Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149545 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hilma Ruwaida Ukhrowi
"Mikroplastik dalam ekosistem laut telah menjadi perhatian global yang berkembang sekama beberapa decade terakhir. Penelitian ini menganalisis kelimpahan dan jenis mikroplastik pada kerang darah Anadara granosa, air dan sedimen dari Teluk Lada, Pandeglang, Banten. Pengambilan sampel kerang darah, air dan sedimen diperoleh dari 3 stasiun yang berbeda. Saluran pencernaan dan organ pernapasan dari kerang darah dihancurkan dengan HNO3 65%, sampel air dan sedimen dimasukkan dalam larutan NaCl jenuh. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan mikroplastik 248,5 ± 3,81 partikel/l dalam air; 169.200 ± 5.184 partikel/Kg dalam sedimen dan 618,8 ± 121,4 partikel/individu dalam kerang. Selain itu, kerang darah dari pasar tradisional sebagai control ditemukan mikroplastik sebanyak 566,7 ± 133,1 partikel/individu. Fiber merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sampel kerang (59%), air (61%) dan sedimen (58%). Sungai sekitar mengindikasikan sebagai sumber mikroplastik yang bermuara kea rah laut. Stasiun 3 yang berjarak ± 60 m dari sungai memiliki konsentrasi mikroplastik yang lebih tinggi dibandingkan stasiun 1 dan 2 dengan rata-rata 86,17 ± 2,36 partikel/l; 62666,67 ± 1803,7 partikel/Kg dan 720 ± 131,1 partikel/individu.
Microplastic in the marine ecosystem has become a growing global concern over the past decade. This research analyzed the abundance and type of microplastic in blood cockle Anadara granosa, water, and sediment from Lada bay, Pandeglang, Banten. A sampling of the blood cockle, water and sediment were collected from 3 different stations. Digestive tracts and respiratory organs from blood cockle were destructed with HNO3 65%, water and sediment samples are mixed into concentrated NaCl solution. The results showed a microplastic abundance of 248.5 ± 3.81 particle/l in water, 169.200 ± 5.184 particle/Kg in sediment and 618.8 ± 121.4 particles/individuals in cockle. Also besides, blood cockle from traditional markets as control was found 566.7 ± 133.1 particle/individuals microplastic. Fiber is the type of microplastic that was most commonly found in samples of cockles (59%), waters (61%) and sediments (58%). The river was indicated as a microplastic source to the sea. The station 3 in ± 60 m near the river mouth has a higher microplastic concentration with an average of 86,17 ± 2.36 particle/l, 62666.67 ± 1803.7 particle/Kg and 720 ± 131.1 particle/individual, compared to station 1 and 2 which is further away from the river."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Hardianti
"Penelitian ini menganalisis kelimpahan dan jenis mikroplastik pada ikan teri Stolephorus indicus dan air di Teluk Lada, Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pengambilan sampel ikan dan air dilakuakan pada 3 stasiun dengan jarak 1-3 km pada masing-masing stasiun. Sampel (n = 12). Sampel ikan teri diekstraksi dengan 1M NaOH dan 5% Lauryl Sulphate (SDS). Sementara itu, sampel air diisolasi dengan mencampurkan air dengan larutan NaCl jenuh. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan mikroplastik pada stasiun 1 sebanyak 228,33 ± 48,04 partikel ind-1 pada ikan teri, 153,44 ±11,55 partikel l-1 pada air. Stasiun 2 sebanyak 283,33 ± 22,54 partikel ind-1 pada ikan teri, 170,55 ± 10,03 partikel l-1 pada air. Pada stasiun 3 sebanyak 226, 67 ± 10,40 partikel ind-1 pada ikan teri, 144 ± 3,92 partikel l-1 pada air. Selain itu, 216,30 ± 30,13 ind-1 mikroplastik ditemukan pada ikan teri yang diambil dari pasar tradisional sebagai kontrol. Hasil penelitian menemukan jenis mikroplastik fiber, film, fragment dan granula. Jenis mikroplastik yang ditemukan pada ikan teri adalah fiber (77,41%), film (16,64%), fragmen (5,6%) dan granula (0,35%). Sedangkan sampel air mengandung fiber (81,03%), film (11,92%), fragmen (7,0%) dan granula (0,05%). Fiber adalah jenis mikroplastik yang mendominasi pada setiap sampel. Jumlah Mikroplastik yang terdapat pada air memiliki korelasi positif hubungan sangat kuat terhadap jumlah mikroplastik yang ditemukan pada ikan teri Stolephorus indicus.

This research is aims to investigate the abundance and types of microplastics contained in anchovies stolephorus indicus and water from Teluk Lada (Lada Bay), Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten. Fish and water sampling was carried out at 3 stations with a distance of 1-3 km at each station. Sampled (n = 12). Anchovies sample were extracted by 1M NaOH and 5% Lauryl Sulphate (SDS). Meanwhile, water samples were treated by mixed it into NaCl concentrate solution. The results show that abundance of microplastic at Station 1 of 228,33 ± 48.04 ind-1 in anchovies and 153,44 ± 11,55 l-1 in water. Station 2 were 283,33 ± 22,54 ind-1 in anchovies and 170,55 ± 10,03 l-1 in water. At station 3 there were 226,67 ± 10,40 ind-1 and 144 ± 3,92 particles l-1 microplastic particles were found in the anchovies and water, respectively. In addition, 216.30 ± 30.13 ind-1 microplastics were found in anchovies taken from traditional market as a control. The results of this study found that microplastic types of fiber, films, fragments and granules. The types of microplastics found in anchovies were fibers (77,41%), films (16,64%), fragments (5,6%) and a little amount of granules (0,35%) Meanwhile the water samples is contained with fibers (81,03%), films (11,92%), fragments (7,0%) and a little amount of granules (0,05%). Our study found that fibers are the dominant pollutant in all samples and the amount of microplastics contained in water is strongly related to the amount of microplastics found in anchovies."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Jauhari Rakhman
"Telah dilakukan penelitian untuk mendeteksi Shiga Toxin-producing Escherichia coli (STEC) pada daging Perna viridis (kerang hijau) dan Anadara granosa (kerang darah) yang berasal dari pasar tradisional, swalayan, dan tempat budidaya kerang di Cilincing serta Muara Kamal. Rangkaian uji yang digunakan adalah Multiple Tube Fermentation (MTF), hemolisis dan teknik molekular untuk mendeteksi gen spesifik shiga toxin (stx1, stx2), intimin (eaeA) dan hemolisin (hlyA). Hasil uji MTF menunjukkan bahwa kandungan bakteri E. coli dalam daging kerang melebihi ambang batas keamanan pangan SNI No. 01-2729-3-2006 (> 200 MPN/100 g). Hasil uji hemolisis menunjukan bahwa 59,4 % bakteri E. coli yang diisolasi dari daging kerang mampu melisiskan sel darah merah. Gen penyandi STEC tidak ditemukan pada sampel daging kerang.

A study was carried out to detect Shiga Toxin-producing Escherichia coli (STEC) in Perna viridis (green mussel) and Anadara granosa (blood cockle) fleshs. Shellfish fleshs were obtained from traditional markets, supermarkets, and shellfish aquacultures in Cilincing and Muara Kamal. Multiple Tube Fermentation (MTF) test, hemolysis test and molecular test for shiga toxin-specific (stx1, stx2), intimin (eaeA) and hemolysin (hlyA) genes have been done. The MTF test results showed that all samples exceed the threshold of food safety SNI No. 01-2729-3-2006 (>200 MPN/100 g). Hemolysis test results showed that 59,4 % of E. coli isolated from shellfish flesh lysed the red blood cells. The genes responsible for STEC expression were not found in shellfish flesh.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaidah Fitri
"ABSTRAK Anadara granosa dan Cerithidea obtusa merupakan sumber makanan yang penting bagi masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Anadara granosa dan Cerithidea obtusa yang memiliki habitat di kawsan hutan mangrove, dapat menyebabkan organisme tersebut sangat rentan terkontaminasi berbagai bahan pencemar. Salah satu bahan yang dapat mencemari ekosistem mangrove yaitu mikroplastik. Fungsi hutan mangrove sebagai filter biologis alami marine debris yang berasal dari darat dan laut, dapat menyebabkan mikroplastik melimpah di kawasan hutan mangrove. Penelitian ini menggunakan sampel kerang Anadara granosa, keong Cerithidea obtusa, sedimen dan air. Hasil penelitian menunjukkan 100% sampel mengandung mikroplastik. Jenis mikroplastik yang ditemukan pada sampel adalah fiber, film dan fragmen. Fiber adalah jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sampel kerang dan air. Pada sampel kerang, fiber ditemukan sebanyak 180,6 ± 21,22 partikel/individu dan 4,1 ± 0,43 partikel/g kerang. Fiber ditemukan pada sampel air sebanyak 128,3 ± 0,15 partikel/L. Sungai di indikasikan sebagai sumber mikroplastik menuju laut. Stasiun 1 pengambilan sampel yang berada di dekat muara sungai memiliki konsentrasi mikroplastik yang lebih tinggi dengan jumlah 448,3 ± 53,92 mikroplastik/individu, dibandingkan dengan stasiun 3 yang hanya 420,3 ± 42,66 mikroplastik/individu. Berdasarkan uji korelasi, jumlah mikroplastik pada Anadara granosa berkorelasi dengan massa kerang. Korelasi juga ditunjukkan antara jumlah mikroplastik pada air dan kerang, serta mikroplastik pada sedimen dan kerang secara keseluruhan. Hasil penelitian pada keong Cerithidea obtusa ditemukan mikroplastik sebanyak 167 ± 16,01 partikel/individu. Film merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada keong sebanyak 5,4 ± 0,69 partikel/g keong. Film juga merupakan jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada sedimen yaitu 3,7 ± 0,28 partikel/g. Berdasarkan stasiun pengambilan sampel, stasiun 1 memiliki jumlah mikroplastik tertinggi 190 ± 37,74 partikel/stasiun. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa massa Cerithidae obtusa berkorelasi terhadap jumlah mikroplastik yang mencemarinya. Korelasi juga ditunjukkan antara mikroplastik jenis film pada sedimen terhadap mikroplastik jenis film pada keong.

ABSTRACT
Anadara granosa and Cerithidea obtusa are important food sources for people in the West Tanjung Jabung District, Jambi. Anadara granosa and Cerithidea obtusa which have habitat in the mangrove forest area, can cause these organisms to be very susceptible to contamination with various pollutants. One ingredient that can pollute mangrove ecosystems is microplastic. The function of mangrove forests as a biological filter for marine debris that originates from land and sea can cause microplastic abundance in the mangrove forest area. This study used samples of Anadara granosa mussels, Cerithidea obtusa snails, sediment and water. The results showed that 100% of the samples contained microplastic. The types of microplastic found in the sample are fiber, film and fragments. Fiber is the type of microplastic that is most commonly found in mussels and water samples. In the mussels sample, fiber was found as much as 180.6 ± 21.22 particles/individual and 4.1 ± 0.43 particles/g mussel. Fiber is found in water samples of 128,3 ± 0.15 particles/L. The river is indicated as a microplastic source to the sea. Station 1 sampling near the river mouth has a higher microplastic concentration with 448.3 ± 53.92 microplastic/indiviual, compared with station 3 which is only 420.3 ± 42.66 microplastic/individual. Based on the correlation test, the number of microplastic in Anadara granosa correlated with the mass of mussel. Correlation is also shown between the number of microplastic in water and mussel, as well as microplastic in sediments and mussels as a whole. The results of the study on the Cerithidea obtusa snail were found microplastic as much as 167 ± 16.01 particles/individual. The film is a type of microplastic which is most commonly found in snails as much as 5.4 ± 0.69 particles/g snail. Film is also the most common type of microplastic found in sediments, namely 3.7 ± 0.28 particles/g. Based on the sampling station, station 1 had the highest microplastic number of 190 ± 37.74 particles/station. The results of the correlation analysis showed that the mass of the Cerithidea obtusa correlated with the number of microplastic contaminants. Correlation was also shown between microplastic types of films in sediments to microplastic types of films in snails.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hasyim
"Pengamatan pertumbuhan kerang darah (Anadara granosa) pada salinitas kontrol (20-30 permil); 20 permil; 25 permil; 30 permil; dan 35 permil, selama sembilan minggu, yang dilakukan di laboratorium ilmu-ilmu kelautan UI-IPB Ancol, menunjukkan bahwa: salinitas yang baik untuk pertumbuhan panjang adalah 25 permil yaitu mencapai 1,93 mm; sedangkan untuk pertumbuhan lebar, terdapat pada salinitas 30 permil yaitu mencapai 0,95 mm. Pengukuran pertumbuhan (anterior-posterior untuk panjang cangkang dan doso-ventral untuk lebarnya), dilakukan seminggu sekali dengan jangka sorong. Hasil uji statistik menunjukkan adanya korelasi positif antara waktu dengan pertumbuhan. Pada kerang yang dipijahkan dengan menaik-turunkan suhu air dari 20 derajat celcius sampai 32 derajat celcius, terdapat delapan kerang yang memijah dari 14 kerang; sedangkan pemijahan rangsang dengan penambahan hidrogen peroksida (H2O2), tidak ada yang memijah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Sherina Rizky
"Curah hujan di musim hujan berperan dalam mentransportasikan sampah, termasuk mikroplastik dari sungai ke laut. Peningkatan sampah, arus, dan peningkatan penduduk juga dapat memengaruhi kelimpahan mikroplastik. Mikroplastik di pesisir dapat menempel pada daun lamun. Daun lamun akan mengalami pertumbuhan, sehingga memungkinkan adanya perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun lamun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kelimpahan mikroplastik pada daun Enhalus acoroides, air, dan sedimen di Pulau Lima, Teluk Banten pada musim hujan tahun 2020 dan 2021, serta menganalisis apakah ada perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun E. acoroides. Sampel daun diambil seluas 1 cm2 dari helaian daun, kemudian dikerik menggunakan cutter. Sampel air sebanyak 20 L diambil menggunakan plankton net. Sampel sedimen sebanyak 200 g dikeringkan menggunakan oven. Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada sampel daun lamun tahun 2020 sebesar 46,96±3,13 partikel/cm2, dan tahun 2021 sebesar 61,5±6,63 partikel/cm2. Sampel air tahun 2020 sebesar 130,66±14,19 partikel/L, sedangkan 2021 sebesar 162,22±7,82 partikel/L. Sampel sedimen tahun 2020 sebesar 12.066±4.017,6 partikel/Kg, sedangkan 2021 sebesar 17.354,67±2.341,95 partikel/Kg. Terdapat peningkatan kelimpahan mikroplastik pada semua sampel di Pulau Lima, Teluk Banten saat musim hujan tahun 2020 hingga 2021. Rata-rata kelimpahan mikroplastik pada jarak 20 cm dari pangkal daun sebanyak 36,7±7,8 partikel/cm2 lebih rendah daripada jarak 50 cm sebanyak 144,4±23,74 partikel/cm2. Terdapat perbedaan kelimpahan mikroplastik di sepanjang daun lamun.

Rainfall in the rainy season plays a role in transporting waste, including microplastics from rivers to the sea. Increased waste, currents, and population growth can also affect the abundance of microplastics. Microplastics on the coast are attached to seagrass leaves. Seagrass leaves experienced growth, thus allowing for differences in the abundance of microplastics along with the leaves. This study aims to analyze the comparison of the abundance of microplastics in Enhalus acoroides leaves, water, and sediment on Lima Island, Banten Bay in the rainy seasons of 2020 and 2021, and analyze whether there are differences in the abundance of microplastics along with E. acoroides leaves. The leaves were taken 1 cm2 from the leaf blade, then scraped using a cutter. The water (20 L) was taken using a plankton net. The sediment (200 g) was dried using an oven. The average abundance of microplastics in seagrass leaf samples in 2020 was 46.96±3.13 particles/cm2, while in 2021 was 61.5±6.63 particles/cm2. The water sample in 2020 was 130.66±14.19 particles/L, while in 2021 was 162.22±7.82 particles/L. The sediment sample in 2020 was 12,066±4,017.6 particles/Kg, while in 2021 was 17,354.67±2,341.95 particles/Kg. There was an increase in the abundance of microplastics in all samples on Lima Island, Banten Bay during the rainy season from 2020 to 2021. The average abundance of microplastics at a distance of 20 cm from the base of the leaf was 36.7±7.8 particles/cm2, lower than a distance of 50 cm at 144.4±23.74 particles/cm2. There were differences in the abundance of microplastics along with the seagrass leaves."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harezki Bazakhi
"Ikan Nila Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) pada Setu Babakan Jagakarsa, Jakarta Selatan banyak dikonsumsi oleh masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis presentase kelimpahan bentuk mikroplastik pada insang, lambung, dan usus ikan Nila Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) yang diperoleh dari Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan di Setu Babakan dan Laboratorium Biologi Laut, Departemen Biologi FMIPA Universitas Indonesia. Sampel ikan Nila yang diteliti sebanyak 18 ekor dengan panjang berkisar 13-20 cm. Sampel diisolasi untuk kemudian dilakukan metode destruksi dengan menggunakan larutan HNO3 65% sehingga dapat dilakukan proses analisis kelimpahan dan bentuk mikroplastik di bawah mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan terdapat total kelimpahan rata-rata pada sampel air permukaan sebesar 308,00 ± 128,29 partikel/liter; insang sebesar 7.820 ± 1.847 partikel/individu; pada sampel lambung sebesar 2.588,11 ± 751,33 partikel/individu; dan pada sampel usus sebesar 5.178,16 ± 2.098,55 partikel/individu. Total kelimpahan mikroplastik terbesar terdapat pada sampel insang dan terendah pada sampel lambung. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan presentase bentuk mikroplastik (fiber, film, fragmen dan granula) yang signifikan pada sampel insang, lambung dan usus ikan Nila Oreochromis niloticus (Linnaeus,1758) di Setu Babakan Jagakarsa, Jakarta Selatan

Nile Tilapia Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) in Setu Babakan Jagakarsa, South Jakarta is widely consumed by the local communities. This study analyzed percentage abudance of microplastics form in the gills, stomach, and intestinal of Nile Tilapia Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) from Setu Babakan Jagakarsa, South Jakarta. This study was conducted at Setu Babakan and Marine Biology Laboratory, Departement of Biology FMIPA UI, Depok. The samples of Nile Tilapia studied were 18 individuals with the same relative length between 13-20 cm. The sample were isolated in order to do the destruction methods with HNO3 65%, then analysis of abundance and shape of microplastics can be done. The results show that the average total abudance in the gills sample was 7.820 ± 1.847 particles/individual; in the stomach was 2.588,11 ± 751,33 particles/individual; and in the intenstine was 5.178,16 ± 2.098,55 particles/individuals. The highest total abudance of microplastics was found in the gills and the lowest in the stomach samples. The results from Kruskal-Wallis statistical test shows there was no significant difference in the percentage of microplastics form (fiber, film, fragment, and granules) in the gills, stomach, and intestinal samples of Nile Tilapia Oreochromis niloticus (Linnaeus,1758) in Setu Babakan, Jagakarsa, South Jakarta."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiani Tiara Putri
"Plastik yang terdapat di laut dapat terdegradasi menjadi partikel kecil < 5mm yang dikenal sebagai mikroplastik. Mikroplastik mengandung toksik dan memiliki kemampuan dalam mengikat zat beracun pada lingkungan yang berbahaya apabila tertelan oleh biota laut, terutama filer feeder dan deposit feeder. Telescopium telescopium merupakan organisme deposit feeder. ditemukannya mikroplastik dalam tubuh organisme deposit feeder dapat menyebabkan adanya biomagnifikasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan jumlah partikel mikroplastik, yang terdapat di dalam tubuh T. telescopium, organ pernapasan dan pencernaan T. telescopium, serta pada sampel sedimen dan air. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui korelasi antara jumlah mikroplastik yang terdapat pada sedimen dan air di ekosistem mangrove Pulau Rambut, terhadap jumlah mikroplastik di dalam tubuh T. telescopium.
Hasil menunjukkan bahwa, mikroplastik ditemukan di dalam tubuh T. telescopium, serta pada sampel sedimen, dan air. Organ pernapasan mengandung lebih banyak mikroplastik dibandingkan organ pencernaan. Korelasi positif ditemukan antara jumlah mikroplastik pada lingkungan terhadap jumlah mikroplastik di dalam tubuh T. telescopium. Film merupakan tipe mikroplastik yang paling banyak ditemukan pada seluruh sampel.

Plastic in the ocean can be degraded into small sized particles Plastic in the ocean can be degraded into small sized particles <5mm known as microplastics. Microplastics are toxic and have the ability to bind toxic substances in dangerous environments when ingested by marine biota, especially filter feeders and feeder deposits. Telescopium telescopium is a feeder deposit organism. the discovery of microplastics in the body of feeder deposit organisms can lead to biomagnification.
This study aims to determine the type and number of microplastic particles contained in the body of T. telescopium, the respiratory and digestive organs of T. telescopium, as well as in sediment and water samples. This study also aims to determine the correlation between the number of microplastics in the sediment and water in the Pulau Rambut mangrove ecosystem and the number of microplastics in the body of T. telescopium.
The results showed that, microplastics were found in the body of T. telescopium, as well as in sediment and water samples. Respiratory organs contain more microplastics than digestive organs. A positive correlation was found between the number of microplastics in the environment and the number of microplastics in the body of T. telescopium. Film is the type of microplastic that is mostly found in all samples.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kintan Dienda Dienizar
"

Mikroplastik merupakan partikel plastik yang terdegradasi di lingkungan dengan ukuran < 5 mm. Kandungan mikroplastik di perairan tawar berpotensi membahayakan kelangsungan hidup biota di dalamnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis kelimpahan dan persentase komposisi bentuk mikroplastik pada insang dan saluran pencernaan ikan nila Oreochromis niloticus (Linnaeus,1758) di Ciliwung daerah Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Insang dan saluran pencernaan (lambung dan usus) dari 10 sampel ikan nila diekstraksi dan dihancurkan menggunakan larutan asam nitrat (HNO3) 65%. Sampel yang telah diekstraksi kemudian diberi larutan NaCl jenuh agar mikroplastik mengapung ke permukaan. Sampel diteteskan sebanyak 1 ml pada Sedgwick Rafter Chamber kemudian diamati di bawah mikroskop dan dihitung jumlah mikroplastik berdasarkan bentuk partikelnya. Hasil penelitian terdapat kelimpahan mikroplastik pada sampel insang, lambung, dan usus ikan nila diantaranya bentuk fiber, film, fragmen, dan granula. Total kelimpahan rata-rata mikroplastik di insang sebanyak 4.135 ± 3.297,20 partikel/ind, di lambung sebanyak 2.772 ± 1.030,43 partikel/ind, dan di usus sebanyak 3.598 ± 1.582,18 partikel/ind ditemukan pada ikan nila. Persentase komposisi bentuk mikroplastik yang ditemukan dominan pada ikan nila terdapat bentuk fiber sebesar 57,85% di insang; 53,21% di lambung dan 53,06% di usus.

 


Microplastics are plastic particles that degrade in the environment with a size of <5 mm. The content of microplastics in freshwater has the potential to endanger the survival of the biota in it. This study aims to analyze the abundance and percentage composition of microplastic forms in the gills and digestive tract of Nile Tilapia fish Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) in Ciliwung, Srengseng Sawah, South Jakarta. The gills and digestive tract (stomach and intestines) of 10 samples of nile tilapia fish were extracted and crushed using a 65% nitric acid (HNO3) solution. The extracted sample is then given a saturated NaCl solution so that the microplastic floats to the surface. The sample was dropped as much as 1 ml into the Sedgwick Rafter Chamber and then observed under a microscope and the number of microplastics was calculated based on the shape of the particles. The results showed an abundance of microplastics in the samples of gill, stomach, and intestines of tilapia including the form of fiber, film, fragments, and granules. The total abundance of microplastics in the gills was 4.135 ± 3.297,20 particles / ind, 2.772 ± 1.030,43 particles / ind in the stomach, and 3.598 ± 1.582,18 particles / ind in the intestine, which was found in tilapia. The percentage composition of the microplastic form that was found predominantly in tilapia contained a fiber form of 57,85% in the gills; 53,21% in the stomach and 53,06% in the intestine.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhansyah Hermawan
"Plastik merupakan bahan stabilitas tinggi hasil polimerisasi monomer dengan tingkat penggunaan yang tinggi. Sampah plastik berbahaya bagi lingkungan karena partikel penyusunnya memiliki ketahanan dan kestabilan tinggi sehingga proses degradasinya berlangsung lama. Di lingkungan perairan, plastik akan mengalami degradasi atau penguraian menjadi partikel kecil yang disebut mikroplastik (<5 mm). Partikel mikroplastik berpotensi termakan oleh berbagai biota perairan sehingga membahayakan siklus rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik mikroplastik (bentuk, ukuran, dan jenis polimer) pada air, sedimen dan ikan belanak Mugil cephalus (Linnaeus, 1758) pada organ dan jaringan (daging, insang, saluran pencernaan) di Muara Sungai Blanakan, Subang, Jawa Barat. Metode penelitian ini diawali dengan pengambilan sampel dengan  air  diambil sebanyak 50 L lalu disaring menggunakan plankton net hingga tertampung volume air 1000 mL, sampel sedimen diambil menggunakan Vanveen grab hingga tertampung pada jar 500 mL dan sampel ikan belanak diambil 10 ekor menggunakan bubu. Ekstraksi sampel sedimen dilakukan dengan pemberian larutan NaCl jenuh dengan perbandingan 1 (sedimen): 2 (NaCl jenuh), kemudian diberi larutan H2O2 30% + FeSO4 0,05 M  dengan perbandingan 1:1 untuk sampel air dan sedimen. Ekstraksi sampel ikan dilakukan dengan mengambil jaringan dan organ yang digunakan, ditimbang dan dan diberi larutan KOH 10% sebanyak 50 mL. Sampel air, sedimen dan ikan disaring menggunakan kertas saring Whatman dan diidentifikasi mikroplastik menggunakan mikroskop olympus CX22LED. Analisis polimer mikroplastik dilakukan dengan metode Raman Spectroscopy. Uji statistik seperti uji kruskal-walis, one way anova, dan uji regresi spearman dan pearson digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata total kelimpahan mikroplastik pada air 710 ± 183,34  partikel meter-3, sedimen 879,63 ± 205,13 partikel Kg-1 dan ikan belanak 210,8 ± 108,80 partikel individu-1. Nilai kelimpahan mikroplastik ikan belanak jika diurutkan dari yang tertinggi hingga terkecil adalah daging, saluran pencernaan, dan insang. Secara keseluruhan, bentuk dan ukuran mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah fiber dan <300 µm. Polimer mikroplastik yang dominan adalah PET, PP, dan PVC. Berdasarkan hasil uji beda nyata kelimpahan mikroplastik antar organ dan jaringan ikan belanak menunjukan tidak memiliki perbedaannya yang signifikan. Hasil uji korelasi Spearman menunjukan adanya korelasi antara kelimpahan mikroplastik di air dan sedimen Muara Sungai Blanakan terhadap kelimpahan mikroplastik di ikan belanak.

Plastik is a high-stability material resulting from the polymerization of monomers, with a high level of usage. In aquatic environments, plastic undergoes photo-oxidative degradation by UV radiation from the sun and chemical processes, leading to the breakdown of plastic waste into small particles known as microplastics (<5 mm). Microplastic particles have the potential to be ingested by various aquatic organisms, posing a risk to the food chain through biomagnification. This study aims to analyze the characteristics of microplastics in water, sediment, and the flathead grey mullet (Mugil cephalus) in different organs and tissues (muscle, gills, digestive tract) in the Blanakan River Estuary, Subang, West Java, based on their shape, size, and polymer types. Water samples were collected in a volume of 50 L, filtered using a plankton net to obtain a final volume of 1000 mL. Sediment samples were collected using a Vanveen grab and stored in 500 mL jars, while flathead grey mullet samples were collected using bubu (10 individuals). Sediment sample extraction was performed using a saturated NaCl solution with a ratio of 1 (sediment) to 2 (saturated NaCl solution), followed by the addition of a 30% H2O2 + 0.05 M FeSO4 solution in a 1:1 ratio for water and sediment samples. Fish sample extraction involved weighing and placing the tissues and organs in a glass beaker, followed by the addition of a 10% KOH solution in a volume of 50 mL. The water, sediment, and fish samples were then filtered using Whatman filter paper with the assistance of a vacuum pump, and placed in Petri dishes for microplastic identification using an Olympus CX22LED microscope. Polymer analysis of microplastics was performed using Raman Spectroscopy. Kruskal-Wallis and one-way ANOVA tests were used to determine significant differences in the abundance and composition of microplastics (size and shape) in water, sediment, flathead grey mullet, and their respective organs. Spearman and Pearson correlation tests were used to investigate the influence of water and sediment, as well as morphometric values, on microplastic accumulation in flathead grey mullet. The research findings showed an average total abundance of microplastics in water to be 710 ± 183,34 particles meter-3, in sediment to be 879,63 ± 205,13 particles kilogram-1, and in flathead grey mullet to be 210,8 ± 108,80 particles individual-1. When ranked in descending order, the abundance of microplastics in the three parts of the flathead grey mullet were as follows: flesh, digestive tract, and gills. Overall, the most commonly found forms and sizes of microplastics were microplastic fibers and those below 300 µm. The polymer analysis revealed that the microplastics found in the Blanakan River Estuary were dominated by PET (40%),  PP (40%), and PVC (20%). Based on the significant difference test for microplastic abundance among different parts of the flathead grey mullet, no significant differences were found. The Spearman correlation test indicated a correlation between the abundance of microplastics in water and sediment in the Blanakan River Estuary and the abundance of microplastics in flathead grey mullet."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>