Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98603 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Aprillia Ariestine
"Latar Belakang: Kanker dan perawatannya memiliki dampak luas pada kualitas hidup pasien Dengan demikian, mengukur kualitas hidup pada pasien dengan kanker memberikan informasi penting tentang status kesehatan dan efek pengobatan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa banyak faktor dalam Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) mempengaruhi kualitas hidup. CGA harus dilakukan pada pasien kanker, karena dapat memprediksi toksisitas, tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan dan dapat membantu menyesuaikan pilihan dan intensitas pengobatan pada setiap pasien. Namun, belum ada penelitian yang secara detail mengeksplorasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien yang lebih tua dengan Limfoma Non-Hodgkin (NHL). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi seberapa besar masing-masing faktor dalam CGA terkait dengan kualitas hidup pada pasien NHL usia lanjut.
Tujuan: Mengetahui gambaran kualitas hidup dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien lanjut usia dengan Limfoma Non Hodgkin yang mendapat kemoterapi.
Metode: Desain penelitian adalah cross-sectional yang dilakukan pada pasien NHL berusia ≥60 tahun, penelitian dilakukan di Poliklinik Geriatri Terpadu dan Poliklinik Hemato Onkologi dari tiga rumah sakit umum di Jakarta (RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RS Kanker Dharmais dan Rumah Sakit Umum Fatmawati) selama Maret-Agustus 2019.
Hasil: Ada 62 subjek, dengan usia rata-rata 66 tahun, 56,5% laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki kualitas hidup yang baik, berdasarkan pada setiap domain SF-36 dan EORTC QLQ-C30. Dalam analisis multivariat, ditemukan bahwa depresi dan status kelemahan berhubungan dengan domain PCS SF-36 dengan PR 12.086 (CI 95% 1.596-92.124) dan PR 5.622 (CI 95% 1.060-29.807), masing-masing. Analisis multivariat dengan Mental Component Summary (MCS) SF-36 menunjukkan hubungan yang signifikan dengan status depresi dengan PR 24.400 (CI 95% 2,961-140,539). Sedangkan hasil analisis multivariat dengan skala fungsional EORTC QLQ-C30 menunjukkan hubungan yang signifikan dengan skor kinerja ECOG dengan PR 171 (CI95% 8,470-3452,28).
Simpulan: Setelah analisis multivariat, hanya status kelemahan, status depresi dan skor kinerja ECOG yang memiliki hubungan yang signifikan secara statistik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Aprillia Ariestine
"ABSTRAK
Latar Belakang: Kanker dan perawatannya memiliki dampak luas pada kualitas hidup pasien Dengan demikian, mengukur kualitas hidup pada pasien dengan kanker memberikan informasi penting tentang status kesehatan dan efek pengobatan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa banyak faktor dalam Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) mempengaruhi kualitas hidup. CGA harus dilakukan pada pasien kanker, karena dapat memprediksi toksisitas, tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan dan dapat membantu menyesuaikan pilihan dan intensitas pengobatan pada setiap pasien. Namun, belum ada penelitian yang secara detail mengeksplorasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien yang lebih tua dengan Limfoma Non-Hodgkin (NHL). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi seberapa besar masing-masing faktor dalam CGA terkait dengan kualitas hidup pada pasien NHL usia lanjut.
Tujuan: Mengetahui gambaran kualitas hidup dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien lanjut usia dengan Limfoma Non Hodgkin yang mendapat kemoterapi.
Metode: Desain penelitian adalah cross-sectional yang dilakukan pada pasien NHL berusia ≥60 tahun, penelitian dilakukan di Poliklinik Geriatri Terpadu dan Poliklinik Hemato Onkologi dari tiga rumah sakit umum di Jakarta (RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RS Kanker Dharmais dan Rumah Sakit Umum Fatmawati) selama Maret-Agustus 2019.
Hasil: Ada 62 subjek, dengan usia rata-rata 66 tahun, 56,5% laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien memiliki kualitas hidup yang baik, berdasarkan pada setiap domain SF-36 dan EORTC QLQ-C30. Dalam analisis multivariat, ditemukan bahwa depresi dan status kelemahan berhubungan dengan domain PCS SF-36 dengan PR 12.086 (CI 95% 1.596-92.124) dan PR 5.622 (CI 95% 1.060-29.807), masing-masing. Analisis multivariat dengan Mental Component Summary (MCS) SF-36 menunjukkan hubungan yang signifikan dengan status depresi dengan PR 24.400 (CI 95% 2,961-140,539). Sedangkan hasil analisis multivariat dengan skala fungsional EORTC QLQ-C30 menunjukkan hubungan yang signifikan dengan skor kinerja ECOG dengan PR 171 (CI95% 8,470-3452,28).
Simpulan: Setelah analisis multivariat, hanya status kelemahan, status depresi dan skor kinerja ECOG yang memiliki hubungan yang signifikan secara statistik.

ABSTRACT
Background: Cancer and its treatment have a broad impact on patients' Quality of Life (QoL). Thus, measuring the QoL in patients with cancer provides essential information about health status and treatment effects. Previous researches showed that many factors in Comprehensive Geriatric Assessment (CGA) affect QoL. CGA should be done in cancer patients, because it could predict toxicity, overall survival rate and can help adjust the choice and intensity of treatment in each patient. However, there has been no research explicitly exploring factors related to the QoL in older patients with Non-Hodgkin's Lymphoma (NHL). This research aims to explore the how great each factors in CGA relate to the QoL in older patients in NHL.
Objective: To determine quality of life and related factors in elderly patients with Non-Hodgkin's lymphoma in the hospital.
Methods: The study design was cross-sectional in NHL patients aged ≥6 years, research was conducted in the Integrated Geriatric Polyclinic and Hemato-Oncology Polyclinic of three public hospital in Jakarta (RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Fatmawati Hospital, and Dharmais Cancer Hospital) during March-August 2019.
Results: There were 62 subjects, with a median age of 66 years, 56.5% male. The result showed that most of the patients have a good QoL, based on each domain of SF-36 and EORTC QLQ-C30. In multivariate analysis, it was found that depression and frailty status were related to PCS SF-36 domain with PR 12.086 (CI 95% 1.596-92.124) and PR 5.622 (CI 95% 1.060-29.807), respectively. Multivariate analysis with SF-36's Mental Component Summary (MCS) showed a significant relationship with depression status with PR 24,400 (CI 95% 2.961-140,539). While the results of multivariate analysis with the EORTC QLQ-C30 functional scale showed a significant relationship with the ECOG performance score with PR 171 (CI 95% 8.470-3452.28).
Conclusions: After multivariate analysis, only frailty status, depression status and ECOG performance score have a statistically significant relationship."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guntur Darmawan
"ABSTRACT
Paraneoplastic syndromes are a group of disorders associated with benign or malignant tumors but not related to mass effect or invasion directly. Paraneoplastic syndromes may affect any organic system of the human body, such as endocrine, neurologic, dermatologic, hematologic, rheumatologic. Paraneoplastic rheumatic syndromes are not quite common, about 7-10% of paraneoplastic syndromes, and may mimic rheumatic diseases. We present an interesting case of paraneoplastic arthritis in a woman with non-Hodgkins lymphoma."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2017
610 UI-IJIM 49: 3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Wahyuningsih
"Latar Belakang. Insidens Limfoma Non-Hodgkin (LNH) meningkat pada populasi usia lanjut. Kemoterapi merupakan modalitas utama terapi LNH. Profil kesintasan dan respons terapi pasien usia lanjut dengan LNH yang menjalani kemoterapi belum diketahui di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui profil kesintasan 1 tahun dan respons terapi pasien usia lanjut dengan LNH yang menjalani kemoterapi di Indonesia.
Metode. Penelitian deskriptif ini dilakukan secara kohort retrospektif di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Sampel diambil secara total sampling dari rekam medik bulan Januari 2017 – Desember 2019. Melalui telaah rekam medik, data pasien yang dikumpulkan berupa demografi subjek, profil kesintasan 1 tahun, skrining gizi, status kemandirian, komorbiditas, laboratorium, patologi anatomi, gejala toksisitas, dan respons terapi.
Hasil. Dari 78 subjek, didapatkan hasil mayoritas kelompok usia 60-69 tahun (74,35%; n=58), median usia 66 tahun (rentang 60-91; SB 5,91), berjenis kelamin laki-laki (61,54%; n=48), kesintasan 1 tahun 58,7%. 17 subjek hanya dihitung persentase kelompok jenis kelamin, usia, dan dicatat angka kesintasannya dari electronic medical record karena tidak didapatkan data rekam medis, 61 subjek dapat ditelaah keseluruhan datanya. Dari 61 subjek didapatkan mayoritas subjek berisiko malnutrisi sebelum menjalani kemoterapi (80,33%; n=49), termasuk kategori pasien mandiri sebelum menjalani kemoterapi (55,74%; n=34), komorbiditas terbanyak hipertensi (54,10%; n=33), memiliki multikomorbid (34,43%; n=21), memiliki kadar Hb ≤11 sebelum menjalani kemoterapi (42,62%), merupakan tipe LNH agresif (65,57%; n=40), mengalami toksisitas sistem gastroenterologi (68,85%; n=42) dan hematologi (63,93%; n=39), mengalami respons komplit setelah 6 siklus kemoterapi (34,43%; n=21).
Kesimpulan. Mayoritas pasien usia lanjut dengan LNH yang menjalani kemoterapi lini pertama di Indonesia memiliki profil median usia 66 tahun, berjenis kelamin laki-laki, merupakan tipe LNH agresif, berisiko mengalami malnutrisi, termasuk kategori yang mandiri, memiliki multikomorbid dengan komorbiditas terbanyak adalah hipertensi, mengalami anemia, kesintasan 1 tahun 58,7%, dan mengalami toksisitas gastroenterologi dan hematologi.

Background. The incidence of Non-Hodgkin's Lymphoma (LNH) is increasing in the elderly population. Chemotherapy is the main modality of LNH therapy. The characteristics of the profiles of survival rate and response rate of elderly patients with LNH undergoing chemotherapy are not known in Indonesia.
Objective. The objective of the study is to understand the profile, 1-year survival, and response rate of elderly patients with LNH undergoing chemotherapy in Indonesia.
Method. This descriptive study was carried out in a retrospective cohort method at the Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital. Samples were taken by total sampling from medical records in January 2017 - December 2019. Through a review of medical records, patient data that were collected consisted of subject demographics, 1-year survival, nutritional screening, independence status, comorbidities, laboratory, anatomical pathology, toxicity of chemotherapy, and responses evaluation.
Results. Of the 78 subjects, the largest age group is 60-69 years (74.35%; n=58), with a median age of 66 years (range 60-91; SD 5.91), male (61,54%; n=48), the 1-year survival rate is 58.7%. 17 subjects were only included data in gender, age, and survival percentage calculation due to lack of medical record, the entire data of 61 subjects can be analyzed . Of the 61 subjects, the majority of subjects are at risk of malnutrition before undergoing chemotherapy (80.33%; n=49), are included in the category of independent patients before undergoing chemotherapy (55.74%; n=34), has hypertension as the most recorded comorbidity (54.10%; n=33) and has more than 1 comorbid (34.43%; n=21), has Hb levels ≤11 before undergoing chemotherapy (42,62%), are aggressive LNH types (65.57%, n=40), are experiencing gastroenterological system toxicity (68.85%; n=42) and hematology (63.93%; n=39), and are experiencing complete responses after 6 cycles of chemotherapy (34.43%; n=21).
Conclusion. The majority of elderly patients with LNH who undergo first-line chemotherapy in Indonesia has a profile median age of 66 years old, are male, are aggressive LNH type, are at risk of malnutrition, are independent, have multimorbidities with the most comorbidity is hypertension, have anemia, 1-year survival 58.7%, have gastroenterological and hematological toxicity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, M. Arman
"Latar Belakang : Respon pengobatan limfoma non Hodgkin yang dilakukan kemoterapi CHOP ditentukan oleh berbagai bal. Pasien dengan gejala B mempunyai respon yang kurang baik terhadap kemoterapi. Gejala 13 didelinisikan sebagai demur' yang berulang, keringat malam serta penurunan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan. Pada pasien keganasan terdapat penurunan berat badan yang beuduakna pada 50 % pasien. Penderita kanker mempunyai resiko tinggi mengalami masalah nutrisi yang akan mengakibatkan respon yang kurang baik terhadap kemoterapi.
Tujuan : Mendapatkan data hubungan antara indeks massa tubuh dengan respon terapi pada pasien Limfoma non Hodgkin sel B yang dilakukan kemoterapi CHOP.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif. Dilakukan pengambilan data pasien Limfoma non Hodgkin sel B yang mendapat kemoterapi CHOP, data diambil dari data sekunder rekam medis. Pasien penyakit hati kronis, penyakit ginjal kronis, penyakit diabetes melitus, riwayat kemoterapi dan radioterapi sebelumnya, penderita HIV, dieksklusi dari penelitian. Dinilai respon terapi terhadap kemoterapi setelah dua siklus kemoterapi. Dilakukan uji chi-square sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil : Selama periode I Januari 2003-31 Desember 2005 dikumpulkan 70 kasus dengan Indeks Massa Tubuh kurang dan tidak. kurang masing-masing 35 kasus. Didapatkan data usia kurang 60 tahun (82,9 %), Laki-laki (58.6%), 70 % pasien pendidikan yang rendah, 28,6% pasien tidak bekerja, 71,4% pasien status performans el, 82,9% pasien mempunyai kadar LDH yang tinggi, 62,9 % pasien 51 keterlibatan ekstranodal, 52,9% pasien di bawah stadium Il. Tidak ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan respon pengobatan (p = 0,673, RR = 1,065,1K 95% 0,92 -1,23).
Kesimpulan : Tidak didapatkan hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan respon terapi. Diperlukan data mengenai terdapatnya gejala B dengan jumlah pasien yang lebih banyak dan waktu yang lebih lama untuk melihat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan terapi.

Therapeutic response of non Hodgkins lymphoma undergo chemotherapy CHOP regimen depends on many variable things. Patients with B symptom have poor response wi1.h chemotherapy B symptom define as repeatedly fever, night sweat, decreased body weight more than I0 % in six months. There is decreasing of body weight in more than 50 % malignancy patients. Patients with malignancy have a high risk of nutritional problem which can be consecuence to poor response to chemotherapy.
Objective : To lind association between body mass index and therapeutic response in B cell non Hodgkin?s Lymphoma patients who received CHOP regimen chemotherapy.
Methods : This is a cohort retrospective study. Data were collected hommedical record. Exclusion criteria included patients with hepatic chronic illness, renal chronic illness, diabetes mellitus, history of previous chemotherapy and radiotherapy, HIV patients. Therapeutics response assesment fiom chemotherapy taken after two cycles ofchemotheiapy. We perform Chi-Square test to obtain signilicant value on this study and evaluate if there is association between body mass index and therapeutic response.
Results : Since January 1? 2003-Desembcr 3l"? 2005 collected 35 cases with poor and 35 cases not poor body mas Index. We obtain data patients age under 60 years old (82,9 %), male (58,6%), 70% with poor educated level, 28,6% unemployment, 7l,4% pariens with performans status $1 , S2,9% patiens with high LDH, 62,9 %Patiens Sl exstranodal involvement, 52,9% patiens S stage II. 'Ihere was no association between body mass index and therapeutic response (p = 0,673, RR = L065, 95% CI 0,92- l,2.3)
Conclusions :There was no association between body mass index and therapeutic response _ Further study is needed with more patients and longer duration to study B symptom and other ihctors which can inliuence therapeutic response.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18190
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Anggraini
"Kualitas hidup adalah kondisi fungsional lansia yang meliputi kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial lansia, serta aktivitas seksual, dan kondisi lingkungan (WHOQOL). Laju pertumbuhan penduduk di kota Tangerang Selatan merupakan yang paling cepat (3,36%) dibandingkan kabupaten/kota lain yang ada di provinsi Banten. Angka harapan hidup pada tahun 2015 merupakan yang tertinggi dibandingkan wilayah lain di Banten yaitu mencapai 72,2 tahun. Sekitar 5% penduduk di Tangerang Selatan berusia diatas 60 tahun (BPS, 2016) dan 0,8% dari total lansia di Tangerang Selatan memilih untuk tinggal di panti karena merasa mendapatkan banyak teman untuk beraktifitas, beribadah, dan menghilangkan rasa kesepian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas hidup lansia dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti werdha wilayah Tangerang Selatan.
Desain studi potong lintang digunakan pada 144 lansia yang terpilih secara acak dari 4 panti di Tangerang Selatan. Data dikumpulkan menggunakan metode wawancara menggunakan kuisioner yang sudah di uji validitas dan reliabilitasnya, serta dianalisis menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan 74,3% lansia yang tinggal di panti wilayah Tangerang Selatan memiliki hidup berkualitas, pendidikan lansia merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia (p=0,003; OR 3,22; 95% CI 1,49-6,97). Lansia dengan pendidikan yang tinggi memiliki peluang 3,2 kali hidupnya lebih berkualitas dibandingkan lansia yang berpendidikan rendah.

Quality of life is the functional condition of the elderly which includes physical health, psychological health, elderly social relationships, as well as sexual activity, and environmental conditions. Population growth rate in South Tangerang is the fastest (3.36%) compared to other regencies / cities in Banten province. Life expectancy in 2015 is the highest compared to other regions in Banten which reached 72.2 years. Approximately 5% of the population in South Tangerang is over 60 years old (BPS, 2016) and 0.8% of the total elderly people in Tangerang Selatan prefer to stay in the orphanage because they feel have many friends for activities, worshiping and eliminate loneliness.
This study aims to determine the quality of life of the elderly and the factors related to the quality of life of elderly living in the werdha orphanage of Tangerang Selatan region.
Cross-sectional study design was used in 144 selected randomly elderly from 4 orphanages in South Tangerang. Data collected using interview method using questionnaires that have been tested for validity and reliability, and analyzed using multiple logistic regression test.
The results showed that 74.3% of elderly people living in the orphanage of Tangerang Selatan have quality of life, elderly education is a factor related to the quality of life of the elderly (p = 0,003; OR 3,22; 95% CI 1,49-6, 97). Elderly with a high education has a 3,2 times more quality of life than the poorly educated elderly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T49291
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robiyatul Adawiyah
"Kualitas hidup merupakan salah satu parameter keberhasilan intervensi keperawatan pada penyakit kronik, terutama stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan empat dimensi kualitas hidup pasien pasca stroke menggunakan metode survei analitik pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 49 pasien pasca stroke. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Responden mengisi kuesioner berupa data demografi, 26 pertanyaan WHOQOL- Bref, 10 pertanyaan Index Barthel Scale (IBS), 19 pertanyaan Back Hopelessness Scale (BHS), dan 5 pertanyaan APGAR. Penelitian ini dianalisis menggunakan uji kai kuadrat.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan domain lingkungan (p=0.004), kategori klinik dengan domain psikologis (p=0.038), status kecacatan dengan domain fisik (p=0.039) dan domain lingkungan (p=0.009). Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah besar sampel atau mespesifikasikan topik penelitian seperti faktor determinan yang mempengaruhi kualitas hidup pasien pasca stroke. Bagi pelayanan keperawatan dapat memberikan dan memodifikasi intervensi keperawatan untuk meningkatkan status kemampuan fungsional pasien.

The Quality of life is one of the success parameters of nursing interventions on chronic diseases, especially on stroke. The research aimed to identify the factors that related with four dimensions of quality of life in post-stroke patients used a survey analitic cross sectional design study. The research involved 40 post-stroke patients with using consecutive sampling. Respondents answered 26 questions of WHOQOL- Bref, 19 statements of BHS,5 statements of APGAR, they were tested by 10 questions of IBS.
The research shown a significant association between education level with environmental domain (p=0.004), clinical categorization with psychological domain (p=0.038), disability status with physical domain (p=0.039), environmental domain (p=0.009). Researcher recommends to perform further research with larger sampel size and specific research topics like the determinant factor that influences quality of life in post-stroke patients.While, the nursing services need to administer and modifiy nursing intervention for increasing the functional capability status of patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrayani
"Peningkatan populasi lansia berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Pada masa lansia terjadi berbagai perubahan fisik, kognitif maupun psikologis. Harapan hidup dan kualitas hidup merupakan hal yang sangat penting bagi lansia. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia. Subjek penelitian berjumlah 242 orang lansia yang diperoleh dengan cara random dari populasi yang berjumlah 349 lansia di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan. Dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner WHOQOL-BREF, kuesioner dukungan keluarga dan fungsi keluarga.
Penelitian ini dianalisis dengan uji Chy Square dan uji Regresi Logistik. Variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup lansia adalah pendidikan (OR=4,9, p value=0,022), pekerjaan (OR=3,5, p value=0,000) dan dukungan keluarga (OR=5,7, p value=0,000). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup lansia adalah dukungan keluarga dengan nilai OR 5,7 yang berarti bahwa lansia dengan dukungan keluarga kurang berpeluang 5,7 kali lebih besar memiliki kualitas hidup buruk dibandingkan dengan lansia yang mendapat dukungan keluarga baik. Berdasarkan penelitian ini, faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia adalah dukungan keluarga, pendidikan dan pekerjaan.

Increase of elderly population will have an impact on various aspects of life. In the elderly occurs a physical changes, cognitive and pshycological. Life expectancy and quality of life is very important for elderly. There are many factors affect the quality of life of elderly. The purpose of this research to know factors that relating with the quality of life of elderly. The subject of study were 242 the elderly obtained by means of random of the population which consisted of 349 elderly in Cipasung Village Kuningan. The interviewers were conducted using WHOQOL-Bref questionnaire, family support and family function questionnaire.
The study analyzed by Chy Square test and Logistic Regresion test. A variable that has a significant relation exists with the quality of life for the elderly is education (OR=4,9, p value=0,022), work (OR=3,5, p value=0,000) and the family support (OR=5,7, p value=0,000). Factors the most dominant relating to the quality of life of elderly is family support with the OR=5,7 which means that for the elderly with poor family support had a chance 5,7 times as great as having the quality of life poorly compared to good family support. Based on this research, factors that relating with quality of life of elderly is family support, education and work.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Febriyanti Chusniah
"Menurut World Health Ranking 2020, kematian epilepsi di Indonesia mencapai 706 orang dari total kematian dan menempatkan Indonesia pada peringkat 183 di dunia. Kualitas hidup pasien epilepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak epilepsi. Menggunakan metode cross sectional dengan accidental sampling dan didapatkan 94 responden, yaitu orang tua anak epilepsi berumur 4-18 tahun. Uji yang digunakan adalah Chi Square dengan Quality of Life in Childhood Epilepsy Questionner (QOLCE-16). Hasil penelitian menunjukan rata-rata nilai QOLCE-16 anak epilepsi adalah 42.25 dimana 52.1% anak memiliki kualitas hidup buruk. Faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak epilepsi, yaitu usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua, status pendidikan anak, lama pengobatan, frekuensi kejang, jenis OAE, dan durasi epilepsi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan pengkajian keperawatan pada pasien epilepsi terkait kualitas hidup.

According to the 2020 World Health Ranking, Indonesia ranked 183rd with 706 epilepsy-related fatalities out of total deaths. Various factors impact the life quality experienced by those with epilepsy. Finding the variables affecting children with epilepsy's life quality is the goal of this study. 94 parents of children with epilepsy between the ages of 4 and 18 were selected from the population using an unintentional sampling technique. Chi Square with Life quality in Childhood Epilepsy Questionner (QOLCE-16) was the test utilized. The study finds 52.1% of children with epilepsy reported a low life quality, with an average QOLCE-16 score of 42.25. AED type, length of therapy, frequency of seizures, length of parental education, and length of epilepsy are all factors that affect the life quality for children with epilepsy. These findings can be referenced when creating life quality nursing assessments for patients with epilepsy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnita Utami
"ABSTRAK
Kemoterapi merupakan terapi kanker yang paling banyak digunakan pada anak.
Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ditangani dengan baik dapat
menyebabkan penurunan kualitas hidup anak. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada anak yang
menjalani kemoterapi. Desain penelitian adalah cross sectional. Sampel dalam
penelitian ini adalah anak berusia 8-18 tahun yang menjalani kemoterapi
berjumlah 101 orang di tiga rumah sakit pemerintah di Jakarta. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling. Penelitian
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin (p=
0,021), nyeri (p= < 0,001), kualitas tidur (p= 0,046), dan depresi (p= < 0,001)
dengan kelelahan pada anak yang menjalani kemoterapi. Hasil analisis multivariat
menunjukkan terdapat tiga faktor yang paling berkontribusi terhadap kelelahan,
yaitu kadar hemoglobin, nyeri, dan depresi. Perawat perlu melakukan pengkajian
terhadap faktor yang paling berkontribusi terhadap kelelahan sehingga dapat
melakukan intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengurangi kelelahan pada
anak

ABSTRACT
Chemotherapy is a cancer treatment that is most widely used in children and can
lead to fatigue. The prolonged and improperly treated fatigue can lead to
decreased quality of life of the children. The objective of this study was to
analyze factors associated with fatigue in children undergoing chemotherapy. The
study design was cross-sectional. The sample in this study were 101 children aged
8-18 years who were undergone chemotherapy in three public hospitals in Jakarta.
The sample was choosen with consecutive technique sampling. The study showed
significant relationships among level of hemoglobin (p= 0,021), pain (p= <
0,001), sleep quality (p=0,046), and depression (p= <0,001) with fatigue in
children undergoing chemotherapy. The multivariate analysis showed that there
were three factors that most contribute to fatigue that are hemoglobin level, pain,
and depression. Nurse need to conduct an assessment of the factors that most
contribute to fatigue so that it can perform appropriate nursing interventions to
reduce fatigue in children"
2016
T46360
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>