began when the first settler from abroad of sensitive mind paused in his adventure long enough to feel he was under different sky, breathing a new air, and that a New World was all before him with only strength and Providence for guides." Mungkin sekarang orang akan mengatakan, pernyataan yang mengisyaratkan bahwa sebelum kedatangan orang asing seakan tidak ada kesusastraan di Amerika tersebut, sebagai suatu ungkapan yang pantas untuk dipertimbangkan kebenarannya. Pemberian penghargaan kesusastraan Pulitzer kepada Scott N. Momaday, seorang penulis Indian, pada tahun 1969 atas novelnya yang berjudul House Made of Dawn, yang menggunakan banyak tradisi sastra Indian yang sudah ada sebelum kedatangan kaum kulit putih, membuktikan bahwa sengaja atau tidak sengaja penganggapsepian keberadaan sastra etnis Indian sebenarya kurang tepat.
Kenyataan bahwa sampai pada tahun 1953 ada pandangan bahwa kesusastraan Amerika baru mulai dengan adanya kesusastraan kaum kulit putih itu membuktikan, bahwa Kesusastraan Penduduk Asli Amerika (Native American Literary) memang tidak pernah dianggap keberadaannya. Dalam antologi seperti The Norton Anthology of American Literature (1979), yang disebut sebagai kurun Awal Kesusastraan Amerika (1620-1820) dimulai dengan tulisan John Wintrop; dan sama sekali tidak menyebut kesusastraan asli Amerika yang dihasilkan suku bangsa Indian. Dalam Anthology of American Literature (1980) yang disusun oleh George McMichael juga tidak dimuat kesusastraan suku bangsa Indian. Secara tidak langsung dalam penyusunan antologiantologi kesusastraan tersebut telah terjadi penganggapsepian fakta, atau paling tidak ada fakta yang terlupakan, yaitu fakta bahwa sebelum kedatangan bangsa kulit putih sebenarnya sudah ada kesusastraan di benua yang kemudian disebut dengan Amerika. Barangkali satu-satunya antologi kesusastraan Amerika yang memuat kesusastraan suku bangsa Indian barulah The Heath Anthology of American Literature (1990). Dibutuhkan rentang waktu yang begitu panjang bagi kesusastraan suku Indian untuk mendapat pengakuan sebagai bagian dari kesusasastraan Amerika?
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Jurnal ini merupakan studi analisis film Black Hawk Down produksi Hollywood
sebagai film kepahlawanan yang kontroversial. Penulis menggunakan teori
Enlightment as mass deception oleh Max Adorno dan Theodore Horkheimer yang
membantu penulis dalam menganalisa film ini. Penulis menemukan bahwa film ini
sudah mengalami proses komodifikasi oleh pemerintah Amerika, Pentagon setelah
peristiwa 9-11. Jurnal ini juga dilengkapi dengan konsep soft power dengan temuan
bahwa Amerika Serikat menggunakan film-film Hollywood sebagai soft power
mereka untuk melanggengkan citra kepahlawanan Negara Amerika Serikat., This Journal is a content analysis study of Black Hawk Down the movie produced by
Hollywood as a controversial heroic movie. The writer use Adorno’s “Enlightment as
a mass deception” theory that help the writer to analyze this movie. The writer found
that this movie has gone through a commodification by the authority of the United
States of America’s pentagon after the 9-11 incident. This Journal is also use the
concept of soft power that resulted the founding that this movie is being used as soft
power by the Government of United States of America to preserved the idea of heroic
USA.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Jum`a Khatib Nur Ali
"[ABSTRAK
Disertasi ini membahas representasi imigran oleh Uni Eropa di booklet Festival Film Europe on Screen Indonesia. Data diambil dari lima booklet festival dari tahun 2008 hingga 2011. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana imigran dalam masyarakat multikultur UE direpresentasikan kepada Indonesia dan apakah latar belakang ideologinya. Penelitian kualitatif ini menggunakan teori sirkuit budaya sebagai kerangka teori dan representasi konstruksionis dengan semiotik. Hasil penelitian menunjukkan adanya pola dan ideologi orientalis kepada Indonesia pada data penelitian.;

ABSTRACT
This dissertation discusses immigrant representation by the European Union in Indonesian Europe on screen Film Festival booklets. Data are obtained from five booklets from 2008 until 2011. The goal is to see how immigrants in European Union multicultural society are represented to Indonesia and to discover the ideological background of the representation. This research adopts circuit of culture the grand theory, with constructive representation approach, using semiotic method. Research results arising from data analysis suggest a pattern of orientalist ideology towards Indonesia found on the research data verified.;This dissertation discusses immigrant representation by the European Union in Indonesian Europe on screen Film Festival booklets. Data are obtained from five booklets from 2008 until 2011. The goal is to see how immigrants in European Union multicultural society are represented to Indonesia and to discover the ideological background of the representation. This research adopts circuit of culture the grand theory, with constructive representation approach, using semiotic method. Research results arising from data analysis suggest a pattern of orientalist ideology towards Indonesia found on the research data verified., This dissertation discusses immigrant representation by the European Union in Indonesian Europe on screen Film Festival booklets. Data are obtained from five booklets from 2008 until 2011. The goal is to see how immigrants in European Union multicultural society are represented to Indonesia and to discover the ideological background of the representation. This research adopts circuit of culture the grand theory, with constructive representation approach, using semiotic method. Research results arising from data analysis suggest a pattern of orientalist ideology towards Indonesia found on the research data verified.]"
2015
D1969
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Mahlika
"ABSTRAK
American dream merupakan sebuah paham penting yang berasal dari Amerika. Merupakan sebuah istilah yang selama ini telah banyak dipergunakan di seluruh Amerika, menjabarkan bahwa setiap manusia memiliki hak untuk meraih kesuksesan. The Pursuit of Happyness merupakan salah satu dari banyak film yang telah mengusung paham American dream. Melalui penggambaran karakter utama, Chris Gardner, paham American dream telah tercermin di dalam banyak aspek di film tersebut. Terlepas dari unsur perjuangan dan individualisme, film ini juga membahas sebuah perspektif baru akan American dream di dalam pandangan seorang Afrika Amerika. Tulisan ini juga mencoba membandingkan film Pursuit of Happyness dengan novel A Raisin in The Sun, sebuah literatur lainnya yang mengkaji lebih lanjut mengenai American dream dalam pandangan Generasi Y dan X. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis tekstual dan serta pendekatan sosiologi di dalam usahanya untuk melihat bagaimana American dream terlihat di film ini.
ABSTRACT
American dream is an important value that originated from United States of America. It is a term that have been widely used across the nation which describes that every man has a right to obtain success. The Pursuit of Happyness is one of many movies that discussed American dreams elements. Throughout the main character, Chris Gardner, American dream has been reflected in many aspects in the movie Pursuit of Happyness. Asides of the struggle and individualism elements, the movie also depicts a new perspective of American dream in the lens of African American. This paper also comparing movie Pursuit of Happyness with novel A Raisin in The Sun, another literature where explains more about how American dream is seeing by the Generation Y and Generation X. The research uses a textual analysis and sociology approach in order to see how American dream is reflected in the movie."
2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Patricia W.
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang konsep pernikahan putih di dalam budaya Barat
yang direpresentasikan oleh film Bride Wars. Dengan menggunakan teori
semiotik milik Roland Barthes, beberapa ritual serta atribut pernikahan putih yang
ditampilkan dalam film tersebut dianalisa untuk mengetahui makna yang terdapat
di dalamnya, terkhusus makna konotasi atau mitos. Dari analisa tersebut,
diketahui bahwa di dalam ritual dan atribut pernikahan putih terdapat mitos-mitos
yang memanipulasi perempuan. Mitos-mitos tersebut membentuk tataran ideal
pernikahan yang harus dipenuhi oleh perempuan. Tuntutan untuk perempuan
mengikuti tataran ideal tersebut akhirnya membangun karakter-karakter di dalam
diri perempuan, yang tanpa disadari merugikan diri perempuan itu sendiri

ABSTRACT
The focus of this study is to show the way the white wedding concept manipulate
women as represented in a movie, titled Bride Wars. Using the semiotic theory of
Roland Barthes, some white wedding rituals and attributes in Bride Wars are
analyzed in order to find the denotative and conotative meanings within them.
From the analysis, it is shown that the connotative meanings or myths which lies
within the rituals and attributes manipulate the idea of wedding on women?s
minds. The myths unconciously put pressure in women?s mind so that women
follow the ideal standard of a wedding which is constructed by the myth.
Unfortunately, the pressure build some characters within women that causes
detriment to women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43701
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>