Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4029 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stine, R.L.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama , 2019
813.54 STI g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anwar Puteh
Kuala Lumpur: Fajar Bakti, 1977
899.28 OTH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sagan, Carl
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), 2018
501 SAG d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Stine, R. L.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama , 2018
813.54 STI g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chantika Nurmadhany
"Rumah merupakan suatu entitas dengan karakter yang dapat membuat manusia nyaman dan merasa aman. Ketika narasi dalam film horor menggunakan rumah sebagai latar utama, keberadaannya memberikan efek yang lebih menegangkan karena rumah merupakan media yang sangat dekat dengan manusia dan memiliki ingatan tersendiri. Film horor memiliki elemen unik yang berbeda dengan genre film lainnya karena pendekatan emosional yang membuat penontonnya merasakan ketegangan, ketakutan, dan suasana tegang yang diatur oleh visual dan audio capture. Film yang merupakan media penyampaian informasi dan penyalur pesan dan emosi memiliki kemampuan untuk memanipulasi ruang sehingga narasi yang disampaikan lebih terkontrol dan pesan yang terkandung lebih mudah diterima. Dari kemampuan ini, film dan arsitektur terkait dalam beberapa konsep. Penulisan ini dilakukan dengan membandingkan 3 film horor Indonesia dengan rumah sebagai setting utamanya. Perbandingan dilakukan dengan membahas pola pada setiap elemen film horor sehingga dapat dianalisis hubungan antara elemen spasial rumah dengan interioritas apa yang terdapat dalam film tersebut.

The house is an entity with character that can make humans comfortable and feel safe. When the narration in a horror film uses a house as the main setting, its existence gives a more tense effect because the house is a medium that is very close to humans and has its own memories. Horror films have unique elements that are different from other film genres because of the emotional approach that makes the audience feel tension, fear, and a tense atmosphere that is governed by visual and audio capture. Film, which is a medium for conveying information and channeling messages and emotions, has the ability to manipulate space so that the narrative conveyed is more controlled and the message contained is easier to accept. Of these capabilities, film and architecture are related in several concepts. This writing is done by comparing 3 Indonesian horror films with the house as the main setting. The comparison is done by discussing the pattern in each element of the horror film so that it can be analyzed the relationship between the spatial elements of the house and what interiority is contained in the film.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Ramayanthi
"Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai elemen-elemen sekolah di Pamong Sito Preschool berdasarkan persepsi para guru. Pamong Sito sebagai organisasi pendidikan yang memberikan pelayanan jasa pendidikan bagi anak usia dini, merupakan sekolah yang sedang berkembang, dan membutuhkan masukan mengenai organisasinya agar dapat menentukan langkah perbaikan dan perkembangan di masa depan. Hasil akhir berupa prestasi akademik yang tinggi dari siswa,tidak dapat dijadikan ukuran mengenai keberhasilan Pamong Sito dalam menjalankan tugasnya mendidik siswa. Leithwood dkk (2001) mengatakan bahwa pengukuran proses merupakan alat ukur yang lebih dapat diandalkan untuk melihat keberhasilan sekolah. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk melihat persepsi guru-guru di sekolah Pamong Sito adalah kuesioner survei Making School Smarter dari Leithwood. Ada sepuluh elemen sekolah yang diukur dalam kuesioner ini, yaitu: Misi dan Tujuan Sekolah; Budaya Sekolah; Tugas utama sekolah (ada empat tugas utama): Perencanaan Sekolah, Manajemen Sekolah, Kepemimpinan dan Pelayanan Pengajaran; Stmktur dan Organisasi Sekolah; Pengurnpulan Informasi dan Pengambilan Keputusan; Kebijakan Sekolah dan Prosedur Sekolah; Serta Kemitraan dengan Masyarakat.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa di sekolah Pamong Sito, para guru cenderug memiliki pandangan yang positif mengenai kejelasan misi dan tujuan sekolah, budaya di sekolah, struktur dan organisasi sekolah,serta pemberian pengajaran. Semua guru sependapat bahwa budaya yang terbentuk di sekolah memberikan rasa aman bagi siswa dan guru, berpusat pada siswa, tertentu° dan memberikan lingkungan yang profesional bagi guru. Para guru juga memiliki pandangan yang positif mengenai pemberian pengajaran. Umumnya mereka sependapat bahwa perencanaan, isi dan hasil dari pengajaran sudah berorientasi pada siswa. Mengenai struktur organisasi, para guru sependapat bahwa waktu pemberian instruksi telah maksimal dalam pengajaran Mereka sependapat bahwa struktur dan organisasi di sekolah Pamong Sito telah diatur agar memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerjasama dalam kelompok, namun guru-guru tidak sependapat mengenai kesempatan bagi peningkatan profesional guru.
Pada karakteristik kepemimpinan dan manajemen sekolah, para guru umumnya memiiiki pandangan yang negatif Pimpinan dianggap belum menjadi panutan dalam berperilaku serta dianggap tidak konsisten perilakunya ketika berinteraksi dengan siswa dan guru. Pimpinan juga belum dapat menciptakan suasana yang menstimulasi guru dari segi intelektual. Dalam hal manajemen, sekolah dianggap belum memantau seluruh aktivitas sekolah dengan metode yang sistematis, Serta belum menumbuhkan budaya bekerjasama diantara staf pengajar. Untuk peneliti yang tertarik menggunakan kuesioner survei Making School Smarter, terutama pada skala yang Iebih besar maupun pada data yang lebih banyak dianjurkan untuk menguji reabilitas dari setiap butir pernyataan dengan menggunakan koefisien Alfha atau yang sejenisnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lola Purnamawati
"Penelitian ini mengenai Kepemimpinan Sekolah Pada Sekolah Dasar Reguler Menjadi Sekolah Unggulan pada Sekolah Dasar Negeri (SDN) 11 Kebon Jeruk Jakarta Barat. Pada saat ini, SDN 11 Kebon Jeruk masih melaksanakan transformasi dari Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) menjadi sekolah reguler biasa untuk tetap menjadi sekolah unggulan. Soft systems methodology (SSM) digunakan sebagai metoda dalam penelitian ini karena SDN 11 Kebon Jeruk dilihat sebagai human activity systems. Sementara peneliti mengambil beberapa ?core values? dari praktek successful school leadership yang tepat bagi kondisi transisi dari SDN 11 Kebon Jeruk saat ini.
Penelitian ini pada hasilnya menyimpulkan empat (4) hal sebagai pembelajaran yang dapat membuat SDN 11 kebon Jeruk tetap menjadi Sekolah Dasar Negeri unggulan di Wilayah Jakarta Barat, diantaranya adalah: 1. Untuk praktek setting direction, SDN 11 Kebon Jeruk harus menyusun prosedur manajemen berbasis sekolah, dengan membentuk character building, membuat berbagai pedomannya, lalu membuat standar prosedur, membuat tahapan Job Description, SOP untuk guru- guru. 2. Untuk praktek developing people, SDN 11 Kebon Jeruk perlu memberikan dana tambahan untuk kesejahteraan (dana dari orang tua murid) yang bertujuan agar guru honorer yang belum PNS memiliki tingkat kesejahteraan yang semakin baik. 3. Untuk praktek redesigning organization Komite SDN 11 Kebon Jeruk perlu meningkatkan pengelolaan persepsi publik dalam membangun relasi dunia luar dari sekolah menjadi terbangunnya relasi semakin baik. Dampaknya kepada para peserta didik, seperti lebih berani tampil, percaya diri, memiliki tambahan wawasan karena banyak pihak luar yang datang berbagi informasi dan pengetahuan. 4. Untuk praktek managing instructional (teaching and learning) programme, Kepala SDN 11 Kebon Jeruk harus merealisasikan, mengontrol pelaksanaan rekomendasi dan masukan terhadap peningkatan mutu kegiatan pembelajaran.

This research is about School Leadership on Regular Elementary School become Elementary Leading School on Sekolah Dasar Negeri (SDN) 11 Kebun Jeruk in West Jakarta. At this time, SDN 11 Kebon Jeruk still carry out the transformation of the RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) into the regular school to remain a Leading School. Soft systems methodology (SSM) is used as a method in this study because of SDN 11 Kebon Jeruk seen as human activity systems. While researchers took several 'core values' of successful school leadership practices appropriate for the conditions of the transition from SDN 11 Kebon Jeruk today.
This study concludes on the results of four (4) things as learning to make SDN 11 Kebon Jeruk remains a leading public elementary school in West Jakarta region, including: 1. To practice setting direction, SDN 11 Kebon Jeruk should develop school-based management procedures , by forming character building, making a variety of guidelines, then made a standard procedure, making the stages Job Description, SOP for teachers. 2. To practice developing people, SDN 11 Kebon Jeruk need to provide additional funds for welfare (funds from parents) that aims to part time teachers who have not had the welfare of civil servants are getting better. 3. To practice redesigning organization, the Committee of SDN 11 Kebon Jeruk need to improve the management of public perception in building relationships outside of the school world becomes more good relations. The impact to the students, such as more daring, confident, have additional insight because many outsiders who come to share information and knowledge. 4. To practice managing instructional (teaching and learning) program, the principal of SDN 11 Kebon Jeruk must realize, control the implementation of the recommendations and input to improve the quality of learning activities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hidayati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan disabilitas dengan peluang untuk bersekolah serta mengidentifikasi kesenjangan partisipasi sekolah yang berkaitan dengan perbedaan karakteristik demografi dan mengidentifikasi kesenjangan yang berkaitan dengan perbedaan pengaruh karakteristik demografi tersebut lebih penting atau kurang penting bagi anak dengan disabilitas dan non disabilitas (perbedaan koefisien). Penelitian ini menggunakan data sekunder Susenas Maret tahun 2021 dan metode analisis Linear Probability Model. Hasil estimasi menunjukkan partisipasi sekolah disabilitas lebih rendah sebesar 13,57 persen dibandingkan non disabilitas. Hasil estimasi signifikan secara statistik, dapat diartikan terdapat kesenjangan partisipasi sekolah antara disabilitas dan non disabilitas. Analisis lebih lanjut menggunakan dekomposisi Blinder-Oaxaca linear dengan menggunakan non disabilitas sebagai reference group, sebesar 15,34 persen merupakan kesenjangan karena perbedaan karakteristik demografi (explained) dan 84,66 persen merupakan kesenjangan karena perbedaan koefisien (unexplained). Hasil dekomposisi menunjukkan kontribusi faktor unexplained lebih tinggi dari faktor explained.

This study aims to identify the relationship between disability and opportunities to attend school, identify gaps in school participation related to differences in demographic characteristics and identify gaps related to differences in the effect of demographic characteristics that are more or less important for children with disabilities and non-disabled children (coefficient differences). This study uses secondary data from Susenas March 2021 and the Linear Probability Model analysis method. The estimation results show that school participation of children with disabilities is 13.57 percent lower than that of children without disabilities. The estimation results are statistically significant, which means that there is a gap in school participation between disabilities and non-disabilities. Further analysis using Blinder-Oaxaca linear decomposition using non-disabled as the reference group, 15.34 percent of the gap is due to differences in demographic characteristics (explained) and 84.66 percent is due to differences in coefficients (unexplained). The decomposition results show that the contribution of the unexplained factor is higher than the explained factor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lifanur Asri Rasad
"Setiap negara selalu bereita-cita dan berusaha untuk mencerdaskan bangsanya. Tingkat kecerdasan yang tinggi dari suatu bangsa lebih panting dari pada besarnya jumlah penduduk bangsa itu. Bangsa dengan kecerdasan yang ting_gi dapat bekerja lebih efektif dan efisien, sehingga prestasi dan kemajuan yang dapat dicapainya lebih tinggi dari pada bangsa dengan tingkat kecerdasan yang rendah. Kecerdasan itu dapat ditingkatkan dengan memberi pendidikan yang baik dan terarah. Oleh karena itu pendi_dikan dimasukkan kedalam kebutuhan pokok manusia disamping pangan, sandang, papan dan kesehatan. Bangsa Indo_nesia menyadari hal tersebut, sebagaimana tercermin di_dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi, Kemudian dari pada itu untuk membentuk Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bang_sa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S15483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avidyarahma Paramitha Noviyanto
"Arsitektur adalah sebuah studi yang bisa dipelajari melalui semua panca indra. Tujuan dari desain ini untuk menggabungkan kelompok masyarakat di sekitar lokasi proyek yang kemudian memunculkan sebuah proposal Sekolah Arsitektur dengan dua gaya penyampaian ilmu yang berbeda. Universitas sebagai edukasi formal yang ditujukan untuk mahasiswa dan Museum-Gallery sebagai edukasi non-formal yang ditujukan untuk masyarakat termasuk anak-anak dan orang tua. Sebuah proyek yang bersatu untuk memperkaya pengetahuan masyarakat tentang Arsitektur.

Architecture is a spatial form of art, which we can study it through all of senses. The purpose of the design is engaging the society on the site which came up with offering two different ways of learning, University as the formal education and Museum-Gallery as the informal education that in one building bring the society all together in enhancing the knowledge of built environment, Architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>