Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50027 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maurin Marcelia
"Pendahuluan: Asam galat adalah senyawa fenolik alami pada tumbuhan dan buah yang telah dilaporkan memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF-7. Pada penelitian ini, enam senyawa turunan asam galat (alkil amida galat) hasil sintesis diuji efek sitotoksiknya terhadap sel kanker payudara MCF-7.
Metode: Enam senyawa alkil amida galat, yaitu metil amida galat, etil amida galat , butil amida galat, sekunder butil amida galat, tersier butil amida galat, dan heksil amida galat dievaluasi sitotoksisitasnya terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan menggunakan metode MTT. Analisis regresi linier digunakan untuk menganalisis data, menghasilkan nilai IC50. Aktivitas sitotoksik senyawa alkil amida galat hasil sintesis dibandingkan dengan asam galat sebagai senyawa asli dan doxorubicin sebagai kontrol positif.
Hasil: Di antara enam senyawa alkil amida galat hasil sintesis, tersier butil amida galat dan heksil amida galat menunjukkan aktivitas sitotoksik yang lebih kuat terhadap sel payudara MCF-7 dibandingkan dengan asam galat dan doxorubicin, dengan nilai IC50 masing-masing yaitu 2,1 μM dan 3,5μM.
Kesimpulan: Tersier butil amida galat dan heksil amida galat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai agen anti kanker payudara.

Objective: Gallic acid is a natural phenolic compound distributed in plants and fruits which has been reported to have cytotoxic activity against human breast cancer carcinoma MCF-7 cells. In this research, six synthesized gallic acid derivatives (alkyl amide gallates) are extensively investigated their cytotoxic effects on breast MCF-7 cells.
Methods: Six synthesized compounds of alkyl amide gallates, namely methyl amide gallate, ethyl amide gallate, butyl amide gallate, sec-butyl amide gallate, ters-butyl amide gallate and hexyl amide gallate were evaluated on the basis of their cytotoxicities against breast MCF-7 by MTT assay. Linear regression analysis is utilized to analyze data to generate IC50 value. The results will be compared with gallic acid as an original compound and doxorubicin as a positive control.
Results: Among six synthesized alkyl amide gallates, ters-butyl amide gallate and hexyl amide gallate showed stronger cytotoxicity activities against breast MCF-7 cells compared to gallic acid and doxorubicin, with IC50 value of 2.1 μM to 3.5μM, respectively.
Conclusion: Ters-butyl amide gallate and hexyl amide gallate is potential to be further developed as promising anti-breast cancer agents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevano Julio Wijoyo
"Pendahuluan: Asam galat adalah salah satu senyawa aktif yang dapat menyebabkan apoptosis pada sel kanker paru manusia. Aktivitas antikanker paru yang mengesankan dari asam galat mendorong dilakukannya penelitian untuk menguji aktivitas sitotoksik senyawa turunan asam galat (alkil amida galat) terhadap sel kanker paru A549.
Metode: Enam senyawa alkil amida galat hasil sintesis, yaitu Senyawa metil amida galat, etil amida galat, butil amida galat, sek-butil amida galat, ters-butil amida galat, dan heksil amida galat diuji aktivitas sitotoksiknya terhadap sel kanker paru A549 dengan metode MTT Proliferation assay. Data yang dihasilkan dianalisa menggunakan analisis regresi linear untuk mendapatkan nilai IC50. Hasil uji aktivitas sitotoksik senyawa alkil amida galat hasil sintesis dibandingkan dengan hasil uji aktivitas sitotoksik asam galat sebagai senyawa asli dan doxorubicin selaku kontrol positif.
Hasil: Jika dibandingkan dengan asam galat (IC50: 23.2 μM) dan doxorubicin (IC50: 31.1 μM), keenam senyawa alkil amida galat, yaitu metil amida galat, etil amida galat, butil amida galat, sek-butil amida galat, ters-butil amida galat, dan heksil amida galat memperlihatkan sitotoksisitas yang lebih kuat terhadap sel kanker paru A549 dengan nilai IC50 berkisar dari 5.4 μM hingga 30.0 μM.
Kesimpulan: Enam senyawa alkil amida galat berpotensi dikembangkan lebih lanjut sebagai agen antikanker paru.

Objective: Gallic acid has shown its potential to induce apoptosis in lung cancer cells. Its impressive anti-lung cancer agent prompted us to conduct research that is aimed to evaluate six alkyl amide derivatives of gallic acid against lung cancer A549 cells.
Methods: six synthesized compounds of alkyl amide gallate, which are methyl amide gallate, ethyl amide gallate, butyl amide gallate, sec-butyl gallate, ters-butyl gallate and hexyl amide gallate, will be evaluated their cytotoxicities agains lung A549 cells by MTT Proliferation assay. Linear regression analysis is used to analyzed the data to generate IC50 value. Cytotoxicity results of alkyl amide gallates will be compared with cytotoxicity result of gallic acid as an original compound and with doxorubicin as positive control.
Results: Compared with gallic acid (IC50 23.2 μM) and doxorubicin (IC50 31.1 μM), six derivatives of aklyl amide gallates (methyl-, butyl-, sec-butyl-, ters- butyl, and hexyl amide gallate) shows better cytotoxic activity against lung A549 cells, with IC50 value range from 5.4 μM to 30.0 μM.
Conclusion: Six compounds of Alkyl amide gallate could be further developed as anti-lung cancer agent.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jilly Octoria Tagore Chan
"Latar Belakang: Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi dan penanganan yang tersedia dapat menyebabkan efek samping buruk. Oleh karena itu, pengobatan alternatif untuk kanker kolorektal perlu dikembangkan. Asam galat telah menunjukkan aksi menghambatan proliferasi sel di berbagai tipe sel kanker termasuk HCT 15 colon cancer cells. Penambahan grup hidrofobik ke asam galat diduga dapat meningkatkan efek anti kanker asam galat. Riset ini dilakukan untuk mengobservasi efek antikanker derivat asam galat, (enam senyawa alkil amida galat hasil sintesis) terhadap sel kolon karsinoma HCT 116. Metode: Menggunakan MTT, enam (6) senyawa alkil amida galat, yaitu: -metil, -etil, -butil, -sek-butil, -ters-butil dan heksil amida galat diuji efek antikankernya terhadap sel HCT 116. Penentuan nilai IC50 dilakukan dengan menggunakan metoda regresi linear untuk analisis data. Hasil uji efek antikanker senyawa turunan alkil amida galat dibandingkan dengan hasil uji efek antikanker asam galat sebagai senyawa awal dan doxorubicin sebagai kontrol positif. Jika dibandingkan dengan asam galat (IC50: 0.05 μg/mL) dan doxorubicin (IC50: 0.001 μg/mL), keenam senyawa turunan alkil amida galat memiliki aktivitas antikanker yang lebih rendah terhadap sel kanker kolon HCT 116. Diantara ke-enam senyawa alkil amida galat hasil sintesis, heksil amida galat dengan IC50 0,07 μg/mL memiliki aktivitas antikanker terbaik. Kesimpulan: Dari hasil studi yang telah dilakukan ini, dapat disimpulkan bahwa heksil amida galat memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi agen antikanker kolon.

Background: Colorectal cancer is one of the most prevalent cancers and its common managements still evoke undesirable side effects. Therefore, there needs to be a development of a safer alternative. Gallic acid has exhibited significant cell proliferation inhibition in a variety of cancer cell lines including HCT 15 colon cancer cells. Addition of hydrophobic groups to gallic acid has been postulated to increase the anti-cancer effects of gallic acid and henceforth this research is conducted to observe the derivatives of gallic acid (six derivative compounds of alkyl amide gallate) on HCT 116 cells. Methods: With the utilization of MTT assay, six synthesized compounds of alkyl amide gallate, namely methyl-, ethyl-, butyl-, sec-butyl-, tert-butyl-, and hexyl amide gallate were measured for their anticancer effect on HCT 116 cells. Determination of IC50 values was carried out by the linear regression method for data analysis. Lastly, results were compared with gallic acid as an original compound and doxorubicin as a positive control. Results: In comparison to gallic acid (IC50: 0.05 μg/mL) and doxorubicin (IC50: 0.001 μg/mL), a lower anticancer effect on colon HCT 116 cells was displayed by all the six- synthesized alkyl amide gallates. Hexyl amide gallate with IC50 value of 0.07 μg/mL shows the strongest anticancer and inhibitory effect on HCT 116 cells. Conclusion: Result of the study indicates that hexyl amide gallate has the potential to undergo further development as a promising anti- colon cancer agent."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hans Christian
"Asam galat adalah senyawa yang memiliki efek anti kanker termasuk pada kanker paru. Diduga, efektivitas asam galat sebagai agen sitotoksik dapat ditingkatkan dengan perubahan gugus samping. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas sitotoksik asam galat dan turunan asam galat (alkil ester galat dan asam metoksi galat). Pada penelitian ini, sel A549 diberikan asam galat dan turunannya lalu diinkubasi selama 48 jam lalu akan diukur persentase viabilitas sel terhadap kontrol menggunakan MTS (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium) assay. Data kemudian dianalisis menggunakan GraphPad Prism untuk mendapatkan inhibitory concentration (IC50).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam galat, metil galat, etil galat, propil galat, butil galat, isobutil galat, t-butil galat, dan amil galat tidak memiliki aktivitas sitotoksik. Sedangkan isoamil galat menunjukkan aktivitas sitotoksik namun IC50 dari isoamil galat kemungkinan >51,2 μg/ml. Heptil galat dan oktil galat adalah dua senyawa yang memiliki efek sitotoksik pada sel A549 dengan nilai IC50 <51,2 μg/ml yaitu 19,11 μg/ml dan 41,23 μg/ml secara berurutan. Disimpulkan bahwa heptil galat dan oktil galat memiliki aktivitas sitotoksik yang lebih baik dari asam galat pada sel A549, sedangkan asam metoksi galat tidak memiliki aktivitas sitotoksik pada sel A549.

Gallic acid is a substance with anti-cancer activity including lung cancer. The potency of gallic acid as a cytotoxic agent can be improved by modifying its side chains. This study was aimed to examine the cytotoxic activity of gallic acid and its derivates in lung cancer cells, A549. In this study, cells were treated with gallic acid and its derivates and were incubated for 48 hour. After incubation period, percentage of cell viability over control were tested using MTS (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulophenyl)-2Htetrazolium) assay. Afterwards, data were analysed using GraphPad Prism to obtain inhibitory concentration (IC50).
The result showed gallic acid, methyl gallate, ethyl gallate, propyl gallate, butyl gallate, isobutyl gallate, t-butyl gallate, and amyl gallate did not have cytotoxic activity. Isoamyl gallate showed cytotoxic activity, but the IC50 value was probably >51,2 μg/ml. That gallic acid derivatives with cytotoxic activities and IC50 <51,2 μg/ml were heptyl gallate and octyl gallate with IC50 values of 19,11 μg/ml and 41,23 μg/ml, respectively. However, methoxy gallate (monometohoxy gallate, dimethoxy gallate, and trimethoxy gallate) did not show any cytotoxic activity. We conclude that heptyl gallate and octyl gallate have better cytotoxic activity in A549 cells compared to gallic acid, while methoxy gallates do not have cytotoxic activity in cell A549."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Divina
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sitotoksisitas alkil asam salisilat terhadap sel kanker T47D. Senyawa yang diuji adalah metil salisilat, etil salisilat, butil salisilat, isoamil salisilat, dan oktil salisilat. Kromatografi lapis tipis dilakukan terhadap senyawa uji dan uji MTT terhadap sel kanker T47D dilakukan untuk mengetahui laju inhibisi sel kanker dan nilai IC50. Berdasarkan uji MTT, terlihat bahwa efek sitotoksisitas meningkat seiring penambahan konsentrasi. Nilai IC50 turunan asam salisilat menunjukkan efek sitotoksisitas yang signifikan (p<0,05) bila dibandingkan dengan IC50 asam salisilat kecuali oktil salisilat. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan gugus alkil memberikan efek sitotoksisitas yang lebih signifikan karena adanya peningkatan afinitas. Hasil ini didapatkan dari nilai IC50 turunan asam salisilat yang lebih rendah dibandingkan asam salisilat. Efek sitotoksisitas ini dikarenakan inhibisi COX-2 yang ditemukan meningkat pada kanker payudara.

This research aim is to analyse the cytotoxicity effect of alkylated salicylic acid towards breast cancer cells T47D. Samples used are methyl salicylate, ethyl salicylate, butyl salicylate, isoamyl salicylate, and octyl salicylate. Thin layer chromatography was done to samples and MTT test was done against T47D cancer cells to obtain cancer cell growth and IC50 value. Based on MTT result, there was shown an increase of cytotoxicity effect with higher concentration. IC50 value of alkylated salicylic acid showed more significant cytotoxicity effect (p<0,05) when compared to IC50 value of salicylic acid, except octyl salicylate. This shows that addition of alkyl group enhances cytotoxicity effect of salicylic acid due to increase of affinity. The IC50 value of alkylated salicylic acid showed lower results compared to salicylic acid. This cytotoxicity effect is due to inhibition of COX-2 which has been shown to increase in breast cancers."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Dorothea
"Asam galat adalah salah satu senyawa yang berpotensi menjadi obat baru bagi kanker. Banyak penelitian yang telah menguji aktivitas asam galat sebagai antikanker, tetapi asam galat bersifat sangat hidrofilik sehingga sulit untuk menembus membran sel. Untuk meningkatkan aktivitas sitotoksisitas dan hidrofobisitas, dibuat senyawa turunan asam galat yaitu alkil galat dan metoksi galat. Aktivitas diuji pada sel MCF-7 menggunakan MTS (3-(4,5-dimethylthiazol- 2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4-sulfophenyl)-2H-tetrazolium) assay dengan inkubasi selama 48 jam. Aktivitas setiap senyawa ditentukan dengan menggunakan nilai IC50. Dari seluruh senyawa yang diuji, isoamil galat, heptil galat dan oktil galat, merupakan senyawa yang aktif sebagai antikanker MCF-7 dengan nilai IC50 58,11; 25,94 dan 42,34. Berdasarkan ekstrapolasi garis, isobutil galat dan juga dapat menurunkan persentase viabilitas sel, meskipun nilai IC50-nya belum dapat ditentukan dari penelitian ini. Metoksi galat tidak memiliki efek penghambatan pada sel kanker payudara MCF-7. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa isobutil, isoamil, heptil dan oktil galat merupakan senyawa turunan asam galat yang memiliki aktivitas sitotoksik sedangkan metoksi galat tidak memiliki aktivitas sitotoksik terhadap MCF-7.

Gallic acid is a potential chemotherapeutic agent. Many studies have proven the anti cancer activity of gallic acid, including in breast cancer. However, gallic acid is a hydrophilic molecule, which restrict the substance from passing the cell membrane. To increase the potential cytotoxicity and its hydrophobicity, two groups of gallic acid derivatives, alkyl gallates and methoxy gallates, were developed. The activity of these derivatives were tested in MCF-7 cell lines, using MTS (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-5-(3-carboxymethoxyphenyl)-2-(4- sulfophenyl)-2H-tetrazolium) assay, and then incubated for 48 hours. Percentage of cell viability over control were assessed. Cytotoxic activities of gallic acid and its derivatives were determined using IC50 values. Among all of the gallic acid derivatives, isoamyl gallate, heptyl gallate and octyl gallate were the most potential drugs to treat MCF-7 breast cancer with IC50 values of 58,11; 25,94 and 42,34 μg/ml, respectively. Based on the trendline prediction, isobutyl gallate also showed cytotoxic activity towards MCF-7, although the IC50 values cannot be determined in this research. Methoxy gallates do not have any inhibitory activity towards breast cancer MCF-7. In conclusion, isobutyl, isoamyl, heptyl and octyl gallate are gallic acid derivatives with cytotoxic activity, while methoxy gallates do not have any cytotoxic activity towards MCF-7.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Suka Kyana Nareswari
"Pendahuluan. Terdapat sebuah urgensi untuk mencari pengobatan bagi endometriosis, karena saat ini belum ada pengobatan yang menjamin tidak terjadinya rekurensi. Berdasarkan kemampuan asam galat dan derivatnya dalam menurunkan viabilitas sel kanker, penelitian ini bertujuan untuk meninvestigasi kemampuan zat-zat tersebut dalam menginhibisi viabilitas sel endometriosis. Metode. Sel endometriosis diisolasi dan dikultur dari pasien yang telah menjalani operasi laparoskopi. Setelah sel 70-80% konfluen, sel dipanen dan dibagi kedalam well yang masing-masing berisi 10.000 sel. Sel diberikan asam galat, heptil galat dan oktil galat,,masing-masing dengan tiga dosis yaitu 25.6 μg/ml, 51.2 μg/ml and 102.4 μg/ml. Seluruh intervensi dilakukan secara triplo pada empat sampel. MTS assay digunakan untuk menguji viabilitas sel endometriosis. Hasil. Setelah data dirasionalisasi dengan kontrol, ketiga zat menunjukkan inhibisi terhadap viabilitas sel endometriosis. Pada ketiga zat, terdapat inhibisi yang signifikan pada dosis 102.4 μg/ml. Sedangkan inhibisi tertinggi ditemukan pada heptil galat pada dosis 102.4 μg/ml dengan persentase inhibisi sebesar 70.52%. Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan bahwa asam galat, heptil galat dan oktil galat, berpotensi sebagai zat inhibitori terhadap viabilitas sel endometriosis. Efek inhibitori tertinggi ditemukan pada dosis 102.4 μg/ml untuk semua zat, dengan heptil galat sebagai zat dengan efek terbesar."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Agnes Elsha Maria
"Shigella dysenteria merupakan etiologi dari shigellosis. Bakteri ini menginfeksi manusia melalui jalur fekal-oral dan menyerang sistem gastrointestinal. Sementara itu, Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu etiologi tersering kasus infeksi nosokomial khususnya pada penggunaan alat-alat kesehatan. Infeksi yang disebabkan oleh kedua bakteri ini masih banyak ditemukan di negara berkembang, salah satunya Indonesia. Tata laksana definitif dalam mengatasi penyakit yang disebabkan oleh kedua bakteri ini adalah pemberian antibiotik adekuat. Akan tetapi, telah terjadi peningkatan resistensi antibiotik terhadap kedua bakteri ini, sehingga sangat diperlukan penemuan kandidat antibiotik baru. Kandidat antibiotik baru yang berpotensi mengatasi permasalahan ini adalah asam galat dan propil galat.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian aktivitas asam galat dan propil galat dalam menginhibisi pertumbuhan kedua bakteri tersebut dengan menggunakan metode disk diffusion test dan menilai diameter zona hambat yang terbentuk. Terdapat 10 jenis perlakuan terhadap bakteri-bakteri ini yaitu gentamicin 10 μg sebagai kontrol positif, NaCl 0,9% dan alkohol absolut teknis 96% sebagai kontrol negatif, dan 7 jenis masing-masing senyawa asam galat dan propil galat dengan konsentrasi 16 - 1.024 mg/L. Penelitian ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan (triplo).
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada zona hambat yang terbentuk (zona hambat = 0 mm) pada setiap konsentrasi asam galat dan propil galat. Uji Post-Hoc pada hubungan antara kontrol positif dan setiap konsentrasi asam galat dan propil galat diperoleh nilai p< 0,05 menunjukkan bahwa asam galat dan propil galat tidak dapat menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae dan Staphylococcus epidermidis secara signifikan.

Shigella dysenteria is the etiology of shigellosis. This bacteria infect humans through the faecal-oral route and attack the gastrointestinal system. Meanwhile, Staphylococcus epidermidis is one of the most common etiologies in nosocomial infections, especially in the use of medical devices. Infection caused by these bacteria is still widely found in developing countries, one of which is Indonesia. Definitive therapy in treating diseases caused by these bacteria is the use of adequate antibiotics. However, there has been an increase in antibiotic resistance to these bacteria, so it is necessary to find new antibiotic candidates. New antibiotic candidates that have the potential to overcome this problem are gallic acid and propyl gallate.
In this study, the activity of gallic acid and propyl gallate in inhibiting the growth of both bacteria was tested by using the disk diffusion test and assessing the diameter of the inhibitory zone formed. There are 10 types of interventions, namely 10 μg gentamicin as positive control, NaCl 0.9% and absolute alcohol 96% as negative control, and 7 variety concentrations of gallic acid and propyl gallate (16 - 1.024 mg/L). This research was carried out with 3 repetitions (triplo).
The results of this study showed that there was no inhibitory zone formed (inhibitory zone = 0 mm) at any concentration of gallic acid and propyl gallate. Post-Hoc test on the comparation between positive control and each concentration of gallic and propyl gallate obtained p < 0.05 showed that gallic acid and propyl gallate could not significantly inhibit the growth of Shigella dysenteriae and Staphylococcus epidermidis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radityo Ali Murti
"ABSTRAK
Kanker payudara adalah kanker kedua terbanyak diderita di dunia, sedangkan di Indonesia kanker payudara menempati peringkat kedua jenis kanker yang paling sering terdiagnosis setelah kanker serviks di Indonesia. Terdapat beberapa pilihan terapi untuk kanker payudara seperti operasi, kemoterapi, dan radiasi yang memiliki efektivitas rendah pada stadium lanjut dan kerap menimbulkan efek samping. Oleh karena itu dibutuhkan pilihan terapi lain dengan efek terapetik yang optimal dan efek samping yang minimal. Salah satu senyawa alami yang berpotensi dikembangkan sebagai antikanker adalah asam galat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik senyawa asam galat dan derivatnya dengan menggunakan 8 variasi konsentrasi, yaitu 0,07; 0,13; 0,27; 0,53; 1,07; 2,13; 4,27 dan 8,53 g/ml pada lini sel kanker payudara T47-D. Dengan metode MTT assay, didapatkan nilai absorbansi dan viabilitas sel yang kemudian diolah dengan menggunakan GraphPad Prism untuk mendapatkan nilai IC50 dari tiap senyawa uji. Hasil menunjukkan alil galat, amil galat, trans-heksinil galat, benzil galat, sekunder amil galat, propil galat, dan isoamil galat memiliki IC50 yang rendah, yaitu 1,25 g/mL, 2,78 g/mL, 3,17 g/mL, 4,82 g/mL, 5,32 g/mL, 7,84 g/mL, dan 8,02 g/mL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi asam galat melalui penambahan rantai samping alkil ester, penambahan gugus aromatis, dan konfigurasi cis-trans dapat meningkatkan aktivitas sitotoksik senyawa asam galat.

ABSTRAK
Breast cancer is the second most suffered cancer in the world, whereas in Indonesia is the second most suffered after cervix cancer. There are several treatments for breast cancer such as surgery, chemotherapy, and radiation, however these treatments have low effectiveness at advanced stage and often cause side effects. Therefore, there are significant need of treatment with the optimal therapeutic effect and minimal side effects. Gallic acid is a natural compound which could be developed as anticancer agent. This study was conducted to determine the cytotoxic activity of gallic acid and its derivatives by using 8 variety of concentrations, namely 0,07 0,13 0,27 0,53 1,07 2,13 4,27 and 8,53 g ml against breast cancer cell line T47 D. Anticancer activity of the tested samples were evaluated by MTT assay, the absorbance and cell viability values are obtained and processed using GraphPad Prism application to get the IC50 value of each compound. The result showed that allyl gallate, amyl gallate, trans hexynyl gallate, benzyl gallate, sec amyl gallate, propyl gallate, and isoamyl gallate have anticancer activity higher than gallic acid with IC50 value 1,25 g mL, 2,78 g mL, 3,17 g mL, 4,82 g mL, 5,32 g mL, 7,84 g mL, and 8,02 g mL, respectively. It could be concluded that the structure modification of gallic acid through the addition of a side chain alkyl ester, the addition of aromatic groups, and cis trans configuration in gallic acid derivatives could increase its cytotoxic activity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zoya Marie Adyasa
"ABSTRAK
Walaupun publikasi mengenai endometriosis meningkat dalam lima tahun terakhir, penanganan dan terapi definitif untuk endometriosis masih belum ditemukan, menyebabkan 20 penurunan kualitas hidup pada pasien endometriosis. Asam galat telah digunakan pada sel kanker sehingga mendorong peneliti untuk menyelidiki potensi asam galat sebagai pemicu apoptosis pada sel endometriosis. Kultur primer didapatkan dengan teknik enzimatik dari pasien yang telah menjalani laparoskopi. Sel endometriosis in vitro diberi perlakukan dengan asam galat, heptil galat, dan oktil galat dengan dosis 25.6, 51.2, dan 102.4 selama 48 jam. Kuantifikasi dan penentuan kualitas sel dilakukan menggunakan mikroskop konfocal fluoresens dan pewarnaan Acridine Orange/Ethidium Bromide (AO/EB) dengan observasi sel yang mengalami apoptosis awal, apoptosis akhir,
nekrosis, dan sel hidup. Sampel kontrol menunjukkan 63.8 sel mengalami
apoptosis. Apoptosis setelah pemberian asam galat menurun dari 90,1 menjadi 79,2 dengan peningkatan dosis. Sebaliknya, 51,2 6 heptyl meningkatkan apoptosis menjadi 92.5, sedangkan oktil 51,2 6 menunjukkan apoptosis terbesar dengan 93.1 Penelitian ini menunjukkan efek apoptosis oktil galat diikuti oleh heptil galat dan asam galat dan potensi penggunaan oktil galat sebagai terapi endometriosis

ABSTRACT
Research into endometriosis falls behind despite increasing publication for the last five years, contributing to lack of non-invasive treatments and 20% decrease in quality of life. Since gallic acid usage as anti-inflammatory agent has been elucidated in cancer cells, this study serves to investigate the potential of gallic acid as an apoptotic inducer in endometriosis cells. Primary culture of endometriosis was derived from patients who had laparascopy via enzymatic technique. In vitro endometriosis cells were treated with three dosages of 25.6, 51.2 and 102.4 of gallic acid, heptyl gallate, and octyl gallate for 48 hours. Determination of quality and quantification of early, late, viable, and necrotic cells was done using confocal fluorescence with acridine orange/ethidium bromide staining of at least 100 cells per sample. Control samples showed 63.8 cell underwent apoptosis. Gallic acid, heptyl gallate, and octyl gallate showed different
inhibition pattern. Apoptosis after gallic acid treatment decreased from 90.1 to 79.2 as the dose is increased. On the contrary, 51.2 heptyl induce 92.5
apoptosis, while octyl showed most apoptosis at 93.1 This study exhibited
apoptotic inductor effect of octyl gallate, followed by heptyl gallate and gallic acid and their potency as treatment for endometriosis."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>