Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitria Afriani
"Pada penelitian ini dilakukan pemodelan untuk mengetahui pola bioakumulasi Zn dan 137Cs pada kerang kuda (Modiolus Micropterus) serta prediksi spesiasi kimia Zn (menggunakan Software ChemEQL) dengan melihat pengaruh berbagai konsentrasi, salinitas dan pH. Jalur paparan kontaminan dilakukan melalui jalur air dengan konsentrasi Zn2+ dan 137Cs+ sebagai kontaminan masing-masing dengan kisaran berturut-turut 0.1; 0.3; 0.5; 0.7 ppm dan 1; 2; 3; 4 Bq.mL-1, salinitas dengan kisaran 25, 26, dan 28 ppt, serta pengaruh pH yang merepresentasikan Ocean Acidification dengan kisaran 7.1; 7.5; 8.3. Setiap hari seluruh biota uji dianalisis dengan radiotracer 65Zn dan 137Cs menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pengambilan kontaminan. Paparan dihentikan saat pengambilan Zn2+ dan 137Cs+ dalam tubuh kerang telah mencapai keadaan tunak (steady state). Selanjutnya, dilakukan proses depurasi pada kerang menggunakan metode pengaliran air laut berulang. Selama proses ini, setiap hari seluruh biota uji dianalisis menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pelepasan kontaminan. Pada eksperimen ini didapatkan nilai CF maksimal dalam berbagai konsentrasi, salinitas dan pH masing-masing sebesar 45.54 mL.g-1; 33.26 mL.g-1; 33.47 mL.g-1 untuk bioakumulasi Zn2+ dan 7.35 mL.g-1; 9.66 mL.g-1.; 7.56 mL.g-1 untuk bioakumulasi 137Cs+. Dengan demikian, perubahan berbagai konsentrasi, salinitas, dan pH (representasi Ocean Acidification) mempengaruhi pola bioakumulasi seng dan radiocesium serta spesiasi kimia yang menunjukkan ketersediaan ion Zn2+ dan spesies Zn yang dominan.

In this research, modeling was carried out to study of bioaccumulation patterns of Zn and 137Cs in Horse Mussels (Modiolus micropterus) and chemical speciation prediction (by Software ChemEQL) by looking at the variation of the concentration, salinity, and ocean acidification. The path of contaminant exposure is carried out by seawater pathway, under the variation of Zn2+ and 137Cs+ each with a combination of 0.1; 0.3; 0.5; 0.7 ppm and 1; 2; 3; 4 Bq. mL-1, respectively, salinity in the range of 25; 26; 28 ppt, and pH variations in the range of 7.1; 7.5; 8.3. Everyday mussels are counted out using a Gamma Spectrometer to obtain data taken from radiotracer 65Zn and 137Cs. Exposure stops when 65Zn and 137Cs activity in the body of the organism tested reaches steady-state conditions. Next, a depuration process was carried out on the organism tested using the recurrent seawater flow method. During this process, every day all activity trials are carried out 65Zn and 137Cs using a Gamma Spectrometer to obtain contaminant release data. In this experiment the CF maximum values obtained at concentrations, salinity and pH were 45.54 mL.g-1; 33.26 mL.g-1; 33.47 mL.g-1 for Zn2+ bioaccumulation and 7.35 mL.g-1; 9.66 mL.g-1; 7.56 mL.g-1 bioaccumulation of 137Cs+. Thus, changes in concentration, salinity, and pH variations (representing Ocean Acidification) affect bioaccumulation and radiocesium patterns as well as chemical speciation that show the contribution of Zn2+ ions and dominant Zn species.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Fritania
"Studi bioakumulasi logam berat Zn dilakukan selama 7 hari pada kerang hijau yang berasal dari Muara Kamal. Selanjutnya dilakukan proses bioakumulasi melalui jalur air laut dan proses depurasi. Pada proses bioakumulasi dilakukan variasi salinitas dan konsentrasi Zn. Sedangkan, pada proses depurasi terdapat 2 metode yaitu metode laju alir air berulang dan perendaman asam sitrat. Proses bioakumulasi didapatkan salinitas optimum pada pada salinitas 29 dan konsentrasi Zn optimum pada konsentrasi 0,15 ppm dengan nilai Concentration Factor berturut-turut sebesar 38,07 mL/g dan 10,99 mL/g. Nilai konstanta laju pengambilan (ku) optimum pada variasi salinitas sebesar 4,3139 mL/g.hari dan pada variasi konsentrasi Zn sebesar 2,0489 mL/g.hari. Sedangkan, nilai konstanta laju pelepasan (ke) dari proses depurasi dengan metode pengaliran alir air berulang pada variasi salinitas adalah 6,3854 mL/g.hari dan variasi konsentrasi Zn adalah 7,4992 mL/g.hari.
Proses depurasi dengan metode perendaman asam sitrat pada kerang hijau yang berasal dari Muara Kamal dilakukan dengan variasi konsentrasi asam sitrat 0,025 %, 0,05 %, 0,075 % dan 0,1 % selama 30 menit, 60 menit, 120 menit dan 180 menit. Aktivitas 65Zn yang terdapat pada tubuh kerang hijau di analisis menggunakan alat instrumentasi Spektrometer Gamma. Ditentukan juga kadar protein pada kerang hijau sesudah proses depurasi dengan metode Kjeldahl. Metode ini diharapkan dapat mengurangi kadar logam berat Zn pada kerang hijau sehingga aman untuk dikonsumsi (keamanan pangan) dan dapat dipergunakan dalam skala rumah tangga dan restoran.

Bioaccumulation study of Zn heavy metal is carried out for 7 days on green mussels originated from Muara Kamal, then the bioaccumulation process is done through seawater pathway and depuration process. The bioaccumulation process is done throughout variations in salinity and Zn concentration. Meanwhile, the depuration process is done with 2 method which are circulating water flow and submersion of citric acid. The bioaccumulation process obtained optimal salinity at salinity 29 and optimal Zn concentration at a concentration of 0,15 ppm with Concentration Factor values 38,07 mL/g and 10,99 mL/g. The optimal value of the retrieval constant (ku) for the salinity variation is 4,3139 mL/g.days and for the Zn concentration variation is 2,0489 mL/g.days, where the release constant (ke) depuration process with the circulating water flow method for salinity variation is 6,3854 mL/g.days and variation in Zn concentration is 7,4992 mL/g.day.
Depuration process with submersion method using citric acid on green mussels originated from Muara Kamal is done with citric acid concentration variations of 0,025 %, 0,05 %, 0,075 % and 0,1 % for 30 minutes, 60 minutes, 120 minutes and 180 minutes. The 65Zn activity in the body of green mussels ares analyzed using Gamma Spectrometer instrumentation. Protein levels are also determined in the green mussels after the depuration process using the Kjeldahl method. This method is expected to reduce zinc levels in green mussels in order for green mussels to be safe for consumption (food safety) and can be used on a household and restaurant scale.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daulay, Amru
"Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah merencanakan pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE). Dalam pengoperasiannya akan terjadi pelepasan radionuklida 137Cs ke lingkungan. Limbah rumah tangga dan industri mengakibatkan pencemaran logam berat 65Zn ke lingkungan. Untuk itu diperlukan bioindikator untuk mengidentifikasi adanya pencemaran 137Cs dan 65Zn. Kinetika proses bioakumulasi 137Cs dan 65Zn melalui jalur air laut pada udang putih (Litopenaeus schmitti) dari Teluk Jakarta telah diteliti dengan mengamati pengaruh variasi konsentrasi dan salinitas. Eksperimen akuaria dilakukan terhadap empat kelompok ukuran dengan dua kali pengulangan. Percobaan dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu akumulasi/pengambilan, depurasi/pelepasan serta pemodelannya. Hasil penelitian menunjukkan kenaikan konsentrasi menaikkan laju pengambilan dan laju pelepasan 137Cs dan 65Zn oleh udang putih (Litopenaeus schmitti) Nilai faktor biokonsentrasi (BCF) udang putih (Litopenaeus schmitti) pada beda konsentrasi 137Cs dan 65Zn adalah 1,47-2,53 mL.g-1, sedangkan nilai faktor biokonsentrasi (BCF) pada beda salinitas 137Cs dan 65Zn adalah 0,33-4,91 mL.g-1.

National Nuclear Energy Agency (BATAN) has planned construction of an Experimental Power Reactor (RDE). In operating can release of radionuclide 137Cs will occur in environment. Household and industrial waste results in pollution of heavy metal 65Zn into environment. For reason a bioindicator is needed to identify the pollution of 137Cs and 65Zn. The kinetics of 137Cs 65Zn bioaccumulation through seawater pathway on white shrimp (Litopenaeus schmitti) have been investigated by observing the effects of varying body sizes. An aquaria experiment is applied to four body size groups with two replications. The experiment was carried out by 3 steps such as: uptake, depuration, and modelling. The results showed that the uptake and elimination rates decreased along with the increasing body size. The values of bioconcentration factor (BCF) on white shrimp (Litopenaeus schmitti) 137Cs 65Zn with treatment different concentration 1,47-2,53 mL.g-1, while the values of bioconcentration factor (BCF) on white shrimp (Litopenaeus schmitti) 137Cs 65Zn with treatment different salinity was 0,33-4,91 mL.g-1."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T52216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sasqia Putri Soniansi
"Pada penelitian ini dilakukan simulasi pencemaran logam berat Seng (Zn) pada kerang hijau (Perna viridis). Proses bioakumulasi kerang hijau melalui jalur pakan dengan perunut radioaktif 65Zn. Pakan yang digunakan dengan diberikan kontaminasi logam seng yakni Botryococcus braunii. Proses Bioakumulasi dilakukan pada variasi suhu air laut 30, 31, dan 32°C. Setiap hari seluruh hewan percobaan dianalisis menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pengambilan kontaminan dari aktivitas 65Zn. Untuk mengurangi kandungan logam yang terdapat pada biota uji dilakukan metode depurasi.
Metode depurasi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengaliran air berulang dan perendaman asam. Pada metode perendaman asam digunakan asam asetat dengan variasi waktu selama 30 menit, 60 menit, 120 menit dan 180 menit serta variasi konsentrasi 0.025 %, 0,050%, 0,075%, dan 0,100 %. Setelah selesai, kemudian dilihat pengaruh metode depurasi terhadap kandungan pada protein Perna viridis dengan metode kjehdahl.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai ku yang didapat dari nilai faktor konsentrasi paparan ion logam Zn selama 7 hari yakni 0,17 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 30oC, 0,18 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 31oC dan 0,27 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 32°C. Sementara nilai ke untuk perlakuan depurasi dengan metode pengaliran air berulang didapatkan 0,10 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 30°C, 0,09 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 31°C, dan 0,07 Bq/gram.hari untuk variasi suhu air laut 32°C. Selanjutnya pada penelitian ini didapatkan nilai BAF sebesar 21,13 Bq/gram.hari untuk variasi suhu 30°C, 26,67 Bq/gram.hari untuk suhu 31°C, dan 61,67 Bq/gram.hari untuk suhu 32°C.

In this study a simulation of heavy metal zinc (Zn) ion contamination in green mussel (Perna viridis) was carried out. Bioaccumulation process of green mussel through food pathway using 65Zn radioactive tracer. Botryococcus braunii was used to be food of heavy metal zinc contamination. The bioaccumulation process is carried out at variations in sea water temperature 30, 31 and 32°C. Every day all green mussels were analyzed using a gamma spectrometer to obtain contaminant retrieval data from 65Zn activities. To reduce the metal content found in the test biota, needs depuration method.
The depuration method used in this study is a method of repetitive water flow recirculating depuration and using acid. The acid method uses acetic acid with a variation of time is 30 minutes, 60 minutes, 120 minutes and 180 minutes and variations in concentration of acetic acid 0.025%, 0.050%, 0.075%, and 0.100%. After that, the effect of the depuration method on green mussels was analyzed by kjehdahl method.
Based on the results, uptake value (ku) obtained from metal ion Zn exposure during 7 days is 0.17 Bq /gram.day for 30oC sea water temperature variation, 0.18 Bq/gram.day for 31oC sea water temperature variation, 27 Bq/gram.days for 32°C sea water temperature variations. While the depuration value (ke) treatment with water flow method is obtained 0.10 Bq/gram.days for variations in sea water temperature of 30oC, 0.09 Bq/gram.days for variations in sea water temperature of 31°C, and 0.07 Bq/gram.days for 32°C sea water temperature variations. Furthermore, in this study the BAF value was 21.13 Bq/gram.days for temperature variations of 30°C, 26.67 Bq/gram.days for 31°C, and 61.67 Bq/gram.days for 32°C.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradilla Maulina
"Operasional Reaktor Serba Guna (RSG) 30 MW di kawasan Puspitek, Serpong yang memungkinkan terjadinya pelepasan radionuklida yang akan mengkontaminasi sistem perairan, salah saatunya adalah Cesium-137. Biota laut mampu mengakumulasi zat radioaktif sehingga konsentrasinya pada tubuh biota menjadi berlipat dibandingkan konsentrasi zat radioaktif di lingkungan. Kontaminasi dapat terjadi melalui jalur internal (ingesti) maupun jalur eksternal (radiasi lingkungan). Didukung oleh hal tersebut maka dilakukan studi bioakumulasi 137Cs oleh ikan kerong-kerong (Therapon jarbua) dari perairan Teluk Jakarta melalui jalur air laut.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari mekanisme bioakumulasi 137Cs dengan faktor pengaruh salinitas dan suhu air pada T. jarbua dengan menggunakan metode biokinetika kompartemen tunggal melalui tiga tahap percobaan yaitu, aklimatisasi, kontaminasi dan depurasi serta dilakukan pengukuran aktivitas 137Cs dengan spektrometer gamma HPGE. Hasil penelitian menunjukkan Nilai faktor biokonsentrasi (BCF) pada salinitas 26?; 29?; 32?; dan 35? berturut-turut adalah 2.22; 2.14; 1.56; dan 6.17 mL g-1, sedangkan nilai BCF pada suhu 28˚C; 31 ˚C;34 ˚C; dan 37 ˚C berturut-turut adalah sebesar 2.78; 3.25; 3.79; dan 3.51 mL g-1.

The 30MW-Serba Guna Reactors (RSG) in puspitek ,Serpong may allow the release of the radionuclides that would contaminate the water system, one of them, is Caesium-137. Marine organisms are capable of accumulating the radioactive substances, resulting a higher concentration of it inside their body in contrast to the environment. Contamination can occur through internal pathways (ingestion) or external pathway (radiation in the environment). Supported by these statement, the 137Cs bioaccumulation study was performed by observing Target Fish (Therapon jarbua) from the Jakarta Bay.
This research is intended to study the bioaccumulation's mechanism of 137Cs with the influence of salinity and water temperature on T. jarbua using a single-compartment biokinetic model by doing three experimental processes, namely acclimatization, contamination, and depuration. The activity of 137Cs was measured by High-purity Germanium (HPGE) gamma spectrometer. The results shows the values of bioconcentration factor (BCF) on T. jarbua at 26 ?; 29 ?; 32 ?; and 35 ? salinity, which are 2.22; 2.14; 1.56; and 6.17 mL g-1, respectively. On the other hand, the BCF values at 28°C; 31 °C; 34 ° C; and 37 ° C temperature are 2.78; 3.25; 3.79; and 3.51 mL g-1, respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Winda Asrini
"Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah merencanakan pembangunan Reaktor Daya Eksperimental (RDE). Dalam pengoperasiannya akan terjadi pelepasan radionuklida ke lingkungan, salah satunya adalah 137Cs. Untuk itu diperlukan bioindikator untuk mengidentifikasi adanya pencemaran 137Cs. Kinetika proses bioakumulasi 137Cs melalui jalur air laut pada kerang hijau (Perna viridis) dan udang mantis (Harpiosquilla raphidea) dari Teluk Jakarta telah diteliti dengan mengamati pengaruh variasi bobot biota. Eksperimen akuaria dilakukan terhadap empat kelompok ukuran dengan dua kali pengulangan. Percobaan dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu akumulasi/pengambilan, depurasi/pelepasan serta pemodelannya.
Hasil penelitian menunjukkan kenaikan bobot biota menurunkan laju pengambilan dan laju pelepasan 137Cs oleh Perna viridis dan Harpiosquilla raphidea. Nilai faktor biokonsentrasi (BCF) Perna viridis dengan bobot 2,89 g; 6,13 g; 10,27 g; dan 12,26 g berturut-turut adalah sebesar 4,29 mL g-1; 3,35 mL g-1; 3,20 mL g-1; dan 2,86 mL g-1, sedangkan nilai faktor biokonsentrasi (BCF) Harpiosquilla raphidea dengan bobot 38,27 g; 40,19 g; 50,89 g; dan 61,22 g berturut-turut adalah sebesar 10,39 mL g-1; 10,32 mL g-1; 10,20 mL g-1; dan 9,88 mL g-1. Dibandingkan dengan Perna viridis, Harpiosquilla raphidea lebih cocok digunakan sebagai bioindikator pencemaran 137Cs berdasarkan akumulasi pada keseluruhan tubuh.

National Nuclear Energy Agency (BATAN) has already decided to build an experimental nuclear reactor. In the operational process, this reactor will release some radionuclides to the environment and one of them is 137Cs. Due to this phenomenon, researchers need some bioindicators to determine the contamination of 137Cs. The kinetics of 137Cs bioaccumulation through seawater pathway on green mussel (Perna viridis) and mantis shrimp (Harpiosquilla raphidea) have been investigated by observing the effects of varying body sizes. An aquaria experiment is applied to four body size groups with two replications. The experiment was carried out by 3 steps such as: uptake, depuration, and modelling.
The results showed that the uptake and elimination rates decreased along with the increasing body size. The values of bioconcentration factor (BCF) on Perna viridis 2,89 g; 6,13 g; 10,27 g; and 12,26 g were found to be 4,29 mL g-1; 3,35 mL g-1; 3,20 mL g-1; and 2,86 mL g-1, while on Harpiosquilla raphidea 38,27 g; 40,19 g; 50,89 g; and 61,22 g were found to be 10,39 mL g-1; 10,32 mL g-1; 10,20 mL g- 1; and 9,88 mL g-1, respectively. Compared to Perna viridis, Harpiosquilla raphidea can be considered as a convenient bioindicator on the basis of the whole body accumulation.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahidatul Zahroh
"Pada penelitian ini dilakukan pemodelan untuk mengetahui pengaruh pengasaman air laut terhadap pola bioakumulasi Zn pada Babylonia spirata. Jalur paparan kontaminan dilakukan melalui jalur air, di bawah pengaruh konsentrasi Zn dengan kisaran 0,1; 0,3; 0,5; 0,7 ppm, salinitas dengan kisaran 23, 25 dan 27 ppt, serta pengaruh pH dengan kisaran 7,1; 7,8; 8,3. Setiap hari seluruh biota uji dianalisis menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pengambilan kontaminan dari aktivitas 65Zn. Paparan dihentikan saat aktivitas 65Zn dalam tubuh biota uji tidak mengalami kenaikan (steady state). Selanjutnya, dilakukan proses pelepan kontaminan untuk mengurangi kadar logam pada biota uji menggunakan metode pengaliran air berulang. Selama proses pelepasan, setiap hari seluruh biota uji dianalisis aktivitas 65Zn menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data pelepasan kontaminan. Pada eksperimen ini didapatkan nilai CF pada pengaruh konsentrasi, salinitas dan pH masing-masing sebesar 44,25-88,49 mL/g; 45,98-76,68 mL/g.; 36,46-52,03 mL/g.

In this study, modeling was carried out to determine the effect of ocean acidification on Zn bioaccumulation pattern in Babylona spirata. The contaminant exposure pathway was carried out through water with a variation of Zn concentration at range 0.1; 0.3; 0.5; 0.7 ppm, salinity at range 23; 25; and 27 ppt, and pH at range 7.1; 7.8; and 8.3. The biotas taking of contaminants was examined daily from their 65Zn activities using a gamma spectrophotometer. Contaminant exposure was stopped after constant 65Zn activity was observed (steady state). The contaminant release process was then carried out to reduce the metal content in experimental biota using a recurrent water flow method. During the releasing process, the biotas release of contaminants was examined daily by measuring 65Zn activities using a gamma spectrophotometer. In this study it was found that CF values on the effect of concentration, salinity and pH were 44.25-88.49 mL/g, 45.98-76.68 mL/g, and 36.46-52.03 mL/g respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Aunurrahim
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi pengasaman air laut terhadap pola bioakumulasi radionuklida 137Cs pada Keong Macan (Babylonia spirata) menggunakan metode bioakumulasi model kompartemen tunggal melalui jalur air. Variasi yang digunakan adalah konsentrasi 137Cs, salinitas, dan pH yang disesuaikan dengan kondisi pengasaman air laut. Pada penelitian ini digunakan variasi konsentrasi 137Cs dengan kisaran 1, 2, 3, dan 4 Bq/L, salinitas dengan kisaran 23, 25, dan 27 ppt, dan pH dengan kisaran  7,5; 7,9; dan 8,3. Tahapan penelitian dimulai dari proses pengambilan sampel, aklimatisasi, bioakumulasi, dan eliminasi. Setiap hari seluruh hewan uji dianalisis menggunakan spektrometer gamma untuk memperoleh data kadar 137Cs selama proses bioakumulasi dan eliminasi. Kemampuan bioakumulasi 137Cs oleh B. spirata direpresentasikan dalam bentuk faktor konsentrasi (CF) dan konstanta laju pengambilan (Ku). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bioakumulasi 137Cs oleh B. spirata terjadi paling optimal pada kondisi konsentrasi 137Cs sebesar 3 Bq/mL, salinitas air laut 27 ppt dan pH senilai 8,3; sehingga  dapat disimpulkan bahwa fenomena pengasaman air laut tidak memberikan dampak terhadap kenaikan kemampuan bioakumulasi 137Cs oleh B. spirata.

This research aims to investigate the impact of ocean acidification to the 137Cs radionuclide bioaccumulation in tiger snail (Babylonia spirata) using single compartment models through waterway, by varying the 137Cs concentration, water salinity, and pH to mimmick the ocean acidification condition. In this research, the concentration of 137Cs varied from 1, 2, 3 to 4 Bq/L, water salinity varied from 23, 25 and 27 ppt, and the pH ranged of 7.5, 7.9, and 8.3. The stages of research start from the process of sampling, acclimatization, bioaccumulation, and elimination. All snails were analyzed daily using gamma spectrometer to obtain data on levels of 137Cs during the bioaccumulation and elimination process. The ability of bioaccumulation of 137Cs by B. spirata was represented by concentration factor (CF) and retrieval rate constants (Ku). The study showed that the bioaccumulation of 137Cs by B. spirata occurs most optimally at the condition of 137Cs concentration 3 Bq/mL, sea water salinity of 27 ppt, and pH valued at 8.3. It can be concluded that the phenomenon of ocean acidification does not have an impact on the increase in the ability of bioaccumulation of 137Cs by B. spirata."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Ramadhanti
"ABSTRAK
Kenaikan jumlah konsumsi ikan nila Oreochromis niloticus menunjukkan bahwa masyarakat sekarang sudah mengerti pentingnya nutrisi yang terkandung dalam ikan. Sayangnya, banyak masyarakat yang bekerja di bidang budidaya ikan tidak sadar akan bahaya yang mungkin ada apabila lokasi budidayanya berada di tempat yang tidak aman. Salah satu contohnya adalah budidaya ikan air tawar yang berlokasi di sekitar BATAN, Serpong. BATAN Serpong sekarang sedang mengembangkan Reaktor Daya Eksperimental RDE yang memiliki probabilitas untuk melepaskan radionuklida seperti 137Cs sebagai produk dari reaksi fisi. 137Cs yang dilepaskan akan masuk ke atmosfer, mengalami proses global fallout, diabsorbsi oleh tanah dan terakumulasi di air. Tujuan dari studi ini adalah untuk menganalisis proses bioakumulasi 137Cs oleh O.niloticus dan kajian resiko dengan menghitung Bio Concentration Factor BCF . Nilai BCF yang didapat dengan ukuran 7.00 cm, 7.70 cm, 8.70 cm, dan 9.80 cm secara berurutan adalah sebesar 20.02, 9.12, 4.45, dan 2.88. nilai BCF kemudian digunakan pada software Erica tool untuk menghitung dosis total 137Cs yang terkandung dalam makhluk hidup di ekosistem tersebut. Distribusi 137Cs juga dianalisis melalui pembedahan dan didapatkan hasil bahwa akumulasi terbesar berturut-turut berada di otot, insang, dan isi perut. Keseluruhan hasil yang didapat kemudian dikombinasikan untuk menentukan apakah biota ini berada dalam nilai ambang batas.

ABSTRACT
The rise of consumption of Nile Tilapia Oreochromis niloticus shows how people now understand the importance of the nutrients contained by fishes. However, people who work on the site of aquaculture sometimes do not realize how tangible the threats are if the site is unsafe. One of the examples is the aquaculture site located near BATAN, Serpong. BATAN Serpong is currently working on its Experimental Power Reactor ERP which has the probability to release radionuclide such as 137Cs as a fission product from nuclear reactors. 137Cs released into the atmosphere will undergo the process of global fallout, absorbed in the soil and accumulated in the water. Thus, the aim of this study was to analyze the process of bioaccumulation of 137Cs by O.niloticus and its risk assessment by calculating the bioconcentration factor BCF . The values of BCF with the size of 7.00 cm, 7.70 cm, 8.70 cm, and 9.80 cm are 20.02, 9.12, 4.45, and 2.88 respectively. These values of BCF will then be inserted to Erica Tool in order to calculate the total dose of 137Cs contained in living organisms. The distribution of 137Cs inside the body of O.niloticus was also analyzed through dissection. The result shows that highest accumulation of 137Cs was located in the muscle, the second highest was in the gills, and the lowest was in the viscera. All the results were combined to decide whether these organisms are safe to be consumed or not."
2017
S70168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitha Eka Puteri
"Tingginya tingkat pencemaran pantai Tanjung Pasir, Tanggerang, Banten memungkinkan terakumulasinya Zn dan radionuklida Cs di dalam biota, seperti kekerangan. Pada penelitian ini, Kerang Salju (Pholas dactylus) digunakan sebagai biomonitoring logam berat yang terakumulasi. Konsentrasi logam berat yang terakumulasi dipengaruhi oleh keadaan fisikokimia lingkungan seperti peningkatan konsentrasi logam, penurunan salinitas, dan penurunan tingkat keasaman. Peningkatan kadar CO2 di udara dapat meningkatkan jumlah CO2 yang teradsorpsi oleh permukaan laut sehingga membentuk asam karbonat yang dapat menurunkan pH air laut ke pH netral. Hasil dari penelitian ini menunjukkan  P. dactylus mengakumulasi dan mendepurasi spesi Zn secara maksimal pada konsentrasi 0,7 ppm, salinitas 28 ppt, dan pH 8,4 pada proses bioakumulasi dan 7,5 pada depurasi. Radionuklida Cs secara maksimum terakumulasi pada aktivitas radionuklida 3 Bq/ml, salinitas 28 ppt, dan pH 8,4 dan terdepurasi maksimum pada aktivitas Cs 3 Bq/ml, salinitas 28 ppt dan pH 7,5. Perubahan pH yang merepresentasikan ocean acidification mempengaruhi pola bioakumulasi Zn dan 137Cs pada Kerang Salju. Nilai CF spesi Zn yang maksimum diperoleh sebesar 11,14 mL/g dengan laju bioakumulasi maksimum sebesar 0,42 hari-1 sedangkan nilai CF radionuklida Cs sebesar 2,66 mL/g dengan laju bioakumulasi maksimum 0,10 hari-1. Berdasarkan teori spesiasi Zn yang mudah diadsorpsi adalah Zn2+ namun konsentrasinya paling rendah dibandingkan spesiasi Zn lainnya. Berdasarkan model, spesiasi Zn yang dominan adalah ZnCl42-.

The high level of pollution of the coast of Tanjung Pasir, Tangerang, Banten allows accumulation of Zn metals and Cs radionuclides in biota, such as shells. In this research, Pholas dactylus is used as biomonitoring of accumulated Zn and Cs. Accumulation of Zn and Cs are influenced by environmental conditions such as increasing metal concentrations, decreasing salinity, and decreasing acidity. Increasing levels of CO2 in the air can raise the amount of CO2 absorbed by the surface of the sea so that it forms carbonic acid which can decrease pH of seawater. This study showed that P. dactylus accumulated and depurated Zn maximum at concentrations 0,7 ppm, salinity 28 ppt, and pH 8,4 in the accumulation process and 7,5 in depuration. Radionuclides Cs maximum accumulated at 3 Bq / ml, salinity 28 ppt, and pH 8,4 in the accumulation process and pH 7,5 in depuration. Changes in pH that represent ocean acidification affect the pattern bioaccumulation of Zn and Cs in P. dactylus. The maximum concentration factor value of Zn was 11,14 mL / g and the maximum accumulation rate of 0,42 days-1 while the maximum concentration factor value of  Cs was 2,66 mL / g and the maximum accumulation rate of 0,10 days-1. Based on the theory, speciation of Zn easily adsorbed is Zn2+ but its concentration is the lowest compared to others. Based on the model, the dominant speciation of Zn in seawater is ZnCl42-."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>